• Tidak ada hasil yang ditemukan

SAMPAH DAN KEBERSIHAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "SAMPAH DAN KEBERSIHAN"

Copied!
139
0
0

Teks penuh

(1)

SAMPAH DAN KEBERSIHAN

(Studi Tentang Perilaku Warga Masyarakat Desa Pekan Tanjung Beringin Dalam Mengelola Sampah di Pedesaan)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mendapatkan Sarjana Ilmu Sosial dalam Bidang Antropologi Sosial

Oleh:

SRI HAYANTI NIM : 160905056

DEPARTEMEN ANTROPOLOGI SOSIAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2020

(2)
(3)
(4)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

PERNYATAAN ORIGINALITAS

SAMPAH DAN KEBERSIHAN

(Studi Tentang Perilaku Warga Masyarakat Desa Pekan Tanjung Beringin Dalam Mengelola Sampah di Pedesaan)

SKRIPSI

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka. Apabila dikemudian hari terbukti lain atau tidak seperti yang saya nyatakan di sini, saya bersedia diproses secara hukum dan siap menanggalkan gelar kesarjanaan saya.

Medan, Agustus 2020

Sri Hayanti

(5)

ABSTRAK

Sri Hayanti, 2020, Judul Skripsi: Sampah dan Kebersihan (Studi Tentang Perilaku Warga Masyarakat Desa Pekan Tanjung Beringin Dalam Mengelola Sampah di Pedesaan. Skripsi ini terdiri dari 109 halaman, 7 daftar tabel, dan 28 foto.

Skripsi yang berjudul Sampah dan Kebersihan(Studi Tentang Perilaku Warga Masyarakat Desa Pekan Tanjung Beringin Dalam Mengelola Sampah di Pedesaan) bertujuan untuk mengetahui perilaku masyarakat Desa Pekan Tanjung Beringin terhadap sampah dan kebersihan. Setiap suku atau kelompok budaya memiliki karakteristik dan pola pikir tersendiri terhadap hidup. Begitu juga terhadap lingkungan. Hal ini dapat dilihat dari bagaimana cara masyarakat merespon keadaan lingkungan sekitar melalui kegiatan pengelolaan sampah yang berkaitan dengan kebudayaan.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi partisipasi, wawancara mendalam dan studi kepustakaan. Adapun pihak yang diwawancarai penulis adalah masyarakat dusun I, II, III, VI, pemerintah Desa Pekan Tanjung Beringin (kepala desa, sekretaris desa, LKMD, PKK), petugas kebersihan yang berasal dari Dinas Lingkungan Hidup Serdang Bedagai, pihak sekolah, dan anggota kesehatan lingkungan puskesmas. Semua itu dilakukan dengan menggunakan surat izin penelitian dan juga membangun rapport (hubungan baik) kepada informan yang diwawancara oleh penulis.

Hasil penelitian ini menunjukkan sistem pengelolaan sampah pada masyarakat Desa Pekan Tanjung Beringin masih rendah. Hal ini dapat dilihat dari aktivitas masyarakat yang membuang sampah sembarangan di pekarangan rumah, di jalan umum, sungai, saluran drainase, dan tempat-tempat umum lainnya. Masyarakat juga membakar sampah yang disebabkan kurangnya pemahaman masyarakat akan bahaya membakar sampah. Pemerintah sudah berperan dalam upaya kebersihan yaitu melalui program gotong royong bulanan tetapi pengelolaan sampah belum maksimal. Salah satu penyebabnya adalah tidak adanya penyediaan sarana-prasarana kebersihan seperti tong/bak sampah.

Kata kunci : Perilaku, Pengelolaan Sampah.

(6)

UCAPAN TERIMA KASIH

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat dan perlindungan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Sampah dan Kebersihan (Studi Tentang Perilaku Warga Masyarakat Desa Pekan Tanjung Beringin Dalam Mengelola Sampah di Pedesaan) dengan baik.

Skripsi ini merupakan salah satu persyaratan yang harus dipenuhi untuk menyelesaikan studi dan mendapatkan gelar sarjana sosial di bidang Antropologi Sosial, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara.

Saya menyadari dalam penulisan skripsi ini banyak pihak yang telah membantu saya dalam memberikan saran, bimbingan, bantuan baik secara langsung maupun tidak langsung mulai dari awal penyusunan hingga akhir. Oleh karena itu, saya ingin menyampaikan terima kasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada mereka.

Pertama-tama saya mengucapkan terima kasih kepada kedua orang tua saya yang telah berjuang dan mendukung saya baik secara material (dana) dan non- material (perhatian, kasih sayang, dan nasihat) selama saya kuliah. Terima kasih pula atas kesabaran dalam mendidik saya tanpa lelah sebagai wujud kasihnya kepada saya.

Terima kasih juga untuk segenap keluarga yang mendukung: kakak saya tercinta dan kedua adik laki-laki saya.

Ucapan terima kasih saya juga kepada Bapak Dr. Fikarwin Zuska, M. Ant, selaku dosen pembimbing skripsi saya dan juga ketua Departemen Antropologi Sosial FISIP USU serta pembina komunitas Go Green and Art (GGArt). Beliau merupakan sosok yang tidak hanya sebagai dosen, ketua departemen, dan pembina komunitas GGArt bagi saya melainkan sosok yang sudah saya anggap sebagai orang tua saya sendiri. Teladan, kepemimpinan, dan jiwa besarnya berdampak besar bagi kehidupan saya. Beliau merupakan sosok yang menginspirasi saya untuk peduli terhadap lingkungan (environmental). Bimbingan dan didikan yang beliau berikan setiap hari minggu dalam kegiatan Go Green and Art membuat saya ingin melanjutkan

(7)

perjuangan beliau dalam menjaga lingkungan dan membangun budaya bersih di mana pun saya berada.

Saya juga berterima kasih kepada seluruh dosen Antropologi Sosial FISIP USU yang telah berbagi ilmu kepada saya dari awal hingga akhir perkuliahan, terkhusus kepada Bapak Drs. Yance, M.Si. selaku dosen penasihat akademik yang selalu menyemangati saya dari awal hingga akhir perkuliahan. Kepada Bapak Agustrisno yang selalu memberikan saya semangat untuk menyelesaikan skripsi saya dengan keramahannya, Bapak Dr. Zulkifli Lubis yang merupakan sosok yang saya kagumi baik dalam mengajar dan juga kepedulian beliau terhadap isu lingkungan, Ibu Dra. Nita Savitri, M.Hum. yang menjadi tempat saya mencurahkan keluh kesah tentang pengerjaan skripsi saya tanpa menghakimi namun memberikan masukan yang membangun, Ibu Dra. Sabariah Bangun, M. Si sosok yang cerewet namun penyayang, Ibu Rytha Tambunan yang memiliki suara yang vokal untuk suatu kebenaran. Serta staff Departemen Antropologi Sosial, Kak Sri dan Kak Nur atas segala pengetahuan yang diberikan serta bantuan dalam proses akademik yang saya lalui di Departemen Antropologi Sosial.

Tidak lupa juga saya ucapkan beribu-ribu terima kasih kepada informan saya pada saat penelitian yang telah membantu dan memberikan saya informasi. Mantan kepala desa Ibu Fauziaty, kepala desa Ir. Saputra, sekretaris desa Bapak Akbar, masyarakat Desa Pekan Tanjung Beringin dusun I, II, III, VI, dan XII, Pak Supriadi Azhar pendiri KOMPAK, Bapak Suratman si pembuat kompos, Ibu Ruri, Bapak Rajali, Ibu Ida, petugas kebersihan pasar Ibu Fatimah, Ibu Julia, Bapak Deddy, Ustad Saidi, Ustad Ari dan anggota kesehatan lingkungan di puskesmas Desa Pekan Tanjung Beringin

Tidak lupa juga saya ucapkan terima kasih kepada teman-teman seperjuangan antropologi sosial 2016, dan terima kasih untuk setiap pesan-pesan dan kesan selama kita mengikuti perkuliahan. Sahabat saya Seba Maranata Siburian dan Senangi Masa Lase yang selalu ada ketika saya butuhkan dan selalu mendukung saya terutama

(8)

dalam pengerjaan skripsi ini. Teman-teman di komunitas GGArt ada Desy Army Lestari Siregar, Devy Oktaviani Sitorus, Rosida Siregar, Hanny Putri, Very, Danang, Fadli, Adisiti Zahwa, Agung dan Diana. Tak lupa juga kepada senior saya di Antropologi Sosial dan juga di komunitas Go Green and Art Kak Lamria Hutapea yang selalu memberikan semangat dan juga bantuan dalam penyelesaian skripsi ini, Bang Irwansyah Sitorus, Bang Chris Barasa, Kak Rafita, dan juga teman-teman yang tidak tersebut saya ucapakan terima kasih untuk senyum semangat dan perhatian yang kalian berikan. Untuk keluarga baru saya selama di Medan, Era Kristin Sinaga, Emma Purba, Inggrid Anggraini Manullang, Desy Carlina, dan Natalia yang menjadi saudara saya. Saya ucapkan banyak terima kasih untuk perhatian dan dukungan semoga Tuhan memberikan berkat untuk kalian. Masih sangat banyak pihak-pihak yang membantu saya secara tidak langsung selama saya kuliah dan menyelesaikan skripsi, saya tidak bisa menyebutkan satu persatu yang terpenting terima kasih banyak untuk perhatian dan semangat yang kalian berikan semoga Tuhan membalas kebaikan kalian.

Saya juga berterima kasih kepada teman-teman iCare Ebenezer Gereja IFGF Medan yang telah mendukung saya. Terutama kak Lisken Delima Pardede yang selalu berdoa dan memberikan saya perhatian dan semangat, kak Indah Zebua yang menjadi alarm saya dalam mengerjakan skripsi ini. Tak lupa untuk teman-teman saya Esra Yunita Situmorang, Ribka Malau, Senangi Masa Lase, dan Antriyani Saragih yang sudah saya anggap seperti saudara kandung saya sendiri selama melaksanakan PKL-TBM di Desa Pekan Tanjung Beringin. Tinggal bersama selama empat puluh lima hari lamanya di dalam ruangan tidur yang sama dengan tempat tidur yang seadanya, membuat makanan untuk sarapan, makan siang, dan makan malam bersama. Pergi ke pasar dan juga pekan untuk belanja kebutuhan sehari-hari yang akan dimasak ketika sampai di rumah. Selalu bersama berjalan kaki dan terkadang menggunakan becak jika uang yang dimiliki masih cukup untuk melakukan wawancara penelitian meskipun topik yang dimiliki berbeda-beda setiap orang.

Biarlah semua momen-momen indah tersebut dapat kita kenang selalu.

(9)

Ucapan terima kasih tak lupa saya berikan kepada Kak Icik, Kak Riza, dan Kak Pay yang telah membantu saya dalam pengerjaan revisi seminar hasil skripsi saya. Mereka membantu saya dengan sepenuh hati dan selalu menanyakan informasi apa yang saya butuhkan selama melakukan penelitian untuk revisi skripsi saya selama di Desa Pekan Tanjung Beringin. Mereka dengan tulus membantu saya mulai dari informasi, penginapan, transportasi, dan juga kebutuhan makan dan minum. Semoga Tuhan membalas kebaikan mereka.

Masih banyak pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu-persatu yang telah membantu saya selama penyelesaian skripsi ini. Tetapi saya mengucapkan terima kasih dan juga mohon maaf atas seluruh kekurangan saya. Semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang memerlukan.

Medan, Agustus 2020 Penulis

Sri Hayanti

(10)

RIWAYAT PENULIS

Sri Hayanti, lahir di Pulau Burung pada tanggal 13 November 1997 merupakan anak ke- 2 dari 4 bersaudara pasangan Parsaoran Manullang dan Poibe Br Manalu. Lulus Sekolah Dasar pada tahun 2010 di SD Negeri 017 Titian Resak, Kecamatan Seberida, Kabupaten Indragiri Hulu, Provinsi Riau.

Kemudian melanjutkan pendidikan ke Sekolah Menengah Pertama di SMP Negeri 1 Seberida, Kabupaten Indragiri Hulu, Provinsi Riau dan lulus kemudian melanjutkan pendidikan ke Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 1 Rengat pada tahun 2013. Setelah lulus dari SMA, penulis melanjutkan pendidikan ke Universitas Sumatera Utara dan menjadi mahasiswa Strata (S-1) di jurusan Sosial Antropologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara pada tahun 2016.

Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif mengikuti suatu komunitas peduli lingkungan Go Green and Art (GGArt) di bawah naungan Departemen Antropologi Sosial dan aktif menjadi badan pengurus harian yakni sekretaris dan ketua selama dua periode dari tahun 2018-2020. Selain itu penulis juga aktif mengikuti organisasi kampus yang lain seperti unit kegiatan mahasiswa kristen (KMK), paduan suara ULOS, dan relawan gerakan anti korupsi (RGAK), kemudian penulis juga aktif dalam kegiatan-kegiatan kepanitiaan yang diadakan oleh Departemen Antropologi Sosial. Penulis menerima beasiswa PPA (Peningkatan Prestasi Akademik) di tahun 2018 dan 2019. Penulis juga mendapatkan juara 2 dalam Penulisan Karya Ilmiah tingkat Universitas Sumatera Utara. Untuk mendapatkan

(11)

informasi lebih lanjut bisa menghubungi saya di alamat email [email protected].

Selama penulis mengikuti perkuliahan, penulis mengikuti beberapa kegiatan dalam aktivitas kampus mapun di luar Kampus, adapun kegiatan tersebut adalah:

1. Peserta inisiasi dalam kegiatan penerimaan mahasiswa baru antropologi sosial pada tahun 2016 di kampus FISIP USU.

2. Panitia Natal Antropologi tahun 2016.

3. Sekretaris workshop Go Green and Art dengan tema “Membangun Budaya Bersih, Rapi, Sehat, dan Alami” tahun 2017.

4. Sosialisasi nilai-nilai anti korupsi bersama Saya Perempuan Anti Korupsi dan Relawan Gerakan Antri Korupsi di Desa Suka Makmur, Deli Serdang tahun 2017.

5. Panitia pelaksana Revolusi Bersih tahun 2017.

6. Kunjungan belajar dan mengolah sampah ke Budha Tzu Chi bersama komunitas Go Green and Art tahun 2017.

7. Sosialisasi nilai-nilai anti korupsi bersama Saya Perempuan Anti Korupsi dan Relawan Gerakan Anti Korupsi di SMA 17 Medan tahun 2017.

8. Peserta Konsolidasi Agen SPAK (Saya Perempuan Anti Korupsi) Sumatera Utara oleh KPK tahun 2017.

9. Juara 2 lomba LKTI (Lomba Karya Tulis Ilmiah) tingkat USU yang diadakan oleh PEMA USU tahun 2017.

10. Sosialisasi nilai-nilai anti korupsi bersama Saya Perempuan Anti Korupsi dan Relawan Gerakan Antri Korupsi di Batari School Medan tahun 2017.

11. Mengikuti penelitian masyarakat di Desa Lubuk Kertang, Langkat dalam mata kuliah metodologi penelitian antropologi tahun 2018.

12. Panitia workshop Go Green Art (GGArt) jilid-II tahun 2018.

(12)

13. Kunjungan belajar ulos ke Ballroom Sumatera bersama komunitas Go Green and Art tahun 2018.

14. Peserta World Clean Up Day (WCD) tahun 2018.

15. Pembicara dalam Talk Show tentang Manajemen Sampah dan Emisi Karbon di FKM USU dalam acara World Clean Up Day tahun 2018.

16. Panitia Festival Antropologi “Sehari Budaya Karo” tahun 2018.

17. Peserta Seminar Nasional “Manusia dan Kebudayaan di Indonesia”

tahun 2018.

18. Panitia Program Bedah Kampung Bantaran Sungai Deli Kelurahan Hamdan dan Sukaraja Kecamatan Medan dalam rangka Dies Natalis UGM ke-69 tahun 2018.

19. Penerima Beasiswa PPA tahun 2018.

20. Peserta workshop Penulisan Karya ilmiah/feature oleh Laboratorium Antropologi Sosial FISIP USU tahun 2018.

21. Peserta Restoking and Clean Up di Desa Tomok, Kab Samosir yang diadakan Aquafarm Nusantara tahun 2018.

22. Peserta Lawatan Sejarah (LASEDA) yang dilaksanakan oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Sumatera Utara tahun 2018.

23. Panitia bazar buku yang merupakan kegiatan tahunan Departemen Antropologi Sosial FISIP USU tahun 2018.

24. Mengikuti liputan tentang Komunitas Go Green and Art bersama stasiun televisi swasta DAAI TV.

25. Mengikuti acara Gebyar Kebangsaan SUMUT dalam rangka

“Memperingati Hari Pahlawan” di Museum Perkebunan Indonesia, Medan tahun 2018

26. Mengikuti kunjungan ke Stand Museum Uang Sumatera bersama Komunitas Go Green and Art tahun 2018.

27. Mengikuti penelitian masyarakat di Desa Sei Nagalawan, Deli Serdang dalam mata kuliah Antropologi Pembangunan tahun 2019.

(13)

28. Penerima beasiswa PPA tahun 2019.

29. Peserta PKL-TBM yang diadakan oleh Departemen Antropologi Sosial tahun 2019.

30. Mengikuti kegiatan diskusi dalam rangka Follow-Up Workshop Go Green and Art ke IV dengan tema “Meletakkan Sampah pada Tempatnya” tahun 2019.

31. Mengikuti acara Hari Penanaman Pohon Indonesia (HPPI) di kampus USU dalam rangka Launching Program USU Green Campus 2019 serta Pelantikan Duta USU Green Campus bersama dengan Komunitas Go Green and Art yang ikut berpartisipasi menanam pohon tabebuya tahun 2019.

32. Panitia inti dalam workshop yang diselenggarakan Komunitas Go Green and Art FISIP USU dengan tema “Membonsai Tanaman” di Cafe Nusa Indah, Desa Marindal II tahun 2019.

33. Panitia kegiatan Bakti Sosial dengan tema “Kegiatan Kolaboratif untuk Menciptakan Budaya Bersih dan Sehat” bersama Komunitas Go Green and Art, FK USU, dan Klinik Akupunktur Meridian tahun 2020.

(14)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena anugerah, kasih dan penyertaan-Nya membuat penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Sampah dan Kebersihan” (Studi Tentang Perilaku Warga Masyarakat Desa Pekan Tanjung Beringin Dalam Mengelola Sampah di Pedesaan). Skripsi ini dibuat untuk memenuhi syarat memperoleh gelar sarjana di Departemen Antropologi Sosial, Fakultas Ilmu Sosial dan Politik, Universitas Sumatera Utara.

Secara sistematis skripsi ini berfokus pada gambaran masyarakat Desa Pekan Tanjung Beringin dalam mengelola sampah. Sampah yang dihasilkan oleh masyarakat desa berbeda-beda sesuai dengan tingkatan masyarakat. Tingkatan masyarakat yang dimaksud adalah sampah yang dihasilkan oleh rumah tangga dan sampah yang dihasilkan oleh public space yang dibahas pada Bab II skripsi ini.

Pada Bab III dalam skripsi ini, mendeskripsikan tentang bagaimana pandangan masyarakat terhadap sampah. Hal ini dipengaruhi oleh kegiatan yang terus-menerus dilakukan sehingga menjadi kebudayaan. Kemudian hal tersebut, mempengaruhi bagaimana masyarakat Desa Pekan Tanjung Beringin memperlakukan sampah khususnya dalam mengelola sampah.

Di dalam Bab IV skripsi ini akan dijelaskan tentang selain pengelolaan sampah yang dilakukan oleh masyarakat desa dalam hal ini setiap rumah tangga, ada juga kegiatan-kegiatan pendukung dalam pengelolaan sampah di Desa Pekan Tanjung Beringin. kegiatan-kegiatan tersebut adalah bank sampah, gotong royong desa, adanya kelompok masyarakat peduli akan kebersihan (KOMPAK), serta Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Serdang Bedagai.

Bab V memuat kesimpulan dan saran penelitian yang bisa penulis berikan dalam mempelajari pengelolaan sampah di Desa Pekan Tanjung Beringin. Bahwa keberhasilan suatu desa dalam mengelola sampah yang dapat menciptakan kondisi desa yang bersih dan sehat, tidak cukup hanya pemerintah desa yang berperan, tetapi

(15)

peran serta masyarakat juga harus ada. Hal itu disebabkan kurangnya pemahaman masyarakat dalam pengelolaan sampah sehingga masyarakat kurang menyadari akan pentingnya menjaga kebersihan lingkungan.

Penulis pada kesempatan ini juga menyadari bahwa skripsi ini tidaklah sempurna. Untuk itu, jika ada kesalahan maupun kekurangan pada tulisan ini, penulis mohon maaf. Tetapi penulis juga berharap mendapatkan kritik dan saran atas skripsi ini demi perbaikan ke depan di dalam penelitian-penelitian selanjutnya, dan juga demi perbaikan ilmu pengetahuan yang dapat menyumbangkan karyanya untuk kemajuan bangsa, sekian dan terima kasih.

Medan, Agustus 2020 Penulis

Sri Hayanti

(16)

DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PERSETUJUAN

PERNYATAAN ORIGINALITAS ...i

ABSTRAK ... ii

UCAPAN TERIMAKASIH... ii

RIWAYAT HIDUP ... vii

KATA PENGANTAR ...xi

DAFTAR ISI ... xiii

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR FOTO ... xv

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Tinjauan Pustaka ... 4

1.3 Rumusan Masalah ... 13

1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 13

1.4.1 Tujuan Penelitian ... 13

1.4.2 Manfaat Penelitian ... 13

1.5 Metode Penelitian ... 14

1.6 Pengalaman Penelitian ... 18

1.7 Lokasi penelitian ... 25

BAB II PENGELOMPOKAN DAN PENGGOLONGAN SAMPAH 2.1 Sampah Rumah Tangga ... 27

2.2 Sampah Publik ... 35

2.2.1 Pasar ... 36

2.2.2 Puskesmas Desa Pekan Tanjung Beringin ... 49

2.2.3 Sekolah ... 54

2.2.4 Perkantoran ... 61

(17)

2.2.5 Pedagang atau Warung ... 63

2.2.6 Sampah Hasil Pasang Surut Air Sungai ... 64

BAB III PERILAKU MASYARAKAT TERHADAP PENGELOLAAN SAMPAH 3.1 Pandangan Masyarakat Terhadap Sampah... 70

3.2 Peran Tokoh Agama ... 72

3.3 Pengelolaan Sampah ... 76

BAB IV KEGIATAN PENDUKUNG PENGELOLAAN SAMPAH 4.1 Bank Sampah ... 93

4.2 Gotong royong ... 96

4.3 KOMPAK ... 99

4.4 Dinas Lingkungan Hidup Serdang Bedagai ... 102

4.5 Bagan Perjalanan Sampah ... 104

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 105

5.2 Saran ... 106

DAFTAR PUSTAKA ... 108

(18)

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Daftar Informan... 17

Tabel 2. Jenis Sampah di Pasar Desa Pekan Tanjung Bering ... 49

Tabel 3. Sampah yang Ada di Puskesmas Desa Pekan Tanjung Beringin... 54

Tabel 4. Daftar Sekolah di Desa Pekan Tanjung Beringin ... 55

Tabel 5. Daftar Sampah di Sekolah... 61

Tabel 6. Daftar Sampah di Perkantoran ... 62

Tabel 7. Daftar Sampah di Rumah Tangga Desa Pekan Tanjung Beringin ... 84

DAFTAR FOTO Foto 1 Ibu Fatimah Petugas Kebersihan ... 40

Foto 2 Ibu Juliati Petugas Kebersihan yang Membersihkan Parit ... 40

Foto 3 Pak Deddy petugas kebersihan ... 41

Foto 4 Viar Pengangkut Sampah Desa Pekan Tanjung Beringin ... 43

Foto 5 Truk Pengangkut Sampah Dinas Lingkungan Hidup ... 45

Foto 6 Tong Sampah dari Dinas Lingkungan Hidup ... 46

Foto 7 Sampah yang Berada Dalam Keranjang di Pekan ... 49

Foto 8 Tong Sampah di Puskesmas yang Terdapat di Puskesmas ... 50

Foto 9 Paper Shredder ... 52

(19)

Foto 10 Tempat Penyimpanan Sementara Puskesmas ... 53

Foto 11 Tong Sampah yang Terdapat di Luar Puskesmas Sebelah Kanan, Kiri, dan Muka Puskesmas ... 54

Foto 12 Tempat Sampah Pembuangan Sementara Sekolah ... 58

Foto 13 Tong Sampah di Depan Kelas ... 59

Foto 14 Tempat Sampah di Sekolah ... 61

Foto 15 Tempat Pembuangan Sampah Buantan Dusun III ... 65

Foto 16 Pohon di Pinggir Sungai yang Menjadi Tempat Bertumpuknya Sampah Jika Air Surut... 66

Foto 17 Masyarakat yang Mencuci Pakaian dan Piring di Sungai ... 67

Foto 18 Tumpukan Sampah yang Berada di Dusun XII ... 68

Foto 19 Pak Jali Membakar Sampah ... 80

Foto 20 Mesin Pencacah Sampah Organik ... 88

Foto 21 Hasil Pupuk Kompos ... 88

Foto 22 Sampah-sampah yang di Tanam ... 89

Foto 23 Sampah yang Dimasukkan ke Dalam Lubang ... 90

Foto 24 Hasil Pupuk Kompos yang Berbentuk Tanah ... 91

Foto 25 Tanaman Pepaya yang diberikan Pupuk Kompos ... 91

Foto 26 Hasil Produk Kerajinan Bank Sampah ... 95

Foto 27 Kegiatan Gotong-royong Bulanan ... 98

Foto 28 Kelompok Masyarakat Peduli Akan Kebersihan ... 102

(20)
(21)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Persoalan sampah tidak henti-hentinya untuk dibahas, karena berkaitan dengan pola hidup serta budaya masyarakat itu sendiri. Sebuah kota ataupun desa yang tidak bersih, yang sampahnya berserakan tentu akan menimbulkan dampak negatif baik dari segi aspek keindahan, kesehatan, pariwisata, dan juga ekonomi.

Setiap hari kita masih melihat sampah yang terserak dan tercecer di berbagai sudut kota dan desa, tumpukan-tumpukan sampah di tempat pembuangan sampah, saluran drainase dan juga pinggiran sungai. Keberadaan sampah yang tidak teratur atau tidak pada tempatnya membuat wajah kota atau desa tampak jorok, kotor, dan berbau tidak sedap. Ketika wajah desa tidak indah, maka hal ini akan berdampak negatif pada kelangsungan hidup kepariwisataan karena tidak menarik untuk dikunjungi.

Tempat dilakukannya penelitian ini adalah di Desa Pekan Tanjung Beringin, Kecamatan Tanjung Beringin, Kabupaten Serdang Bedagai. Desa ini dikenal dengan kampung Budaya Melayu-nya, dekat dengan pesisir pantai, memiliki keindahan pantai, dan juga pulau yang cukup populer yaitu Pulau Berhala. Desa ini sudah memiliki potensi pariwisata yang menarik, baik dari segi budaya dan juga keindahan alamnya. Tetapi akibat sampah menyebabkan peluang untuk memperoleh masukan pada PAD (pendapatan anggaran desa), mata pencaharian dan pendapatan warga sekitar akan hilang. Karena pengunjung pastilah tidak menyukai tempat dan pemukiman yang jorok dan kotor.

(22)

Ditinjau dari segi keseimbangan lingkungan, kesehatan, keamanan dan pencemaran apabila sampah tidak dikelola dengan baik menurut Hadiwiyoto (1983) dapat menimbulkan gangguan antara lain: 1) Sampah dapat menimbulkan pencemaran udara karena mengandung gas-gas yang terjadi dan rombakan sampah bau yang tidak sedap, daerah becek dan kadang-kadang berlumpur terutama apabila musim penghujan datang; 2) Sampah yang bertumpuk-tumpuk dapat menimbulkan kondisi dari segi fisik dan kimia yang tidak sesuai dengan lingkungan normal, yang dapat mengganggu kehidupan di lingkungan sekitar; 3) Di sekitar daerah pembuangan sampah akan terjadi kekurangan oksigen; 4) Gas-gas yang dihasilkan selama degradasi (pembusukan) dapat membahayakan kesehatan karena proses pembusukan dapat mengeluarkan gas beracun 5) Dapat menimbulkan berbagai penyakit, terutama yang dapat ditularkan oleh lalat atau serangga lainnya, binatang- binatang seperti tikus dan anjing; dan 6) Secara estetika sampah tidak dapat digolongkan sebagai pemandangan yang nyaman untuk dinikmati.

Berbeda dengan di desa, volume sampah yang dihasilkan tidaklah begitu besar seperti halnya dengan di kota. Tetapi sedikit banyaknya volume sampah, tidak menjamin wajah kota dan atau desa terbebas dari sampah. Menurut bisnis.com Medan, sebanyak 88% dari total volume sampah di Kabupaten Deli Serdang dibuang sembarangan sementara sisanya, 12% ditampung di tempat pembuangan akhir (TPA).1 Itulah mengapa kesadaran dari masyarakat yang masih rendah dalam

1 Duwi Ariyanti, “Perilaku Masyarakat, 88% Sampah di Deliserdang Dibuang Sembarangan”,

(https://sumatra.bisnis.com/read/20190405/533/908397/perilaku-masyarakat-88-sampah-di-deliserdang-dibuang- sembarangan, diakses 18 Desember 2019).

(23)

menyikapi permasalahan sampah perlu ditingkatkan. Kabupaten Serdang Bedagai merupakan kabupaten hasil pemekaran dari Kabupaten Deli Serdang. Sementara kabupaten tempat dilakukannya penelitian ini yakni Kabupaten Serdang Bedagai menghasilkan sampah sebanyak 441 ton per harinya.

Usaha-usaha untuk mengurangi volume sampah yang akan berakhir di TPA (Tempat Pembuangan Akhir) juga terus dilakukan baik oleh pemerintah maupun komunitas gerakan-gerakan peduli lingkungan. Seperti konsep 3R, metode pembuangan, metode daur ulang, pengelolaan biologis, pemulihan energi, metode penghindaran dan pengurangan, dan mengelola limbah yang terbentuk (end-of pipe treatment). Jika dilihat sudah banyak upaya yang dilakukan untuk menangani permasalahan sampah, tak ada satupun yang berhasil secara maksimal. Pemerintah terus berupaya mewujudkannya melalui peraturan-peraturan, pemenuhan sarana- prasarana, dan penyediaan tukang bersih. Tetapi hasilnya belum maksimal seperti yang diharapkan. Karena sejatinya pengelolaan sampah memerlukan partisipasi aktif individu dan kelompok masyarakat agar peran pemerintah tidak semakin berat.

Kesadaran masyarakat baik di desa maupun di perkotaan masih kurang dalam memperlakukan sampah, misalnya banyak orang membuang sampah sembarangan dan bukan meletakkannya pada tempatnya. Masyarakat masih mencampur sampah ke dalam satu jenis penampungan atau wadah yaitu organik atau anorganik. Selain kesadaran dari masyarakat itu sendiri, pengetahuan mengenai pengelolaan sampah juga menjadi faktor utama.

(24)

Fenomena dan uraian di atas yang mendasari ketertarikan penulis untuk mengangkat permasalahan sebagai studi kasus dengan judul “Sampah dan Kebersihan (Studi Tentang Perilaku Warga Masyarakat Desa Pekan Tanjung Beringin Dalam Mengelola Sampah di Pedesaan)”.

1.2 Tinjauan Pustaka

1.2.1 Penelitian Terdahulu

No Nama Penulis/Tahun Arisan

1 I Nyoman Wardi/ 2011  Penelitian yang berjudul

“Pengelompokan Sampah Berbasis Sosial Budaya. (Upaya Mengatasi Masalah Lingkungan di Bali)”.

 Penelitian ini membahas sampah yang dikelola dengan baik oleh masyarakat dapat memberikan keuntungan dalam bentuk kompos, ekonomi dalam bentuk pendapatan desa, menampung tenaga kerja lokal untuk mengurangi pengangguran, dan keuntungan sosial lainnya seperti kesehatan dan estetika dan yang bersangkutan dapat mengaktualisasikan diri dalam kegiatan sosial budaya di desa.

 Keberadaan dan prakarsa yayasan NGO (LSM) yang bekerja sama dengan lembaga pemerintah dan pihak swasta, mempunyai peranan penting

(25)

sebagai pembina untuk memberikan pencerahan kepada masyarakat lokal melalui penyuluhan dan pelatihan keterampilan pengelolaan sampah, dan sebagai fasilitator dalam mencarikan bantuan, dan menjadi motivator dalam pembentukan pengelolaan sampah berbasis masyarakat.

 Model pengelolaan sampah yang berbasis sosial dan budaya dapat dilakukan secara adaptif dengan memperhatikan aspek karakteristik sosial dan budaya masyarakat, aspek ruang (lingkungan), volume dan jenis sampah yang dihasilkan.

2 Jailan Sahil/ 2016  Penelitian yang berjudul “Sistem

Pengelolaan dan Upaya

Penanggulangan Sampah di Kelurahan Dufa-Dufa Ternate”.

 Pengelolaan persampahan di Kota ternate belum cukup baik, beberapa faktor yang mempengaruhui sistem pengelolaan sampah di Kelurahan Dufa-Dufa masih mengalami permasalahan yakni budaya sikap dan perilaku masyarakat, timbunan dan karakteristik sampah, serta sarana

(26)

pengumpulan, pengangkutan, pengelolaan dan pembuangan akhir sampah.

 Pola pengumpulan sampah Kota Ternate masih menggunakan metode individual langsung, metode individual tidak langsung dan metode komunal langsung.

 Beberapa faktor-faktor penghambat yang mempengaruhi sistem pengelolaan sampah di Kelurahan Dufa-Dufa, antara lain kepadatan dan penyebaran penduduk, karakteristik fisik lingkungan dan sosial ekonomi, budaya, sikap dan perilaku masyarakat

3 Viradin Yogiesti/2010  Penelitian yang berjudul “Pengelolaan Sampah Terpadu Berbasis Masyarakat Kota Kediri”

 Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi kinerja operasional pengelolaan sampah pada unit komposter di Kota Kediri dengan menggunakan analisa kinerja unit komposter baik operasional ataupun non-operasional, analisis tingkat partisipasi masyarakat dan analisis multidimensional scaling (MDS)

(27)

Berdasarkan hasil analisis multidimensional scaling (MDS) menghasilkan jenis pengolahan sampah yaitu komposting dan daur ulang kertas. Setelah proses analisis menghasilkan arahan pengelolaan sampah terpadu berbasis masyarakat Kota Kediri sesuai dengan jenis pengolahan sampah yang dipilih masyarakat yaitu komposting dan daur ulang kertas.

4 Donna Asteria/2016  Penelitian yang berjudul “Bank Sampah Sebagai Alternatif Strategi Pengelolaan Sampah Berbasis Masyarakat di Tasikmalaya”.

 Edukasi kesadaran dan keterampilan warga untuk pengelolaan sampah dengan penerapan prinsip reduce, reuse, recycle dan replant (4R) penting dalam penyelesaian masalah sampah melalui pengelolaan sampah sejak dari sumbernya.

 Bank sampah yang berbasiskan partisipasi warga perempuan merupakan modal sosial dalam pengelolaan sampah berbasis masyarakat. Bank sampah yang diintegrasikan dengan prinsip 4R dilaksanakan di Kampung

(28)

Karangresik, Tasikmalaya, Indonesia.

 Kegiatan bank sampah merupakan konsep pengumpulan sampah kering dan dipilah serta memiliki manajemen layaknya perbankan tapi yang ditabung bukan uang melainkan sampah.

 Pemberdayaan warga melalui kegiatan penyuluhan, edukasi, pelatihan dengan metode partisipasi emansipatoris (interaksi dan komunikasi), serta dialog dengan warga di komunitas. Selain itu diperlukan dukungan kemitraan dengan membangun jejaring dan mekanisme kerja sama kelembagaan antara warga pengelola bank sampah dengan stakeholder terkait.

 Bank Sampah Pucuk Resik (BSPR) di Kampung Karangresik ini telah memberikan manfaat kepada warga, terutama manfaat langsung dengan berkurangnya timbulan sampah di komunitas, lingkungan menjadi lebih bersih dan asri, serta kemandirian warga secara ekonomi.

5 Yuni Puspitawati/2012  Penelitian yang berjudul “Kajian Pengelolaan Sampah Berbasis

(29)

Masyarakat dengan Konsep 3R (Reduce,Reuse,Recycle) di Kelurahan Larangan Kota Cirebon”.

 Studi ini mengidentifikasi karakter sosial dan kapasitas partisipasi masyarakatnya dalam kegiatan pengelolaan sampah.

 Studi ini menganalisis persepsi masyarakat terkait kemanfaatan kegiatan pengelolaan sampah dalam hal kesehatan masyarakat, ekonomi dan psikologi.

 Mendeskripsikan secara menyeluruh interaksi sosial yang terjadi dalam pengelolaan sampah berbasis masyarakat tersebut.

 Hasil studi menunjukkan bahwa karakter sosial dan budaya memiliki pengaruh yang lebih besar dalam kegiatan tersebut dibandingkan dengan karakter sosial ekonomi.

Partisipasi yang terjadi bersifat bottom‐ up, dimulai dengan identifikasi masalah dan kebutuhan oleh masyarakat hingga merasakan kemanfaatannya secara bersama.

Proses ini dimulai dengan pemberdayaan masyarakat melalui pembangunan kapasitas atas

(30)

karakteristik sosial oleh pengurus RW 08 Merbabu Asih.

1.2.2 Pengertian Sampah

Pengertian sampah secara khusus dikemukakan oleh Azwar A (1979:74) adalah sebagian dari sesuatu yang tidak dipakai, tidak disenangi atau sesuatu yang harus dibuang yang umumnya berasal dari kegiatan yang dilakukan oleh manusia (termasuk kegiatan industri) tetapi bukan biologis karena human waste tidak termasuk di dalamnya. Sedangkan menurut Mochtar M (1987:55) sampah adalah sesuatu yang tidak digunakan, tidak dipakai, tidak disenangi atau sesuatu yang dibuang yang berasal dari kegiatan manusia dan tidak terjadi dengan sendirinya.

Menurut relawan Buddha Tzu Chi Indonesia, sampah merupakan sesuatu yang dianggap tidak berguna atau buangan bagi sebagian orang tetapi bagi orang lainnya adalah hal yang berguna/berkah.

World Health Organization (WHO) juga mengungkapkan definisi sampah yakni, sesuatu yang tidak digunakan, tidak dipakai, tidak disenangi atau sesuatu yang dibuang yang berasal dari kegiatan manusia dan tidak terjadi dengan sendirinya (Chandra,2006). Jadi jika ditarik benang merahnya sampah merupakan hasil dari kegiatan manusia yang tidak digunakan atau dipakai lagi dan diperlukan penanganan yang baik dan benar dalam mengelolanya supaya tidak menimbulkan dampak negatif bagi masyarakat. Besarnya jumlah penduduk mempengaruhi jumlah timbulan sampah

(31)

yang dihasilkan. Semakin besar jumlah penduduknya maka sampah yang dihasilkan oleh suatu desa pun akan besar juga.

Mengelola sampah dengan baik berarti kita menjaga lingkungan untuk tetap bersih, sehat, dan rapi serta terhindar dari penyakit. Karena sejatinya sampah-sampah yang kita hasilkan setiap harinya baik itu sampah yang berasal dari rumah tangga, ruang publik, dan juga kegiatan industri akan memberikan dampak negatif jika tidak dikelola dengan baik. Jadi, untuk terhindar dari dampak negatif salah satunya penyakit maka sangat diperlukan pemahaman akan pentingnya mengelola sampah.

Suwerda menjelaskan bahwa sampah terbagi menjadi dua jenis, yaitu; a.

Sampah Organik adalah sampah yang bersifat biodegradable, yaitu sampah yang dapat diuraikan secara sempurna melalui proses biologi baik secara aerob maupun anaerob. Contoh sampah organik adalah sampah dapur, sisa-sisa hewan dan sampah pertanian atau perkebunan; b. Sampah Anorganik adalah sampah yang bersifat non biodegradable, yaitu sampah yang tidak dapat diuraikan secara sempurna melalui proses biologi baik secara aerob maupun anaerob. Sampah anorganik dibagi menjadi sampah yang dapat digunakan kembali dan tidak dapat digunakan kembali.

Penggolongan Jenis Sampah

Penggolongan jenis sampah menurut Undang-Undang No 18 Tahun 2008 menjelaskan bahwa jenis sampah dapat dibagi menjadi beberapa sebagai berikut ini:

(32)

 Sampah rumah tangga didefinisikan sebagai barang yang berasal dari kegiatan sehari-hari dalam rumah tangga, tidak termasuk tinja dan sampah spesifik.

 Sampah sejenis sampah rumah tangga sebagaimana dimaksud berasal dari

kawasan komersial, kawasan industri, kawasan khusus, fasilitas sosial, fasilitas umum, dan/atau fasilitas lainnya.

 Sampah spesifik, meliputi 1) sampah yang mengandung bahan berbahaya dan

beracun; 2) sampah yang mengandung limbah bahan berbahaya dan beracun;

3) sampah yang timbul akibat bencana; 4) bongkaran bangunan; 5) sampah yang secara teknologi belum dapat diolah; dan/atau 6) sampah yang timbul secara tidak periodik (UU No. 18 Tahun 2008).

Terciptanya lingkungan yang bebas dari sampah tentunya perilaku masyarakat yang menempati lingkungan tersebut haruslah baik dan tepat khususnya dalam mengelola sampah. Menurut Undang-Undang No. 18 tahun 2012, bahwa pengelolaan sampah yang baik adalah pengelolaan yang mengacu pada sistem yaitu sistem pengurangan sampah dan sistem penanganan sampah. Sistem pengurangan sampah meliputi 3 indikator, antara lain:

1. Pembatasan timbunan sampah, 2. Pendaur ulangan sampah, 3. Pemanfaatan kembali sampah.

Sistem penanganan sampah meliputi 5 indikator, antara lain:

1. Pemilahan sampah,

(33)

2. Pengumpulan sampah, 3. Pengangkutan sampah, 4. Pengolahan, dan

5. Pemrosesan akhir sampah.

Kedua sistem pengelolaan sampah yang baik tersebut akan tercapai apabila masyarakat dan pemerintah setempat mau berjalan beriringan. Apabila hanya salah satunya saja yang melaksanakan, maka pengelolaan sampah belum 100% baik.

Dengan kata lain pengelolaan sampah tidak akan mencapai hasil yang diharapkan yakni lingkungan yang bersih yang bebas dari sampah.

Sampah yang membusuk menimbulkan bau yang tidak sedap dan berbahaya bagi kesehatan. Air yang dikeluarkan (lindi) juga dapat menimbulkan pencemaran sumur, sungai maupun air tanah. Selain itu sampah yang tercecer tidak pada tempatnya dapat menyumbat saluran drainase sehingga dapat menimbulkan bencana banjir. Ketika musim penghujan tiba atau ketika air sungai pasang, maka rumah penduduk yang berada di daerah sungai akan mengalami kebanjiran yang diakibatkan oleh sampah masyarakat yang dibuang secara sembarangan menyebabkan sampah- sampah mengendap. Pengumpulan sampah dalam jumlah besar memerlukan tempat yang luas, tertutup, dan jauh dari pemukiman.

Berbagai bentuk penanganan sampah yang ada saat ini, tampaknya belum bisa membuat lingkungan bersih atau bebas dari sampah. Penanganan masalah sampah yang belum maksimal disebabkan oleh beberapa faktor. Menurut Zuska, (2008:6-8)

(34)

ada empat golongan pengamat yang berpandangan mengapa sampah tidak sepenuhnya dapat tertangani.

Golongan pertama, mengatakan penanganan sampah oleh petugas yang kurang baik, banyak sampah yang tertinggal di sumbernya, jarak pengangkutan sampah yang terlalu jauh sehingga sampah yang sudah diangkut akan berserak kembali. Golongan kedua, mengatakan permasalahan sampah kota ini erat kaitannya dengan teknologi pengolah sampah di tempat pembuangan akhir (TPA). Indonesia saat ini menggunakan incinerator sebagai teknologi pengolah sampah. Namun hal itu dianggap kurang efektif karena untuk membakar sampah organik memerlukan energi yang besar, waktu yang lama, mencemari lingkungan serta kapasitas pembakar nya rendah.

Golongan ketiga, mengaitkan masalah sampah dengan perilaku individu yang membuang sampah sembarangan. Ada pendapat yang mengatakan bahwa kebiasaan buruk ini karena anak-anak tidak dibiasakan meletakkan sampah pada tempatnya, hukum yang tidak ditegakkan bagi pelanggar aturan. Kebudayaan juga memiliki gagasan/konsep/kepercayaan tentang kebersihan. Apa yang dianggap bersih dan apa yang perlu dibersihkan, pandangan itu berbeda-beda antara satu kebudayaan dengan kebudayaan yang lainnya. Golongan keempat, berpandangan bahwa sebaiknya produk-produk pertanian yang masuk kota sudah dalam keadaan bersih dari daun, kulit dan ranting.

Ada banyak pandangan yang berbeda-beda terkait alasan mengapa masalah

(35)

sampah belum bisa diatasi secara tuntas. Oleh karena itu penanganan masalah sampah haruslah dilihat dari berbagai sudut pandang. Kerjasama antar pihak yang terlibat harus tetap seimbang. Pengetahuan masyarakat tentang menjaga kebersihan harus terus disebar luaskan melalui sosialiasi dan pelatihan. Kemudian petugas kebersihan yang bertanggung jawab mengurus sampah harus sungguh-sungguh mengerjakan tugasnya, adanya penegakkan hukum yang konsisten, dan teknologi pengolah sampah harus memadai.

1.2.3 Pengertian Perilaku

Perilaku adalah kumpulan dari reaksi, perbuatan, aktivitas, gabungan gerakan, tanggapan dan jawaban yang dilakukan seseorang, seperti proses berpikir, bekerja, belajar, dan sebagainya akibat belajar dari pengalaman sebelumnya dan dipelajari melalui proses penguatan dan pengkondisian. Jadi terjadi reaksi akibat kegiatan kognitif, afektif, dan psikomotorik. Dimana ketiga aspek ini saling berhubungan. Jika salah satu aspek mengalami hambatan, maka aspek perilaku lainnya juga terganggu (Olla, 2015).

Adliyani (2015) mengungkapkan bahwa perilaku muncul sebagai akibat dari beberapa hal, diantaranya karena adanya hubungan timbal balik antara stimulus dan respons yang lebih dikenal dengan rangsangan tanggapan. Hubungan stimulus dan respons akan membentuk pola-pola perilaku baru. Selain itu, hubungan stimulus dan respons merupakan suatu mekanisme dari proses belajar dari lingkungan luar juga mempengaruhi perilaku seseorang. Ganjaran (reward) akan memberikan penguatan

(36)

kepada respons atau tetap untuk mempertahankan respons. Lalu adanya hukuman (punishment) melemahkan respons atau mengalihkan respons ke bentuk respons lainnya. Perubahan perilaku akibat perubahan dari ganjaran atau hukuman.

1.2.4 Kebudayaan

Kebudayaan adalah pengetahuan yang diperoleh, digunakan seseorang untuk menginterpretasikan pengalaman dan melahirkan tingkah laku sosial (James P.

Spradley 2006:6). Dengan pengetahuan yang dimiliki mengenai sampah maka akan mempengaruhi bagaimana suatu kebudayaan yang dimiliki suatu kelompok etnis atau kelompok masyarakat dalam mengelola sampah. Maksudnya jika di dalam suatu masyarakat memiliki perilaku membuang sampah sembarangan maka akan mempengaruhi tingkah laku atau perilakunya dalam pengelolaan sampah.

Setiap masyarakat dipandang mempunyai satu sistem yang unik dalam mempersepsikan dan mengorganisasikan fenomena material seperti benda-benda, kejadian, perilaku, dan emosi. Sehingga objek kajian dalam pengertian budaya ini bukanlah fenomena material tersebut, tetapi cara fenomena material tersebut diorganisasi kan dalam pikiran manusia. Secara sederhana, budaya dipandang berada dalam pikiran manusia dan bentuknya adalah organisasi pikiran tentang fenomena material.

Masyarakat secara umum memiliki perilaku membuang sampah tidak pada tempatnya. Masyarakat dalam perilaku membuang sampah ke sembarang tempat ini sendiri berdasarkan pengetahuan mereka sebelumnya yang dilakukan terus-menerus

(37)

dan turun-temurun. Dengan pengetahuan masyarakat mengenai ke mana nanti sampah tersebut akan berakhir, tentunya akan mempengaruhi bagaimana masyarakat mengelola sampah yang diproduksi dan dimilikinya. Hal inilah yang terjadi pada masyarakat saat ini. Kebiasaan masyarakat yang membuang sampah sembarangan tanpa mengelolanya dengan baik, dapat menjadi sumber penyakit dikarenakan rendahnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat terhadap sampah.

Sedangkan definisi kebudayaan menurut Prof. Koentjaraningrat kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan, dan hasil karya manusia dalam kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan proses belajar. Ada tujuh unsur kebudayaan menurut Prof. Koentjaraningrat.

Melalui ketujuh unsur kebudayaan yang diungkapkan oleh Prof Koenjaraningrat, maka kebudayaan dibagi ke dalam dua bagian, yaitu:

1. Kebudayaan material (lahir, fisik) yaitu kebudayaan yang berwujud dan dapat dilihat wujudnya (konkret) misalnya, rumah, gedung atau tempat bangunan, benda-benda lainnya hasil ciptaan manusia.

2. Kebudayaan immaterial (spiritual, batin) yaitu kebudayaan yang tidak terlihat bentuknya namun dapat dirasakan manfaatnya (abstrak) misalnya, bahasa, religi, ada istiadat, dan ilmu pengetahuan.

Kebudayaan menurut James P. Spradley yaitu mengenai pengetahuan yang digunakan untuk menginterpretasikan pengalaman dan melahirkan tingkah laku sosial yang dapat dikatakan juga sebagai salah satu wujud kebudayaan seperti yang

(38)

dikemukakan oleh Prof. Keonjaraningrat.2 Adapun wujud kebudayaan yang dimaksud adalah sebagai berikut:

1. Wujud kebudayaan adalah sebagai sesuatu kompleks dari ide-ide, gagasan, nilai-nilai, norma, dan peraturan.

2. Wujud kebudayaan adalah suatu kompleks aktivitas kelakuan berpikir dari manusia dalam masyarakat.

3. Wujud kebudayaan adalah sebagai benda-benda hasil karya manusia.

Berdasarkan tiga wujud kebudayaan tersebut di atas, perilaku masyarakat dalam mengelola sampah merupakan salah satu wujud kebudayaan. Bagaimana masyarakat mengelola sampah itu berdasarkan pengetahuan yang dimiliki.

Kebudayaan juga pada dasarnya memiliki fungsi dalam mengendalikan perilaku masyarakat dalam menanggulangi dampak sampah terhadap lingkungan. Jika dalam masyarakat memiliki tatanan budaya pengelolaan seperti memisahkan sampah berdasarkan jenis (organik dan anorganik), maka kebersihan dan kesehatan lingkungan akan baik.

1.3 Rumusan Masalah

Dari uraian yang telah dipaparkan sebelumnya, maka dapat dirumuskan satu permasalahan. Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu: Mengapa sampah banyak berserakan dan bagaimana proses pengolahan sampah di Desa Pekan Tanjung Beringin.

2

(39)

1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.4.1 Tujuan penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk menjawab rumusan masalah pada penelitian ini, yakni untuk menjelaskan tentang sampah berserakan dan proses pengolahan sampah di Desa Pekan Tanjung Beringin.

1.4.2 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:

1. Menambah pengetahuan dan pemahaman serta menunjukkan salah satu studi tentang perilaku warga masyarakat dalam mengelola sampah di pedesaan.

2. Manfaat praktis dari penelitian ini adalah menjadi pedoman bagi semua orang khususnya bidang Antropologi Sosial dalam mengatasi masalah persampahan dan aktivis lingkungan hidup supaya terus bergerak dalam masyarakat khususnya pedesaan untuk mensosialisasikan bagaimana perilaku dan sikap terhadap kebersihan dan sampah.

1.5 Metode Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode etnografi. Etnografi ditinjau secara harafiah berarti tulisan atau laporan tentang suatu suku bangsa yang ditulis oleh seorang antropolog atas hasil penelitian lapangan (field work) selama sekian bulan atau sekian tahun. Merujuk kepada definisi Spradley, (2007:3) etnografi merupakan pekerjaan mendeskripsikan suatu kebudayaan yang bertujuan untuk

(40)

memahami suatu pandangan hidup dari sudut penduduk asli. Spradley juga mengatakan bahwa, “penelitian etnografi melibatkan aktivitas belajar mengenai dunia orang yang telah belajar melihat, mendengar, berbicara, berpikir dan bertindak dengan cara yang berbeda”.

Seoarang peneliti yang menggunakan metode etnografi atau sering disebut sebagai etnografer harus bisa mengamati tingkah laku, tetapi lebih dari itu seorang etnografer harus menyelidiki makna tingkah laku tersebut. Etnografer mengamati dan mencatat berbagai kondisi emosional, tetapi lebih dari itu dia juga menyelidiki makna rasa takut, cemas, marah dan berbagai perasaan lain (Spradley 2007:7).

Data dikelompokkan ke dalam dua bagian yaitu data primer dan data sekunder. Data primer merupakan data yang diperoleh dari lapangan melalui observasi setelah melakukan penelitian di lapangan dan melakukan wawancara kepada masyarakat, instansi, dan orang-orang yang terhubung langsung dengan masalah yang sedang diteliti.

1.5.1 Teknik Pengumpulan Data

a) Wawancara

Dalam penelitian ini peneliti melakukan wawancara guna mendapatkan informasi langsung dari informan. Informan yang peneliti wawancara adalah masyarakat setempat, pegawai kantor camat, pegawai kantor desa, kepala desa, dan

(41)

petugas-petugas kebersihan yang terjun langsung membersihkan desa seperti halnya petugas kebersihan pasar dan juga mobil truk pengangkut sampah yang berasal dari Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Serdang Bedagai.

Dalam mendukung wawancara peneliti juga menulis di buku yang berukuran sedang. Buku itu peneliti membuat sendiri dari kertas HVS yang dipotong menjadi dua bagian kemudian disatukan hingga menyerupai buku. Buku tersebut penting untuk menulis informasi atau hal penting yang didapatkan selama di lapangan.

Peneliti juga menggunakan alat recorder/perekam yang sudah ada di handphone untuk merekam setiap pembicaraan yang dilakukan dengan informan. Hal ini supaya informasi yang diberikan oleh informan tidak ketinggalan dan terlewatkan.

Menggunakan alat perekam terkadang kurang efisien digunakan di tempat yang cukup ramai dan ribut seperti halnya di pinggir jalan sehingga menggunakan catatan sanggat diperlukan. Melakukan wawancara dengan alat perekam terkadang juga tidak diizinkan oleh informan karena berbagai alasan tertentu. Jika informan tidak bersedia suaranya direkam maka peneliti akan menulis di buku catatan secara langsung apa yang dikatakan oleh informan. Peneliti juga tidak terlalu banyak mencatat karena hal tersebut dapat merusak suasana wawancara dengan informan.

Dalam proses wawancara peneliti harus menetapkan informan yang harus diwawancarai, Spradley (2007:67) mengatakan bahwa ada lima persyaratan untuk memilih informan yang baik, pertama enkulturasi penuh, adalah orang-orang yang memiliki pemahaman budaya yang dianut dengan baik atau setidaknya harus

(42)

mempunyai keterlibatan dalam suasana budaya selama satu tahun penuh. Hal tersebut sesuai dengan informan yang peneliti wawancarai.

Kedua, keterlibatan langsung yaitu, memilih informan yang benar-benar terlibat secara langsung. Ketiga suasana budaya yang dikenal yaitu, bahwa seorang peneliti harus memilih seorang informan yang memiliki budaya yang berbeda dengan si peneliti agar hal tersebut membuat si peneliti lebih sensitif terhadap berbagai hal yang telah biasa bagi si informan tetapi mereka mengabaikannya. Keempat waktu yang cukup, seorang peneliti harus memilih informan yang memiliki waktu yang cukup selama wawancara. Untuk mengatasi hal tersebut peneliti melakukan wawancara dengan masyarakat ketika mereka sedang bersantai-santai di rumah, petugas kebersihan ketika mereka sedang menyapu, kepala desa ketika sudah pulang dari kantor desa dan untuk pegawai-pegawai instansi ketika jam istirahat mereka.

Kelima non analitis, seorang peneliti memilih informan yang tidak menganalisis kebudayaannya sendiri dengan perspektif orang luar. Tidak hanya informan yang memiliki kriteria tertentu tetapi peneliti juga harus memiliki seperti cara menanyakan pertanyaan, mendengarkan, dan menunjukkan minat dengan kontak mata dan anggukan.

(43)

Table 1 Data Informan

No Nama Pekerjaan

1 Ibu Fauziaty Mantan kepala Desa Pekan Tanjung Beringin

2 Bapak Rajali Ketua Gerindra

3 Ibu Fatimah Petugas kebersihan pasar 4 Ibu Juliati Petugas Kebersihan Pasar

5 Pak Suratman Masyarakat yang peduli lingkungan 6 Ibu Rury Ketua PKK

7 Pak Azar Pendiri KOMPAK (kelompok Masyarakat Pecinta Lingkungan dusun 1)

8 Ibu Rosida Guru di Sekolah Dasar

9 Deslianti Anggota kesehatan lingkungan puskesams Tanjung Beringin

10 Pak Rizal Kepala Dusun III 11 Pak Akbar Sekretaris Desa

b) Observasi Partisipasi

(44)

Observasi atau pengamatan yaitu teknik pengumpulan data dengan cara mengamati situasi dan kondisi lingkungan fisik serta perilaku masyarakat yang berkaitan erat dengan masalah yang diteliti. Partisipasi yaitu teknik pengumpulan data dengan ikut serta dalam kehidupan dari orang lain yang diteliti secara terus menerus dalam suatu arena tertentu. Metode observasi partisipasi berarti teknik pengumpulan data dengan cara memahami dan mengamati aktifitas masyarakat dimana peneliti mendata secara langsung dan terlibat di dalamnya (Farsyah, 2007).

Peneliti melakukan pengamatan secara langsung dengan terlibat dalam kegiatan sehari-hari masyarakat. Hal ini untuk memastikan kebenaran yang disampaikan oleh para informan. Melihat secara langsung bagaimana mereka (masyarakat) memperlakukan sampah yang dihasilkannya sehari-hari. Selain masyarakat setempat observasi partisipasi juga saya lakukan terhadap pegawai- pegawai di kantor desa, kantor camat, dan juga petugas kebersihan.

1.6 Pengalaman Penelitian

Lokasi penelitian berada di Desa Pekan Tanjung Beringin Kecamatan Pekan Tanjung Beringin Kabupaten Serdang Bedagai. Lokasi penelitian dijangkau dengan menggunakan transportasi darat, yaitu angkutan umum (angkot) yang loketnya berada di Amplas. Angkot yang dapat mengantarkan untuk sampai ke Desa Pekan Tanjung Beringin adalah Dirgantara dan Sandra Firma (S2) dengan ongkos Rp.15.000,- dengan jarak tempuh kurang lebih satu setengah jam perjalanan.

(45)

Desa Pekan Tanjung Beringin merupakan desa yang baru saya kunjungi dan jika dilihat jarak yang ditempuh cukup jauh dari tempat saya tinggal di kota Medan.

Tetapi saya sudah tinggal bersama masyarakat sebelum saya melakukan penelitian skripsi saya selama empat puluh hari atau satu setengah bulan dalam kegiatan praktek kerja lapangan (PKL). Jadi secara administrasi dan juga pendekatan kepada masyarakat saya sudah memiliki akses yang baik. Jadi saya memutuskan untuk melakukan penelitian skripsi saya di desa ini. Selama saya melakukan penelitian di desa ini saya tinggal di rumah salah satu warga yaitu Ibu Ruri. Ibu Ruri merupakan ketua PKK Desa Pekan Tanjung Beringin.

Hal pertama yang saya lakukan ketika sampai di Desa Pekan Tanjung Beringin adalah menemui kepala desa. Becak merupakan jenis transportasi yang sering saya gunakan selain berjalan kaki. Saya sudah mengenal kepala desa sewaktu saya melakukan praktek kerja lapangan dan juga pegawai yang ada di kantor desa.

Tetapi dikarenakan sudah ada pemilihan kepala desa untuk periode yang baru, maka saya meminta izin kepada kepala desa untuk saya diizinkan melakukan penelitian selama beberapa bulan ke depan. Kepala desa yang baru yaitu Bapak Ir. Indra Syahputra kemudian beliau memberikan saya izin. Selain meminta izin, saya juga mewawancarai beliau mengenai judul penelitian saya. Tetapi dikarenakan beliau baru saja menjabat sebagai kepala desa, saya pun dianjurkan untuk melakukan wawancara dengan mantan kepala desa periode sebelumnya Ibu Fauzity.

Hari berikutnya saya menemui mantan kepala desa Ibu Fauziaty Nasution.

Beliau menjelaskan banyak hal mengenai upaya yang sudah dilakukan oleh

(46)

pemerintah desa dalam kebersihan lingkungan. Salah satunya adalah adanya program khusus yang dijalankan oleh lembaga ketahanan masyarakat desa (LKMD) yaitu gotong royong. Gotong royong ini dilaksanakan sebulan sekali dengan dusun yang berbeda. Dusun di Desa Pekan Tanjung Beringin ada 15 dusun. Tetapi adanya program ini tidak lantas membuat wajah desa terlihat bersih. Ketika program gotong royong berlangsung di suatu dusun, masyarakat yang tinggal di dusun tersebut justru tidak mau membantu. Adanya yang menutup pintu rumah dan hanya memantau saja.

Setelah selesai mewawancarai Ibu Fauziaty, saya pun pulang ke rumah induk semang.

Keesokan harinya saya sudah di lapangan jam 10.00 WIB saya memutuskan untuk mewawancarai warga dusun tiga. Karena rumah penduduk yang tidak terlalu jauh satu dengan yang lain, saya memutuskan untuk berjalan kaki. Berjalan kaki di pagi hari tidaklah terlalu menguras tenaga karena udara yang sejuk. Selama perjalanan saya di pagi hari saya melewati parit yang terdapat di depan rumah warga.

Parit tersebut dipenuhi dengan air yang bercampur sampah plastik. Sampah-sampah yang saya lihat kebanyakan jenis sampah plastik yang berwarna karena merupakan plastik pembungkus makanan atau jajanan kemasan anak-anak. Kebanyakan warga dusun tiga membuang sampahnya di halaman rumah, kolong rumah jika rumahnya memiliki bentuk panggung, dan juga di parit. Saya melihat tidak banyak warga yang memiliki tong sampah.

Ketika melakukan wawancara dan juga menimbang sampah beberapa rumah tangga, saya melihat warga dusun tiga sangat ramah. Mungkin di awal mereka cukup bingung kenapa ada warga baru yang berkeliaran di lingkungan mereka. Tetapi

(47)

setelah memperkenalkan diri dan memberi tahu maksud dan tujuan saya mereka pun sangat ramah. Bahkan menawarkan bantuan. Tetapi ada juga dua rumah tangga yang tidak mengizinkan saya menimbang sampahnya. Ketika saya meminta izin untuk menimbang sampah, mereka menolak alasannya sampahnya sudah dibuang ke belakang rumah dan juga sudah dibakar.

Hari pun semakin sore, saya pun pulang ke rumah induk semang saya.

Sesampainya di rumah, saya langsung mengetik di laptop informasi yang saya dapatkan dari wawancara yang saya dapatkan satu hari ini. Malam hari saya makan bersama Bapak Suratman dan juga Ibu Ruri. Mereka sangat perhatian terhadap saya.

Banyak hal yang ditanyakan seperti adakah kendala saya dalam mendapatkan informasi selama saya melakukan penelitian. Sehabis makan malam saya juga mengobrol dengan Ibu Ruri. Ibu Ruri merupakan mantan ketua PKK, tetapi masih aktif bekerja di kantor desa jadi saya tidak memiliki banyak waktu untuk berbincang selain pada malam hari. Sebagai penduduk yang bisa dikatakan baru dan juga aktif dalam kegiatan kantor desa, Ibu Ruri menceritakan banyak mengenai program desa tentang kebersihan. Beliau juga menceritakan bagaimana karakteristik masyarakat Desa Pekan Tanjung Beringin secara general terutama terhadap sampah.

Keesokan harinya saya mengunjungi puskesmas untuk mendapatkan informasi mengenai sampah yang ada di puskesmas dan juga bagaimana pengelolaan sampah di puskesmas. Tetapi saya mendapatkan sedikit kesulitan dikarenakan saya tidak membawa surat izin yang ditujukan khusus kepada puskesmas. Karena surat izin yang saya dapatkan dari jurusan adalah surat izin kepala desa dan juga surat izin

(48)

masyarakat. Setelah berusaha meyakinkan pegawai TU puskesmas, saya pun akhirnya diizinkan untuk melakukan wawancara kepada pegawai kesehatan lingkungan.

Keesokan harinya saya pergi ke pasar Sergei untuk melihat bagaimana pedagang maupun petugas kebersihan pasar menjaga kebersihan pasar. Saya membayar becak untuk mengantar saya ke pasar. Tarif becak dari rumah ke pasar sebesar Rp.5.000,-. Pukul 07.00 WIB pagi saya sudah berada di pasar. Pasar ini merupakan pasar yang beroperasi setiap hari. Untuk melihat bagaimana pengelolaan sampah di pasar saya membutuhkan waktu satu minggu. Dikarenakan saya berpartisipasi secara mendalam dan para petugas kebersihan mulai membersihkan pasar pukul 10.00 WIB sampai pukul 12.00 WIB. Jadi setiap hari setelah dari pasar saya dapat mengunjungi tempat yang lain untuk informasi yang lain.

Setelah dari pasar saya pergi ke dua sekolah yang ada di Desa Pekan Tanjung Beringin untuk melakukan wawancara. Saya berjumpa dengan Ibu Dewi salah satu guru di sekolah SD dan SMP. Ibu Dewi sangat ramah dan tidak pelit untuk memberikan saya informasi. Beberapa kali saya datang ke sekolah dimana Ibu Dewi mengajar saya selalu disambut dengan hangat dan diberi minuman. Hal itu sungguh berkesan bagi saya.

Selain ke pasar utama Sergei, saya juga pergi ke pekan yaitu pasar yang hanya ada sekali dalam seminggu yaitu hari Jumat. Pekan ini akan ramai dikunjungi pembeli dikarenakan harganya lebih murah dan barang-barang yang dijual segar serta bervariasi dibandingkan dengan pasar Sergei. Sebagian besar dari pedagang yang ada

(49)

di pekan adalah bukan penduduk setempat melainkan pendatang. Setiap pedagang dikenakan biaya kebersihan dan juga biaya penyewaan lapak jualan oleh LKMD.

Petugas kebersihan yaitu petugas yang sama yang bekerja di pasar Sergei akan mengutip uang kebersihan setiap lapak jualan. Biasanya Ibu Fatimah dan anaknya akan mengutip uang kebersihan jam 10.00 WIB.

Saya juga melakukan wawancara dengan penduduk Buantan dusun III yang tinggal di dekat bantaran sungai. Kesan pertama saya melihat pemukiman ini adalah kumuh dan padat. Parit yang digunakan untuk mengalirkan air tidak berfungsi sebagaimana mestinya tetapi dipenuhi tumpukan sampah.

Selama melakukan penelitian saya juga berkesempatan berpartisipasi dalam gotong royong yang rutin dilakukan sebulan sekali dengan dusun yang berbeda dengan jadwal yang sudah dibuat sebanyak dua kali. Kegiatan gotong royong dilaksanakan setiap hari Jumat yang melibatkan kepala desa, perangkat desa, anggota PKK, LKMD, dan masyarakat dusun tempat berlangsungnya gotong royong.

Menurut saya gotong royong ini merupakan ajang untuk menunjukkan diri saja karena ketika saya melihat pegawai desa, anggota PKK, dan orang-orang yang menggunakan seragam olahraga terkhusus ibu-ibu datang ke lokasi kemudian berkumpul sambil mengobrol. Kegiatan gotong royong ini terdapat makanan dan minuman berupa minuman kemasan gelas dan makanan yang dibungkus dengan plastik. Mereka makan sambil mengobrol kemudian membuang sampahnya sembarangan. Setelah beberapa menit kemudian mereka perlahan meninggalkan lokasi. Hanya orang yang benar-benar tulus saja yang mau fokus bekerja

(50)

membersihkan salah satunya adalah Pak Suratman. Meskipun beliau bukan anggota masyarakat dari suatu dusun dimana gotong royong dilaksanakan, beliau selalu saja hadir dan membantu membersihkan. Kemudian ada juga orang-orang khususnya kaum bapak yang mau fokus bekerja. Tetapi masyarakat setempat tidak membantu melainkan hanya melihat saja sambil mengobrol. Walaupun demikian, program desa yaitu gotong royong ini bisa membantu masyarakat dalam menjaga kebersihan setidaknya pemerintah desa berupaya membuat program kebersihan walaupun hasil lapangan tidak maksimal.

Keesokan harinya saya mengunjungi dusun I khususnya Gang Jawa yang dikenal dengan masyarakat yang peduli akan kebersihan. Orang-orang yang bekerja di kantor desa juga mengatakan bahwa gang tersebutlah yang paling bersih. Saya pun memutuskan pergi ke sana dengan berjalan kaki. Saat itu saya hendak memotret suatu kapal yang sedang berhenti di sungai. Saya pun berdiri dekat jembatan sambil berusaha memfokus kan layar handphone untuk mendapatkan hasil potret yang bagus untuk diupload ke instagram. Seketika saya terkejut mendengar suara benda yang jatuh ke dalam sungai, saya cari tahu itu benda apa dengan melihat ke bawah sungai.

Benda itu merupakan sampah yang sudah dibungkus plastik hitam besar dan saya mencari pelakunya dengan melihat ke arah jembatan, ternyata ada seorang lelaki yang dengan sigap langsung menarik kecepatan tinggi motornya dan menghilang.

(51)

1.7 Lokasi Penelitian

Gambar 1. Peta Desa Tanjung Beringin

(Sumber : Dokumen Pemerintah Desa Pekan Tanjung Beringin)

Adapun lokasi penelitian yang dilakukan oleh penulis adalah di Desa Pekan Tanjung Beringin Kecamatan Tanjung Beringin Kabupaten Serdang Bedagai. Desa ini memiliki 15 dusun dengan jumlah penduduk sebanyak 14.000 Jiwa. Masyarakat yang ada di Desa Pekan Tanjung Beringin mayoritas beretnis Melayu. Selain etnis Melayu ada juga etnis Jawa, Banjar, dan Batak. 90% masyarakat yang di Desa Pekan tanjung Beringin bermata pencaharian sebagai nelayan dan 10% lainnya ada sebagai pedagang, berladang, tukang bangunan, usaha warung.

Alasan penulis melakukan penelitian di desa ini adalah untuk mengetahui bagaimana masyarakat melakukan Pengelolaan Sampah. Selain melakukan penelitian pada masyarakat setempat, penulis juga melakukan penelitian di berbagai tempat di

(52)

Desa Pekan Tanjung Beringin seperti, puskesmas Tanjung Beringin, pasar Tanjung Beringin, pekan Desa Pekan Tanjung Beringin, sekolah-sekolah, kantor desa, kantor polisi, dan kantor Koramil.

(53)

BAB II

PENGELOMPOKAN DAN PENGGOLONGAN SAMPAH

2.1. Sampah Rumah Tangga

Sampah rumah tangga adalah sampah yang dihasilkan dari kegiatan di dalam rumah tangga. Kegiatan itu berlangsung setiap hari dan dilakukan oleh anggota rumah tangga. Kegiatan yang dimaksud meliputi kegiatan produksi, reproduksi, distribusi, transmisi, dan tempat tinggal. Hal ini jelas diungkapkan oleh Robert McC.Netting dalam bukunya Households “Comparative and Historical Studies of the Domestic Group”, Part 1 Studying the Households: Method and Theory, Households:

Changing Forms and Functions.

“Below we group five categories of the activities most often performed by households—production, distribution, transmission, reproduction and coresidence—and discuss their separate ramifications. (Kita mengelompokkan 5 kategori dari aktivitas yang paling sering di lakukan oleh rumah tangga—produksi, distribusi, transmisi, reproduksi dan tempat tinggal —dan membahas cabang-cabang terpisah mereka)”.

“The activity groups within a society as composing spheres of activity, we see that these spheres overlap considerably. A group that shares a living space (coresidence), a group that shares in the activity of food preparation and consumption, and a group that socializes children often overlap completely; they are one and the same. (Jika kita lihat aktivitas kelompok-kelompok dalam social berisi aktivitas yang terpisah, kita lihat pemisahan-pemisahan ini timpang tindih. Sebuah kelompok yang memberikan sebuah tempat

Gambar

Table 1   Data Informan
Gambar 1. Peta Desa Tanjung Beringin
Tabel 7 Jenis SampahJumlah Rumah Tangga No
Foto : Hasil produk kerajinan bank sampah  Sumber : Dokumentasi Penulis

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian di atas menunjukkan bahwa waktu yang digunakan untuk menyimak lebih banyak dibandingkan dengan waktu yang digunakan untuk berbicara, membaca,

 Akuntansi sumber daya manusia juga melibatkan pengukuran terhadap biaya yang akan dikeluarkan untuk menggantikan sumber daya manusia dari suatu organisasi.... Triple

Dalam pembelajaran sejarah di SMA Negeri 2 Batang, terdapat mata pelajaran sejarah wajib atau sejarah Indonesia dan mata pelajaran sejarah pilihan yaitu sejarah

Dilihat dari segi teknis perlakuan dengan padat penebaran 2 ekor/liter merupakan perlakuan yang paling efisien, karena memiliki laju pertumbuhan pertumbuhan bobot harian,

Bila kadar hormon dalam darah telah mencukupi untuk mengahasilkan efek yang dimaksud, kenaikan hormon lebih jauh dicegah oleh umpan balik negatif. lebih jauh dicegah oleh umpan

Pertumbuhan ikan betutu yang diberi pakan hidup baik itu pakan benih ikan nila dari hasil pemijahan induk nila yang dipelihara bersama ikan betutu, pemberian benih ikan

Seperti yang sudah dipaparkan pada bagian pendahuluan, di dalam penelitian ini juga akan dibahas fungsi BS dialek [a-a] di dalam tuturan sehari-hari masyarakat

Kesimpulan dari semua perempuan yang berhak mengasuh anak,seperti yang telah disebutkan di atas, maka saudara sekandung lebih didahulukan. Jika pendidik dan