• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sanitasi Lingkungan

1. Masalah yang berkaitan dengan air

2.4. Nyamuk Penular DBD

2.4.3 Pengamatan Kepadatan Vektor

Untuk mengetahui kepadatan vektor di suatu lokasi dapat dilakukan beberapa survei yang dipilih secara acak yang meliputi survei nyamuk, survei jentik, dan survey perangkap telur. Survei jentik dilakukan dengan cara pemeriksaan terhadap semua tempat air di dalam dan di luar rumah dari 100 (seratus) rumah yang diperiksa di suatu daerah dengan mata telanjang untuk mengetahui ada tidaknya jentik. Dalam pelaksanaan survai ada 2 (dua) metode yang meliputi : (Depkes RI, 1998)

1) Metode Single Survai

Survei ini dilakukan dengan mengambil satu jentik disetiap tempat genangan air yang ditemukan ada jentiknya untuk dilakukan identifikasi lebih lanjut jenis jentiknya.

2) Metode Visual

Survei ini dilakukan dengan melihat ada atau tidaknya jentik disetiap tempat genangan air tanpa melakukan pengambilan jentik. Dalam program pemberantasan penyakit DBD, survei jentik yang biasa digunakan adalah cara visual dan ukuran yang dipakai untuk mengetahui kepadatan jentik yaitu :

a. Angka Bebas Jentik (ABJ)

Angka Bebas Jentik adalah persentase pemeriksaan jentik yang dilakukan di semua desa/kelurahan setiap 3 (tiga) bulan oleh petugas puskesmas pada rumah–

rumah penduduk yang diperiksa secara acak.

Jumlah rumah/bangunan yang tidak ditemukan jentik

x 100%

Jumlah rumah/bangunan yang diperiksa

b. House Indeks (HI)

House Indeks (HI) adalah persentase jumlah rumah yang ditemukan jentik yang dilakukan di semua desa/kelurahan oleh petugas puskesmas setiap 3 (tiga) bulan pada rumah-rumah yang diperiksa secara acak.

Jumlah rumah yang ditemukan jentik

x 100%

Jumlah rumah yang diperiksa

c. Container Indeks (CI)

Container Indeks (CI) adalah persentase pemeriksaan jumlah container yang diperiksa ditemukan jentik pada container di rumah penduduk yang dipilih secara acak.

Jumlah Container ditemukan jentik

x 100%

Jumlah container yang diperiksa d. Breteau Indeks (BI)

Jumlah container yang terdapat jentik dalam 100 rumah.Angka Bebas Jentik dan House Index lebih menggambarkan luasnya penyebaran nyamuk di suatu daerah.Tidak ada teori yang pasti Angka Bebas Jentik dan House Index yang dipakai sebagai standard, hanya berdasarkan kesepakatan, disepakati House Index minimal 1% yang berarti persentase rumah yang diperiksa jentiknya positif tidak boleh melebihi 1% atau 99% rumah yang diperiksa jentiknya harus negatif.

Ukuran tersebut digunakan sebagai indikator keberhasilan pengendalian nyamuk penularan DBD (Depkes RI, 1998).

2.5. Upaya Penanggulangan DBD 2.5.1. Penemuan Penderita

Selama hampir dua abad, penyakit dengue digolongkan sejajar dengandemam, pilek atau diare.Penyakit ini dianggap sebagai penyesuaian diriseseorang terhadap iklim tropis. Tetapi, hal ini berubah sejak timbulnya wabahdemam dengue di Manila pada tahun 1953-1954, yang disertai renjatan (shock)dan perdarahan gastrointestinal

yang berakhir dengan kematian penderita,menyebabkan pandangan ini berubah (Soedarmo, 1988).Pada awal perjalanan penyakit DBD tanda/gejalanya tidak spesifik.Olehkarena itu masyarakat/keluarga diharapkan waspada jika terdapat tanda/gejalayang mungkin merupakan awal perjalanan penyakit DBD (Depkes RI, 1992).

Apabila keluarga/masyarakat menemukan tanda/gejala di atas, maka penderitasegera diberi obat penurun panas golongan parasetamol. Beri kompres hangat danminum banyak seperti air teh, susu, sirup, oralit dan lain-lain. Jika dalam dua haripanas tidak turun atau timbul tanda/gejala lanjut seperti perdarahan kulit (sepertigigitan nyamuk), muntah-muntah, gelisah, mimisan dianjurkan segera dibawaberobat ke dokter atau ke unit pelayanan kesehatan (Puskesmas, RS) atau saranapelayanan kesehatan lain untuk segera mendapat pemeriksaan dan pertolongan(Depkes RI, 2006).Dokter atau petugas kesehatan yang menentukan penderita DBD maka wajibdilaporkan dalam 1 kali 24 jam ke Puskesmas sesuai dengan tempat tinggalpenderita. Pelaporan resmi dilakukan dengan jalan mengirim formulirpemeriksaan spesimen DBD atau tanpa spesimennya kepada Dinas KesehatanKabupaten/Kota setempat.Hal ini sesuai dengan Undang-Undang No. 4 Tahun1984 (Depkes RI, 1992).

Penanggulangan seperlunya adalah kegiatan untuk mencegah atau membatasipenularan penyakit DBD di rumah penderita/tersangka DBD dan lokasi sekitarnyayang diperkirakan dapat menjadi sumber penularan lebih lanjut.Jenis

kegiatan yang dilakukan berdasarkan hasil penyelidikan epidemiologisebagai berikut (Depkes RI, 1992):

a. Bila ditemukan penderita/tersangka DBD lainnya atau ditemukan satu ataulebih penderita panas tanpa sebab yang jelas dan ditemukan jentik, dilakukanpenyemprotan (fogging focus) di rumah penderita dan sekitarnya dalam radius200 meter, 2 siklus dengan interval 1 minggu (siklus 1 untuk mematikannyamuk Ae. aegypti yang ada dan siklus II untuk mematikan nyamuk Ae.aegypti pada siklus 1 belum menjadi nyamuk atau masih berstadium pupa),penyuluhan dan penggerakan masyarakat untuk Pemberantasan SarangNyamuk.

b. Bila ditemukan penderita tetapi tidak ditemukan jentik, dilakukanpenggerakan masyarakat PSN dan penyuluhan.

c. Bila tidak ditemukan penderita dan tidak ditemukan jentik dilakukanpenyuluhan terhadap masyarakat.Penanggulangan lain yang dilakukan di desa/kelurahan rawan dilaksanakanoleh petugas kesehatan dibantu masyarakat untuk mencegah terjadinya KLB danmembatasi penyebaran penyakit ke wilayah lain. Jenis kegiatan disesuaikandengan stratifikasi daerah rawan sebagai berikut (Soegijanto, 2004).

1. Desa/kelurahan rawan I (endemis) yaitu apabila dalam tiga tahun terakhir setiaptahun terjangkit DBD maka dilakukan:

a. Penyemprotan massal sebelum musim penularan, yaitu penyemprotan yangdilakukan di sebagian atau di seluruh wilayah Desa/Kelurahan rawan Isebelum masa penularan untuk membatasi penularan dan mencegah KLB.

b. Pemeriksaan jentik berkala di rumah dan di tempat umum yaitu pemeriksaantempat-tempat penampungan air dan tempat perkembangbiakan nyamuk Ae. Aegypti yang dilakukan di rumah dan tempat umum secara teratur sekurang-kurangnyatiga bulan sekali untuk mengetahui populasi jentik nyamuk penularDBD dengan menggunakan indikator Angka Bebas Jentik (ABJ).

c. Penyuluhan pada masyarakat.

2. Desa/kelurahan rawan II (sporadis) yaitu apabila dalam tiga tahun terakhirterjangkit DBD tetapi tidak setiap tahun maka dilakukan:

a. Pemeriksaan jentik berkala.

b. Penyuluhan pada masyarakat.

3. Desa/Kelurahan rawan III (potensial) yaitu apabila dalam tiga tahun terakhirtidak pernah terjangkit penyakit DBD tetapi penduduknya padat, mempunyaihubungan transportasi yang ramai dengan wilayah lain dan persentase ditemukanjentik lebih dari 5%, maka dilakukan:

a. Pemeriksaan Jentik Berkala di rumah dan tempat umum akan tetapipemeriksaan di rumah di lakukan jika ada Desa/Kelurahan rawan I atau IIdi kecamatan yang sama.

b. Penyuluhan kepada masyarakat.

4. Desa/Kelurahan bebas yaitu desa/kelurahan yang tidak pernah terjangkit DBD,dan ketinggian lebih dari 1000 meter dari permukaan laut atau yangketinggiannya kurang dari 1000 meter tetapi persentase rumah yang ditemukanjentik kurang dari 5% maka dilakukan:

a. Pemeriksaan jentik berkala di tempat umum.

b. Penyuluhan kepada masyarakat.