PERILAKU MASYARAKAT TERHADAP PENGELOLAAN SAMPAH Pengolahan sampah merupakan bagian penting dalam penanganan sampah
1.3 Pengelolaan Sampah
3.2.1. Sistem Pengumpulan Sampah
Pengumpulan sampah pada masyarakat dilakukan sendiri oleh setiap rumah tangga. Caranya adalah dengan mengumpulkan sampah dalam rumah atau lingkungan masing-masing menggunakan wadah dan ada juga yang menumpukkan sampahnya pekarangan rumah menjadi satu kemudian sampah tersebut akan dibakar, ditanam, dan dibuang.
a. Sistem Pengumpulan Sampah Tingkat Rumah Tangga 1. Wadah sampah
Wadah sampah yang digunakan adalah sebuah ember bekas cat dengan volume 20 kg, Styrofoam wadah ikan bervolume 15 kg, dan keranjang sampah yang terbuat dari bambu. Penempatan tong sampah ember bekas cat biasanya di dapur masak, di teras rumah, dan di pekarangan atau halaman. Tetapi untuk bak sampah bamboo umumnya di letakkan di depan rumah. Tidak seluruh masyarakat mewadahi sampahnya. Hal ini bisa dilihat dari masih banyak rumah yang terdapat di 15 dusun desa ini yang masih menyerakkan sampahnya di pekarangan, membuang sampahnya ke jendela, membuang sampahnya ke parit, sungai, dan kolam yang tidak digunakan lagi. Seperti misalnya sehabis memasak, sampah-sampah yang dihasilkan dari kegiatan memasak tersebut langsung dibuang ke sembarang tempat. Yang penting jangan sampai lingkungannya sendiri menjadi kotor. Meskipun hal itu dapat membuat banyak orang tidak merasa nyaman.
2. Pewadahan
- Golongan Yang Melakukan Pewadahan Sampah
Golongan ini memilki treatment (perlakukan) terhadap sampahnya. Berlatar belakang sebagai petani, aktivis partai politik, dan pegawai kantor desa merupakan orang-orang yang masuk ke dalam golongan ini. Kemudian juga lingkungan tempat di mana mereka tinggal. Bukti bahwa suatu rumah tangga melakukan treatment terhadap sampahnya adalah melihat jumlah sapu yang dimiliki. Rata-rata rumah yang lingkungannya bersih dan memiliki treatment terhadap sampahnya menyediakan dua buah sapu rumah dimana sapu-sapu tersebut akan diletakkan di belakang (dapur) dan juga di depan (teras).
Sebelum sampah-sampah yang diproduksi setiap hari seperti sampah dapur dan sampah lainnya dimasukkan ke dalam bak sampah, ada proses yang dilakukan.
Untuk sampah dapur seperti kepala ikan, udang, dan juga sisik ikan akan dimasukkan ke dalam plastik terlebih dahulu tetapi untuk kulit bawang, bonggol sayur tidak perlu dimasukkan ke dalam plastik. Hal ini dilakukan untuk menghindari bau busuk dari kepala ikan, udang, dan sisik. Lalu dimasukkan ke dalam bak sampah. Kemudian untuk sampah selain dapur, yaitu sampah sehari-hari. Misalnya sampah dari hasil menyapu lantai rumah yang dilakukan setiap pagi dan sore akan dimasukkan ke dalam wadah sampah yang disediakan di teras rumah. Sampah-sampah yang sudah di masukkan ke dalam wadah sampah, akan diproses dengan cara dibakar, ditanam, dan dibuang ke kolam. Salah satu contohnya keluarga Pak Erwin. Di belakang rumah mereka terdapat satu kolam yang sudah kering, si pemilik kolam tersebut mengizinkan untuk membuang sampah ke kolam tersebut salah satunya karena sampah-sampah warga di gang tersebut dapat menutupi kolam miliknya tanpa mengeluarkan biaya dengan membeli tanah timbunan. Pak Erwin sendiri juga memiliki anak berumur 2 tahun yang masih menggunakan pampers. Bisa dikatakan sampah yang paling banyak adalah pampers. Jika pampers tersebut dibakar maka akan menimbulkan satu musibah menurut kepercayaan mereka.
Biasanya sampah-sampah yang sudah terkumpul akan diproses ketika bak sampah sudah penuh sekitar dua atau tiga hari. Pembuangan sampah seperti sisa makanan, kepala ikan, udang, dan sisik ke dalam kolam khusus dilakukan oleh masyarakat yang memilki kolam seperti Pak Suratman dan Pak Rajali. Hal itu
dikarenakan sampah tersebut bisa dimakan oleh ikan. Tetapi masyarakat yang tidak mempunyai akan membuangnya ke saluran drainase yang berada di depan rumah, samping rumah, dan belakang rumah. Sampah akan dibakar jika tidak ada cara lain mengelolanya.
- Golongan Yang Tidak Melakukan Pewadahan Sampah
Masyarakat memiliki perspektif atau pandangan mengenai sampah. Ada yang memandang sampah sebagai suatu masalah dan ada juga yang tidak. Masyarakat yang tidak memandang sampah sebagai suatu masalah. Orang-orang yang termasuk ke dalam golongan ini cenderung tidak melakukan treatment (perlakuan) khusus terhadap sampahnya. Membiarkan dan membuang sampah kesembarangan tempat sebagai bentuk praktiknya. Kelompok ini kebanyakan berasal dari masyarakat yang tinggal di daerah dekat dengan pesisir atau pinggir laut, pinggir sungai, dan dikelilingi oleh parit. Daerah Buantan yang ada di dusun III salah satu daerah yang berada dekat dengan sungai dan dikelilingi oleh saluran drainase. Penduduk yang tinggal disana membuang sampahnya ke sungai dan juga ke saluran drainase.
Mayoritas memiliki pekerjaan sebagai nelayan dan bersuku Melayu.
“Saya kumpulkan di dalam karung kemudian saya bawa ke sungai. Lalu saya buang ke sana (sungai). Karena di sana semua orang membuang
sampahnya” (S. Tarigan, 55).
Dari persoalan di atas, perlakuan masyarakat terhadap sampahnya dipengaruhi oleh lingkungan dimana mereka tinggal. Jika lingkungannya dekat dengan sungai maka dengan mudah mereka akan membuang sampahnya ke sungai. Begitu juga
dengan lingkungan yang dikelilingi oleh saluran drainase/parit, maka masyarakat akan membuang sampahnya ke dalam parit. Konsekuensi nya adalah ketika sampah dibuang ke parit maka sampah tersebut akan selamanya berada di sana dikarenakan tidak ada orang yang mengambilnya atau membersihkannya.
“Ya kalo ada sampah ya saya campakkan saja ke sana (menunjuk saluran drainase” (Ina, 46).
3. Pembuangan
Pembuangan sampah dilakukan dengan cara ditanam dan dibakar. Tetapi masyarakat lebih dominan melakukan pembakaran pada sampahnya. Selain cepat prosesnya beberapa anggapan dari masyarakat mengatakan tanah hasil bakaran sampah dapat digunakan sebagai pupuk tanaman dan dibawa ke sekolah ketika guru menyuruh anak-anaknya untuk membawa pupuk kompos untuk tanaman.
Gambar 19
Foto: Pak Jali Membakar Sampah Sumber: Dokumentasi penulis
4. Pelaku
Pelaku nyampah: Untuk tingkat keluarga atau rumah tangga pelaku nyampah dilakukan oleh anggota keluarga. Seperti ayah, ibu, dan anak-anak.
b. Sistem pengumpulan sampah di tingkat publik
Sistem penanganan sampah di area publik biasanya ditangani oleh pemerintah setempat misalnya pemerintah kabupaten, kecamatan, dan desa. Penanganan sampah maksudnya sampah-sampah yang diproduksi oleh masyarakat dalam seharinya seharusnya bisa ditangani sehingga tidak berserak dan tercecer ke sembarang tempat.
Salah satu penanganan yang dilakukan dengan cara memiliki sistem pengumpulan sampah untuk tingkat desa.
Pembuangan sampah di tingkat publik khususnya pasar atau pajak akan dilakukan oleh Dinas Kebersihan Kabupaten Serdang Bedagai dengan menggunakan truk pengangkut sampah. Untuk sampah pasar ada tempat pembuangan sementara yang berada di pinggir jalan. Truk ini akan datang tiga hari sekali untuk mengangkut sampah. Dan untuk sampah yang berasal dari selain pajak akan dibakar dan dibuang ke TPA yang terdapat di dusun I.
1. Wadah
Mengumpulkan sampah berarti memberikan wadah bagi sampah-sampah tersebut. Pengumpulan sampah membutuhkan wadah seperti bak atau tong yang dapat digunakan untuk menampung sampah-sampah hasil kegiatan masyarakat
setempat. Penyediaan wadah-wadah sampah oleh pemerintah setempat dilakukan hanya di beberapa titik saja. Sama halnya dengan pemerintah kabupaten yang menangani masalah kebersihan dengan menyediakan wadah sampah berbentuk keranjang yang terbuat dari bambu dan juga satu truk pengangkut sampah untuk dibawa ke TPA (Tempat Pembuangan Akhir) di beberapa titik tempat. Titik tersebut meliputi pasar Tanjung Beringin, pasar pekan, kantor desa, puskesmas, sekolah serta rumah penduduk yang berlangganan. Titik-titik yang memiliki tempat sampah tersebut tidak akan mampu menampung seluruh sampah masyarakat desa pekan tanjung beringin yang berjumlah 14.000 jiwa. Hal ini menyebabkan banyaknya sampah berserakan baik di pinggir jalan, sungai, saluran drainase, dan berbagai sudut-sudut desa.
2. Pewadahan
Untuk di tingkat publik tidak ada perlakuan khusus terhadap sampah.
Sampah-sampah yang sudah terkumpul di bak sampah yang sudah disediakan akan diangkut oleh truk Dinas Lingkungan Hidup dan dibawa ke TPA (Tempat Pembuangan Akhir) Blidan Sungai Paret. Tetapi untuk daerah pasar Tanjung Beringin dan pasar pekan sampah yang sudah dikumpulkan oleh petugas kebersihan akan diangkut oleh truk dua kali dalam seminggu dan sepeda motor viar empat kali dalam seminggu. Jadi proses pengangkutan sampah pasar dilakukan dari hari senin sampai hari sabtu. Pemerintah desa sebenarnya menyediakan satu buah pengangkut sampah yaitu sebuah sepeda motor viar. Viar ini biasanya digunakan ketika gotong royong dari kegiatan desa.
3. Pembuangan
Instansi pemerintahan, sekolah dan rumah yang berlangganan akan diangkut oleh truk dan viar dan sampahnya akan dibunag ke TPA. Sementara sampah hasil gotong royong yang dilakukan oleh pemerintah desa dibawah naungan LKMD (Lembaga Ketahanan Masyarakat Desa) akan diantar ke rumah Pak Suratman untuk diolah menjadi pupuk kompos. Baru-baru ini sampah-sampah tersebut akan dibuang di kolam milik warga karena warga memintanya. Sampah tersebut digunakan untuk menimbun kolam.
4. Pelaku
Pelaku menyampah dari tingkat publik dilakukan oleh semua orang-orang desa. Mulai dari anak-anak, remaja, dewasa, orang tua, dan lansia. Sumber sampah juga di hasilkan dari pesta atau kegiatan-kegiatan yang dilakukan di desa. Misalnya pesta pernikahan, sunatan, acara ulang tahun kenduri, wirit, rapat desa atau kecamatan, dan juga gotong royong. Seperti kegiatan gotong royong yang dilakukan oleh pemerintah desa sebulan sekali. Untuk konsumsi yang disediakan semuanya dikemas dengan wadah plastik. Jadi sekalipun itu kegiatan pembersihan lingkungan, tetap saja kegiatan menghasilkan sampah khususnya plastik tetap saja ada.
An or ga nik (kg ) O rg an ik (kg ) Sa mpa h ( ha ri) An ng ot a K elu ar ga M as ak Se ha ri 1 Su ra tm an (57 ) 2 on s 3, 2 kg 3 4 2 Iy a 2 Bu K adu s 2, 2 on s 0, 5 kg 1 5 2 Ti da k 3 Bu A ni ( Pe nju al P ec al) 2, 6 on s 1 kg 2 6 2 Ti da k 4 Pa k Er wi n 2, 2 on s Di bu an g k e k ola m 1 5 1 Ti da k 5 Bu A mi ni ( Pe nju al L on ton g) 1 on s 2 kg 1 5 1 Ti da k 6 Pa k O do m 1 kg ke b ak sa mpa h d epa n r um ah 1 5 1 Iy a 7 Ibu S iba h 7 on s Di bu an g k e s am pin g r um ah 2 5 2 Iy a 8 Bu Y us na 5 on s 7 on s 1 5 2 Ti da k 9 Bu S us an ti 3 on s 5 on s 1 5 2 Ti da k 10 S. T ar iga n 6 on s 4 on s 1 5 1 Ti da k
Pe mi lih an Y a/T ida k
Da ta S am pa h R um ah T an gg a D es a P eka n T an jun g B er ing in
Ta be l 7 Je nis S am pa h Ju ml ah Ru ma h T an gg a No
Tabel di atas dibuat untuk mengetahui jenis sampah, banyaknya jumlah sampah, berapa kali ibu rumah tangga memasak dalam sehari, jumlah anggota keluarga, dan pemilahan sampah yang dilakukan oleh 10 rumah tangga. Tabel ini dibuat berdasarkan wawancara dan pengamatan di dusun I, III dan di dusun VI dengan tidak melupakan bahwa Desa Pekan Tanjung Beringin memiliki 15 dusun.
Secara umum ada rumah tangga yang melakukan pemilahan dan ada juga yang tidak melakukannya. Yang melakukan pemilahan dari data di atas ada 3 rumah tangga selebihnya tidak melakukan. Dapat dilihat bahwa jumlah sampah yang dihasilkan selama dua hari oleh 10 rumah tangga adalah 10,6 kg sampah anorganik dan 8,3 sampah organik.
Pemilahan yang dilakukan oleh tiga rumah tangga ini bisa dikatakan masih sederhana. Artinya dalam pemilahan yang dilakukan mereka menyediakan 2 bak sampah yang mana digunakan untuk memisahkan sampah organik dan anorganik.
Tetapi mereka belum sepenuhnya meletakkan sampah yang tergolong organik ke dalam bak sampah organik, proses mencampur sampah organik dan anorganik masih terjadi. Tetapi cara mereka setidaknya sudah memilah sampahnya walaupun belum sempurna. Fenomena tersebut menandakan bahwa ada masyarakat yang perduli dengan sampahnya sendiri dan ada masyarakat yang tidak perduli. Penilaian ini dilakukan dengan membandingkan penyediaan tong sampah di setiap rumah tangga.
Tabel di atas menunjukkan bahwa beberapa rumah tangga hanya menyediakan satu tong sampah. Setiap sampah yang diproduksi setiap harinya akan dimasukkan ke dalam bak yang sama tanpa memperhatikan jenisnya.
Untuk masyarakat yang melakukan pemilahan sampah atau yang menyediakan dua buah tong, biasanya mereka akan membiarkan sampah anorganik selama dua hari kemudian setelah dua hari sampah tersebut akan dibakar. Dan untuk sampah organik masyarakat akan membuangnya ke kolam dan dijadikan pupuk kompos. Tidak semua sampah organik dapat dimasukkan ke kolam ikan. Sisa makanan, sisa kepala ikan dan perut ikan itulah yang akan dimasukkan ke dalam kolam sebagai makanan ikan. Sedangkan yang lainnya akan berakhir di pembakaran.
Selain membuang ke kolam dan dibakar, ada masyarakat yang membuang sampahnya ke pekarangan. Sampah ini biasanya sampah yang dihasilkan sehabis memasak. Sampah sehabis memasak meliput kulit bawang, tangkai cabai, kulit jahe, kulit kencur, tangkai sayuran, daun sayuran akan dibuang langsung ke jendela.
Jendela yang berada di dapur berdekatan dengan kompor memasak hal itulah yang membuat sampah sehabis memasak akan dibuang melalui jendela.
Masyarakat yang tidak melakukan pemilahan terhadap sampahnya memiliki banyak pilihan tempat ke mana sampahnya tersebut akan dibuang. Seperti misalnya parit, pekarangan rumah, jalan umum, jembatan, dan juga sungai. Tanpa memikirkan dampak yang akan ditimbulkan. Kurangnya kesadaran masyarakat akan bahaya sampah dan kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai pengelolaan membuat tidak adanya perlakuan yang khusus terhadap sampah. Jika kita melewati Jalan Perintis Kemerdekaan makan kita akan menemukan satu jembatan. Di bawah jembatan itu terdapat sungai yang digunakan masyarakat setempat untuk mengendarai sampannya mencari ikan.
Selain itu sebagian masyarakat masih menggunakan airnya untuk memenuhi kebutuhan MCK (Mandi Cuci Kain). Selain berfungsi sebagai tempat nelayan mencari nafkah dan kebutuhan MCK sungai tersebut juga menjadi salah tempat sampah masyarakat setempat yang paling strategis. Semua orang akan berlalu lalang melewati jembatan itu. Masyarakat akan mengumpulkan sampah di dalam plastic besar atau karung lalu membuangnya ke bawah sungai tanpa rasa bersalah. Kemudian mengendarai sepeda motor dan pergi meninggalkan jembatan.
Ada masyarakat yang mengolah sampahnya dengan membuatnya menjadi pupuk kompos. Sampah yang diolah menjadi pupuk kompos adalah sampah anorganik. Sampah-sampah yang dikelola menjadi kompos berasal dari hasil sampah milik Bapak Suratman sendiri dan sampah hasil gotong royong dari desa maupun kecamatan.
1. Menggunakan Mesin Pencacah
a. Sampah-sampah organik dimasukkan ke dalam mesin giling. Kemudian sampah di cacah/digiling. Sebelumnya harus menyediakan sampah dengan jumlah yang banyak untuk digiling selama sehari penuh. Sampah-sampah tersebut berupa rumput-rumput, batang pisang, batang papaya, batang bunga, daun-daun, sayuran,
b. Hasil penggilingan ditempatkan di suatu tempat yang beratap. Kemudian sampah tersebut di campur dengan bahan lain seperti kotoran sapi, kotoran lembu, kotoran kambing, kotoran ayam, dan sekam padi yang sudah di bakar untuk pembuatan batu-bata hasilnya akan lebih halus.
c. Sampah diaduk setiap minggu dan di taburkan air yang dicampur bahan fermentasi yang disebut EM4. Guna EM4 adalah untuk mempercepat pembusukan sampah organic.
d. Dibutuhkan waktu selama 3 bulan mendapatkan pupuk kompos.
Gambar 20
Foto: Mesin pencacah sampah organik Sumber: Dokumentasi penulis
Gambar 21
Foto: Hasil pupuk kompos Sumber: Dokumentasi penulis
Gambar 22
Foto: Sampah-sampah yang ditanam Sumber: Dokumentasi penulis
Membuat Kompos Secara Manual
Pembuatannya hampir sama dengan menggunakan mesin pencacah, hanya saja ini bedanya tidak menggunakan mesin.
1. Sampah organik seperti daun-daun, batang pisang, batang tebu, rumput-rumput, batang padi, sayur-sayuran di tempatkan dalam satu lobang. Kemudian lobang tersebut diisi dengan sampah-sampah tersebut. Kemudian sampah tersebut di campur dengan bahan lain seperti kotoran sapi, kotoran lembu, kotoran kambing, kotoran ayam, dan sekam padi yang sudah di bakar untuk pembuatan batu-bata hasilnya akan lebih halus.
2. Sampah diaduk setiap minggu dan di taburkan air yang dicampur bahan fermentasi yang disebut EM4. Guna EM4 adalah untuk mempercepat pembusukan sampah organik.
Karena ini manual, jadi setiap minggu sampah-sampah tersebut diaduk. Jika sampah yang berada di paling bawah lubang sudah berubah menjadi tanah (pupuk kompos) maka tanah tersebut akan diangkat keluar dipindahkan ke tempat yang terbuka. Kemudian sampah yang belum berubah bentuknya atau sampah yang berada di atas lubang akan di pindahkan kebagian dalam lubang. Begitu seterusnya prosesnya sampai semua sampah berubah menjadi tanah (pupuk kompos). Setelah itu pupuk kompos yang berbentuk tanah siap digunakan untuk tumbuhan. Dibutuhkan waktu selama 3 bulan mendapatkan pupuk kompos.
Gambar 23
Foto: Sampah yang dimasukkan ke dalam lubang
Sumber: Dokumentasi penulis
Gambar 24
Foto: Hasil pupuk kompos yang berbentuk tanah Sumber: Dokumentasi penulis
Gambar 25
Foto: Tanaman papaya yang diberikan pupuk kompos Sumber: Dokumentasi penulis
Dikarenakan Pak Suratman memiliki tanaman seperti buah-buah seperti pepaya, kelapa, pisang, mangga, cabai, jambu, ubi kayu, mengkudu, sirsak, nangka,
markisa, jagung dan juga berbagai macam sayuran. Beliau menggunakan pupuk kompos tersebut sebagai pupuk untuk tanaman nya.
BAB IV
KEGIATAN PENDUKUNG PENGELOLAAN SAMPAH