Lokasi penelitian berada di Desa Pekan Tanjung Beringin Kecamatan Pekan Tanjung Beringin Kabupaten Serdang Bedagai. Lokasi penelitian dijangkau dengan menggunakan transportasi darat, yaitu angkutan umum (angkot) yang loketnya berada di Amplas. Angkot yang dapat mengantarkan untuk sampai ke Desa Pekan Tanjung Beringin adalah Dirgantara dan Sandra Firma (S2) dengan ongkos Rp.15.000,- dengan jarak tempuh kurang lebih satu setengah jam perjalanan.
Desa Pekan Tanjung Beringin merupakan desa yang baru saya kunjungi dan jika dilihat jarak yang ditempuh cukup jauh dari tempat saya tinggal di kota Medan.
Tetapi saya sudah tinggal bersama masyarakat sebelum saya melakukan penelitian skripsi saya selama empat puluh hari atau satu setengah bulan dalam kegiatan praktek kerja lapangan (PKL). Jadi secara administrasi dan juga pendekatan kepada masyarakat saya sudah memiliki akses yang baik. Jadi saya memutuskan untuk melakukan penelitian skripsi saya di desa ini. Selama saya melakukan penelitian di desa ini saya tinggal di rumah salah satu warga yaitu Ibu Ruri. Ibu Ruri merupakan ketua PKK Desa Pekan Tanjung Beringin.
Hal pertama yang saya lakukan ketika sampai di Desa Pekan Tanjung Beringin adalah menemui kepala desa. Becak merupakan jenis transportasi yang sering saya gunakan selain berjalan kaki. Saya sudah mengenal kepala desa sewaktu saya melakukan praktek kerja lapangan dan juga pegawai yang ada di kantor desa.
Tetapi dikarenakan sudah ada pemilihan kepala desa untuk periode yang baru, maka saya meminta izin kepada kepala desa untuk saya diizinkan melakukan penelitian selama beberapa bulan ke depan. Kepala desa yang baru yaitu Bapak Ir. Indra Syahputra kemudian beliau memberikan saya izin. Selain meminta izin, saya juga mewawancarai beliau mengenai judul penelitian saya. Tetapi dikarenakan beliau baru saja menjabat sebagai kepala desa, saya pun dianjurkan untuk melakukan wawancara dengan mantan kepala desa periode sebelumnya Ibu Fauzity.
Hari berikutnya saya menemui mantan kepala desa Ibu Fauziaty Nasution.
Beliau menjelaskan banyak hal mengenai upaya yang sudah dilakukan oleh
pemerintah desa dalam kebersihan lingkungan. Salah satunya adalah adanya program khusus yang dijalankan oleh lembaga ketahanan masyarakat desa (LKMD) yaitu gotong royong. Gotong royong ini dilaksanakan sebulan sekali dengan dusun yang berbeda. Dusun di Desa Pekan Tanjung Beringin ada 15 dusun. Tetapi adanya program ini tidak lantas membuat wajah desa terlihat bersih. Ketika program gotong royong berlangsung di suatu dusun, masyarakat yang tinggal di dusun tersebut justru tidak mau membantu. Adanya yang menutup pintu rumah dan hanya memantau saja.
Setelah selesai mewawancarai Ibu Fauziaty, saya pun pulang ke rumah induk semang.
Keesokan harinya saya sudah di lapangan jam 10.00 WIB saya memutuskan untuk mewawancarai warga dusun tiga. Karena rumah penduduk yang tidak terlalu jauh satu dengan yang lain, saya memutuskan untuk berjalan kaki. Berjalan kaki di pagi hari tidaklah terlalu menguras tenaga karena udara yang sejuk. Selama perjalanan saya di pagi hari saya melewati parit yang terdapat di depan rumah warga.
Parit tersebut dipenuhi dengan air yang bercampur sampah plastik. Sampah-sampah yang saya lihat kebanyakan jenis sampah plastik yang berwarna karena merupakan plastik pembungkus makanan atau jajanan kemasan anak-anak. Kebanyakan warga dusun tiga membuang sampahnya di halaman rumah, kolong rumah jika rumahnya memiliki bentuk panggung, dan juga di parit. Saya melihat tidak banyak warga yang memiliki tong sampah.
Ketika melakukan wawancara dan juga menimbang sampah beberapa rumah tangga, saya melihat warga dusun tiga sangat ramah. Mungkin di awal mereka cukup bingung kenapa ada warga baru yang berkeliaran di lingkungan mereka. Tetapi
setelah memperkenalkan diri dan memberi tahu maksud dan tujuan saya mereka pun sangat ramah. Bahkan menawarkan bantuan. Tetapi ada juga dua rumah tangga yang tidak mengizinkan saya menimbang sampahnya. Ketika saya meminta izin untuk menimbang sampah, mereka menolak alasannya sampahnya sudah dibuang ke belakang rumah dan juga sudah dibakar.
Hari pun semakin sore, saya pun pulang ke rumah induk semang saya.
Sesampainya di rumah, saya langsung mengetik di laptop informasi yang saya dapatkan dari wawancara yang saya dapatkan satu hari ini. Malam hari saya makan bersama Bapak Suratman dan juga Ibu Ruri. Mereka sangat perhatian terhadap saya.
Banyak hal yang ditanyakan seperti adakah kendala saya dalam mendapatkan informasi selama saya melakukan penelitian. Sehabis makan malam saya juga mengobrol dengan Ibu Ruri. Ibu Ruri merupakan mantan ketua PKK, tetapi masih aktif bekerja di kantor desa jadi saya tidak memiliki banyak waktu untuk berbincang selain pada malam hari. Sebagai penduduk yang bisa dikatakan baru dan juga aktif dalam kegiatan kantor desa, Ibu Ruri menceritakan banyak mengenai program desa tentang kebersihan. Beliau juga menceritakan bagaimana karakteristik masyarakat Desa Pekan Tanjung Beringin secara general terutama terhadap sampah.
Keesokan harinya saya mengunjungi puskesmas untuk mendapatkan informasi mengenai sampah yang ada di puskesmas dan juga bagaimana pengelolaan sampah di puskesmas. Tetapi saya mendapatkan sedikit kesulitan dikarenakan saya tidak membawa surat izin yang ditujukan khusus kepada puskesmas. Karena surat izin yang saya dapatkan dari jurusan adalah surat izin kepala desa dan juga surat izin
masyarakat. Setelah berusaha meyakinkan pegawai TU puskesmas, saya pun akhirnya diizinkan untuk melakukan wawancara kepada pegawai kesehatan lingkungan.
Keesokan harinya saya pergi ke pasar Sergei untuk melihat bagaimana pedagang maupun petugas kebersihan pasar menjaga kebersihan pasar. Saya membayar becak untuk mengantar saya ke pasar. Tarif becak dari rumah ke pasar sebesar Rp.5.000,-. Pukul 07.00 WIB pagi saya sudah berada di pasar. Pasar ini merupakan pasar yang beroperasi setiap hari. Untuk melihat bagaimana pengelolaan sampah di pasar saya membutuhkan waktu satu minggu. Dikarenakan saya berpartisipasi secara mendalam dan para petugas kebersihan mulai membersihkan pasar pukul 10.00 WIB sampai pukul 12.00 WIB. Jadi setiap hari setelah dari pasar saya dapat mengunjungi tempat yang lain untuk informasi yang lain.
Setelah dari pasar saya pergi ke dua sekolah yang ada di Desa Pekan Tanjung Beringin untuk melakukan wawancara. Saya berjumpa dengan Ibu Dewi salah satu guru di sekolah SD dan SMP. Ibu Dewi sangat ramah dan tidak pelit untuk memberikan saya informasi. Beberapa kali saya datang ke sekolah dimana Ibu Dewi mengajar saya selalu disambut dengan hangat dan diberi minuman. Hal itu sungguh berkesan bagi saya.
Selain ke pasar utama Sergei, saya juga pergi ke pekan yaitu pasar yang hanya ada sekali dalam seminggu yaitu hari Jumat. Pekan ini akan ramai dikunjungi pembeli dikarenakan harganya lebih murah dan barang-barang yang dijual segar serta bervariasi dibandingkan dengan pasar Sergei. Sebagian besar dari pedagang yang ada
di pekan adalah bukan penduduk setempat melainkan pendatang. Setiap pedagang dikenakan biaya kebersihan dan juga biaya penyewaan lapak jualan oleh LKMD.
Petugas kebersihan yaitu petugas yang sama yang bekerja di pasar Sergei akan mengutip uang kebersihan setiap lapak jualan. Biasanya Ibu Fatimah dan anaknya akan mengutip uang kebersihan jam 10.00 WIB.
Saya juga melakukan wawancara dengan penduduk Buantan dusun III yang tinggal di dekat bantaran sungai. Kesan pertama saya melihat pemukiman ini adalah kumuh dan padat. Parit yang digunakan untuk mengalirkan air tidak berfungsi sebagaimana mestinya tetapi dipenuhi tumpukan sampah.
Selama melakukan penelitian saya juga berkesempatan berpartisipasi dalam gotong royong yang rutin dilakukan sebulan sekali dengan dusun yang berbeda dengan jadwal yang sudah dibuat sebanyak dua kali. Kegiatan gotong royong dilaksanakan setiap hari Jumat yang melibatkan kepala desa, perangkat desa, anggota PKK, LKMD, dan masyarakat dusun tempat berlangsungnya gotong royong.
Menurut saya gotong royong ini merupakan ajang untuk menunjukkan diri saja karena ketika saya melihat pegawai desa, anggota PKK, dan orang-orang yang menggunakan seragam olahraga terkhusus ibu-ibu datang ke lokasi kemudian berkumpul sambil mengobrol. Kegiatan gotong royong ini terdapat makanan dan minuman berupa minuman kemasan gelas dan makanan yang dibungkus dengan plastik. Mereka makan sambil mengobrol kemudian membuang sampahnya sembarangan. Setelah beberapa menit kemudian mereka perlahan meninggalkan lokasi. Hanya orang yang benar-benar tulus saja yang mau fokus bekerja
membersihkan salah satunya adalah Pak Suratman. Meskipun beliau bukan anggota masyarakat dari suatu dusun dimana gotong royong dilaksanakan, beliau selalu saja hadir dan membantu membersihkan. Kemudian ada juga orang-orang khususnya kaum bapak yang mau fokus bekerja. Tetapi masyarakat setempat tidak membantu melainkan hanya melihat saja sambil mengobrol. Walaupun demikian, program desa yaitu gotong royong ini bisa membantu masyarakat dalam menjaga kebersihan setidaknya pemerintah desa berupaya membuat program kebersihan walaupun hasil lapangan tidak maksimal.
Keesokan harinya saya mengunjungi dusun I khususnya Gang Jawa yang dikenal dengan masyarakat yang peduli akan kebersihan. Orang-orang yang bekerja di kantor desa juga mengatakan bahwa gang tersebutlah yang paling bersih. Saya pun memutuskan pergi ke sana dengan berjalan kaki. Saat itu saya hendak memotret suatu kapal yang sedang berhenti di sungai. Saya pun berdiri dekat jembatan sambil berusaha memfokus kan layar handphone untuk mendapatkan hasil potret yang bagus untuk diupload ke instagram. Seketika saya terkejut mendengar suara benda yang jatuh ke dalam sungai, saya cari tahu itu benda apa dengan melihat ke bawah sungai.
Benda itu merupakan sampah yang sudah dibungkus plastik hitam besar dan saya mencari pelakunya dengan melihat ke arah jembatan, ternyata ada seorang lelaki yang dengan sigap langsung menarik kecepatan tinggi motornya dan menghilang.