• Tidak ada hasil yang ditemukan

GAMBARAN UMUM KOTA PEMATANG SIANTAR 2.1 Kondisi Umum Kota Pematang Siantar

1.6 Pengalaman Penelitian

Fokus pembahasan penelitian penulis mengenai keberadaan becak motor Birmingham Small Arms (BSA) di kota Pematang Siantar dan pengaruhnya terhadap pendapatan/perekonomian bagi para penarik becak. lokasi dari penelitian sendiri terletak di kota Pematang Siantar, dan merupakan daerah tempat tinggal penulis sendiri. Setelah mendapatkan surat izin penelitian dari pihak departemen Antropologi Sosial Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara pada tanggal 23 januari 2015 lalu, peneliti langsung menuju kota asalnya yaitu Pematang Siantar untuk mengambil data sebagai bahan awal dalam penulisan skripsi nantinya.

Sebelum melakukan penelitian atau terjun kelapang, Saya membuat beberapa daftar pertanyaan yang akan diajukan kebeberapa informan nantinya.

Dari pertanyaan-pertanyaan tersebut nantinya akan berkembang kembali menjadi pertanyaan lainnya. tak lupa pula mempersiapkan alat rekam suara dan juga kamera untuk menunjang keberhasilan memperoleh data nantinya. Ada perasaan sedikit ragu dalam diri saya sebelum melakukan penelitian, apakah nantinya penelitian ini akan berhasil atau malah sebaliknya. Hal itu yang menjadi penghambat saya sebelum melakukan penelitian. Namun saya membulatkan tekat untuk melakukan penelitian walaupun ada beberapa hal yang tidak diinginkan nantinya.

Pada tanggal 2 februari 2015, merupakan hari pertama bagi saya untuk melakukan penelitian. Targetan utama penelitian saya adalah para abang becak yang masih menggunakan becak motor BSA sebagai kendaraan untuk mencari nafkah. Setelah berbincang-bincang, saya bertemu dengan salah satu informan yaitu Bapak Yatmianto, Bapak Slamet, dan Bapak Hutagaol. Mereka menceritakan secara umum tentang becak BSA mulai dari pertama masuk ke Siantar hingga bertahan sampai saat ini. selain itu mereka juga bercerita awal mulanyanya ia berprofesi sebagai abang becak, suka duka menjadi abang becak, hingga berhasil menafkahi keluarga mereka.

Ketiga penarik becak tersebut merekomendasikan saya untuk bertemu dengan bapak Kusma Erizal Ginting selaku presiden BOM’S dan juga orang yang lebih memahami mengenai becak BSA di Siantar..

Pada tanggal 4 Februari 2016, pukul 10:00 pagi saya bergegas menuju kantor Dinas Kebudayan dan Pariwisata Pemko Pematang Siantar. sesampainya di lokasi saya kembali memperkenalkan diri dan mengutarakan maksud dan tujuan

bahwa Ibu Kepala Dinas sedang tidak berada dilokasi, dan Ia menyarankan saya untuk datang keesokan harinya pada pukul 09:00.

Keesokan harinya saya kembali datang ke kantor Dinas Budaya dan Pariwisata, saya langsung bertemu dengan Bapak Sekretaris, sambil menunjukkan surat pengantar dari FISIP USU. Beliau merekomendasikan untuk bertemu dengan bapak Ermand dibagian Cagar Budaya untuk melakukan wawancara berkaitan dengan becak motor BSA. Saya kemudian bergegas menemui Bapak Ermand, dan disambut hangat oleh beliau. Setelah berbincang cukup lama dengan Beliau, Ia kembali merekomendasikan saya untuk pergi ke Badan Penelitian dan Pusat Pengembangan kota Pematang Siantar untuk mengeluarkan surat izin penelitian. Saya langsung menuju ke lokasi yang dituju.

Sesampainya di kantor Badan Penelitian dan Pengembangan saya langsung masuk dan kembali lagi memperkenal diri ke pada pegawai yang bertugas. Salah satu pegawai menyuruh saya untuk membawa foto copy KTM, KTP, materai 6000 3 buah, surat rekomendasi dari FISIP USU untuk mengeluarkan surat izin penelitian di kota Pematang Siantar. keesokan harinya lagi, saya kembali ke kantor tersebut dan membawa berkas yang telah di katakan pada hari sebelumnya. Setelah itu saya memberikan berkas-berkas tersebut, pegawai tersebut menyuruh saya untuk kembali lagi tiga hari kemudian untuk mengambil surat izin penelitian dengan alasan “prosesnya memakan waktu yang cukup lama”.

Ditanggal 8 Februari 2016, saya kembali ke kantor Dinas Penelitian dan Pusat Pengembangan kota Pematang Siantar untuk mengambil surat izin penelitian seperti yang telah dijanjikan sebelumnya. Ada perasaan lega setelah

saya mendapatkan surat penelitian tersebut. Surat penelitian tersebut merupakan salah satu perantara yang akan sangat membantu saya melakukan wawancara dengan Dinas-Dinas terkait.

Pada tanggal 9 februari saya mendatangi Dinas Perhubungan kota Pematang Siantar untuk mendapatkan data mengenai jumlah transportasi yg ada di kota Pematang Siantar.

“Kalau kamu dari mahasiswa USU coba pergi ke ruangan skeretaris dek (sambil menunjukkan tangan ke arah ruangan yang dituju), nanti di sana bisa diproses. Kalau mau jumpa sama Kadis hari ini tidak bisa, karena Bapak mau rapat ke luar kota”.

Sesampainya diruangan kadis terlihat ruangan tersebut kosong dan tidak ditemukan satu orang pun di dalam ruangan tersebut. Saya bertanya ke pegawai lainnya, dan mereka menjawab kalau bapak Serketaris sedang keluar sebentar. Dengan perasaan sedikit kecewa saya berpamitan dan kembali menuju rumah.

Saya di telpon dari Dinas Perhubungan untuk bertemu dengan salah satu kepala bidang transportasi. Namun beliau juga menolak untuk dilakukan wawancara. Dengan alasan tidak tahu menahu tentang becak motor BSA.

“Kalau masalah itu Saya tidak tahu menau dek, salah tempat kau ini. mestinya jangan sama saya, kalau kau tanya itu saya mana tau. Coba kau pergi ke bagian Angkutan Umum di Jalan Asahan. Mereka lebih tau masalah itu. Kalau kau nanya saya, saya pun gak ngerti”.

Beliau kembali merekomendasikan saya untuk pergi ke kantor Dishub bagian Angkutan Umum yang terletak di Jalan Asahan. Dengan perasaan sedikit kesal saya bergegas kembali menuju rumah dan berencana untuk melakukan wawancara keesokan harinya. Dari pelayaan Dinas-dinas terkait bisa Saya simpulkan bahwa para pegawai seperti lempar tanggung jawab dalam melayani

masyarakat. Dibagian Dinas Perhubungan Saya sangat banyak membutuhkan waktu untuk bertemu dengan salah satu kepala Bidang.

Tanggal 16 februari 2016, saya mendatangi kantor Dishub bagian Angkutan Umum, dan lagi-lagi saya harus kecewa karena Kepala Bidang sedang tidak berad dilokasi. Keesokan harinya saya kembali lagi ke kantor tersebut. setelah menunggu hampir satu jam saya bertemu dengan Bapak Ferdinand Pasaribu selaku kepala bidang Angkutan Umum. Tidak kurang dari satu jam saya berbincang-bincang dengan beliau. Kemudian saya berpamitan untuk kembali. Setelah itu saya menuju pusat kota Pematang Siantar untuk mengambil beberapa foto lokasi pangkalan becak yang ada di kota Pematang Siantar. ada beberapa titik lokasi yang tersebar di seputaran Jalan Merdeka dan Jalan Sutomo.

Selama dua hari tidak turun kelapangan karena kondisi fisik saya sedang tidak bagus. Selang beberapa hari tepatnya pada tanggal 18 Februari 2016, saya mendatangi salah satu bengkel BSA yaitu bengkel Leo yang terletak di simpang Rame lorong dua puluh. Saya langsung bertemu dengan Bapak Syafi’i selaku pemilik bengkel Leo, namun beliau sedikit menolak disaat saya ingin melakukan wawancara dikarenakan jam tersebut beliau sedang melakukan pengerjaan pembuatan motor BSA berjenis Sespan (gandeng). Beliau menyarankan saya untuk bertemu dengannya pada hari minggu ketika hari libur bengkel.

Selang tiga hari kemudian tepatnya tanggal 21 februari 2016, saya bertemu dengan beliau di bengkel Leo. Sambutan beliau cukup ramah kepada saya. Saya pun langsung melakukan wancara dengan beliau, sembari ia mengerjakan sedikit pekerjaan yang belum ia selesaikan. Beliau bercerita panjang lebar mengenai

becak BSA dimulai dari pembuatan ulang, ongkos/tarif pengerjaan BSA, hingga harga jual motor BSA per unit.

“Kalau paling sering ngulah ya ininya, pengapian sama porsnellingnya. Kalau pengapian sering ngulah, kadang apinya kecil kadang gede, payah nyetelnya karena barang tua itu. Kalau di bagian porsnelling sering cepat haus (gundul) dekat giginya, mesti dibubut ulang lah”.

Seperti perkataan dari Bapak Syafi’i mengenai harga jual motor BSA per unit : “Untuk harga nya beragam, kalau dia jual becak itu harga bisa 45 juta sampai 50 juta per unit. Kalao motor BSA nya bentuk single tergantung bentuk dan kondisi bisa mencapai harga 70 juta smpai 120 juta. Ini aja BSA yang lagi uwak kerjai (sambil menunjuk ke arah BSA jenis sespan) biayanya udah lebih ratusan juta. Mesti banyak uang kalau mau buat yang kayak gini”.

Sekitar hampir dua jam lebih kamu berbincang-bincang mengenai BSA, saya kemudian berpamitan untuk kembali pulang ke rumah sambil berjabat tangan dengan beliau. Beliau juga merekomendasikan saya untuk bertemu dengan Bapak Kusma Erizal Ginting jika ingin mendapatkan data yang lebih akurat mengenai motor BSA.

Untuk menambah data yang semakin akurat, saya kembali melakukan wawancara dengan Bapak Selamet yang berprofesi sebagai penarik becak di Jalan Surabaya. Kami berbincang mengenai pendapatan yang dihasilkan ketika menarik becak dalam perhari hingga perminggu. Bagaimana becak motor BSA tersebut dapat memenuhi kebutuhan keluarganya dan segala kebutuhan lainnya.

Saya juga melakukan wawancara dengan Bapak hutagaol yang berprofesi sebagai penarik becak. Beliau dahulunya memiliki becak motor BSA yang digunakan sebagai sumber pencari nafkahnya. Namun faktor kebutuhan ekonomi yang menyebabkan beliau menjual becak motor BSA nya dan kini beralih ke becak mesin buatan Jepang. Masyarakat pengguna becak motor BSA juga tak

luput saya untuk dimintai data. Saya ingin melihat respon masyrakat dengan kehadiran becak motor BSA di Pematang Siantar saat ini.

Dari semua data yang telah terkumpul dimulai dari penarik becak, Bapak Syafi’i pemilik bengkel Leo, pihak Dinas Budaya dan pariwisata, dan Pihak Dishub bidang Angkutan Umum saya merasa ada kekurangan data mengenai becak BSA yang berkaitan dengan cagar budaya. beberapa hari kemudian saya mencoba untuk menemui Bapak Erizal Ginting yang merupakan persiden BOM’S dan sebagai orang yang mengerti akan sepeda motor BSA. saat ingin melakukan pertemuan dengan beliau di penginapan Humanitas, beliau sedang tidak ada di lokasi karena sedang pergi ke Kepulauan Riau menghadiri acara perkumpulan motor tua se Indonesia.

Seminggu kemudian saya mencoba menghubungi beliau melalui via telpon seluler. Beliau menyarankan saya untuk bertemu di sore hari di penginapan Humanitas miliknya. Sore harinya saya menuju ke lokasi yang telah dijanjikan dengan beliau. Beliau tamapk sangat ramah menyambut kedatangan saya.

Dari hasil pertemuan dengan Bapak Kusma Erizal Ginting saya banyak mendapatkan data tambahan yang dibutuhkan sebelum melakukan penulisan. Pertama-tama beliau menerangkan asal mula motor BSA darimana, selanjutnya masuknya motor BSA ke Indonesia beserta penyebab-penyebabnya dan kemudian proses dari becak motor BSA yang digadang-gadang sebagai benda cagar budaya dan transportasi wisata resmi di kota Pematang Siantar. Seperti yang diungkapkan oleh Bapak Erizal Ginting :

“Saat ini becak motor BSA sudah masuk kedalam benda cagar budaya dan transportasi wisata. Namun ada beberapa kendala yang

kita alami sampai saat ini. kita lagi nunggu perturan daerah yang khusus membahas tentang keberadaan becak motor BSA di Siantar”.

Tidak hanya disitu saja, beliau juga memaparkan mengapa becak motor BSA berkurang jumlahnya, berubah menjadi becak buatan Jepang. Rencana dari pemerintah ingin menghapuskan becak motor BSA dan berdirinya BOM’S juga beliau paparkan dengan sangat lugas.

Perbincangan kami sore itu berlangsung santai sembari ditemani dengan secangkir kopi yang merupakan minuman favorit Pak Rizal. Ketika malam hari beliau meminta izin kepada saya, bahwa ia ingin bertemu dengan salah satu temannya di tempat lain. Langsung saja saya mengiyakan perkataan beliau. Sebelum berpamitan beliau menanyakan akun sosial media milik saya berupa facebook.

Setelah data semua data terkumpul, saya mencoba menuliskan kembali hasil percakapan dengan beberapa informan yang telah saya rekam sebelumnya. Butuh waktu hingga empat hari untuk menuliskan hasil percakapan tersebut. hal ini saya lakukan untuk memudahkan dalam melakukan penulisan dan juga memilah data.

Dari secara keseluruhan penelitian yang penulis lakukan, terdapat banyak hambatan yang ditemui ketika ingin memperoleh data di lapangan. Hambatan tersebut mayoritas berasal dari pihak dinas-dinas pemerintahan terkait. Mereka sangat sulit sekali ketika dinas-dinas tersebut ingin dimintai keterangan atau informasi terkait masalah becak motor BSA.

ABSTRAK

Maulana Shiddiq Gultom, 2016. Judul Skripsi : Transportasi Darat di Kota Pematang Siantar (Studi Etnografi Transportasi Umum Roda Tiga Becak Motor Birmingham Small Arm’s ). Skripsi ini terdiri dari 5 (lima) Bab, 109 halaman, 4 gambar,10 foto, 9 tabel.

Penelitian ini mengkaji tentang Becak motor Birmingham Small Arms (BSA) sebagai alat transportasi umum di Kota Pematang Siantar. Penelitian ini berlokasi di Kota Pematang Siantar Provinsi Sumatera Utara. Metode yang digunakan yaitu observasi selama dua bulan dan wawancara dengan para penarik becak, ketua BOM’S, serta dinas-dinas terkait. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui bagaimana becak motor BSA dikatakan sebagai alat transportasi yang unik diantara tranportasi umum lainnya dan menjadi kendaraan ciri khas bagi Kota Pematang Siantar.

Sepeda motor BSA dahulunya digunakan sebagai kendaraan perang, namun kini berubah menjadi transportasi umum roda tiga. Pada tahun 1978 populasi becak motor BSA mencapai ribuan unit dan menjadikannya sebagai transportasi umum yang paling diminati masyarakat Pematang Siantar. Seiring perkembangan zaman keberadaan becak BSA perlahan mulai berkurang setiap tahunnya. Dalam mengantisipasi berkurangnya becak motor BSA, dibentuklah organisasi BOM’S yang bertujuan untuk mempertahankan keberadaan becak motor BSA di kota Pematang Siantar.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada beberapa faktor yang menyebabkan berkurangnya becak motor BSA. Munculnya angkutan umum roda empat menjadi penyebab mengapa becak motor BSA perlahan-lahan mulai kehilangan penumpang. Hal ini berdampak pada perekonomian dari masyarakat yang berprofesi sebagai abang becak.Saat ini becak motor BSA direncanakan sebagai salah satu benda cagar budaya dan kendaraan pariwisata di kota Pematang Siantar. Perencanaan ini merupakan langkah BOM’S untuk mempertahankan keberadaan becak motor BSA sebagai kendaraan ciri khas kota Pematang Siantar. Kata kunci :Transportasi umum, Becak motor BSA, Perencanaan

Transportasi Darat di Kota Pematang Siantar

(Studi Etnografi Transportasi Umum Roda Tiga Becak Motor Birmingham Small Arm’s)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mendapatkan Gelar Sarjana Ilmu Sosial

Dalam Bidang Antropologi Oleh:

MAULANA SHIDDIQ GULTOM 110905020

DEPARTEMEN ANTROPOLOGI SOSIAL

Dokumen terkait