• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Profitabilitas, Asset Tangibility, Tingkat Pertumbuhan, Ukuran Perusahaan, Non Debt Tax Shield secara Simultan terhadap

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

C. Uji Heteroskedastisitas

4.2.2. Pengaruh Profitabilitas, Asset Tangibility, Tingkat Pertumbuhan, Ukuran Perusahaan, Non Debt Tax Shield secara Simultan terhadap

Struktur Modal.

Hipotesis menyatakan bahwa variabel profitabilitas, asset tangibility, tingkat pertumbuhan, ukuran perusahaan, non debt tax shield secara simultan berpengaruh positif dan signifikan terhadap struktur modal. Dari hasil uji statistik diperoleh nilai statistik -7,947 dan nilai signifikansi sebesar 0.000<0,05. Berdasarkan hasil pengujian hipotesis diketahui pengaruh simultan dari variabel profitabilitas, asset tangibility, tingkat pertumbuhan, ukuran perusahaan, non debt tax shield berpengaruh negatif dan signifikan terhadap struktur modal berarti hasil pengujian ini menolak hipotesis.

Hasil penelitian ini memberikan penjelasan bahwa struktur modal perusahaan manufaktur di lima negara Asia Tenggara yaitu Indonesia, Malaysia, Singapura, Thailand, Filipina secara bersama-sama dipengaruhi oleh variabel profitabilitas, asset tangibility, tingkat pertumbuhan, ukuran perusahaan, non debt tax shield. Jika dilihat pengaruhnya sangat besar jika dilakukan pengujian secara bersama-sama yaitu 86,32% yang berarti hanya 13,68% perusahaan manufaktur di Asia Tenggara struktur modalnya dipengaruhi variabel selain variabel penelitian

ini. Berbeda dengan pengujian secara parsial yang menunjukkan hanya beberapa variabel independen yang mampu mempengaruhi struktur modal.

Penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Fatoni (2013) yang menyatakan biaya hutang, resiko bisnis, ukuran perusahaan, pertumbuhan perusahaan, kebijakan deviden serta profitabilitas secara simultan tidak berpengaruh signifikan terhadap struktur modal. Hal ini diduga karena perbedaan bidang perusahaan dalam penelitian, jumlah variabel independen, jumlah negara pada penelitian dan jumlah sampel penelitian.

Adapun perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan Fatoni yaitu: (1) Penelitian Fatoni mengambil sampel pada perusahaan Sub Sektor Batubara sedangkan penelitian ini menggunakan data pada perusahaan manufaktur di Asia Tenggara. (2) Variabel independen berbeda dengan penelitian ini yaitu Fatoni menggunakan variabel biaya hutang, resiko bisnis kebijakan deviden sedangkan penelitian ini tidak menggunakan variabel tersebut. Penelitian ini menggunakan non-debt tax shield sebagai variabel independen sedangkan penelitian yang dilakukan Fatoni tidak menggunakan variabel tersebut. (3) Fatoni menggunakan sampel sebanyak 31 yaitu 17 perusahaan Sub Sektor Batubara dan 14 perusahaan Sub Sektor Non batubara sedangkan penelitian ini menggunakan 211 perusahaan manufaktur. (4) Fatoni meneliti pada bursa efek satu negara yaitu bursa efek Indonesia sedangkan penelitian ini menggunakan lima bursa efek yaitu bursa efek pada negara Indonesia, Malaysia, Singapura, Filipina dan Thailand. 4.2.3. Pengaruh Profitabilitas terhadap Struktur Modal.

Dari hasil uji statistik diperoleh nilai t-Statistik sebesar -2,352 dan nilai signifikansi sebesar 0,019<0,05. Hal tersebut menunjukkan bahwa profitabilitas

berpengaruh negatif dan signifikan terhadap struktur modal. Hal ini dapat memaknai bahwa profitabilitas perusahaan manufaktur di lima negara Asia Tenggara yaitu Indonesia, Malaysia, Singapura, Thailand, Filipina mampu menjadi determinan struktur modal pada bursa efek masing masing negara tersebut. Jika terjadi peningkatan profitabilitas yang diukur dengan membandingkan laba bersih setelah pajak dengan total aktiva yang diproksikan dengan ROA (Return On Asset) mampu mempengaruhi struktur modal.

Secara teori pengaruh profitabilitas terhadap struktur modal merupakan pengaruh negatif yang artinya semakin meningkat tingkat profitabilitasnya maka akan menurunkan struktur modal perusahaan. Laba perusahaan setelah dibagikan kepada pemegang saham berupa deviden sisanya tetap dalam perusahaan sebagai laba ditahan. Perusahaan yang menghasilkan laba lebih besar cenderung mempunyai laba ditahan yang besar sehingga jika perusahaan ingin melakukan berbagai pengembangan (ekspansi) perusahaan dapat mengurangi penggunaan dananya dari eksternal (hutang) dengan memanfaatkan sumber dana dari internal. Semakin besar laba ditahan maka semakin besar pemenuhan dananya dari dalam perusahaan. Maka jika dikaitkan dengan teori maka penelitian ini sangat mendukung teori dimana hasil penelitian profitabilitas berpengaruh negatif dan signifikan. Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan teori statis dari Modigliani dan Miller (1958) bahwa perusahaan yang memperoleh laba dalam jumlah yang besar akan menggunakan hutang sebagai sumber pendanaan eksternal guna mendapatkan manfaat dari penghematan pajak.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian sebelumnya yaitu penelitian Sari (2013), Rehman (2015), Hossain (2015), Saarani (2013), Ahmad (2013) yang

menyatakan bahwa profitabilitas berpengaruh negatif dan signifikan terhadap struktur modal, Murhadi (2011) yang menyatakan bahwa profitabilitas yang menentukan kebijakan utang. Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan beberapa penelitian sebelumnya yaitu penelitian yang dilakukan Sinthayani (2015) dimana perbedaannya dengan penelitian ini diduga disebabkan sampel pada penelitian Sinthayani sebanyak 67 perusahaan manufaktur, 19 multinational corporation (MNc), 48 domestic corporation (DMc), dilakukan pada bursa efek satu negara yaitu bursa efek Indonesia. Ini mengindikasikan bahwa terdapat perbedaan pengaruh profitabilitas antara perusahaan manufaktur di Indonesia dengan perusahaan manufaktur di Asia Tenggara.

Penelitian ini juga tidak sejalan dengan penelitian Fatoni (2013) yang menyatakan bahwa profitabilitas berpengaruh positif terhadap struktur modal dengan alasan profitabilitas memiliki pengaruh positif terhadap struktur modal manakala perusahaan melakukan ekspansi yang membutuhkan banyak dana, sehingga selain menggunakan internal financing perusahaan juga menggunakan external financing dalam bentuk hutang. Penelitian Fatoni berbeda diduga disebabkan penelitiannya dilakukan pada perusahaan Sub Sektor Batubara, dengan menggunakan sampel sebanyak 31 yaitu 17 perusahaan Sub Sektor Batubara dan 14 perusahaan Sub Sektor Non pada bursa efek Indonesia. Penelitian Fatoni mengindikasikan bahwa terdapat perbedaan pengaruh profitabilitas terhadap struktur modal antara Perusahaan manufaktur dengan perusahaan yang bergerak pada Sub Sektor Batubara.

Penelitian ini juga tidak sejalan dengan penelitian Indira (2014) yang menyatakan profitabilitas tidak berpengaruh terhadap struktur modal. Adapun

perbedaannya antara lain penelitian Indira dilakukan pada perusahaan sektor property and real estate, dengan menggunakan sampel sebanyak 28 perusahaan pada bursa efek Indonesia. Yuliani (2014) juga menemukan hasil yang tidak sejalan yang menyatakan bahwa profitabilitas bukan merupakan determinan struktur modal. Adapun perbedaannya diduga disebabkan antara lain penelitian dilakukan pada perusahaan sektor property and real estate dengan menggunakan sampel sebanyak 13 perusahaan pada bursa efek Indonesia. Penelitian Indira dan Yuliana mengindikasikan bahwa terdapat perbedaan pengaruh profitabilitas terhadap struktur modal antara perusahaan yang bergerak di sektor property dan real estate dengan perusahaan manufaktur.

Dan yang terakhir yang memiliki hasil yang tidak sejalan yaitu penelitian dari Shelly (2016) hasil penelitiannya menemukan profitabilitas tidak signifikan berpengaruh terhadap struktur modal. Adapun perbedaannya diduga disebabkan penelitian dilakukan pada perusahaan sektor wholesale dan retail dengan menggunakan sampel sebanyak 21 perusahaan pada bursa efek Indonesia. Ini mengindikasikan terdapat perbedaan pengaruh profitabilitas terhadap struktur modal antara perusahaan wholesale dan retail dengan perusahaan manufaktur. 4.2.4. Pengaruh Asset Tangibility terhadap Struktur Modal

Dari hasil uji statistik diperoleh nilai t-Statistik sebesar -0,769 dan nilai signifikansi sebesar 0,441>0,05. Hal tersebut menunjukkan bahwa asset tangibility berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap struktur modal. Hal ini dapat memaknai bahwa asset tangibility perusahaan manufaktur di lima negara Asia Tenggara yaitu Indonesia, Malaysia, Singapura, Thailand, Filipina tidak mampu menjadi determinan struktur modal pada bursa efek masing masing negara

tersebut. Jika terjadi peningkatan asset tangibility yang diukur dengan membandingkan aset tetap dengan total aktiva tidak mempengaruhi struktur modal. Temuan ini dapat dimaknai bahwa perbandingan besarnya jumlah biaya aktiva tetap terhadap total aktiva tidak mampu menjelaskan variasi struktur modal. Rendahnya jumlah biaya aktiva tetap tidak memberikan kontribusi terhadap peningkatan atau penurunan jumlah hutang dalam struktur modal.

Teori keagenan dan pecking order theory yang menunjukkan bahwa adanya struktur aktiva yang tinggi dapat digunakan sebagai pendanaan internal, karena dengan adanya aset tetap yang tinggi maka menurunkan tingkat hutang. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa besarnya komposisi utang dalam struktur modal perusahaan manufaktur di lima negara Asia Tenggara yaitu Indonesia, Malaysia, Singapura, Thailand, Filipina tidak dipengaruhi oleh aktiva tetapnya yang diukur melalui formula asset tangibility. Hasil penelitian ini juga mengindikasikan bahwa memang struktur modal dengan asset tangibility tidak memiliki keterkaitan dikarenakan asset tangibility tergantung pada perkembangan teknologi sedangkan struktur modal tergantung pada kebijakan-kebijakan yang dilakukan oleh perusahaan.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian sebelumnya yaitu penelitian Gultom (2013) yang menyatakan bahwa asset tangibility tidak berpengaruh signifikan terhadap struktur modal, Sari (2013) yang menyatakan bahwa asset tangibility berpengaruh tapi tidak signifikan terhadap struktur modal. Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan beberapa nenelitian sebelumnya yaitu penelitian Hossain (2015) yang menyatakan bahwa asset tangibility berpengaruh positif terhadap struktur modal. Adapun perbedaannya diduga disebabkan

penelitian menggunakan sampel sebanyak 74 perusahaan pada negara Dhaka. Ini mengindikasikan bahwa cara pandang investor terhadap struktur modal di Asia Tenggara berbeda dengan di negara Dhaka.

Penelitian ini juga tidak sejalan dengan penelitian Murhadi (2011) yang menyatakan bahwa asset tangibility yang menentukan kebijakan utang. Adapun perbedaannya diduga disebabkan penelitian dilakukan pada perusahaan sektor pertambangan dengan menggunakan sampel sebanyak 70 perusahaan pada enam negara di ASEAN yaitu Indonesia, Malaysia, Singapura, Filipina dan Thailand dan Vietnam. Penelitian Murhadi mengindikasikan bahwa terdapat perbedaan pengaruh asset tangibility terhadap struktur modal pada perusahaan yang bergerak dibidang pertambangan dengan perusahaan manufaktur.Penelitian ini juga tidak sejalan dengan penelitian Sinthayani (2015) juga menemukan hasil yang tidak sejalan yang menyatakan bahwa asset tangibility berpengaruh negatif dan signifikan terhadap struktur modal. Adapun perbedaannya diduga disebabkan sampel yang digunakan sebanyak 67 perusahaan manufaktur, 19 multinational corporation (MNc), 48 domestic corporation (DMc) pada bursa efek Indonesia. Penelitian Sinthayani mengindikasikan bahwa terdapat perbedaan pengaruh asset tangibility terhadap struktur modal antara perusahaan manufaktur di Indonesia dengan Negara di Asia Tenggara secara keseluruhan.

Indira (2014) juga menemukan hasil yang tidak sejalan yang menyatakan asset tangibility berpengaruh signifikan terhadap struktur modal. Adapun perbedaannya antara lain penelitian Indira dilakukan pada perusahaan sektor property and real estate, dengan menggunakan sampel sebanyak 28 perusahaan pada bursa efek Indonesia. Penelitian Indira mengindikasikan bahwa terdapat

perbedaan pengaruh asset tangibility terhadap struktur modal pada perusahaan yang bergerak dibidang property and real estate dengan perusahaan manufaktur. 4.2.5. Pengaruh Tingkat Pertumbuhan terhadap Struktur Modal.

Dari hasil uji statistik diperoleh nilai t-Statistik sebesar 1,353 dan nilai signifikansi sebesar 0,176>0,05. Hal tersebut menunjukkan bahwa tingkat pertumbuhan berpengaruh positif tidak signifikan terhadap struktur modal. Hal ini dapat memaknai bahwa tingkat pertumbuhan perusahaan manufaktur di lima negara Asia Tenggara yaitu Indonesia, Malaysia, Singapura, Thailand, Filipina tidak mampu menjadi determinan struktur modal pada bursa efek masing masing negara tersebut. Jika terjadi peningkatan tingkat pertumbuhan tidak akan mempengaruhi struktur modal. Temuan ini dapat dimaknai bahwa perbandingan besarnya pertumbuhan asset dari tahun ke tahun tidak mampu menjelaskan variasi struktur modal. Rendahnya jumlah biaya tingkat pertumbuhan tidak memberikan kontribusi terhadap peningkatan atau penurunan jumlah hutang dalam struktur modal.

Dari hasil penelitian ini dapat mengindikasikan bahwa perusahaan manufaktur di lima negara Asia Tenggara yaitu Indonesia, Malaysia, Singapura, Thailand, Filipina dengan tingkat pertumbuhan aset yang lebih tinggi tidak signifikan mempengaruhi tingkat penggunaan dana dari eksternal perusahaan berupa utang. Hal ini dapat menjelaskan bahwa semakin tinggi tingkat pertumbuhan perusahaan tidak serta merta membuat perusahaan melakukan peminjaman dengan kata lain jika utang perusahaan meningkat bukan diakibatkan oleh pertumbuhan aset dari perusahaan.

Sari (2013), Indira (2014), Fibriyanto (2015) yang menyatakan bahwa tingkat pertumbuhan berpengaruh tidak signifikan terhadap struktur modal. Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan beberapa penelitian sebelumnya Rehman (2015) yang menyatakan bahwa tingkat pertumbuhan berpengaruh positif dan signifikan terhadap struktur modal. Adapun perbedaannya diduga disebabkan penelitian dilakukan pada perusahaan yang bergerak dibidang financial dengan sampel 4.973 perusahaan perseorangan. Penelitian Rehman mengindikasikan bahwa terdapat perbedaan pengaruh tingkat pertumbuhan perusahaan yang bergarak dibidang financial dengan perusahaan manufaktur.

Penelitian dengan hasil yang tidak sejalan juga dihasilkan oleh Fatoni (2013) yang menyatakan bahwa tingkat pertumbuhan berpengaruh positif terhadap struktur modal. Penelitian Fatoni berbeda diduga disebabkan penelitiannya dilakukan pada perusahaan Sub Sektor Batubara, dengan menggunakan sampel sebanyak 31 yaitu 17 perusahaan Sub Sektor Batubara dan 14 perusahaan Sub Sektor Non pada bursa efek Indonesia. Penelitian Fatoni mengindikasikan bahwa terdapat perbedaan pengaruh tingkat pertumbuhan tehadap struktur modal antara perusahaan yang bergerak dibidang Batubara dengan perusahaan manufaktur.

Murhadi (2011) juga menemukan hasil yang tidak sejalan yang menyatakan bahwa tingkat pertumbuhan yang menentukan kebijakan utang. Adapun perbedaannya diduga disebabkan penelitian dilakukan pada perusahaan sektor pertambangan dengan menggunakan sampel sebanyak 70 perusahaan pada enam negara di ASEAN yaitu Indonesia, Malaysia, Singapura, Filipina dan Thailand dan Vietnam. Penelitian Murhadi mengindikasikan bahwa terdapat perbedaan

pengaruh tingkat pertumbuhan terhadap nilai perusahaan antara perusahaan yang bergerak dibidang pertambangan dengan perusahaan manufaktur.

Penelitian dengan hasil yang tidak sejalan juga dihasilkan oleh Yuliani (2014) yang menyatakan bahwa tingkat pertumbuhan berpengaruh negatif dan signifikan terhadap struktur modal. Adapun perbedaannya diduga disebabkan penelitian dilakukan pada perusahaan sektor property and real estate dengan menggunakan sampel sebanyak 13 perusahaan pada bursa efek Indonesia. Penelitian Yuliani mengindikasikan bahwa terdapat perbedaan pengaruh tingkat pertumbuhan terhadap struktur modal antara perusahaan yang bergerak pada sektor property and real estate dengan perusahaan manufaktur.

Hossain (2015) juga menemukan hasil yang tidak sejalan yang menyatakan bahwa tingkat pertumbuhan berpengaruh negatif dan signifikan terhadap struktur modal. Adapun perbedaannya diduga disebabkan penelitian menggunakan sampel sebanyak 74 perusahaan pada negara Dhaka. Ini mengindikasikan bahwa cara pandang investor terhadap struktur modal di Asia Tenggara berbeda dengan di negara Dhaka. Penelitian dengan hasil yang tidak sejalan juga dihasilkan oleh Saarani (2013) yang menyatakan bahwa tingkat pertumbuhan berpengaruh negatif dan signifikan terhadap struktur modal. Adapun perbedaannya diduga disebabkan penelitian dilakukan pada perusahaan yang berukuran kecil dan sedang dengan sampel sebanyak 334 perusahaan di negara Malaysia. Penelitian Saarani mengindikasikan bahwa terdapat perbedaan pengaruh tingkat pertumbuhan terhadap struktur modal di negara Malaysia dengan perusahaan manufaktur dinegara Asia Tenggara secara keseluruhan.