• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengertian Sampah

Dalam dokumen SAMPAH DAN KEBERSIHAN (Halaman 30-35)

1.2 Tinjauan Pustaka

1.2.2 Pengertian Sampah

Pengertian sampah secara khusus dikemukakan oleh Azwar A (1979:74) adalah sebagian dari sesuatu yang tidak dipakai, tidak disenangi atau sesuatu yang harus dibuang yang umumnya berasal dari kegiatan yang dilakukan oleh manusia (termasuk kegiatan industri) tetapi bukan biologis karena human waste tidak termasuk di dalamnya. Sedangkan menurut Mochtar M (1987:55) sampah adalah sesuatu yang tidak digunakan, tidak dipakai, tidak disenangi atau sesuatu yang dibuang yang berasal dari kegiatan manusia dan tidak terjadi dengan sendirinya.

Menurut relawan Buddha Tzu Chi Indonesia, sampah merupakan sesuatu yang dianggap tidak berguna atau buangan bagi sebagian orang tetapi bagi orang lainnya adalah hal yang berguna/berkah.

World Health Organization (WHO) juga mengungkapkan definisi sampah yakni, sesuatu yang tidak digunakan, tidak dipakai, tidak disenangi atau sesuatu yang dibuang yang berasal dari kegiatan manusia dan tidak terjadi dengan sendirinya (Chandra,2006). Jadi jika ditarik benang merahnya sampah merupakan hasil dari kegiatan manusia yang tidak digunakan atau dipakai lagi dan diperlukan penanganan yang baik dan benar dalam mengelolanya supaya tidak menimbulkan dampak negatif bagi masyarakat. Besarnya jumlah penduduk mempengaruhi jumlah timbulan sampah

yang dihasilkan. Semakin besar jumlah penduduknya maka sampah yang dihasilkan oleh suatu desa pun akan besar juga.

Mengelola sampah dengan baik berarti kita menjaga lingkungan untuk tetap bersih, sehat, dan rapi serta terhindar dari penyakit. Karena sejatinya sampah-sampah yang kita hasilkan setiap harinya baik itu sampah yang berasal dari rumah tangga, ruang publik, dan juga kegiatan industri akan memberikan dampak negatif jika tidak dikelola dengan baik. Jadi, untuk terhindar dari dampak negatif salah satunya penyakit maka sangat diperlukan pemahaman akan pentingnya mengelola sampah.

Suwerda menjelaskan bahwa sampah terbagi menjadi dua jenis, yaitu; a.

Sampah Organik adalah sampah yang bersifat biodegradable, yaitu sampah yang dapat diuraikan secara sempurna melalui proses biologi baik secara aerob maupun anaerob. Contoh sampah organik adalah sampah dapur, sisa-sisa hewan dan sampah pertanian atau perkebunan; b. Sampah Anorganik adalah sampah yang bersifat non biodegradable, yaitu sampah yang tidak dapat diuraikan secara sempurna melalui proses biologi baik secara aerob maupun anaerob. Sampah anorganik dibagi menjadi sampah yang dapat digunakan kembali dan tidak dapat digunakan kembali.

Penggolongan Jenis Sampah

Penggolongan jenis sampah menurut Undang-Undang No 18 Tahun 2008 menjelaskan bahwa jenis sampah dapat dibagi menjadi beberapa sebagai berikut ini:

 Sampah rumah tangga didefinisikan sebagai barang yang berasal dari kegiatan sehari-hari dalam rumah tangga, tidak termasuk tinja dan sampah spesifik.

 Sampah sejenis sampah rumah tangga sebagaimana dimaksud berasal dari

kawasan komersial, kawasan industri, kawasan khusus, fasilitas sosial, fasilitas umum, dan/atau fasilitas lainnya.

 Sampah spesifik, meliputi 1) sampah yang mengandung bahan berbahaya dan

beracun; 2) sampah yang mengandung limbah bahan berbahaya dan beracun;

3) sampah yang timbul akibat bencana; 4) bongkaran bangunan; 5) sampah yang secara teknologi belum dapat diolah; dan/atau 6) sampah yang timbul secara tidak periodik (UU No. 18 Tahun 2008).

Terciptanya lingkungan yang bebas dari sampah tentunya perilaku masyarakat yang menempati lingkungan tersebut haruslah baik dan tepat khususnya dalam mengelola sampah. Menurut Undang-Undang No. 18 tahun 2012, bahwa pengelolaan sampah yang baik adalah pengelolaan yang mengacu pada sistem yaitu sistem pengurangan sampah dan sistem penanganan sampah. Sistem pengurangan sampah meliputi 3 indikator, antara lain:

1. Pembatasan timbunan sampah, 2. Pendaur ulangan sampah, 3. Pemanfaatan kembali sampah.

Sistem penanganan sampah meliputi 5 indikator, antara lain:

1. Pemilahan sampah,

2. Pengumpulan sampah, 3. Pengangkutan sampah, 4. Pengolahan, dan

5. Pemrosesan akhir sampah.

Kedua sistem pengelolaan sampah yang baik tersebut akan tercapai apabila masyarakat dan pemerintah setempat mau berjalan beriringan. Apabila hanya salah satunya saja yang melaksanakan, maka pengelolaan sampah belum 100% baik.

Dengan kata lain pengelolaan sampah tidak akan mencapai hasil yang diharapkan yakni lingkungan yang bersih yang bebas dari sampah.

Sampah yang membusuk menimbulkan bau yang tidak sedap dan berbahaya bagi kesehatan. Air yang dikeluarkan (lindi) juga dapat menimbulkan pencemaran sumur, sungai maupun air tanah. Selain itu sampah yang tercecer tidak pada tempatnya dapat menyumbat saluran drainase sehingga dapat menimbulkan bencana banjir. Ketika musim penghujan tiba atau ketika air sungai pasang, maka rumah penduduk yang berada di daerah sungai akan mengalami kebanjiran yang diakibatkan oleh sampah masyarakat yang dibuang secara sembarangan menyebabkan sampah-sampah mengendap. Pengumpulan sampah-sampah dalam jumlah besar memerlukan tempat yang luas, tertutup, dan jauh dari pemukiman.

Berbagai bentuk penanganan sampah yang ada saat ini, tampaknya belum bisa membuat lingkungan bersih atau bebas dari sampah. Penanganan masalah sampah yang belum maksimal disebabkan oleh beberapa faktor. Menurut Zuska, (2008:6-8)

ada empat golongan pengamat yang berpandangan mengapa sampah tidak sepenuhnya dapat tertangani.

Golongan pertama, mengatakan penanganan sampah oleh petugas yang kurang baik, banyak sampah yang tertinggal di sumbernya, jarak pengangkutan sampah yang terlalu jauh sehingga sampah yang sudah diangkut akan berserak kembali. Golongan kedua, mengatakan permasalahan sampah kota ini erat kaitannya dengan teknologi pengolah sampah di tempat pembuangan akhir (TPA). Indonesia saat ini menggunakan incinerator sebagai teknologi pengolah sampah. Namun hal itu dianggap kurang efektif karena untuk membakar sampah organik memerlukan energi yang besar, waktu yang lama, mencemari lingkungan serta kapasitas pembakar nya rendah.

Golongan ketiga, mengaitkan masalah sampah dengan perilaku individu yang membuang sampah sembarangan. Ada pendapat yang mengatakan bahwa kebiasaan buruk ini karena anak-anak tidak dibiasakan meletakkan sampah pada tempatnya, hukum yang tidak ditegakkan bagi pelanggar aturan. Kebudayaan juga memiliki gagasan/konsep/kepercayaan tentang kebersihan. Apa yang dianggap bersih dan apa yang perlu dibersihkan, pandangan itu berbeda-beda antara satu kebudayaan dengan kebudayaan yang lainnya. Golongan keempat, berpandangan bahwa sebaiknya produk-produk pertanian yang masuk kota sudah dalam keadaan bersih dari daun, kulit dan ranting.

Ada banyak pandangan yang berbeda-beda terkait alasan mengapa masalah

sampah belum bisa diatasi secara tuntas. Oleh karena itu penanganan masalah sampah haruslah dilihat dari berbagai sudut pandang. Kerjasama antar pihak yang terlibat harus tetap seimbang. Pengetahuan masyarakat tentang menjaga kebersihan harus terus disebar luaskan melalui sosialiasi dan pelatihan. Kemudian petugas kebersihan yang bertanggung jawab mengurus sampah harus sungguh-sungguh mengerjakan tugasnya, adanya penegakkan hukum yang konsisten, dan teknologi pengolah sampah harus memadai.

Dalam dokumen SAMPAH DAN KEBERSIHAN (Halaman 30-35)

Dokumen terkait