• Tidak ada hasil yang ditemukan

DAFTAR LAMPIRAN

V. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 5.1 Sejarah dan Perkembangan Perusahaan

5.3 Struktur Organisasi Perusahaan

5.4.1 Pengadaan Bahan Baku 1) Belimbing

Untuk bahan baku utama, pemilik perusahaan menggunakan belimbing varietas Dewa-Dewi yang berkualitas C, yaitu belimbing dengan kualitas terendah. Setiap hari perusahaan disuplai oleh Kelompok Tani “Makmur Sejahtera” yang beranggotakan 30 orang petani belimbing di Kelurahan Pasir Putih yang dekat dengan lokasi produksi CV WPIU dengan harga Rp 1.500,00 jika panen raya dan Rp 4.000,00 di luar panen raya. Perusahaan menetapkan harga yang lebih tinggi kepada anggota kelompok tani, karena merupakan komitmen perusahaan untuk memperhatikan kesejahteraan para petani agar kelompok tani terus menjadi mitra perusahaan sebagai pemasok input. Apabila perusahaan membeli input di luar kelompok tani, maka perusahaan membeli dengan harga yang disesuaikan dengan harga yang berlaku di pasar.

Permasalahan dalam pengadaan input adalah apabila pada saat panen raya produksi belimbing melimpah, tapi ada kalanya mengalami kelangkaan. Untuk mengatasi masalah tersebut, maka pada saat panen raya, kelebihan input belimbing yang diperoleh dioleh menjadi puree untuk disimpan sebagai persediaan. Akan tetapi, jika kelebihan pasokan terlalu banyak dan kapasitas mesin yang tidak memadai, terkadang terjadi overcapacity pada mesin yang menyebabkan mesin mudah rusak.

2) Jambu Biji Merah

Seperti halnya belimbing, sebagian pasokan jambu berasal dari kelompok tani mitra, yaitu Kelompok Tani “Makmur Sejahtera”. Sama halnya dengan belimbing, harga jambu ditetapkan rata-rata sama dengan harga input belimbing, yaitu dengan harga terendah Rp 700,00 pada saat panen raya dan

59 Rp 4.000,00 apabila jambu biji merah langka di pasaran. Jambu biji yang digunakan merupakan jambu biji merah apkir yang tidak memenuhi standar supermarket. Kelompok Tani mensuplai bahan baku jambu biji merah selama tiga hari sekali yang diselingi dengan belimbing, disesuaikan dengan pesanan dari pemilik perusahaan.

3) Wortel dan Nanas

Untuk bahan baku buah nanas, perusahaan memberikan bibit nanas kepada anggota Kelompok Tani Makmur Sejahtera untuk ditanam disela-sela belimbing dan dijual kepada perusahaan. Bibit nanas tersebut diperoleh dari Pusat Kajian Buah tropika IPB karena ukuran nanas yang dihasilkan lebih besar. Selain itu, perusahaan juga membeli nanas di pasar apabila mengalami kekurangan suplai dari kelompok tani. Sedangkan untuk wortel, perusahaan membeli bahan baku wortel di pasar sekitar Depok dengan kisaran harga terendah Rp 1.500,00 dan tertinggi Rp 4.000,00.

4) Bahan Penolong

Bahan baku penolong antara lain gula pasir putih, Natrium Benzoat, dan Asam Sitrat. Perusahaan membeli bahan-bahan tersebut di toko yang mejual TBM (Tambahan Bahan Makanan) di Kampung Melayu, Jakarta Timur, dan Bogor. Untuk karagen, perusahaan membeli melalui UNPAS (Universitas Pasundan) Bandung. Bahan-bahan lainnya, seperti kemasan botol plastik, perusahaan mendapat pasokan dari toko plastik di Jembatan Lima, Jakarta. Sedangkan untuk label kemasan diperoleh dari percetakan yang dimiliki oleh anak pemilik perusahaan, yaitu di daerah Bandung.

5.4.2 Produksi

Dalam sehari perusahaan mengolah 120 kg buah belimbing. Buah belimbing tersebut dihaluskan dengan menggunakan alat pulper yang akan menghasilkan 24 liter sari belimbing. Kemudian sari belimbing tersebut diolah bersama berbagai campuran, yaitu Karagen, air putih bersih, gula, diberi tambahan Natrium Benzoat sebagai pengawet, dan Asam Sitrat untuk mengatur tingkat keasaman (pH) hingga tiga sampai empat. Adapun bahan baku untuk

60 membuat jus yaitu sari belimbing 30 persen; larutan gula pasir putih, air, dan Karagen sebanyak 65 persen; natrium Benzoat 0,01; dan Asam Sitrat 0,01.

Bahan-bahan yang dibutuhkan untuk pembuatan jus dalam sekali proses produksi antara lain:

1) Gula : 5 kg

2) Buah : 5kg

Untuk wornas, proporsi buah nenas : wortel adalah 2 : 1 3) Air + TBM (Tambahan Bahan Makanan) : 30 L 4) Kemasan : Botol + stiker : 130 buah

Pada dasarnya, baik bahan dasar maupun proses produksi ketiga jenis produk fruit juice yang dihasilkan adalah sama. Proses pembuatan minuman sari buah (fruit juice) antara lain:

1) Pencucian dan Pemotongan Buah

Buah yang telah dipilih dan dicuci dan dibersihkan (sortasi), kemudian dipotong membujur dan dikukus (blansir) dalam panci selama 15 menit. Pengukusan dilakukan untuk menghilangkan warna cokelat akibat getah sehabis dipotong.

2) Penghancuran Buah

Buah yang telah dicuci dan dipotong kemudian dihaluskan menggunakan blender hingga menjadi puree (bubur buah). Pengenceran bubur buah dilakukan dengan menambahkan air dengan perbandingan 1 : 3, yaitu satu liter bubur buah ditambahkan dengan tiga liter air masak. Setelah itu bubur buah ditiriskan untuk memisahkan ampas dengan sari buahnya. Proses pengenceran dilakukan untuk memudahkan dalam proses pengolahan selanjutnya.

3) Pemasakan

Pemasakan dimulai dengan mendidihkan karagen dengan air dengan suhu api 1000C. Setelah mendidih kemudian diberi gula dan suhu api dikecilkan hingga 800C. Selanjutnya Natrium Benzoat dan Asam Sitrat ditambahkan ke dalam larutan. Asam Sitrat berfungsi untuk menjaga pH dalam larutan sari buah agar tetap berada pada tingkat keasaman yang sesuai.

61 Kemudian sari buah dimasukkan ke dalam larutan mendidih tadi. Total waktu proses pemasakan hingga masuknya sari buah sekitar 20 menit. Setelah 20 menit berikutnya, kemudian larutan sari buah diangat dan ddiinginkan.

4) Pengemasan

Kemasan yang digunakan untuk jus buah Winner adalah kemasan botol berukuran 250 mililiter. Pemilihan bahan kemasan disesuaikan dengan aspek kesehatan dan lingkungan. Botol plastik yang digunakan harus dapat menahan panas dari sari buah yang telah melalui proses pemasakan. Larutan sari buah yang telah dimasak kemudian didinginkan hingga mencapai suhu 800C dan dimasukkan ke dalam botol. Hal ini dilakukan karena apabila jus buah dimasukkan ke dalam botol pada suhu yang lebih rendah, maka resiko jus terkontaminasi lebih besar.

Setelah jus dimasukkan ke dalam botol, maka botol dipasteurisasi dengan direndam dengan air sebatas leher botol hingga dingin. Setelah itu botol siap diberi label dan dimasukkan ke dalam kardus. Satu karton berisi 24 botol jus buah yang telah siap dipasarkan. Proses produksi jus buah yang dihasilkan CV WPIU dapat dilihat pada Gambar 9.

62 Gambar 9. Proses Produksi Jus Buah CV WPIU Tahun 2009

Sumber : CV Winner Perkasa Indonesia Unggul (2009)

5.4.3 Pemasaran

Pemasaran produk CV WPIU dilakukan secara langsung dan tidak langsung. Pemasaran langsung dilakukan dengan cara mengikuti pameran- pameran, penawaran ke kantin-kantin atau koperasi sekolah, kampus, gedung olahraga, dan perkantoran seperti Bank. Selain outlet, produk CV WPIU telah memasuki pasar minimarket Aneka Buana di Depok, Total Buah, Fortune, dan tempat wisata yaitu Kampung 99 Depok. Sedangkan pemasaran tidak langsung dilakukan untuk pasar di luar daerah melalui agen.

Minuman jus buah yang dihasilkan perusahaan dijual baik secara eceran maupun grosir. Saat ini perusahaan dan kelompok tani mitra memiliki outlet sendiri untuk memasarkan produk yang tersebar di wilayah Cinere, Pondok Cabe, dan Kelapa Dua. Oleh karena terdapat perbedaan jarak antara tempat produksi dan lokasi outlet, maka harga eceran berbeda dengan harga apabila konsumen langsung membeli secara grosir. Kisaran harga produk yaitu Rp 3.500,00 hingga

Pemilihan Buah-buahan

Pencucian dan Pemotongan Buah

Penghancuran Buah

Pemasakan

Pengemasan Penyaringan Sari Buah

63 Rp 5.000,00 per botol ukuran 2500 ml dan Rp 12.500,00 hingga Rp 20.000,00 per botol ukuran 620 ml. Untuk harga grosir, jus dijual seharga Rp 57.000,00 hingga Rp 58.000,00 per karton yang berisi 24 botol dan sirup dijual seharga Rp 180.000,00 per karton yang berisi 12 botol. Minimal pemesanan grosiran yaitu lima hingga enam karton bagi yang berada di wilayah Jabotabek dan untuk pemesanan di luar Jabodetabek minimal pemesanan 40 karton dengan biaya pengiriman ditanggung konsumen.

Dalam melaksanakan kegiatan pemasaran, perusahaan memiliki tim pemasaran yang terdiri dari tiga orang termasuk pemilik perusahan. Tahun ini perusahaan berencana untuk menyalurkan produk ke supermarket besar. Pemilik perusahaan CV WPIU optimis untuk memasuki pasar superarket karena beberapa pihak terkait, terutama pemerintahan Depok. Hal ini dikarenakan produk yang diperusahaan telah memiliki label halal dari Majelis Ulama Indonesia (MUI), dan izin dari Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Depok. Dari segi kemasan, produk CV WPIU telah memiliki barcode harga dan terdapat tiga bahasa informasi penjelasan pada stiker label yaitu Bahasa Indonesia, Inggris, dan Arab.

Dokumen terkait