• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Bagi Masyarakat Di Krebet

Berkembangnya Krebet sebagai desa kerajinan batik kayu serta desa wisata telah membawa pengaruh yang besar bagi masyarakatnya. Hal ini dapat dilihat dari peningkatan perekonomian, pendidikan serta penyerapan tenaga kerja yang dihasilkan dari kerajinan tersebut. Penyerapan tenaga kerja yang sekaligus mengurangi pengangguran tersebut tidak hanya dirasakan oleh masyarakat Krebet, namun juga

dirasakan bagi sekitar 89 orang para tenaga kerja yang berasal dari luar Krebet

Berkembangnya kerajinan batik kayu di Krebet telah mengubah perekonomian masyarakat Krebet. Masyarakat Krebet yang dulunya berprofesi sebagai buruh tani ataupun petani kini telah memiliki matapencaharian baru, yakni sebagai pengrajin batik kayu. Pendapatan masyarakat juga meningkat, karena hasil kerajinannya mampu menembus pasar ekspor di beberapa negara dikawasan Asia dan Eropa. Jika sebelumnya pendapatan masyarakat Krebet rata-rata kurang dari Rp.300.000,- perbulan kini mencapai angka juta perbulan. Angka pengangguran usia produktif yang dulu banyak terdapat di Krebet kini hampir tidak ada, seiring dengan banyaknya lapangan pekerjaan yang menyerap tenaga kerja.

Tabel 14. Pendapatan Rata-rata Pengrajin Batik Kayu Perbulan. No Pendapatan (Rp/Bulan) Frekuensi Presentase 1. 2. 3. 4. 5. 400.000 - 1.800.000 1.801.000 - 3.200.000 3.201.000 - 4.600.000 4.601.000 - 6.000.000 6.001.000 - 7.400.000 5 10 2 2 1 25 50 10 10 5 jumlah 20 100

Sumber tabel 14: Monografi Dukuh Krebet, desa Sendang Sari 2003 1. Penyerapan Tenaga Kerja

Penyerapan tenaga kerja merupakan jumlah tenaga yang digunakan dalam menghasilkan suatu barang didalam satu unit kegiatan. Tenaga kerja yang ikut serta dalam industri kerajinan batik kayu adalah sejumlah penduduk yang berusia 10 tahun keatas. Tenaga kerja yang diserap dalam produksi batik kayu berasal dari keluarga dan non keluarga. Tenaga kerja keluarga adalah sejumlah anggota keluarga pengrajin yang ikut serta dalam proses pembuatan kerajinan. Sedangkan tenaga

kerja non keluarga adalah tenaga kerja yang berasal dari luar anggota keluarga dan mendapat upah. Berikut disajikan data monografi jumlah tenaga kerja dukuh krebet tahun 2003;

a. Jumlah tenaga kerja keluarga yang terserap

Kerajinan batik kayu mampu menyerap tenaga kerja keluarga sebanyak 12,90% dari jumlah tenaga kerja sekitar 279 orang. b. Jumlah tenaga kerja non keluarga yang terserap.

Tenaga kerja non keluarga yang terserap dalam industri batik kayu adalah 87,09% dari jumlah tenaga kerja sekitar 279 orang.

Jumlah tenaga kerja keluarga dan non keluarga tersebut terdiri dari 54,48% tenaga kerja laki-laki berusia 15 tahun sampai 58 tahun. Sedangkan sisanya sebesar 45,52% adalah tenaga kerja wanita. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam tabel pengelompokan usia dan daerah asal tenaga kerja dibawah ini.

Tabel 15. Pengelompokan Usia Tenaga Kerja Krebet No Kelompok umur (Tahun) L % W % jumlah 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 15 - 19 20 - 24 25 - 29 30 - 34 35 - 39 40 - 44 45 - 49 50 - 54 55 – 59 15 17 18 17 15 16 12 10 7 11,8 13,4 14,2 13,4 11,8 12,6 9,4 7,9 5,5 18 22 24 19 17 15 15 12 10 11,8 14,5 15,8 12,5 11,2 9,5 9,9 7,9 6,6 33 39 42 36 32 31 27 22 17 jumlah 127 100 152 100 279 Sumber tabel 15 : Monografi Dukuh Krebet, desa Sendang Sari 2003

Tabel 16. Pengelompokan Daerah Asal Tenaga Kerja No Daerah asal Frekuensi Presentase 1.

2. 3. 4.

Satu desa

Luar desa se kecamatan Luar kecamatan Se kabupaten Luar kabupaten Se Propinsi

190 36 39 14 68,10 12,90 13,97 5,01 jumlah 279 100

Sumber tabel 16 : Monografi Dukuh Krebet, desa Sendang Sari 2003

Selain dalam hal pernyerapan tenaga kerja, peningkatan juga terjadi dalam hal pendidikan. Sebelum batik kayu berkembang sebagai matapencaharian, sebagian besar masyarakatnya hanya tamatan SLTP. Namun seiring dengan meningkatnya pendapatan, maka meningkat pula pendidikan minimum masyarakat Krebet, yakni setingkat SLTA. Bahkan ada beberapa warga yang mampu menyekolahkan anaknya hingga jenjang perguruan tinggi.

Disamping meningkatkan pendidikan masyarakat Krebet, sarana transportasi pun kini lebih maju. Masyarakat Krebet dapat memenuhi kebutuhan sekunder alat transportasi pribadi dari sepeda kayuh berlalih menjadi sepeda motor. Bahkan ada beberapa warga yang mampu membeli mobil pick-up serta truck, yang sekaligus digunakan sebagai sarana transportasi pengangkutan batik kayu ketempat pemasaran.

Bagi masyarakat Krebet, batik kayu telah digunakan sebagai pekerjaan pokok. Masyarakat yang sebelumnya berprofesi sebagai buruh tani kini telah beralih menjadi pengrajin batik kayu. Sebagian besar masyarakat yang telah menekuni profesi sebagai pengrajin batik kayu tidak lagi memiliki pekerjaan sampingan. Menurut salah seorang pengrajin mengungkapkan bahwa membuat batik kayu memerlukan ketekunan dan proses pengerjaan memerlukan waktu lama sehingga mereka tidak sempat

memikirkan pekerjaan sampingan.

Namun meskipun sebagian besar para pengrajin tidak lagi memikirkan pekerjaan sampingan lainnya, mereka lebih mengandalkan batik kayu sebagai penopang ekonomi keluarga. Akan tetapi ada beberapa juga pengrajin yang tetap memiliki pekerjaan sampingan. Berikut disampaikan tabel pekerjaan sampingan masyarakat Krebet .

Tabel 17. Pekerjaan Sampingan Masyarakat Krebet

No Pekerjaan Frekuensi Presentase 1. 2. 3. 4. 5. Petani Pedagang Wiraswasta PNS/Swasta Tidak punya 3 2 1 1 13 15 10 5 5 65 jumlah 20 100

Sumber tabel 17 : Monografi Dukuh Krebet, desa Sendang Sari 2003 2. Peningkatan Perekonomian

Perubahan perekonomian sangat dirasakan oleh masyarakat Krebet semenjak batik kayu mulai berkembang. Matapencaharian sebagian besar masyarakat sebelum menekuni sebagai pengrajin batik kayu adalah para buruh tani dan buruh bangunan yang memiliki penghasilan rata-rata per bulan kurang dari Rp 300.000,-. Penghasilan tersebut tidak diperoleh dengan rutin, akan tetapi menurut musim. Misal ketika musim panen tiba, maka mereka akan memperoleh penghasilan tersebut.

"Industri kecil berhasil mengurangi pengangguran sekaligus memberdayakan ekonomi kerakyatan. Dalam konteks otonomi daerah, industri kecil juga sangat strategis sebagai penopang pilar ekonomi kabupaten,"68

68

kata Bupati Bantul, HM Idham Samawi. dikutip dari Indikator "Kompas" Drastis, PenurunanJumlah Industri Batik Di DIY,pada http:www://Kompas.com/

Berkembangnya kerajinan batik kayu di Krebet telah mampu menopang perekonomian masyarakat Krebet. Dengan mengandalkan kerajinan batik kayu sebagai matapencaharian utama, kini penghasilan per bulan mereka dapat mencapai Rp 400.000,- sampai dengan Rp 7.400.000,- sebuah penghasilan yang lebih dari cukup untuk ukuran penghasilan didaerah pedesaan.

89

PENUTUP

Dalam penulisan ini telah diuraikan peristiwa-peristiwa yang merupakan masalah yang dirumuskan dalam pendahuluan. Masalah pertama membahas mengenai munculnya kerajinan batik kayu. Batik kayu muncul karena dilatarbelakangi oleh adanya Kreasi batik yang mulai berkembang pada tahun 1980-an. Banyaknya permintaan memunculkan metode baru dalam membatik untuk mempersingkat proses produksi, yakni dengan menggunakan metode cap serta printing sebagai alternatifnya. Dengan metode tersebut proses pembuatan satu buah batik kain menjadi lebih singkat dan hanya memakan waktu kurang dari satu hari.

Dalam kurun waktu kurang dari sepuluh tahun munculnya metode cap dan printing telah membuat para pengrajin batik kain tradisional mengalami kebangkrutan. Hal ini disebabkan karena mereka kalah dalam jumlah produksi, waktu dan pemasaran. Pengrajin batik yang mengalami kebangrutan salah satunya Sanggar KONG GALLERY. Pada tahun 1989 sanggar tersebut terpaksa melakukan PHK terhadap 160 karyawannya. Salah satu karyawan yang di PHK yakni Windarti. Ia kebetulan pernah diminta untuk mencoba membatik di kayu oleh Rudy dan hasilnya saat itu cukup memuaskan.

Dari permasalahan keempat dapat dibuktikan bahwa batik kayu mulai muncul dan berkembang di Krebet pada tahun 1994. Berawal pada tahun 1994 saat Windarti menikah dengan pria asal Krebet, Bantul dan menetap disana. Windarti menggunakan waktu luang dengan membuat batik kayu dan sekaligus untuk menambah pendapatan

suami. Pada awalnya ia hanya bermodalkan Rp.125.000,- untuk membeli bahan baku serta peralatan. Proses pemasaran ketika itu hanya ia titipkan disebuah sanggar di jalan Wates, Kulon Progo. Selain itu ia juga menawarkan hasil kerajinannya berupa saouvenir kepada teman atau tetangganya yang akan melangsungkan pernikahan. Hasilnya saat itu cukup laris, dimana dia mendapat pesanan seouvenir sebanyak 200 buah.

Kegiatan Windarti dalam membuat batik kayu tersebut menarik minat para tetangganya untuk ikut belajar membuat batik kayu. Berawal dari dua orang yang diberikan pelatihan oleh Windarti secara cuma-cuma, akhirnya terus berkembang menjadi sepuluh orang. Selanjutnya para tetangga hasil pelatihan Windarti mulai mendirikan sanggar dirumah mereka masing-masing dan ditahun 2000 jumlahnya telah mencapai 20 sanggar.

Sedangkan untuk permasalahan yang kelima dapat dibuktikan bahwa dengan muncul dan berkembangnya batik kayu di Krebet telah meningkatkan pendapatan masyarakat dan sekaligus mengurangi pengangguran. Setelah menekuni sebagai pengrajin batik kayu, masyarakat yang sebelumnya berprofesi sebagai buruh kini beralih menjadi pengrajin. Pada tahun 2004 atas usaha dari para pengrajin, pemerintah serta swasta para pengrajin batik kayu telah dapat meng ekspor hasil kerajinan mereka ke di beberapa negara Asia dan Eropa.

91 BUKU

Satu orang pengarang

A. R. Racdliff Brown, 1980. Struktur dan Fungsi Dalam Masyarakat Primif, Dewan Bahasa dan Pustaka Kementrian Malaysia, Kuala Lumpur.

Chandra Irawan Soekamto, 1984. Pola Batik, Jakarta; Akadoma.

, 1984. Batik dan Pola Membatik, Jakarta, Akadoma. Franz Magnis-Suseno,1985. Etika Jawa. Gramedia, Jakarta.

Hamzuri, 1981. Batik Klasik, Jakarta, Djambatan. Jakob sumardjo, 2000. Filsafat Seni, Bandung, ITB.

Judistira K. Garna, 1992. Teori-teori Perubahan Sosial, Bandung : Program Pasca-Sarjana Universitas Padjajaran.

YJS. Purwodarminto. 1976. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta, Balai Pustaka. Kotler, Philip, 1988. Manajemen Pemasaran, Jakarta, Erlangga.

Koentjaraningrat. 1971. Manusia dan Kebudayaan di Indonesia. Yogyakarta, Djambatan.

Katalog Perusahaan Industri Kecil Kerajinan di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Yogyakarta, Departemen Perindustrian dan Perdagangan dan Koperasi

Lois Gottschalk, 1969. Mengerti Sejarah, Jakarta, Universitas Indonesia. Margaret M. Poloma, 1984. Sosiologi Kontemporer, CV. Rajawali, Jakarta

Pusat Studi Sejarah Indonesia, 2007. Bandar Maulana; Jurnal Sejarah Universitas Sanata Dharma. Idonesiana, Yogyakarta.

Sewan Susanto, 1980. Seni Kerajinan Batik Indonesia. Yogyakarta, Balai Penelitian Batik dan Kerajinan.

Siska Narulia, 2004. Skripsi ; Koperasi Batik PPBI Yogyakarta Tahun 1950-1980. Yogyakarta, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Gajah Mada Suryanta, 2004. Skripsi ; Industri Kerajinan Batik Kayu ; Studi Kasus di Dusun

Krebet dan Dusun Dadapong, Desa Sendang Sari, Kecamatan Pajangan, Kabupaten Bantul. Yogyakarta, Program Studi Geografi, Universitas Negeri Yogyakarta.

Ueoka, Takamasa. ABSTRAK. 2001. Batik: Sejarah dan Daya Tarik. Skripsi: Jurusan: Bahasa Indonesia dan Kebudayaan Asia Tenggara. Osaka, Jepang, Universitas Setsunan.

Zamroni, 1992. Pengantar Pengembangan Teori Sosial, Yogyakarta, Tiara Wacana.

Dua orang pengarang atau lebih

Departemen Perindustrian, 1977. Batik Dengan Proses dan Corak Baru, Jakarta, Departemen Perindustrian.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1993. Dampak Pengembangan Pariwisata Terhadap Kehidupan Sosial Budaya Daerah Istimewa Yogyakarta. Yogyakarta, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

, 1976. Adat Istiadat Daerah Istimewa Yogyakarta. Jakarta, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Jenderal Kebudayaan, Direktorat Sejarah dan Nilai Tradisional, Proyek Penelitian Pengkajian dan Pembinaan Nilai-Nilai Budaya, 1992. Perajin Tradisional di Daerah Istimewa Yogyakarta. Yogyakarta, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Jenderal Kebudayaan, Direktorat Sejarah dan Nilai Tradisional, Proyek Penelitian Pengkajian dan Pembinaan Nilai-Nilai Budaya.

Departemen Perindustrian dan Perdagangan Republik Indonesia. Katalog Batik Indonesia. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Industri dan Kerajinan Batik, Proyek pengembangan dan pelayanan teknologi industri kerajinan dan batik.

Departemen Perindustrian dan Perdagangan. Pelestarian Motif Batik Tradisionil Melalui Pengembangan Industri Batik. Departemen Perindustrian dan Perdagangan, Yogyakarta.

Martin, B dan Warindio Dwidjoamiguno, R. P. Belajar Melukis Batik dan Motif- Motif Batik, Yogyakarta, Nurcahaya.

Internet

Daftar Informan

1. Nama : Gunanjar

Alamat : Krebet, Sendangsari, Pajangan, Bantul 2. Nama : Joko

Alamat : Petugas Perpustakaan Unit Perindustrian dan Perdagangan. Sub Unit Balai Besar Litbang Industri Kerajinan dan Batik. Jl Kusumanegara No 33, Yogyakarta 3. Nama : Kemiskidi

Alamat : Krebet, Sendangsari, Pajangan, Bantul 4. Nama : Puryono

Alamat : Krebet, Sendangsari, Pajangan, Bantul

5. Nama : Sulastri

Alamat : Staf Data dan TI Biro Program, Departemen Perindustrian dan Perdagangan dan Koperasi. Jl Kusumanegara No 33, Yogyakarta

6. Nama : Windarti

Alamat : Krebet, Sendangsari, Pajangan, Bantul

7. Nama : Yulianto

Alamat : Krebet, Sendangsari, Pajangan, Bantul

.

GLOSARIUM

Batik Tulis Tradisional : Proses pembuatan batik dengan cara tradisional, menggunakan canting sebagai pembuat pola.

Batik Cap : Batik hasil cap stempel kuningan yeng telah memiliki pola. Batik Printing : Batik hasil sablon baik manual maupun dengan mesin

tekstil.

Batik Pesisir : Batik yang berasal dari daerah pesisir pantai utara.

Batik Pedalaman : Batik yang berasal dari daerah dalam dan letaknya jauh dari pesisir pantai utara.

DAFTAR SINGKATAN

AEPHI : Asosiasi Exportir dan Produsen Handycraf Indonesia BPS : Badan Pusat Statistik

BUMN : Badan Usaha Milik Negara

Disperindagkop : Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi GKBI : Gabungan Koperasi Batik Indonesia

JEC : Jogja Expo Center L : Laki-laki

PHK : Pemutusan Hubungan Kerja PJP : Pembangunan Jangka Panjang PPE : Pameran Prospek Expo

PRJ : Pekan Raya Jakarta

Pokjadarwis : Kelompok Kerja Dharma Wisata SLTA : Sekolah Lanjutan Tingkat Atas SLTP : Sekolah Lamjutan Tingkat Pertama UKM : Unit Kegiatan Masyarakat

UNY : Universitas Negeri Yogyakarta

UMY : Universitas Muhammadiyah Yogyakarta W : Wanita

96

DAFTAR SINGKATAN

AEPHI : Asosiasi Exportir dan Produsen Handycraf Indonesia BPS : Badan Pusat Statistik

BUMN : Badan Usaha Milik Negara

Disperindagkop : Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi GKBI : Gabungan Koperasi Batik Indonesia

JEC : Jogja Expo Center L : Laki-laki

PHK : Pemutusan Hubungan Kerja PJP : Pembangunan Jangka Panjang PPE : Pameran Prospek Expo

PRJ : Pekan Raya Jakarta

Pokjadarwis : Kelompok Kerja Dharma Wisata SLTA : Sekolah Lanjutan Tingkat Atas SLTP : Sekolah Lamjutan Tingkat Pertama UKM : Unit Kegiatan Masyarakat

UNY : Universitas Negeri Yogyakarta

UMY : Universitas Muhammadiyah Yogyakarta W : Wanita

1. Proses pembuatan bentuk pola kayu

Sumber data: sanggar Akbar Jaya, Krebet, 25 Mei 2007 2. Proses pembuatan pola kayu yang akan dibatik

Sumber data: sanggar Akbar Jaya, Krebet, 25 Mei 2007

69

70

71

Dokumen terkait