• Tidak ada hasil yang ditemukan

2.1. Pengendalian Vektor Penular Penyakit

2.1.6 Pengendalian pinjal pada tikus

Pinjal tikus merupakan vektor penyakit pes. Penyakit ini merupakan penyakit zoonosa terutama pada tikus dan rodent lain yang dapat ditularkan kepada manusia. Pes juga merupakan penyakit yang bersifat akut disebabkan oleh bakteri Yersinia pestis. Pes dikenal ada 2 macam yaitu pes bubo ditandai dengan demam tinggi, tubuh

menggigil, perasaan tidak enak, malas, nyeri otot, sakit kepala hebat, pembengkakan kelenjer (lipat paha, ketiak dan leher). Sedangkan pes pneumonic ditandai dengan gejala batuk hebat, berbuih, air liur berdarah, sesak nafas dan susah bernafas (Simanjuntak, 2006).

Menurut Richardson (2003), bakteri Yersinia pestis endemik pada rodent liar dan disebarkan oleh gigitan pinjal, ketika terlalu banyak tikus yang mati akibat pes, maka pinjal tersebut dapat menggigit tikus urban atau manusia dan menyebarkan infeksi. Sedangkan menurut Depkes RI (2000), secara alamiah penyakit pes dapat bertahan atau terpelihara dalam rodent. Bakteri Yersinia pestis yang terdapat di dalam darah tikus terjangkit dapat ditularkan ke hewan lain atau manusia melalui gigitan pinjal yang berperan sebagai vektor penyakit pes.

Penularan pes dapat juga terjadi di atas kapal dan menurut Chin (2006) :

a) Direct contact yaitu penularan pes ini dapat terjadi kepada seseorang atau para ABK melalui gigitan pinjal jika ditemukan tikus mati tersangka pes di atas kapal. b) Penularan pes dapat terjadi pada orang atau para ABK, karena digigit oleh pinjal

infeksi setelah menggigit tikus domestik/komersial yang mengandung kuman pes. d) Droplet penderita pes paru-paru kepada orang lain melalui percikan ludah atau

pernapasan, penularan pes melalui gigitan pinjal akan mengakibatkan pes bubo dan pes bubo dapat berlanjut menjadi pes paru-paru (sekunder pes).

Menurut Santi (2004), pinjal bisa menjadi vektor penyakit pada manusia yang penting misalnya penyakit pes (sampar = plague) dan murine typhus yang dipindahkan dari tikus ke manusia. Disamping itu pinjal bisa berfungsi sebagai

penjamu perantara untuk beberapa jenis cacing pita, anjing dan tikus yang kadang- kadang juga bisa menginfeksi manusia. Pinjal bisa juga menjadi vektor untuk penyakit pes (kira-kira 60 species). Beberapa species pinjal menggigit dan menghisap darah manusia. Vektor terpenting untuk penyakit pes dan Murine typhus ialah pinjal tikus Xenopsylla cheopis. Kuman pes, Pasteurella pestis, berkembang biak dalam tubuh tikus sehingga akhirnya menyumbat tenggorokan pinjal itu. Kalau pinjal mau mengisap darah maka ia harus terlebih dulu muntah untuk mengeluarkan kuman- kuman pes yang menyumbat tenggorokannya. Muntah ini masuk dalam luka gigitan dan terjadi infeksi dengan Pasteurella pestis. Pinjal-pinjal yang tersumbat tenggorokannya akan lekas mati.

Menurut Soejoedi (2005) yang mengutip pendapat Ehler dan Stell, keberadaan tikus dapat dideteksi dengan beberapa cara dan yang paling umum adalah adanya kerusakan barang atau alat. Tanda tanda berikut merupakan penilaian adanya kehidupan tikus yaitu:

a) Gnawing (bekas gigitan) b) Burrows (galian /lubang tanah) c) Dropping (kotoran tikus) d) Runways (jalan tikus)

e) Foot print (bekas telapak kaki)

Selanjutnya pengendalian tikus dapat dilakukan dengan perbaikan sanitasi lingkungan yaitu menciptakan lingkungan yang tidak favourable untuk kehidupan tikus pelaksanaannya dapat ditempuh dengan cara:

a) Menyimpan semua makanan atau bahan makanan dengan rapi ditempat yang kedap tikus.

b) Menampung sampah dan sisa makanan ditempat sampah yang terbuat dari bahan yang kuat, kedap air, mudah dibersihkan, bertutup rapi dan terpelihara dengan baik. c) Tempat sampah tersebut hendaknya diletakkan di atas pondasi beton atau semen,

rak atau tonggak.

d) Sampah harus selalu diangkut secara rutin minimal sekali sehari.

e) Meningkatkan sanitasi tempat penyimpanan barang/alat sehingga tidak dapat dipergunakan tikus untuk berlindung atau bersarang.

Pemasangan perangkap (trapping) perlu diupayakan secara rutin. Macam perangkap tikus yang beredar di pasaran adalah jenis snap/guillotine trap dan cage trap. Jenis cage trap digunakan untuk mendapatkan tikus hidup, guna diteliti pinjalnya. Biasanya perangkap diletakkan di tempat jalan tikus atau di tepi bangunan. Pemasangan perangkap lebih efektif digunakan setelah dilakukan poisoning, dimana tikus yang tidak mati karena poisoning dapat ditangkap dengan perangkap.

Tikus adalah binatang pengerat yang merugikan manusia karena menghabiskan/merusak makanan, tanam-tanaman, barang-barang dan lain-lain harta benda. Kehidupan tikus disebut juga “Commersial”, yaitu makan, tinggal dari dekat kehidupan manusia. Tikus dapat pula sebagai vektor berbagai jenis penyakit-penyakit

bakterial, penyakit-penyakit virus, penyakit-penyakit Spirochaeta dan penyakit cacing. Dilihat dari sudut estetika dan pelayanan umum, tikus dapat menimbulkan citra kurang baik karena dihubungkan dengan sektor pariwisata (Depkes RI, 2002).

Menurut Depkes RI (2007a), pengendalian tikus di kapal dilakukan dengan mengamati dan mengawasi terhadap pemasangan rat guard, pemasangan lampu pada malam hari yang menerangi seluruh tangga, usaha menghindari kapal tender/bergandengan serta posisi tangga kapal harus ditinggikan 60 cm dari dermaga. Sedangkan pemeriksaan tanda-tanda kehidupan tikus di atas kapal adalah :

1) Pemeriksaan terhadap kapal dilakukan sekali enam bulan dan disesuaikan dengan masa berlakunya dokumen Sertifikat Sanitasi Kapal. Pemeriksaan tikus di kapal di lakukan dengan melihat tanda-tanda kehidupan tikus.

2) Tanda-tanda kehidupan tikus di atas kapal :

a. Dropping (kotoran tikus), tersebar halus dan berbentuk kumparan (spindle shape), kotoran baru (lembek, hitam gelap dan mengkilap) sedang kotoran lama (keras, abu-abu hitam).

b. Runways, tikus suka mempergunakan jalan yang sama untuk keluar dari sarangnya mencari makan dan sebagainya, karena badan tikus (bulunya) kotor dan berlemak maka akan terdapat bulu menempel pada jalan tikus.

c. Tracks atau bekas tapak kaki, dapat dilihat jelas pada tempat-tempat lantai yang berdebu halus.

d. Bekas gigitan (gnawing), tikus menggigit untuk tiga keperluan yakni : untuk membuat jalan (lobang) menembus tempat makanan, untuk

mengunyah/menggigit makanan dan sebagai binatang pengerat ia harus selalu menggigit-gigit agar gigi seri tetap pendek, selain bahan-bahan yang empuk kadang-kadang metal seperti pipa leding dan lain-lain digigit pula.

e. Tikus hidup, jika pada waktu pemeriksaan kapal ditemukan tikus dalam keadaan hidup. Sedangkan tikus mati, jika pada waktu pemeriksaan ditemukan tikus mati akibat peracunan atau terinfeksi pes. Apabila terlihat satu ekor tikus sewaktu pemeriksaan berarti diperkirakan ada 20 ekor di tempat/kapal itu.

Selanjutnya teknik pengendalian tikus di atas kapal adalah:

1) Cara Mekanik

a. Pemasangan perangkap pada tempat-tempat yang diperkirakan tempat bersarangnya tikus.

b. Penggunaan lem tikus.

c. Penangkapan langsung (sulit dilakukan). 2) Cara Biologis

a. Dengan memelihara binatang pemangsa (predator) seperti kucing. 3) Cara peracunan (Poisoning)

a. Pemberitahuan kepada pihak kapal tentang akan diadakan peracunan, bahaya terhadap manusia dan cara-cara pengamanannya.

b. Menentukan tempat-tempat pemasangan racun dan diberi tanda/penomoran. c. Racun yang telah dicampur dengan makanan antractaf diletakkan di atas

4) Fumigasi

a. Fumigasi kapal dilakukan berdasarkan hasil pemeriksana adanya tanda-tanda kehidupan tikus dan atas permintaan pihak kapal (nakhoda/pemilik).

b. Dilakukan apabila dalam pemeriksaan dijumpai adanya tanda-tanda kehidupan tikus.

c. Kegunaannya adalah untuk melakukan hapus tikus/serangga diatas kapal sebagai syarat untuk mendapatkan dokumen kesehatan Internasional (Surat Keterangan Bebas Pengawasan Sanitasi Kapal).

d. Bila fumigasi dilakukan, harus ditentukan fumigan yang dipakai (HCN, CH3Br atau CO2).

Dokumen terkait