PENGELOMPOKAN DAN PENGGOLONGAN SAMPAH
3. Kegiatan Mandi
2.2 Sampah Publik
Ruang publik adalah tempat dimana setiap orang memiliki hak untuk memasukinya tanpa harus membayar uang masuk. Ruang publik berupa tempat-tempat umum dan tempat-tempat-tempat-tempat perdagangan. Tempat umum adalah tempat-tempat yang
dimungkinkan banyaknya orang berkumpul dan melakukan kegiatan termasuk tempat-tempat perdagangan. Tempat-tempat tersebut mempunyai potensi yang cukup besar dalam menghasilkan sampah. Jenis sampah yang dihasilkan dapat berupa sisa-sisa makanan (sampah basah), sampah kering, abu, sisa-sisa-sisa-sisa bahan bangunan, sampah khusus dan kadang-kadang juga terdapat sampah yang berbahaya. Contoh tempat-tempat tersebut adalah:
toko,
rumah makan/warung,
tempat-tempat penginapan,
Tempat-tempat hiburan umum (taman),
Jalan umum,
Tempat-tempat parkir,
Tempat-tempat pelayanan kesehatan,
Komplek militer,
Gedung-gedung pertemuan,
Pantai tempat berlibur,
Sarana pemerintahan yang lain.
2.2.1. Pasar
Dalam pengertian sederhana, pengertian pasar adalah sebagai tempat bertemu nya pembeli dan penjual untuk melakukan transaksi jual-beli barang dan jasa.
Sedangkan arti pasar adalah suatu tempat dimana pada hari tertentu para penjual dan
pembeli dapat bertemu untuk jual-beli barang. Pasar yang ada di Desa Pekan Tanjung Beringin ada dua jenis, yakni pasar Serge dan juga pasar mingguan yang dikenal dengan pekan. Adanya dua jenis pasar di desa ini ditentukan berdasarkan waktu pasar itu buka atau melakukan kegiatan jual-beli. Pasar Serge beroperasi setiap hari sedangkan pasar mingguan hanya sekali seminggu yakni setiap hari Jumat untuk Desa Pekan Tanjung Beringin.
a. Pasar Tanjung Beringin/Pasar Bedagai
Pasar ini merupakan pusat pasar yang ada di Kecamatan Tanjung Beringin.
Semua desa yang ada di kecamatan ini akan datang ke pasar Serge ini untuk membeli kebutuhan sehari-hari. Tetapi sekarang sudah ada yang namanya pekan yaitu pasar yang dibuat di desa masing-masing dengan hari yang berbeda dan waktu yang berbeda tetapi hanya terjadi sekali dalam seminggu. Seperti untuk Desa Nagur pekan diadakan setiap hari Rabu pada malam hari. Jadi intensitas masyarakat yang ada di seluruh desa untuk membeli barang kebutuhan di pasar utama Serge berkurang.
Beberapa pedagang mengeluh karena hal itu membawa dampak bagi mereka.
Sedikitnya pembeli yang datang membuat barang dagangan mereka selalu bersisa dalam sehari.
Rata-rata masyarakat ke pasar menggunakan sepeda motor pribadi dan juga becak. Becak digunakan ketika masyarakat belanja dengan jumlah yang banyak sehingga barang-barang tidak bisa dibawa dengan sepeda motor. Tetapi ada juga yang menggunakan becak bukan hanya sebagai pengangkut barang saja tetapi sebagai
sarana transportasi. Tarif yang dikenakan sesuai dengan jarak yang akan ditempuh.
Biaya sebesar Rp. 5.000,- dikenakan jika jarak yang ditempuh sekitar 300 meter.
Layaknya pasar yang lain, pasar ini juga memiliki petugas parkir. Dimana setiap kendaraan yang memberhentikan kendaraan bermotornya di area parkir yang sudah ditentukan maka akan dikenakan tarif parkir. Tarif parkir yang dikenakan ialah sebesar Rp.2.000,- per sepeda motor.
Pasar Serge ini memiliki luas sebesar 5 rantai atau 20.000m. Pasar ini di bawah naungan Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Serdang Bedagai dimana salah satu tujuannya adalah menyediakan tempat berjualan bagi para pedagang. Setiap pedagang yang mengggunakan lapak berjualan yang disediakan oleh Dinas Perindustrian dan Perdagangan atau sekitar area pasar akan dikenakan iuran retribusi pasar. Pembayaran retribusi ini berdasarkan jenis tempat jualan yang diambil oleh pedagang. Masyarakat menamainya dengan nama „kios‟ yaitu tempat jualan yang memilki pintu dan „loss‟ yaitu tempat jualan yang terbuka yang tidak memilki pintu. Untuk kios dikenakan retribusi pasar sebesar Rp. 3.000,-/hari sedangkan kios dikenakan sebesar Rp. 2.000,-/hari. Jumlah kios di pasar ini sebanyak 55 buah dan loss berjumlah 62 buah. Pedagang di pasar ini datang dari latar belakang yang bermacam-macam kelompok etnik ada Melayu, Jawa, Banjar dan Batak. Untuk pasar ini pengutipan retribusi dilakukan oleh Pak Bobby (46 th). Setelah itu Pak Bobby akan menyetor uang retribusi yang sudah dikumpulkan ke Dinas Perindustrian dan Perdagangan per tiga hari sekali melalui transfer bank.
Selain di bawah naungan Dinas Perindustrian dan Perdagangan, Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan juga mengambil andil dalam hal menjaga kebersihan pasar. Pasar dikenal sebagai tempat dimana terdapat banyak sampah baik organik dan anorganik setiap harinya, sehingga dibutuhkan perhatian khusus dalam hal kebersihan. Petugas kebersihan di pasar ini berjumlah tiga orang, Bu Fatimah, Bu Juliati, dan Pak Deddy (supir viar pengangkut sampah). Mereka bertiga merupakan orang dari Dinas Lingkungan Hidup Serdang Bedagai.
Petugas kebersihan yang berjumlah tiga orang tersebut akan datang ke pasar setiap harinya. Cara kerja untuk membersihkan pasar ini adalah dengan disapu.
Penyapuan ini dilakukan secara berurut yang dimulia dari sudut pasar sebelah timur sampai ke bagian pasar barat. Setiap kios mereka sapu berdasarkan jalurnya setiap jalur terdapat parit. Parit merupakan tempat yang paling enak bagi penjual untuk membuang sampah-sampah jualan mereka. Bu Fatimah dan bu Juliati akan menyapu keseluruhan pasar bahkan tidak hanya di dalam pasar, tetapi juga ke daerah jalan utama dimana di sana terdapat kios-kios pribadi yang menjual barang grosiran.
Setelah disapu sampah-sampah tersebut kemudian dimasukkan ke dalam keranjang buah yang terbuat dari bambu. Pak Deddy yang merupakan supir sepeda motor viar dan satu-satunya lelaki petugas kebersihan, akan mengangkat sampah-sampah yang sudah dikumpulkan dalam keranjang buah tersebut lalu membawanya ke luar pasar untuk dimasukkan ke dalam bak viar menggunakan gerobak dorong yang sudah diparkirkan di arah timur pasar.
Gambar 1
Foto: Ibu Fatimah petugas kebersihan pasar Sumber: Dokumentasi Penulis
Gambar 2
Foto: Ibu Juliati petugas kebersihan pasar membersihkan paret Sumber: Dokumentasi Penulis
Gambar 3
Foto: Pak Deddy petugas kebersihan pasar Sumber: Dokumentasi Penulis
Setiap pedagang di pasar ini dikenakan biaya kebersihan sebesar Rp.1.000,-/hari. Uang itu akan dikutip setiap harinya oleh Ibu Fatimah, tetapi terkadang Bu Fatimah akan menyuruh putrinya untuk mengutip iuran dikarenakan rumah Ibu Fatimah yang jauh cukup dari pasar. Ia akan datang menyapu sekitar pukul 09.00 WIB. Ibu Fatimah dan Ibu Juliati akan menyapu setiap kios maupun los dengan sapu garpu, penarik sampah yang terbuat dari besi untuk mengambil sampah yang berada di parit, dan sekop. Untuk daerah tengah pasar sampah yang paling banyak adalah sampah organik dan sampah ikan. Sampah-sampah tersebut adalah sayur kol, sawi putih, sawi hijau, sawi pahit, bunga kol, terong, tomat, kentang halus, kentang biasa, kentang merah, cabai merah, cabai hijau, cabai rawit, terong ungu, terong hijau, terong bulat, terong telunjuk, bawang bombai, bawang putih, bawang merah, wortel, daun sop, daun jeruk, labu, jengkol, petai, ubi kayu, ubi jalar, jeruk nipis, bunga petik, bunga kol, sledri, kacang panjang, buncis, bayam, kangkung, sayur paret, kepala ikan, perut ikan, dan sampah ayam.
Seperti misalnya penjual kebutuhan sehari-hari dapur, penjual akan membersihkan daun-daun sayuran yang sudah busuk maupun yang mulai busuk atau jelek daunnya supaya penyakit tidak menular ke bagian yang masih sehat dan sayur tetap terlihat segar. Mereka akan menyerakkan sampah daun tersebut ke bawah (lantai). Tetapi ada juga penjual yang mau meletakkannya ke dalam bak sampah jika mereka memiliki bak sampah. Salah seorang penjual yang saya wawancara bernama Butet. Sembari menjawab pertanyaan yang saya berikan Kak Butet sambil membersihkan daun-daun sayur yang sudah busuk/rusak menggunakan pisau dan sampah-sampah daun tersebut berjatuhan ke lantai. Ketika saya tanya mengapa tidak mengumpulkannya saja dalam wadah atau tempat Kak Butet menjawab dengan logat batak tetapi menngunakan bahasa Melayu bahwa dia sudah membayar uang kebersihan dimana membersihkan sampah-sampah tersebut adalah tanggung jawab petugas kebersihan.
Selain sayur cabai dan bawang akan dibersihkan juga untuk menjaga keawetannya dengan cara mengupas kulitnya. Sehabis dibersihkan pedagang akan membairkan saja sampah kulit bawang dan tangkai cabai terjatuh ke lantai dan berserak. Itulah mengapa pasar terlihat sangat jorok dan tak jarang menimbulkan bau yang tidak sedap. Petugas kebersihan Bu Fatimah dan Bu Juliati akan menyapu sampah-sampah tersebut dan menempatkan dalam wadah keranjang buah menggunakan sekop. Setelah dikumpulkan dalam wadah keranjang buah, Pak Deddy akan membawanya ke dalam bak viar menggunakan gerobak. Setelah
sampah tersebut sudah terkumpul semua, maka Pak Deddy akan membawa sampah-sampah tersebut ke TPA Blidan Sungai Paret.
Begitu juga dengan penjual ikan dan jenis daging-dagingan. Mereka memiliki lapak sendiri khusus penjual ikan dan daging. Ketika pembeli datang dan membeli ikan, maka si penjul akan menyiangi atau membersihkan sisik ikan jika ikan bersisik, membersihkan bagian-bagian yang perlu dibersihkan, dan memotongnya menjadi beberapa bagian sesuai permintaan pembeli. Hasil buangan dari pemotongan ikan tersebut akan dicampakan di wadah yang mereka sudah sediakan biasanya plastik berukuran besar. Tetapi dikarenakan banyaknya pembeli yang perlu dilayani maka tak jarang sampah hasil pembersihan ikan akan tercampak dan berserak ke luar dari wadah plastik tersebut. Akibatnya buangan-buangan tersebut berserak di lantai, dikerumuni lalat, dibawa kucing ke selokan dan menimbulkan bau.
Gambar 4
Foto: Viar pengangkut sampah Desa Pekan Tanjung Beringin Sumber: Dokumentasi penulis
Dulu pernah ada TPS (Tempat Pembuangan Sementara) yang berada di dekat area pasar yakni daerah barat pasar dekat dengan jalan utama. Truk sampah Dinas Kebersihan dan Kehutanan akan datang mengangkut sampah yang sudah dikumpul di TPS tersebut sebanyak dua kali dalam seminggu. Jadi sampah-sampah di TPS itu akan bertumpuk sampai tiga hari lamanya. Kemudian masyarakat setempat protes mereka tidak terima jika TPS diletakkan di daerah pusat pasar karena bau yang ditimbulkan yang tidak sedap serta banyak lalat yang mengerumuni sampah ditambah lagi ketika musim hujan membuat masyarakat merasa tidak nyaman. Semenjak saat itu pemerintah kabupaten menambahkan armada pengangkut sampah dengan menambah satu buah sepeda motor viar. Viar tersebut merupakan Adanya motor viar tersebut merupakan bantuan dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan yang diserahakan kepada Dinas Lingkungan Hidup. Pemberian bantuan viar ini juga dikarenakan adanya proposal yang diajukan.
Karena jika menambah jumlah hari diangkatnya sampah ke kecamatan ini misalnya 3-4 dalam seminggu akan menyebabkan sampah yang ada di kecamatan yang lain tidak dapat diangkut. Hal itu dikarenakan armada pengangkut sampah berjenis truk tidak memadai jumlahnya. Jadi truk tetap akan mengangkut sampah sebanyak dua kali dalam seminggu yakni hari Senin dan Kamis. Sementara untuk hari yang lain Selasa, Rabu, Jumat, Sabut, dan Minggu sampah akan diangkut menggunakan sepeda motor viar ke TPA. Jadi tidak ada lagi TPS di area pasar karena langsung diangkut.
Gambar 5
Foto: Truk pengangkut sampah Dinas Lingkungan Hidup Serdang Bedagai Sumber: Dokumentasi Penulis
Petugas yang berada di pengangkutan truk berjumlah empat orang dengan seorang supir dan tiga orang laki-laki untuk membantu menaikkan sampah-sampah ke dalam bak truk. Truk yang berjadwal hari Senin dan Kamis untuk mengangkut sampah di area pasar juga akan berkeliling mengangkut sampah ke setiap rumah, toko grosir dan sekolah yang berlangganan. Selain itu ada beberapa titik seperti puskesmas, kantor desa, dan juga pekan. Rumah penduduk yang berlangganan mengangkut sampah tidaklah banyak jumlahnya. Untuk mengetahui rumah penduduk atau beberapa gedung yang berlangganan artinya yang membayar iyuran kebersihan perbulan dapat dilihat dengan adanya keranjang buah berbahan bambu yang diletakkan di depan rumah atau gedung. Gedung atau rumah yang berlangganan dikenakan biaya Rp. 30.000,-/bulan. Truk ini akan berkeliling ke beberapa titik seperti pasar, sekolah, beberapa toko grosir, dan puskemas.
Gambar 6
Foto: tong sampah dari Dinas Lingkungan Hidup Sumber: Dokumentasi penulis
b. Pasar Mingguan atau Pasar Pekan
Pekan atau pokan adalah pasar yang secara barang yang dijual tidak ada perbedaan dengan jenis pasar biasa yang kita temui. Semua barang yang dijual adalah merupakan kebutuhan sehari-hari manusia. Hanya saja yang membedakannya adalah pedagang, tempat jualan yang bongkar pasang dan juga hari terjadinya pasar. Pekan terjadi sekali dalam seminggu dan juga biasanya para pedagang yang mendominasi adalah orang-orang pendatang. Tidak ada kios tempat jualan yang permanen, setiap kios yang dimiliki pedagang umumnya dibongkar pasang. Bila tiba waktunya hari pekan maka kios akan ditegakkan dan hanya satu hari itu saja. Pekan tidak hanya terjadi di Desa Pekan Tanjung Beringin namun semua desa memiliki pekan dengan waktu hari yang berbeda.
Pekan di Desa Pekan Tanjung Beringin diadakan setiap hari Jumat pukul 07.00-18.00 WIB. Setiap hari Jumat sepanjang jalan Wan Rahmad yaitu daerah
kantor desa dan kantor polisi akan dipenuhi dengan kios-kios yang beratap terpal warna biru tua. Ada kios pakaian laki-laki dan perempuan sebanyak 43, penjual topi ada 5 kios, penjual jam tangan ada 5 kios, pakaian dalam ada 6 kios, penjual tas ada 2 kios, penjual buku 1 kios, penjual salak 5 kios , penjual kerupuk yang sudah digoreng 3 kios, penjual jilbab 3 kios, penjual mainan anak-anak 3 kios, penjual sepatu dan sandal perempuan dan laki-laki 13 kios, penjual aksesoris perempuan 4 kios, penjual perlengkapan kosmetik ada 2 kios, penjual ikan kering 4 kios, penjual sayur ada 22, penjual bakso ada 2, penjual kelontong ada 3, penjual pakaian anak ada 3, penjual es cendol ada 3, penjual es tebu ada 2, penjual durian ada 2, penjual boneka ada 1, sol sepatu ada 1, penjual kaos kaki ada 3, penjual tas ada 2, penjual martabak ada1, penjual gorden ada 3, dan penjual jeruk menggunakan mobil pick up ada 9.
Dari penjelasan berapa banyak jumlah pedagang yang berjualan di pekan serta barang-barang yang dijual terdiri dari beberapa macam menunjukkan bahwa sampah yang akan dihasilkan sehabis berjualan banyak jumlahnya mulai dari yang mudah busuk, yang mudah layu, sampah-sampah plastik, karung-karung bekas jualan, kardus-kardus, dan tali plastik. Sampah ini lah nantinya akan di tangani oleh petugas kebersihan dengan menyapu menggunakan sapu garpu yang juga merupakan petugas kebersihan di pasar Serge yaitu Bu Fatimah dan Bu Juliati.
Mayoritas pedagang yang berjualan di pekan ini adalah bukan penduduk setempat melainkan pendatang. Ada yang berasal dari Medan, Amplas, Siantar, Berastagi, Pakam, dan Tebing Tinggi. Pedagang akan dikenakan biaya retribusi pasar yang dikutip oleh LKMD (Lembaga Ketahanan Masyarakat Desa) sebesar
Rp.3.000,-/kios sekali berjualan. Kemudian setiap pedagang akan dikutip biaya kebersihan oleh Dinas Lingkungan Hidup yaitu oleh Bu Fatimah sebesar Rp. 1.000 - Rp. 2.000,-/kios tergantung besar atau luas nya lapak jualan yang dimiliki.
Ketika pukul 17.30 WIB petugas kebersihan Bu Fatimah dan Bu Juliati akan menyapu bekas lapak jualan pedagang yang sudah mulai disusun oleh para pedagang.
Sampah-sampah disapu menjadi satu dan juga dikumpulkan ke tempat sampah yang terbuat dari keranjang buah dari bambu yang memang sudah tersedia. Keesokan harinya tepatnya hari Sabtu, motor sampah viar akan datang mengangkut sampah-sampah yang dikumpulkan menjadi satu tetapi tidak dalam bak sampah-sampah. Sampah-sampah yang sudah disapu dikumpulkan di tanah. Karena sebenarnya Sampah- sampah-sampah yang dihasilkan pekan diangkut oleh truk Dinas Lingkungan Hidup yang berwarna hijau. Dikarenakan jadwal pengangkutan sampah oleh truk hanya dilakukan pada hari Senin dan Kamis, maka sampah akan dibiarkan dalam keranjang dan menunggu sampai hari Senin.
Gambar 7
Foto: Sampah yang berada dalam keranjang di Pekan Tanjung Beringin Sumber: Dokumentasi penulis
Table 2
Jenis Sampah di Pasar Tanjung Beringin No Sampah Organik Sampah Anorganik
1 Sayur-sayuran Plastik wadah barang dagangan
2 Buah-buahan Kaleng minuman
3 Sampah ikan basah Tali plastik 4 Bumbu-bumbu/
rempah-rempah Kardus
5 Bunga atau kembang Karung
6 Daun-daun Jeregen
7 Sampah ayam