• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV ANALISIS DATA

G. Pembahasan Hasil Penelitian

1. Pengaruh Langsung CAR, DPK, BOPO, NPF dan FDR

Return On Assets (ROA)

a. Pengaruh CAR terhadap Return On Assets (ROA)

Nilai koefisien variabel CAR diperoleh sebesar -0.065483 dengan arah koefisien negatif dan nilai probabilitas 0,0340.

Karena nilai probabilitas lebih kecil dari 0,05 (α), maka CAR

berpengaruh secara signifikan terhadap ROA Perbankan Syariah. Sehingga H1 ditolak.

Kondisi permodalan Perbankan Syariah pada periode lima tahun pengamatan (periode 2013-2017) sangat baik, dimana rata-rata CAR 15,40217 jauh di atas standar minimal CAR bank yaitu

8%. Nilai CAR yang tinggi mengakibatkan banyak aktiva menjadi tidak produktif, kesempatan untuk menyalurkan dana dalam bentuk pembiayaan menurun, dan berdampak terhadap keuntungan sehingga kinerja bank umum mengalami penurunan dalam menghasilkan keuntungan (Nurvarida, 2017:88).

Pemenuhan CAR minimal 8% hanya dimaksudkan oleh Bank Indonesia untuk menyesuaikan kondisi dengan perbankan internasional sesuai dengan Bank for International Settlement

(BIS). Secara realitas bisnis, bank yang profitable tidak harus dengan CAR 8% melainkan dengan pemenuhan dasar utama yang harus dimiliki dalam menjalankan kegiatan perbankan yaitu kepercayaan dari masyarakat (Mawardi, 2005:91). Sehingga dapat disimpulkan bahwa kenaikan atau penurunan CAR berpengaruh terhadap besar kecilnya keuntungan (ROA).

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Hasanah (2017:70) dan Nurvarida (2017:87) yang menyatakan bahwa

Capital Adequacy Ratio (CAR) berpengaruh negatif dan signifikan terhadap Return on Assets (ROA). Berbeda dengan penelitian Pardede (2016:10), Fitria (2017:188) dan Pangestika (2018:144) yang menyatakan bahwa Capital Adequacy Ratio

(CAR) berpengaruh positif dan signifikan terhadap Return on Assets (ROA). Ketika rasio CAR naik maka akan terjadi kenaikan pula pada ROA. Kecukupan modal yang tinggi menunjukkan

kemampuan bank untuk dapat memberikan kredit yang semakin besar, yang akhirnya dapat meningkatkan ROA (Pardede, 2016:10).

b. Pengaruh DPK terhadap Return On Assets (ROA)

Nilai koefisien variabel DPK diperoleh sebesar -1.99E-05 dengan arah koefisien negatif dan nilai probabilitas 0,0083.

Karena nilai probabilitas lebih kecil dari 0,05 (α), maka DPK berpengaruh secara signifikan terhadap ROA Perbankan Syariah. Sehingga H2 ditolak.

Hali inii menunjukkani bahwai semakin besar DPKi yangi

dimilikii olehi suatui banki belumi tentu mencerminkani labai

yangi besari yangi akani diperolehibank tersebut (Pangestika, 2018:144). Jumlahi DPKi yangi tinggii namuni tidak diimbangii

dengani kegiatani penyalurani krediti makai bank akani

mengalamii penurunani ataui kerugiani profitabilitas karenai

pendapatani bungai dani penyalurani krediti kepada debitur tidak mencukupii untuki menutupii biayai bungai yang harusi

dibayarkani kepadai debitur (Rizqyana, 2016 dalam Pangestika 2018:144). Sehingga dapat disimpulkan bahwa kenaikan atau penurunan DPK berpengaruh terhadap besar kecilnya keuntungan (ROA).

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Pangestika (2018:144) dimana penelitian tersebut menyatakan bahwa Dana

Pihak Ketiga (DPK) berpengaruh negatif dan signifikan terhadap

Return on Assets (ROA). Berbeda dengan penelitian Pardede (2016:10) dan Ariyanti (2017:18) yang menyatakan bahwa Dana Pihak Ketiga (DPK) berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap Return on Assets (ROA). Hal ini menunjukkan bahwa peningkatan DPK yang ada tidak bermakna atau signifikan terhadap ROA bank (Pardede, 2016:10). Berbeda lagi dengan penelitian Sudiyatno (2010:133) dan Firmansyah (2013:94) yang menyatakan bahwa bahwa Dana Pihak Ketiga (DPK) berpengaruh positif dan signifikan terhadap Return on Assets (ROA). Hal ini mengindikasikan bahwa semakin banyak simpanan nasabah yang dihimpun bank persero maka akan meningkatkan kegiatan usaha bank untuk memperoleh profitabilitasnya (Firmansyah, 2013:95). c. Pengaruh BOPO terhadap Return On Assets (ROA)

Nilai koefisien variabel BOPO diperoleh sebesar -0.008006 dengan arah koefisien negatif dan nilai probabilitas 0,1953.

Karena nilai probabilitas lebih besar dari 0,05 (α), maka BOPO

tidak berpengaruh secara signifikan terhadap ROA Perbankan Syariah. Sehingga H3 ditolak.

Kondisi permodalan Perbankan Syariah pada periode lima tahun pengamatan (periode 2013-2017) sangat baik, dimana rata-rata BOPO 87,98283 dibawah batas maksimal BOPO bank yaitu 96%. Hubungan negatif antara BOPO dan ROA dapat diartikan

bahwa semakin tinggi tingkat BOPO maka semakin rendah tingkat ROA suatu bank. Rendahnya tingkat BOPO menunjukkan kemampuan manajemen bank yang baik, dalam memenuhi biaya-biaya operasional dengan menghasilkan laba yang optimal (Nurvarida, 2017:85). Namun demikian kenaikan BOPO tidak selalu menurunkan keuntungan (ROA).

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Aziz (2016:8) dan Susanto (2016:20) yang menyatakan bahwa Biaya Operasional Terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) berpengaruh negatif tetapi tidak signifikan terhadap Return on Assets (ROA). Namun tidak sejalan dengan penelitian dari Ariyanti (2017:17) dan Harianto (2017:46) yang menyatakan bahwa Biaya Operasional Terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) berpengaruh negatif dan signifikan terhadap Return on Assets (ROA). Tanda koefisien yang bernilai negatif menunjukkan bahwa semakin tinggi rasio BOPO (semakin kurang efisien bank pembiayaan rakyat syariah), maka tingkat profitabilitas akan menurun (Harianto, 2017:46). Hasil penelitian menurut Zulfikar (2014:11) bahwa Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) berpengaruh positif dan signifikan terhadap Return on Assets (ROA). Hal ini diakibatkan oleh selama masa penelitian BPR belum memaksimalkan sumber

dana yang ada untuk biaya-biaya operasional yang menunjang dalam penyaluran kredit (Zulfikar, 2014:11).

d. Pengaruh NPF terhadap Return On Assets (ROA)

Nilai koefisien variabel NPF diperoleh sebesar -0.384650 dengan arah koefisien negatif dan nilai probabilitas 0,0000.

Karena nilai probabilitas lebih besar dari 0,05 (α), maka NPF

berpengaruh secara signifikan terhadap ROA Perbankan Syariah. Sehingga H4 diterima.

Rata-rata NPF Perbankan Syariah periode 2013–2017 sebesar 4,031333% (dibawah 5%) bank syariah dinilai cukup berhati-hati dalam menjaga kualitas aktiva produktifnya tetap baik. Pengaruh negatif yang ditunjukkan oleh NPF mengindikasikan bahwa semakin tinggi pembiayaan macet dalam pengelolaan pembiayaan bank yang ditunjukkan dalam NPF yang makin meningkat maka akan menurunkan tingkat pendapatan bank yang salah satunya tercermin melalui rasio ROA (Nurvarida, 2017:90). Sehingga dapat disimpulkan bahwa kenaikan atau penurunan NPF berpengaruh terhadap besar kecilnya keuntungan secara menyeluruh (ROA).

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Harianto (2017:45) dan Pangestika (2018:145) yang menyatakan bahwa

Non Performing Financing (NPF) berpengaruh negatif dan signifikan terhadap Return on Assets (ROA). Hasil penelitian

berbeda ditemukan oleh Harun (2016:78), Ariyanti (2017:16) dan Fitria (2017:119) yang menyatakan bahwa Non Performing Financing (NPF) berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap Return on Assets (ROA). Sehingga NPF terhadap ROA adalah tidak berpengaruh.

e. Pengaruh FDR terhadap Return On Assets (ROA)

Nilai koefisien variabel FDR diperoleh sebesar 0.009707 dengan arah koefisien positif dan nilai probabilitas 0,3360.

Karena nilai probabilitas lebih besar dari 0,05 (α), maka FDR

tidak berpengaruh secara signifikan terhadap ROA Perbankan Syariah. Sehingga H4 ditolak.

Kondisi penyaluran pembiayaan Perbankan Syariah pada periode lima tahun pengamatan (periode 2013-2017) sudah sesuai Standar yang digunakan Bank Indonesia yaitu diantara 80% sampai 110%. Dimana rata-rata FDR 95,90950 atau 95,90%. Maka dapat disimpulkan bahwa bank tersebut dapat menyalurkan sebesar 95,90% dari seluruh dana yang berhasil dihimpun. Karena fungsi utama dari bank adalah sebagai intermediasi (perantara) antara pihak yang kelebihan dana dengan pihak yang kekurangan dana, maka dengan rasio Financing to Deposit Ratio (FDR) 95,90% berarti 4,10% dari seluruh dana yang dihimpun tidak tersalurkan kepada pihak yang membutuhkan, sehingga dapat dikatakan bahwa bank tersebut sudah menjalankan fungsinya

dengan baik. Namun demikian kenaikan FDR tidak selalu meningkatkan keuntungan (ROA).

Dalami likuiditasi banki terdapati dua risikoi yaitu risikoi

ketikai banki memilikii kelebihani danai dimana apabilai danai

yangi adai tidaki dioptimalkan penggunaannya untuki memenuhii

permintaani krediti masyarakati maka dana yangi dihimpuni akani

tidak berputar dengani baik untuki menghasilkani pendapatani

bungai sehingga laba yang yangi diperolehi banki akani

berkurang. Sebaliknyai apabila bank kekurangani danai

akibatnyai banki tidaki dapat memenuhii kebutuhani kewajibani

jangkai pendeki sehingga akani mendapatkani pinalti dari bank sentral (Rizqyana, dkk., 2016 dalam Pangestika, 2018:145).

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Harianto (2017:47), Ariyanti (2017:17) dan Pangestika (2018:142) yang menyatakan bahwa Financing to Deposit Ratio (FDR) tidak berpengaruh signifikan terhadap Return on Assets (ROA). Hasil berbeda ditemukan oleh Suyono (2005:61) dan Christiano (2014:828) yang menyatakan bahwa Financing to Deposit Ratio

(FDR) berpengaruh positif dan signifikan terhadap Return on Assets (ROA). Bahwa semakin tinggi LDR menunjukkan semakin bagus kondisi likuiditas bank, dikarenakan pengelolaan dana dari bank umum di Indonesia menunjukkan efektivitas yang baik dalam menyalurkan kreditnya (Suyono, 2005:61-62).

Dokumen terkait