• Tidak ada hasil yang ditemukan

5.4.1 Pengaruh Dukungan Teman Seprofesi Terhadap Pengendalian Vektor

Dukungan sosial dalam hal ini teman seprofesi merupakan adanya interaksi berupa kontak sosial dan komunikasi yang terus menerus terjadi diantara sesama teman maupun pemerintah dengan masyarakat. Tentu dalam melaksanakan hal ini,

ABK sangatlah membutuhkan dukungan teman atau rekan kerja yang ada di atas kapal dalam bentuk motivasi, saran, ataupun bentuk konkrit lainnya seperti saling membantu dan ikut serta dalam pengendalian vektor penyakit di atas kapal.

Menurut Istijanto (2006) yang mengutip pendapat Ganster, bahwa dukungan sosial memiliki pengaruh yang sangat besar dalam mendukung aspek psikologis tenaga/karyawan, sehingga mereka mampu melaksanakan pekerjaannya, termotivasi untuk melakukan sesuatu dan mempunyai komitmen yang tinggi terhadap lingkungannya. Sedangkan menurut Green (2005), perilaku dipengaruhi oleh 3 faktor utama, salah satu diantaranya adalah faktor-faktor penguat atau pendorong yang datang dari tokoh masyarakat, petugas kesehatan, teman sekerja dan lain-lain, bahkan menurut Notoatmodjo (2003) yang mengutip teori Kar, bahwa mencoba menganalisis perilaku kesehatan dengan bertitik tolak atau ditentukan oleh niat seseorang, dukungan sosial dari masyarakat sekitarnya, ada tidaknya informasi dan lain-lain.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh yang cukup signifikan antara variabel dukungan teman seprofesi terhadap pengendalian vektor penyakit, dimana nilai p<0,05 (0,026). Hal ini didukung oleh data bahwa 65,2 % responden menyatakan teman seprofesi jarang mengingatkan adanya risiko keberadaan vektor di atas kapal, 50,0 % responden menyatakan teman ABK lain jarang membantu memasang rat guard/menaikkan tangga 60 cm dari dasar dermaga, 56,7 % menyatakan teman seprofesi jarang membantu responden dalam pemasangan perangkap tikus dan 78,3% responden menyatakan ABK lain jarang mau bergotong

royong membersihkan ruangan-ruangan kapal. Hal ini menunjukkan belum adanya kerja sama yang baik antara sesama ABK dalam mengendalikan vektor di atas kapal. Penyebabnya adalah bahwa ABK yang lain disibukkan oleh tugasnya masing-masing yang sudah ditetapkan berdasarkan keahlian dan ketrampilan yang dimiliki. Misalnya jabatan sebagai Radio Officer hanya bekerja mengurusi komunikasi melalui radio di atas kapal, Chip Officer hanya bertugas mengelola administrasi dan perencanaan perlengkapan atau belanja kapal, demikian halnya dengan jabatan Oiler, juru mesin, perwira jaga dan lain-lain. Akibatnya mereka tidak pernah memikirkan untuk memberi dukungan kepada Chip Cook dalam mengendalikan vektor, sehingga mereka lupa ancaman beberapa penyakit menular yang sewaktu-waktu dapat muncul di atas kapal.

5.4.2. Pengaruh Dukungan Kapten Kapal Terhadap Pengendalian Vektor Penyakit

Menurut Green (2005), perilaku dipengaruhi oleh 3 faktor utama, salah satu diantaranya adalah faktor-faktor penguat atau pendorong seperti keluarga, panutan, pimpinan, guru, pekerja, pelaksana kesehatan, tokoh masyarakat maupun para pembuat keputusan. Dalam hal ini kapten kapal dapat disamakan sebagai panutan atau pimpinan. Sebagai pimpinan tertinggi di atas kapal, seorang kapten kapal bukan hanya memiliki tanggung jawab terhadap keselamatan pelayaran dan keamanan barang yang dibawanya saja, akan tetapi harus bertanggung jawab mengawasi dan memonitor pekerjaan ABKnya. Namun sesuai pengamatan di lapangan bahwa salah

satu tugas yang amat sangat penting dan masih kurang mendapat perhatian dari kapten kapal adalah pelaksanaan pengendalian vektor penyakit di atas kapal.

Berdasarkan hasil penelitian bahwa ada pengaruh yang cukup signifikan antara variabel dukungan kapten kapal terhadap pengendalian vektor penyakit, dimana p<0,05 (0,034). Hal ini didukung oleh data bahwa terdapat 52,2 % responden menyatakan bahwa kapten kapal jarang memonitor kebersihan kapal, 60,9 % responden jarang mengingatkan risiko yang terjadi jika vektor tidak dikendalikan, bahkan sebanyak 69,6 % responden menyatakan jarang mengajak ABK untuk melakukan gotong royong membersihkan kapal. Disamping itu ada 67,4 % responden yang menyatakan kapten jarang mengingatkan responden tentang pentingnya pengendalian vektor di atas kapal. Walaupun demikian masih ada 58,7 % responden menyatakan kapten kapal selalu menyiapkan anggaran untuk pembelian sarana pengendalian vektor. Artinya sarana sebetulnya sudah dipersiapkan dengan perencanaan yang matang, namun tindakan pengendalian vektor penyakit masih belum mendapat dukungan sepenuhnya dari kapten kapal. Hal ini dapat disebabkan oleh beberapa hal, misalnya kapten menyadari belum adanya sanksi yang tegas dari pemerintah jika di atas kapal dijumpai kehidupan vektor, sehingga vektor penyakit dibiarkan berkembangbiak di atas kapal. Walaupun petugas KKP sering melakukan pemeriksaan kapal, namun belum mendapat perhatian serius dari kapten. Ada anggapan bahwa pemeriksaan yang dilakukan itu hanya sekedar formalitas dan rutinitas. Padahal KKP sudah sering melakukan pemberantasan vektor penyakit di atas kapal dengan cara fumigasi. Dengan tindakan seperti ini sebetulnya secara tidak

langsung memiliki dampak yang kurang menguntungkan bagi pemilik kapal, karena kapal yang difumigasi mengakibatkan cost yang tinggi dan sering terjadi penundaan keberangkatan kapal. Namun hal ini belum juga menjadi perhatian serius bagi beberapa kapten kapal.

Hasil penelitian tersebut di atas senada dengan penelitian Siagian (2003), yang menyatakan bahwa ada pengaruh yang signifikan antara dorongan pimpinan dengan tindakan para stafnya dalam melaksanakan tugas sehari-hari. Semakin tinggi dorongan pimpinan akan semakin besar para staf untuk berbuat dan semakin rendah dorongan pimpinan akan menyebabkan rendahnya tindakan yang dilakukan.

5.4.3. Pengaruh Dukungan Petugas Terhadap Pengendalian Vektor Penyakit

Menurut Green (2005), salah satu yang mempengaruhi perilaku adalah faktor- penguat/pendorong seperti keluarga, panutan, guru, petugas kesehatan, tokoh masyarakat dan lain-lain.

Berdasarkan hasil analisis statistik menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh yang signifikan antara variabel dukungan petugas KKP terhadap pengendalian vektor penyakit (p>0,05 (0,429). Berdasarkan hasil penelitian dapat dijelaskan bahwa dukungan petugas KKP sebenarnya sudah baik dan mayoritas responden (82,6 %) menyatakan petugas sering memberikan informasi tentang hal-hal yang berhubungan dengan pengendalian vektor di atas kapal. Namun karena responden kurang menyadari dampak yang timbul dan alasan kurang memiliki waktu yang cukup untuk

mengendalikan vektor di atas kapal sehingga pengendalian vektor tidak dapat dilakukan dengan maksimal. Seyogyanya dengan sesibuk apapun pekerjaan yang dibebankan kepada responden jika sudah sering diingatkan hendaknya dapat meluangkan waktu dan bekerja sama dengan ABK lain untuk mengendalikan vektor.

Dokumen terkait