• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH MODAL NAFKAH TERHADAP KERENTANAN NAFKAH RUMAHTANGGA PETAN

Bab ini menjelaskan mengenai pengaruh modal nafkah yang dimiliki rumahtangga petani di wilayah banjir dan wilayah tidak banjir terhadap tingkat kerentanan nafkah rumahtangga petani. Komponen modal nafkah terdiri atas modal alam, modal fisik, modal finansial, modal sosial, dan modal manusia. Uji statistik regresi linier digunakan untuk mengetahui pengaruh kelima komponen modal nafkah terhadap kerentanan nafkah rumahtangga petani.

Pendahuluan

Modal nafkah merupakan seluruh aset yang dimiliki rumahtangga petani untuk mendukung aktifitas nafkahnya. Modal nafkah terdiri atas lima modal yaitu modal alam, modal fisik, modal finansial, modal sosial, dan modal manusia. Rumahtangga petani memiliki pemanfaatan modal nafkah yang berbeda satu dengan yang lain tergantung pada kondisi dan situasi di lingkungannya. Pemanfaatan modal nafkah yang dilakukan oleh rumahtangga petani di wilayah banjir dan wilayah tidak banjir juga berbeda. Pada dua komunitas tersebut, pengkategorian rumahtangga petani berdasarkan tingkat pendapatan juga memengaruhi kecenderungan pemanfaatan masing-masing modal yang dapat digunakan untuk mendukung aktifitas nafkah rumahtangga petani.

Masing-masing rumahtangga petani di wilayah banjir maupun tidak banjir memiliki kecenderungan pemanfaatan yang berbeda terhadap modal nafkah. Masing-masing modal nafkah merupakan aset yang berguna bagi rumahtangga petani untuk mendukung pemenuhan kebutuhan hidup rumahtangga petani melalui aktifitas nafkahnya. Modal alam pada penelitian ini mencakup pola penguasaan lahan, jumlah akses terhadap sumberdaya alam, luas penguasaan lahan, tingkat kualitas sumberdaya alam, dan tingkat kegunaan sumberdaya alam terhadap pendapatan rumahtangga. Modal fisik pada penelitian ini mencakup seluruh barang, benda, atau aset pertanian maupun non pertanian milik rumahtangga petani yang dapat dijual atau digadaikan sewaktu-waktu ketika rumahtangga menghadapi krisis. Berbagai aset tersebut diantaranya traktor, mesin penggiling padi, sepeda motor, perhiasan, barang elektronik, dan ternak. Modal finansial pada penelitian ini mencakup jumlah pendapatan, jumlah tabungan,dan jumlah hutang. Modal sosial pada penelitian ini mencakup tingkat kekuatan jaringan, tingkat kepatuhan norma, dan tingkat kepercayaan. Sedangkan modal manusia pada penelitian ini mencakup tingkat alokasi tenaga kerja, tingkat pendidikan, tingkat ketrampilan, dan tingkat penggunaan tenaga kerja.

Kerentanan nafkah merupakan sudut pandang lain dari kelentingan nafkah dalam menganalisis strategi nafkah rumahtangga petani. Keduanya seperti dua sisi mata uang yang berlawanan dan saling memengaruhi. Apabila kerentanan nafkah rendah dapat disimpulkan kelentingan nafkah tinggi, sebaliknya apabila kerentanan nafkah tinggi dapat dipastikan kelentingan nafkahnya rendah. Gallopin (2006) memandang kerentanan sebagai suatu gangguan spesifik yang terjadi pada

suatu sistem sehingga memaksa sistem menjadi rentan dengan adanya gangguan. Adger (2006) mengklasifikan faktor-faktor yang dapat berkontribusi untuk mengukur tingkat kerentanan. Faktor-faktor tersebut adalah (1) exposure to perturbation atau keterpaparan terhadap gangguan, (2) sensitivity to perturbation

atau kepekaan terhadap gangguan, dan (3) adaptive capacity atau kemampuan adaptasi atau penyesuaian.

Modal Nafkah Rumahtangga Petani di Kedua Wilayah

Rumahtangga petani di wilayah banjir merupakan rumahtangga yang sawah dan rumahnya sering tergenang banjir pada musim hujan. Banjir terjadi karena luapan Sungai Landa yang mendapat air kiriman dari Sungai Juwana dan Pegunungan Kendeng yang tidak mampu menyerap aliran air hujan. Banjir yang menggenangi sebagian besar luasan sawah petani menyebabkan gagal panen yang merugikan rumahtangga petani. Selain itu, banjir kiriman membawa air limbah yang mengandung penyakit sehingga menyebabkan tumbuh suburnya hama pertanian seperti wereng dan tikus.

Rumahtangga petani di wilayah banjir terdiri atas tiga lapisan rumahtangga yaitu lapisan bawah, lapisan menengah, dan lapisan atas. Pengkategorian tersebut dilakukan berdasarkan status sosial rumahtangga petani. Masing-masing lapisan rumahtangga petani mempunyai pemanfaatan yang berbeda terhadap modal nafkah yang mereka miliki. Pengkategorian lapisan dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui sejauh mana pemanfaatan masing- masing modal nafkah oleh masing-masing lapisan rumahtangga. Kecenderungan pemanfaatan modal tertentu sebagai tumpuan dibandingkan modal yang lain akan memengaruhi aktifitas nafkah rumahtangga petani. Jika modal yang menjadi tumpuan tersebut mengalami gangguan maka rumahtangga petani berpotensi mengalami kerentanan dalam menghadapi krisis.

Rumahtangga petani di wilayah tidak banjir memiliki karakteristik yang berbeda dengan rumahtangga petani di wilayah banjir. Sebagian besar rumahtangga petani di wilayah tidak banjir menerapkan pola nafkah ganda. Keberadaan pasar sebagai pusat ekonomi desa dan keberadaan jalan raya lintas kota semakin mendukung rumahtangga petani untuk melakukan akses terhadap sumber-sumber nafkah di luar sektor on farm dan off farm.

Seperti halnya rumahtangga petani di wilayah banjir, rumahtangga petani di wilayah tidak banjir dilakukan pengkategorian berdasarkan tingkat pendapatan yaitu lapisan bawah, lapisan menengah, dan lapisan atas. Masing-masing lapisan rumahtangga petani tersebut mempunyai pemanfaatan yang berbeda terhadap modal nafkah yang mereka miliki. Kecenderungan pemanfaatan modal tertentu sebagai tumpuan dibandingkan modal yang lain akan memengaruhi aktifitas nafkah rumahtangga petani di wilayah tidak banjir. Berikut pemaparan pemanfaatan modal nafkah rumahtangga petani oleh masing-masing lapisan rumahtangga petani. Berikut pemaparan pemanfaatan modal nafkah rumahtangga petani oleh masing-masing lapisan rumahtangga petani di kedua wilayah.

55 Modal Alam Modal Fisik Modal Finansial Modal Sosial Modal Manusia Modal Nafkah Lapisan Menengah Modal Alam Modal Fisik Modal Finansia l Modal Sosial Modal Manusia Modal Nafkah Lapisan Atas Modal Alam Modal Fisik Modal Finansial Modal Sosial Modal Manusia Modal Nafkah Lapisan Bawah Modal Alam Modal Fisik Modal Finansial Modal Sosial Modal Manusia Modal Nafkah Lapisan Bawah Modal Alam Modal Fisik Modal Finansial Modal Sosial Modal Manusia Modal Nafkah Lapisan Menengah Modal Alam Modal Fisik Modal Finansial Modal Sosial Modal Manusia Modal Nafkah Lapisan Atas Gambar 12 Pemanfaatan modal nafkah berdasarkan lapisan rumahtangga

petani di wilayah banjir, Desa Wonosoco tahun 2014-2015

Berdasarkan Gambar 12, dapat diketahui perbandingan pemanfaatan modal nafkah yang digunakan oleh masing-masing lapisan rumahtangga petani. Pada lapisan bawah, pemanfaatan modal fisik, modal finansial, modal sosial, dan modal manusia tergolong sedang. Sedangkan pemanfaatan modal alam tergolong rendah. Hal ini menunjukkan bahwa modal alam yang dimiliki rumahtangga petani lapisan bawah tidak mampu mendukung aktifitas nafkah rumahtangga dikarenakan luas lahan yang sempit dan terendam banjir. Pada lapisan menengah, pemanfaatan modal fisik, modal alam, modal sosial, modal manusia, dan modal finansial tergolong sedang. Pada lapisan atas, pemanfaatan modal fisik dan modal sosial termasuk kategori sedang. Sedangkan pemanfaatan modal finansial, modal manusia, modal alam tergolong tinggi.

Gambar 13 Pemanfaatan modal nafkah berdasarkan lapisan rumahtangga petani di wilayah tidak banjir, Desa Kalirejo tahun 2014-2015

Berdasarkan Gambar 13, dapat diketahui perbandingan pemanfaatan modal nafkah yang digunakan oleh masing-masing lapisan rumahtangga petani di wilayah tidak banjir. Pada lapisan bawah, pemanfaatan modal sosial, modal finansial, modal manusia tergolong sedang. Sedangkan modal fisik dan modal alam tergolong rendah. Pada lapisan menengah, pemanfaatan modal sosial, modal finansial, modal manusia, modal alam, dan modal fisik tergolong sedang. Pada lapisan atas, pemanfaatan modal finansial, modal fisik, modal alam, dan modal manusia tergolong tinggi. Sedangkan pemanfaatan modal sosial tergolong sedang. Modal Alam

Modal alam rumahtangga petani lapisan bawah di wilayah banjir bernilai rendah. Rata-rata rumahtangga petani lapisan bawah hanya memiliki luas lahan sawah kurang dari 0,5 hektar. Sebagian besar rumahtangga petani lapisan bawah hanya mengandalkan sektor non farm untuk memenuhi kebutuhannya dan tidak banyak mengandalkan sektor on farm. Banjir bandang yang sering datang setiap musim penghujan merusak sawah para petani dan menyebabkan gagal panen sehingga menghilangkan pendapatan petani. Dengan kata lain, banjir merusak modal alam rumahtangga petani sebagai basis tumpuan pendapatan rumahtangga petani.

Modal alam rumahtangga petani lapisan bawah di wilayah tidak banjir bernilai rendah. Rata-rata rumahtangga petani lapisan bawah hanya memiliki sumberdaya alam lahan sawah kurang dari 0,77 hektar. Sebagian besar rumahtangga petani lapisan bawah mengandalkan sektor on farm untuk memenuhi kebutuhannya dan hanya sedikit yang mengandalkan sektor non farm. Pada lapisan bawah, modal alam yang dimiliki hanya digunakan untuk budidaya komoditas tanaman padi saja. Pendapatan yang dihasilkan dari tanaman padi lebih rendah dibandingkan pendapatan yang dihasilkan dari tanaman hortikultura.

Modal alam rumahtangga petani lapisan menengah di wilayah banjir bernilai sedang. Rata-rata rumahtangga petani lapisan menengah hanya memiliki luas lahan sawah kurang dari 0,85 hektar. Dengan luas lahan tersebut, rumahtangga petani mampu menghasilkan pendapatan dari sektor on farm sebesar Rp 23 juta setiap tahun. Namun apabila banjir datang dapat menurunkan pendapatan rumahtangga hingga 77 persen dari total keseluruhan pendapatan rumahtangga. Sektor non farm hanya mendukung kontribusi pendapatan rumahtangga petani sebesar 14 persen dari total keseluruhan pendapatan rumahtangga.

Modal alam rumahtangga petani lapisan menengah di wilayah tidak banjir bernilai sedang. Rata-rata rumahtangga petani lapisan menengah memiliki sumberdaya alam lahan sawah yaitu 1,1 hektar. Dengan luas lahan tersebut, rumahtangga petani mampu menghasilkan pendapatan dari sektor on farm sebesar Rp 38,5 juta setiap tahun. Pemaksimalan modal nafkah yang dimiliki rumahtangga petani lapisan menengah meningkatkan pendapatan rumahtangga secara signifikan. Rumahtangga petani lapisan menengah tidak hanya menggunakan lahannya untuk komoditas tanaman padi saja, namun juga digunakan untuk komoditas tanaman hortikultura seperti melon, semangka, dan cabai sehingga berpengaruh meningkatkan pendapatan rumahtangga.

Modal alam rumahtangga petani lapisan atas di wilayah banjir bernilai tinggi. Rata-rata rumahtangga petani lapisan atas hanya memiliki sumberdaya

57

alam lahan sawah lebih dari 1 hektar. Dengan luas lahan sawah tersebut, rumahtangga petani lapisan atas mampu menghasilkan pendapatan dari sektor on farm sebesar Rp 27 juta setiap tahun. Namun apabila banjir datang dapat menurunkan pendapatan rumahtangga hingga 62 persen dari total keseluruhan pendapatan rumahtangga. Sektor non farm menjadi sektor pendukung yang mampu membantu ketahanan nafkah rumahtangga petani lapisan atas. Sektor non farm mampu berkontribusi terhadap pendapatan rumahtangga petani hingga 33 persen dari total keseluruhan pendapatan rumahtangga.

Modal alam rumahtangga petani lapisan atas di wilayah tidak banjir bernilai tinggi. Rata-rata rumahtangga petani lapisan atas memiliki sumberdaya alam lahan sawah lebih dari 1,85 hektar. Dengan luas lahan sawah tersebut, rumahtangga petani lapisan atas mampu menghasilkan pendapatan dari sektor on farm sebesar Rp 99,1 juta setiap tahun. Pendapatan yang sangat tinggi tersebut dihasilkan dari kombinasi pemaksimalan luas lahan yang dimiliki rumahtangga dengan melakukan intensifikasi pertanian. Rumahtangga petani lapisan atas dengan lahan yang luas menggunakan lahan tersebut untuk budidaya tanaman padi dan hortikultura sehingga meningkatkan pendapatan rumahtangga secara signifikan.

Modal Fisik

Modal fisik rumahtangga petani lapisan bawah di wilayah banjir bernilai sedang. Rumahtangga petani lapisan bawah tidak mempunyai aset yang bersifat mewah. Sebagian besar rumahtangga petani memiliki rumah yang sederhana. Banyak yang memiliki rumah beralaskan tanah dan dinding yang terbuat dari kayu. Perabotan rumah yang dimiliki hanya seperlunya saja. Sebagian besar rumahtangga petani lapisan bawah mempunyai ternak yang menjadi aset paling berharga bagi rumahtangga untuk digunakan pasca krisis banjir sebagai modal bertani kembali dan sebagai pengganti kehilangan pendapatan yang dialami rumahtangga petani akibat gagal panen. Sedangkan modal fisik rumahtangga petani lapisan bawah di wilayah tidak banjir bernilai rendah. Rumahtangga petani lapisan bawah tidak memilki aset yang bersifat mewah. Sebagian besar rumahtangga petani tidak memiliki ternak yang bisa dijadikan aset untuk menghadapi krisis.

Modal fisik rumahtangga petani lapisan menengah di wilayah banjir bernilai sedang. Tidak berbeda jauh dengan lapisan rumahtangga petani lapisan bawah, rumahtangga petani lapisan menengah mempunyai rumah yang sederhana dan hanya mempunyai perabotan rumahtangga seperlunya. Namun rumahtangga petani lapisan menengah mempunyai pendapatan yang tinggi dari sektor non farm. Sebagian besar umahtangga petani lapisan menengah juga menyimpan aset dalam bentuk perhiasan dan ternak yang dapat digunakan sewaktu-waktu untuk menghadapi krisis. Sedangkan rumahtangga petani lapisan menengah di wilayah tidak banjir memiliki modal fisik bernilai sedang. Kondisi desa yang merupakan

semiurban kurang mendukung untuk dilakukan usaha ternak. Aset yang dimiliki rumahtangga petani lapisan menengah hanya berupa perhiasan dan usaha dagang yang menjadi tambahan pendapatan rumahtangga.

Modal fisik rumahtangga petani lapisan atas di wilayah banjir bernilai sedang. Rumah yang dimiliki rumahtangga petani lapisan atas merupakan rumah beralaskan lantai dan dinding bersemen yang tergolong cukup mewah di Desa

Wonosoco. Rumahtangga petani lapisan atas mempunyai strategi nafkah ganda yang mendukung ketahanan nafkah rumahtangga petani. Seperti pada rumahtangga lapisan menengah, sektor non farm mampu mengimbangi pendapatan sektor on farm pada rumahtangga lapisan atas. Penyimpanan aset pada rumahtangga petani lapisan atas dilakukan dalam bentuk rumah, lahan yang luas, dan perhiasan emas.

Modal fisik rumahtangga petani lapisan atas di wilayah tidak banjir bernilai tinggi. Rumahtangga petani lapisan atas mempunyai aset yang bersifat mewah, baik aset pertanian maupun non pertanian. Petani lapisan atas memiliki traktor dan mesin penggiling padi yang bisa disewakan untuk menambah penghasilan rumahtangga. Adapun aset non pertanian yang dimiliki adalah perhiasan yang dapat disimpan sebagai aset untuk menghadapi krisis sewaktu- waktu. Rumahtangga petani lapisan atas juga memiliki kemampuan untuk mengintensifikasi lahan persawahan rumahtangga dengan melakukan budidaya tanaman padi dan hortikultura.

Modal Finansial

Modal finansial rumahtangga petani lapisan bawah di wilayah banjir bernilai sedang. Hampir seluruh rumahtangga petani lapisan bawah tidak memiliki tabungan di rumah maupun di bank. Jumlah pendapatan yang berbanding terbalik dengan jumlah pengeluaran menyebabkan kemampuan menabung rumahtangga menjadi rendah. Rumahtangga mengaku bahwa menabung tidak menjadi prioritas utama dalam kondisi perekonomian rumahtangga yang belum mampu. Strategi yang digunakan rumahtangga untuk mengimbangi pengeluaran rumahtangga adalah dengan berhutang, baik melalui bank maupun saudara dan kerabat rumahtangga. Hal ini menjadi solusi bagi rumahtangga petani untuk tetap bertahan dalam menghadapi krisis banjir yang semakin menekan kebutuhan nafkah rumahtangga.

Modal finansial rumahtangga petani lapisan bawah di wilayah tidak banjir bernilai sedang. Sebagian besar rumahtangga petani memiliki tabungan yang disimpan di rumah. Selain itu rumahtangga petani lapisan bawah memiliki saving capacity yang bernilai positif sehingga mendukung kemampuan menabung rumahtangga. Sebagian besar rumahtangga tidak memiliki hutang dalam jumlah yang besar sehingga penerapan strategi hutang pada rumahtangga cukup rendah.

Modal finansial rumahtangga petani lapisan menengah di wilayah banjir bernilai sedang. Modal finansial rumahtangga petani lapisan menengah lebih baik dibandingkan rumahtangga petani lapisan bawah. Hampir seluruh rumahtangga lapisan menengah tidak mempunyai tabungan di rumah maupun di bank. Namun sebagian rumahtangga petani lapisan menengah tidak mempunyai hutang yang dapat memberatkan ketahanan nafkah rumahtangga seperti pada lapisan rumahtangga petani lapisan bawah. Sebagian besar rumahtangga petani lapisan menengah mempunyai dukungan pendapatan yang berasal dari sektor non farm

yang cukup tinggi sehingga mempunyai strategi nafkah ganda yang berguna mendukung pendapatan rumahtangga petani. Sedangkan rumahtangga lapisan menengah di wilayah tidak banjir juga memiliki modal finansial bernilai sedang. Dengan dukungan sektor non farm yang cukup tinggi semakin memperkuat pendapatan rumahtangga petani lapisan menengah secara keseluruhan.

59

Modal finansial rumahtangga petani lapisan atas di wilayah banjir bernilai tinggi. Seluruh rumahtangga lapisan atas mempunyai tabungan baik di rumah, di bank, atau dalam bentuk piutang. Kemampuan menabung rumahtangga lapisan atas tergolong tinggi dengan memiliki saving capacity yang bernilai positif. Rumahtangga petani lapisan atas menerapkan strategi nafkah ganda untuk mendukung aktifitas nafkah dan meningkatkan pendapatan rumahtangga.

Sedangkan mdal finansial rumahtangga petani lapisan atas di wilayah tidak banjir bernilai tinggi. Rumahtangga lapisan atas memiliki kemampuan yang tinggi untuk menabung di rumah atau di bank. Seluruh rumahtangga petani tidak memiliki hutang kepada bank maupun sanak saudara sehingga semakin memperkuat modal finansial rumahtangga. Saving capacity rumahtangga yang bernilai positif mendukung kemampuan menabung rumahtangga menjadi tinggi. Selain itu, sektor non farm yang mendukung rumahtangga lapisan atas juga berkontribusi dalam memaksimalkan modal finansial yang dimiliki rumahtangga petani lapisan atas.

Modal Sosial

Modal sosial rumahtangga petani lapisan bawah di wilayah banjir bernilai sedang. Rata-rata rumahtangga petani lapisan bawah memiliki tingkat kekuatan jaringan yang sedang. Rata-rata rumahtangga mengikuti satu organisasi yang mendukung jaringan sosial rumahtangga. Hampir seluruh rumahtangga petani lapisan bawah mengikuti acara-acara desa, seperti pengajian, melayat, dan kerja bakti yang mendukung tingkat kepatuhan rumahtangga terhadap norma masyarakat desa. Asas gotong royong dan kekeluargaan terjalin dengan baik pada rumahtangga lapisan bawah.

Modal sosial rumahtangga petani lapisan bawah di wilayah tidak banjir bernilai sedang. Rumahtangga petani lapisan bawah masih menjaga tradisi dan nilai-nilai masyarakat. Tingkat kepatuhan terhadap norma pada rumahtangga tergolong tinggi. Pada saat penelitian dilakukan, kondisi di lingkungan tempat responden sedang dalam suasana berduka dan diadakan pengajian rutin tahlilan

yang dihadiri masyarakat lingkungan tetangga. Hal ini mendasari suasana gotong royong dan kebersamaan pada rumahtangga lapisan bawah tergolong tinggi. Berikut penuturan Bapak TK (52):

“Ya begini dek suasana desa. Kalo ada tetangga yang meninggal satu RT

bareng-bareng mengadakan tahlilan setiap malam selama seminggu. Hampir seluruh tetangga ikut mendoakan yang meninggal dengan tahlilan bareng-

bareng”

Berdasarkan penuturan Bapak TK (52) dapat dilihat bahwa suasana kekeluargaan masih terjaga dengan kuat. Upaya menjaga tradisi keagamaan dengan mengadakan tahlilan bagi tetangga yang meninggal masih dilakukan sehingga menguatkan tingkat kepatuhan rumahtangga terhadap norma masyarakat. Sikap tepa selira dan saling menghormati antar tetangga masih kuat mengakar dalam kehidupan desa.

Modal sosial rumahtangga petani lapisan menengah di wilayah banjir bernilai sedang. Sebagian rumahtangga petani lapisan menengah mengikuti lebih dari satu organisasi, diantaranya menjadi pengurus kelompok tani dan pengurus desa. Rumah tangga lapisan menengah juga mengikuti acara-acara desa seperti

rumahtangga lapisan bawah. Sedangkan modal sosial rumahtangga petani lapisan menengah di wilayah tidak banjir bernilai sedang. Sebagian besar rumahtangga lapisan menengah mengikuti satu organisasi di lingkungan petani maupun desa.

Tidak berbeda dengan rumahtangga lapisan bawah dan menengah, rumahtangga lapisan atas di wilayah banjir juga memiliki modal sosial bernilai sedang. Hal ini dipengaruhi asas gotong royong dan kebersamaan yang masih terasa kuat dalam kultur masyarakat desa. Secara keseluruhan rumahtangga petani lapisan bawah, lapisan menengah, dan lapisan atas memiliki modal sosial yang hampir sama. Tingkat kekerabatan dan tingkat kepercayaan masing-masing lapisan tergolong tinggi. Hubungan kekeluargaan dan kekerabatan menyebabkan hubungan antar anggota rumahtangga lapisan rumahtangga sangat dekat. Asas gotong royong dan tolong menolong sangat kental dirasakan pada kehidupan masyarakat Desa Wonosoco. Hal yang sama terjadi pada rumahtangga petani lapisan atas di wilayah tidak banjir. Modal sosial rumahtangga petani lapisan atas di wilayah tidak banjir bernilai sedang. Sebagian besar rumahtangga petani lapisan atas mengikuti setidaknya satu organisasi di lingkungan petani maupun desa yang memperkuat tingkat kekuatan jaringan yang dimiliki rumahtangga. Dengan kekuatan jaringan yang dimiliki, rumahtangga mampu memperluas akses untuk mendapatkan sumber-sumber nafkah baru yang dapat digunakan sebagai strategi nafkah.

Modal Manusia

Modal manusia rumahtangga petani lapisan bawah di wilayah banjir bernilai rendah. Hampir seluruh rumahtangga petani lapisan bawah bekerja di sektor on farm. Penggunaan tenaga kerja pada lapisan bawah dilakukan oleh petani dengan mengandalkan minimal satu anggota keluarga. Mayoritas rumahtangga petani lapisan bawah hanya memiliki ketrampilan sebagai petani saja. Apabila banjir datang rumahtangga petani menjadi sangat rentan karena tidak memiliki ketrampilan lain selain bertani untuk mendukung aktifitas nafkahnya. Alhasil, rumahtangga menggunakan strategi berhutang untuk memenuhi kebutuhan hidup dan sebagian sebagai modal bertanam kembali pada musim tanam berikutnya.

Modal manusia rumahtangga petani lapisan bawah di wilayah tidak banjir bernilai sedang. Sebagian besar rumahtangga petani lapisan bawah memiliki tingkat pendidikan setara Sekolah Dasar (SD). Namun sebagian besar rumahtangga petani lapisan bawah memiliki satu ketrampilan selain bertani untuk mendukung aktifitas nafkahnya. Seperti pada rumahtangga petani di wilayah banjir, rumahtangga petani lapisan bawah juga mempekerjakan tenaga kerja dari luar untuk membantu kegiatan pengolahan lahan, penanaman, dan pemanenan dengan upah yang diberikan melalui sistem borongan3. Rumahtangga biasanya mempekerjakan satu hingga dua borongan dengan masing-masing satu borongan

terdiri dari sepuluh tenaga kerja.

Modal manusia rumahtangga petani lapisan menengah di wilayah banjir bernilai sedang. Rumahtangga petani lapisan menengah mempunyai lebih dari

3

Sistem borongan merupakan sistem mempekerjakan tenaga kerja pertanian secara berkelompok. Biasanya satu borongan terdiri atas 10 buruh petani dengan bayaran yang

Dokumen terkait