• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis determinan struktur modal dan pengaruhnya Terhadap nilai perusahaan (Studi Kasus pada Perusahaan Manufaktur di Asia Tenggara Periode 2013-2015) Chapter III V

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis determinan struktur modal dan pengaruhnya Terhadap nilai perusahaan (Studi Kasus pada Perusahaan Manufaktur di Asia Tenggara Periode 2013-2015) Chapter III V"

Copied!
129
0
0

Teks penuh

(1)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1.a. Jenis dan Sifat Penelitian.

Penelitian ini dilakukan untuk menguji hipotesis yang diajukan dengan

menggunakan metode penelitian untuk mendapatkan hasil yang akurat. Jenis

penelitian ini adalah statistik deskriptif. Menurut Sinulingga (2014) bahwa

penelitian deskriptif merupakan suatu jenis penelitian yang bertujuan untuk

mendeskripsikan secara sistematik, faktual dan akurat tentang fakta-fakta dan

sifat-sifat suatu objek atau populasi tertentu. Hal ini sesuai dengan tujuan

penelitian yaitu untuk menganalisis determinan struktur modal dan pengaruhnya

terhadap nilai perusahaan: studi kasus pada beberapa perusahaan manufaktur di

asia tenggara periode 2013-2015.

Sifat penelitian ini adalah eksplanatory (penjelasan) yaitu suatu penelitian

yang bermaksud menjelaskan kedudukan variabel-variabel yang diteliti serta

hubungan antara satu variabel dengan variabel yang lain.

3.2.Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Bursa Efek masing-masing negara Asia

Tenggara yang ada di Keuangan Commodity Exchange. melalui media internet

dengan situs https://sites.google.com/site/keuangancommodityexchange/, serta

situs-situs lain yang mendukung penelitian. Penelitian ini dilakukan dimulai dari

(2)

3.3 Populasi dan Sampel

Dalam menentukan populasi penelitian ini maka dibuat kriteria terhadap

semua industri manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek masing-masing negara di

kawasan Asia Tenggara yaitu Indonesia, Malaysia, Singapura, Thailand dan

Filiphina dengan periode 2013-2015. Adapun kriteria populasi dapat dijelaskan

pada tabel 3.1 berikut ini :

Tabel 3.1. Kriteria Populasi Penelitian

No Kategori Jumlah Perusahaan

1

Negara di kawasan Asia Tenggara yang memiliki Bursa Efek di Keuangan Commodity Exchage .

IDN MAS SIN THA PHI CAM LAO VIE

2

5 Dikeluarkan karena mengalami

rugi 2013-2015 (47) (52) (42) (0) (10) (0) (0) (0)

6 Dikeluarkan karena memiliki

ekuitas negatif (2013-2015) (6) (1) (0) (0) (1) (0) (0) (0)

Jumlah Sampel 77 86 24 13 11 0 0 0

Total Sampel 211

Sumbe r: https://sites.google.com/site/keuangancommodityexchange/ (data diolah 2016)

Berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan, maka jumlah perusahaan

(3)

kriteria populasi sebanyak 211 perusahaan. Penelitian ini menggunakan sampel

jenuh (sensus) dengan menggunakan unit analisis data panel atau pooling data

dengan periode pengamatan 3 tahun yaitu dari 2013-2015 dan N= 211 perusahaan

sehingga jumlah pengamatan sebanyak 633 kasus.

3.4.Jenis Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder.

Menurut Sujarweni (2005) data sekunder adalah data yang didapat dari catatan,

buku dan majalah berupa laporan keuangan publikasi perusahaan, laporan

pemerintah, artikel, buku-buku sebagai teori, majalah, dan lain sebagainya.

Penelitian ini menggunakan data panel atau pooling data karena data yang

digunakan dalam penelitian adalah penggabungan antara time series dan cross

section yaitu dengan data dalam jangka waktu 3 tahun yaitu Tahun 2013 - 2015 (time series) dengan beberapa perusahaan manufaktur yang berbeda jenis kegiatan

produksinya (cross section).

3.5.Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan melalui studi

dokumentasi. Studi dokumentasi yaitu dengan mengumpulkan dan mempelajari

data yang berhubungan dengan masalah penelitian yang diperoleh dengan cara

mengakses situs Keuangan Comodity Exchange sejak tahun 2013 hingga tahun

(4)

3.6.Operasionalisasi dan Metode Pengukuran Variabel

3.6.1. Variabel Penelitian

Penelitian ini menggunakan variabel dependen, independen dan

moderating. Adapun defenisi dan pengukuran masing-masing variabel akan

dijelaskan sebagai berikut:

1. Variabel Dependen (Y)

Variabel dependen dalam penelitian ini adalah nilai perusahaan pada

perusahaan manufaktur yang terdaftar di bursa efek negara kawasan Asia

Tenggara.

2. Variabel Independen (X)

Variabel independen dalam penelitian ini merupakan variabel yang

mempengaruhi variabel independen berdasarkan peneliti terdahulu baik

pengaruh positif maupun negatif. Variabel independen dalam penelitian ini

antara lain: profitabilitas (ROA), asset tangibility (FATA), pertumbuhan

(growth), ukuran perusahaan (size) dan non-debt tax shield (NDTS)

3. Variabel Intervening (Z)

Variabel intervening dalam penelitian ini adalah struktur modal pada

perusahaan manufaktur yang terdaftar di bursa efek negara kawasan Asia

Tenggara.

3.6.2. Operasionalisasi Variabel

Definisi operasional dan pengukuran untuk masing-masing variabel dalam

(5)

1. Profitabilitas

Profitabilitas merupakan kemampuan perusahaan untuk mendapatkan

keuntungan dari setiap berbagai aktivitas produksi perusahaan. Dalam

penelitian ini digunakan proksi Return on Assets (ROA) yaitu dengan

pembagian laba bersih setelah pajak dibagi dengan total aktiva dikali dengan

seratus persen.

% "01 1 233 3 ROA = JKLK LMNOPQ OMRMSKQ TKUKVWXRKS YVRPZK X100%

2. Asset Tangibility

Asset tangibility merupakan pembagian antara fixed asset dengan total asset dikalikan

dengan seratus persen.

233 :&1;# #<# $ ==#> ? 233: &< 233 X 100%

3. Tingkat Pertumbuhan

Tingkat pertumbuhan dalam penelitian ini merupakan kemampuan total aktiva

tahun berjalan dikurang total aktiva tahun lalu kemudian dibagi total aktiva

tahun lalu dikalikan dengan seratus persen.

Tingkat Pertumbuhan = Total Aktiva t – Total Aktiva t – 1 Total Aktiva t − 1 X 100%

4. Ukuran Perusahaan

Ukuran perusahaan dalam penelitian ini merupakan logaritma natural dari total

aset

(6)

5. Non-Debt Tax Shield (NDTS)

Non-debt tax shield dalam penelitian ini yaitu biaya-biaya non-cash yang dapat digunkaan untuk menghemat pajak. Biaya ini tercermin dalam besarnya biaya

penyusutan dan amortisasi terhadap total aktiva dikali seratus persen.

E 1 − :&> Bℎ# <? =Total Biaya Depresiasi dan AmortisasiTotal Aktiva x 100 %

6. Struktur Modal.

Struktur modal dalam penelitian ini diproksikan dengan debt to equity ratio (DER)

yaitu pembagian total utang dengan total ekuitas dikalikan seratus persen.

!"# $ 0& # % =Total Ekuitasx 100 %Total Hutang

7. Nilai Perusahaan.

Nilai perusahaan dalam penelitian ini diproksikan dengan Tobin’system Q yang

digunakan untuk melihat ukuran keberhasilan manajemen dalam operasi masa lalu dan

prospek dimasa yang akan datang.

Tobin s Q = ] OS X P + D + I − CATA ^

Dimana: OS = Outstanding Share

P = Stock Price

D = Total Debt

I = Total Inventory

CA = Current Asset

(7)

Tabel 3.2. Operasionalisasi Variabel Penelitian

=Laba bersih setelah pajakTotal aktiva x100% Rasio

Asset

=Fixed AssetTotal Asset x100% Rasio

Tingkat

=Total Biaya Depresiasi dan AmortisasiTotal Aktiva x 100 %

(8)

LanjutanTabel 3.2. Defenisi Operasionalisasi Variabel

n`oa ae pqbras _tare uvh

=Total Ekuitasx100%Total Hutang

Sebelum dilakukannya sebuah pengujian hipotesis dengan menggunakan

analisis regresi, maka yang diperlukan terlebih dahulu adalah melakukan

pengujian dengan menggunakan uji asumsi klasik yang meliputi pengujian antara

lain: Uji Multikolinieritas dan Uji Heteroskedastisitas. Dimana menurut Ghozali

(2006) akan dijabarkan antara lain sebagai berikut:

A. Uji Multikolinieritas

Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi

ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Model regresi

yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel independen.

Ada atau tidaknya multikolinearitas dapat diketahui atau dilihat dari

(9)

masing-masing variabel bebas lebih besar dari 0,8 maka terjadi

multikolinearitas.

B. Uji Non-Autokorelasi

Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah model regresi linier ada

korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan

pengganggu pada periode sebelumnya (t-1). Jika terjadi korelasi maka

dinamakan ada problem autokorelasi. Ada beberapa cara untuk mendeteksi

gejala autokorelasi dilakukan uji Durbin Watson (DW test) pada program

Eviews. Uji Durbin-Watson dilakukan dengan membandingkan nilai

Durbin-Watson dari hasil perhitungan dengan nilai F tabel.

C. Uji Heteroskedastisitas

Heteroskedastisitas terjadi bila variansnya tidak konstan, sehingga

seakan-akan ada beberapa kelompok data yang mempunyai besaran eror

yang berbeda-beda sehingga bila diplotkan dengan nilai Ŷi akan membentuk

suatu pola. Pengujian yang dilakukan dengan fixed effect model adalah

pengujian heteroskedastisitas.

Uji heteroskedastisitas dilakukan untuk mengetahui apakah varians

residual absolute sama atau tidak sama untuk semua observasi data. Uji

heteroskedastisitas dilakukan dengan menggunakan Eviews dimana data

panel dinyatakan bebas heteroskedastisitas dengan probabilitas signifikan

(10)

3.8.Metode Analisis Data Panel.

3.8.1. Metode Analisis Statistik Deskriptif

Analisa data dilakukan dengan menggunakan metode analisa statitik

deskriptif yaitu dengan mengumpulkan, mengolah, dan menginterpretasikan data

yang diperoleh sehingga memberi keterangan yang benar dan lengkap untuk

pemecahan masalah yang dihadapi. Statistik deskriptif memberikan gambaran

atau deskripsi masing-masing variabel yang dilihat dari nilai rata-rata (mean),

standar deviasi, varian, maksimum, minimum, sum, range, kurtosis, dan skewness

(Ghozali, 2013). Hasil nilai rata-rata (mean) menunjukkan gambaran umum data

tanpa menunjukkan perbedaan satu sama lain dalam set data. Hasil standar

deviasi, varian, maksimum, dan minimum akan menunjukkan hasil analisis

terhadap dispersi setiap variabel. Sedangkan hasil skewness dan kurtosis akan

menunjukkan bagaimana variabel terdistribusi. Hasil varian dan standar deviasi

akan menunjukkan penyimpangan variabel terhadap nilai rata-rata.

3.8.2. Penentuan Model Estimasi antara Common Effect Model (CEM) dan

Fixed Effect Model (FEM) dengan Uji Chow.

Pendekatan CEM merupakan pendekatan yang cukup sederhana. Teniknya

hampir sama seperti membuat regresi dengan data cross section atau times series.

Namun untuk data panel, perlu mengkombinasikan data cross section dengan data

time series terlebih dahulu sebelum memulai regresi. Metode ini bisa menggunakan Ordinary Least Square (OLS) atau teknik kuadrat terkecil untuk

(11)

Pendekatan FEM mengasumsikan bahwa adanya variabel-variabel yang

tidak semuanya masuk dalam persamaan model memungkinkan adanya intersep

yang tidak konstan. Artinya intersep ini mungkin berubah untuk setiap individu

dan waktu.

Uji Chow dilakukan dengan kriteria pengujian:

Ho = CEM

H1 = FEM

Tolak Ho jika p-value< nilai signifikansi (0,05); maka H1diterima.

3.8.3. Analisis Regresi Linear Berganda

Metode yang di gunakan untuk analisis data adalah peralatan analisis jalur

(path analysis) yang merupakan pengembangan langsung bentuk regresi berganda

dengan tujuan untuk memberikan estimasi tingkat kepentingan (magnitude) dan

signifikansi (significance) hubungan sebab akibat hipotetikal dalam seperangkat

variable dan pengolahan data menggunakan software EViews 7.0.

Gambar 3.1 Bagan Struktur Diagram Jalur

Ԑ1 Ԑ2

Asset Tangibility (X2)

Nilai

Perusahaan (Y) Struktur Modal (Z)

Tingkat Pertumbuhan (X3)

Ukuran Perusahaan (X4)

(12)

Berdasarkan kerangka konseptual yang telah dijelaskan sebelumnya maka

dapat dibentuk bagan struktur diagram jalur untuk melihat hubungan antara

variabel independen dengan variabel dependen yaitu pada Gambar 3.1

3.8.4. Pengaruh Langsung dan Pengaruh Tidak Langsung pada Variabel

1. Pengaruh Langsung (Direct Effect)

Pengaruh langsung (direct effect) pada variabel penelitian ini adalah

a. Pengaruh variabel profitabilitas (X1) terhadap struktur modal (Z) secara

langsung dapat diformulasikan sebagai berikut:

X1 Z =

ρ

1

b. Pengaruh variabel asset tangibility (X2) terhadap struktur modal (Z) secara

langsung dapat diformulasikan sebagai berikut:

X2 Z =

ρ

2

c. Pengaruh variabel tingkat pertumbuhan (X3) terhadap struktur modal (Z)

secara langsung dapat diformulasikan sebagai berikut:

X3 Z =

ρ

3

d. Pengaruh variabel ukuran perusahaan (X4) terhadap struktur modal (Z)

secara langsung dapat diformulasikan sebagai berikut:

X4 Z =

ρ

4

e. Pengaruh variabel non-debt tax shield (X5) terhadap struktur modal (Z)

secara langsung dapat diformulasikan sebagai berikut:

X5 Z =

ρ

5

(13)

X1 Y =

ρ

6

g. Pengaruh variabel asset tangibility (X2) terhadap nilai perusahaan (Y)

secara langsung dapat diformulasikan sebagai berikut:

X2 Y =

ρ

7

h. Pengaruh variabel tingkat pertumbuhan (X3) terhadap nilai perusahaan (Y)

secara langsung dapat diformulasikan sebagai berikut:

X3 Y =

ρ

8

i. Pengaruh variabel ukuran perusahaan (X4) terhadap nilai perusahaan (Y)

secara langsung dapat diformulasikan sebagai berikut:

X4 Y =

ρ

9

j. Pengaruh variabel non-debt tax shield (X5) terhadap nilai perusahaan (Y)

secara langsung dapat diformulasikan sebagai berikut:

X5 Y =

ρ

10

k. Pengaruh variabel struktur modal (Z) terhadap nilai perusahaan (Y) secara

langsung dapat diformulasikan sebagai berikut:

Z Y =

ρ

11

2. Pengaruh Tidak Langsung (Indirect Effect)

Pengaruh tidak langsung (indirect effect) pada penelitian ini adalah

a. Pengaruh variabel profitabilitas (X1) terhadap variabel nilai perusahaan

(Y) melalui struktur modal (Z) dapat diformulasikan sebagai berikut:

X1 Z Y = (

ρ

1) (

ρ

11)

b. Pengaruh variabel asset tangibility (X2) terhadap variabel nilai perusahaan

(14)

X2 Z Y = (

ρ

2) (

ρ

11)

c. Pengaruh variabel tingkat pertumbuhan (X3) terhadap variabel nilai

perusahaan (Y) melalui struktur modal (Z) dapat diformulasikan sebagai

berikut:

X3 Z Y = (

ρ

3) (

ρ

11)

d. Pengaruh variabel ukuran perusahaan (X4) terhadap variabel nilai

perusahaan (Y) melalui struktur modal (Z) dapat diformulasikan sebagai

berikut:

X4 Z Y = (

ρ

4) (

ρ

11)

e. Pengaruh variabel non-debt tax shield (X5) terhadap variabel nilai

perusahaan (Y) melalui struktur modal (Z) dapat diformulasikan sebagai

berikut:

X5 Z Y = (

ρ

5) (

ρ

11)

3. Pengaruh Total (Total Effect)

Pengaruh total (Total Effect) dari variabel–variabel bebas terhadap

variabel terikat ditotalkan dengan formula sebagai berikut:

a. Pengaruh variabel profitabilitas (X1) terhadap variabel nilai perusahaan

(Y) melalui struktur modal (Z) dapat diformulasikan sebagai berikut:

X1 Z Y = (

ρ

6) + (

ρ

1) (

ρ

11)

b. Pengaruh asset tangibility (X2) terhadap variabel nilai perusahaan (Y)

melalui struktur modal (Z) dapat diformulasikan sebagai berikut

(15)

c. Pengaruh variabel tingkat pertumbuhan (X3) terhadap variabel nilai

perusahaan (Y) melalui struktur modal (Z) dapat diformulasikan sebagai

berikut:

X3 Z Y = (

ρ

8) + (

ρ

3) (

ρ

11)

d. Pengaruh variabel ukuran perusahaan (X4) terhadap variabel nilai

perusahaan (Y) melalui struktur modal (Z) dapat diformulasikan sebagai

berikut:

X4 Z Y = (

ρ

9) + (

ρ

4) (

ρ

11)

e. Pengaruh variabel non-debt tax shield (X5) terhadap variabel nilai

perusahaan (Y) melalui struktur modal (Z) dapat diformulasikan sebagai

berikut:

X5 Z Y = (

ρ

10) + (

ρ

5) (

ρ

11)

3.9. Pengujian Hipotesis

Selanjutnya untuk menguji hipotesis yang diajukan mengenai pengaruh

variabel independen terhadap variabel dependen, maka digunakan analisis statistik

Uji Statistik F, Uji Statistik t dan koefisien determinasi (R2). Pengaruh variabel

independen terhadap variabel dependen di uji dengan tingkat kepercayaan 95%

atau signifikansinya α= 5%. Sedangkan untuk model penelitian kedua yaitu

variabel moderating dapat dilakukan dengan tiga cara yaitu: Uji Interaksi, Uji

Selisih Mutlak dan Uji Residual. Dalam Penelitian ini untuk model kedua

menggunakan Uji Residual. Dalam melakukan pengolahan data dapat digunakan

(16)

Pengujian hipotesis dilakukan untuk menjawab hipotesis pada penelitian

ini. Model analisis data yang dipergunakan adalah analisis jalur, dengan model,

yaitu sebagai berikut:

Sub Model 1 = Z =

ρ

0 +

ρ

1X1 +

ρ

2X2 +

ρ

3X3 +

ρ

4X4 +

ρ

5X5 + D1 +

ε

1

Sub Model 2 = Y =

ρ

0 +

ρ

1X1 +

ρ

2X2 +

ρ

3X3 +

ρ

4X4 +

ρ

5X5 +

ρ

6Z + D1+

ε

2

Keterangan :

X1 = Profitabilitas

X2 = Asset Tangibility

X3 = Tingkat pertumbuhan

X4 = Ukuran Perusahaan

X5 = Non-Debt Tax Shield

Z = Struktur Modal Y = Nilai Perusahaan

D1 = dummy negara Indonesia dan negara lainnya.

ρ

0 = Konstanta

ρ

1–

ρ

6 = Koefisien Variabel Bebas

ε = Term of error

3.9.1. Uji Serempak (Uji F)

Uji F digunakan untuk menguji signifikansi pengaruh dari semua variabel

bebas secara keseluruhan terhadap variabel terikat. Pengaruh variabel bebas

terhadap variabel terikat diuji dengan tingkat kepercayaan (confidence interval)

95% atau α= 5%. Pada uji F, dengan tingkat kepercayaan (confidence interval)

95% dengan α= 0,5, apabila hasil perhitungan nilai Fhitung lebih besar dari Ftabel

maka H0ditolak dan H1 diterima, hal ini berarti bahwa variabel-variabel bebasnya

secara bersama-sama mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel

(17)

ditolak, hal ini berarti bahwa variabel-variabel bebasnya secara bersama-sama

tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel terikatnya.

Pengaruh seluruh variabel dilihat dari hasil regresi pada tabel ANNOVA pada

kolom F serta tingkat signifikansi dari model tersebut, yaitu:

a. Jika p – Value (kolom siq) ≤ 5% dan Fhitung > Ftabel ; maka tolak H0 dan

terima H1. Artinya seluruh variabel independen berpengaruh secara

simultan terhadap variabel dependen.

b. Jika p – Value (kolom siq) > 5% dan Fhitung≤ Ftabel; maka terima H0 dan

tolak H1. Artinya seluruh variabel independen tidak berpengaruh secara

simultan terhadap variabel dependen.

a. Substruktur 1

Pengujian hipotesis untuk uji serempak pada persamaan substruktur 1

adalah sebagai berikut:

H0 :

ρ

1,

ρ

2,

ρ

3,

ρ

4,

ρ

5 = 0 Dari hipotesis di atas maka secara simultan

profitabilitas (ROA), asset tangibility (FATA),

tingkat pertumbuhan (growth), ukuran perusahaan

(size) dan non-debt tax shield (NDTS) tidak

berpengaruh terhadap struktur modal.

H1 :

ρ

1,

ρ

2,

ρ

3,

ρ

4,

ρ

5 ≠ 0 Dari hipotesis di atas maka secara simultan

profitabilitas (ROA), asset tangibility (FATA),

tingkat pertumbuhan (growth), ukuran perusahaan

(size) dan non-debt tax shield (NDTS) berpengaruh

(18)

a. Substruktur 2

Pengujian hipotesis untuk uji serempak pada persamaan substruktur 2

adalah sebagai berikut:

H0 :

ρ

1,

ρ

2,

ρ

3,

ρ

4,

ρ

5,

ρ

6 = 0 Dari hipotesis di atas maka secara simultan

profitabilitas (ROA), asset tangibility (FATA),

tingkat pertumbuhan (growth), ukuran perusahaan

(size), non-debt tax shield (NDTS) dan struktur

modal tidak berpengaruh terhadap nilai

perusahaan.

H1 :

ρ

1,

ρ

2,

ρ

3,

ρ

4,

ρ

5,

ρ

6 ≠ 0 Dari hipotesis di atas maka secara simultan

profitabilitas (ROA), asset tangibility (FATA),

tingkat pertumbuhan (growth), ukuran perusahaan

(size) dan non-debt tax shield (NDTS) dan struktur

modal berpengaruh terhadap nilai perusahaan..

3.9.2. Uji Parsial (Uji t)

Untuk menguji hipotesis secara parsial digunakan statistik t (uji t). Jika

nilai thitung > ttabel atau sig < 0,05 maka H0 ditolak dan H1 diterima, sedangkan jika

thitung < ttabel atau sig > 0,05 maka H0 diterima dan H1 ditolak. Pengujian-pengujian

diatas dilakukan dengan menggunakan software Eviews7.

Selain itu juga derajat kebebasan dari ttabel dapat dihitung dari rumus

jumlah sampel dikurangi dengan jumlah variabel dari penelitian df = n – k,

(19)

a. Substruktur 1

Pengujian hipotesis untuk uji parsial pada persamaan substruktur 1

adalah:

H0:

ρ

1 = 0, artinya tidak terdapat pengaruh positif dan signifikan antara

profitabilitas terhadap struktur modal.

H1:

ρ

1 > 0, artinya terdapat pengaruh positif dan signifikan antara profitabilitas

terhadap struktur modal.

H0:

ρ

2 = 0, artinya tidak terdapat pengaruh positif dan signifikan antara asset

tangibility terhadap struktur modal.

H1:

ρ

2 > 0, artinya terdapat pengaruh positif dan signifikan antara asset

tangibility terhadap struktur modal.

H0:

ρ

3 = 0, artinya tidak terdapat pengaruh positif dan signifikan antara tingkat

pertumbuhan terhadap struktur modal.

H1:

ρ

3 > 0, artinya terdapat pengaruh positif dan signifikan antara tingkat

pertumbuhan terhadap struktur modal.

H0:

ρ

4 = 0, artinya tidak terdapat pengaruh positif dan signifikan antara ukuran

perusahaan terhadap struktur modal.

H1:

ρ

4 > 0, artinya terdapat pengaruh positif dan signifikan antara ukuran

perusahaan terhadap struktur modal.

H0:

ρ

5 = 0, artinya tidak terdapat pengaruh positif dan signifikan antara

non-debt tax shiel terhadap struktur modal.

H1:

ρ

5 > 0, artinya terdapat pengaruh positif dan signifikan antara non-debt tax

(20)

b. Substruktur 2

Pengujian hipotesis untuk uji Parsial pada persamaan substruktur 2

adalah sebagai berikut:

H0:

ρ

1 = 0, artinya tidak terdapat pengaruh positif dan signifikan antara

profitabilitas terhadap nilai perusahaan.

H1:

ρ

1 > 0, artinya terdapat pengaruh positif dan signifikan antara profitabilitas

terhadap nilai perusahaan.

H0:

ρ

2 = 0, artinya tidak terdapat pengaruh positif dan signifikan antara asset

tangibility terhadap nilai perusahaan.

H1:

ρ

2 > 0, artinya terdapat pengaruh positif dan signifikan antara asset

tangibility terhadap nilai perusahaan.

H0:

ρ

3 = 0, artinya tidak terdapat pengaruh positif dan signifikan antara tingkat

pertumbuhan terhadap nilai perusahaan.

H1:

ρ

3 > 0, artinya terdapat pengaruh positif dan signifikan antara tingkat

pertumbuhan terhadap nilai perusahaan.

H0:

ρ

4 = 0, artinya tidak terdapat pengaruh positif dan signifikan antara ukuran

perusahaan terhadap nilai perusahaan.

H1:

ρ

4 > 0, artinya terdapat pengaruh positif dan signifikan antara ukuran

perusahaan terhadap nilai perusahaan.

H0:

ρ

5 = 0, artinya tidak terdapat pengaruh positif dan signifikan antara

non-debt tax shiel terhadap nilai perusahaan.

H1:

ρ

5 > 0, artinya terdapat pengaruh positif dan signifikan antara non-debt tax

(21)

H0:

ρ

6 = 0, artinya tidak terdapat pengaruh positif dan signifikan antara

struktur modal terhadap nilai perusahaan.

H1:

ρ

6 > 0, artinya terdapat pengaruh positif dan signifikan antara struktur

modal terhadap nilai perusahaan.

Keputusan untuk pengujian pengaruh tidak langsung dilakukan dengan

kontribusi pengaruh tidak langsung dengan pengaruh total. Penilaian efek

intervensi variabel ditentukan sebagai berikut :

a) Apabila kontribusi pengaruh tidak langsung > 80% maka variabel

struktur modal dinyatakan sebagai variabel intervensi penuh.

b) Apabila kontribusi pengaruh tidak langsung diantara atau sama dengan

20% sampai 80% maka variabel struktur modal dinyatakan sebagai

variabel intervensi sebagian atau parsial.

c) Apabila kontribusi pengaruh tidak langsung < 20% maka variabel

struktur modal dinyatakan bukan variabel intervensi.

Pengujian signifikansi pengaruh tidak langsung dilakukan dengan

menggunakan uji sobel dengan ketentuan :

jika tsobel > ttabel maka terdapat pengaruh siginifikan dari intervensi

jika tsobel ≤ ttabel maka tidak terdapat pengaruh siginifikan dari intervensi.

3.9.3. Koefisien Determinasi (R2)

Koefisien determinasi (R2) atau adjusted R2 digunakan untuk mengetahui

besarnya pengaruh variabel independen secara serempak terhadap variabel

dependen. Nilai koefisien determinasi mempunyai nilai 0 (nol) sampai dengan 1

(22)

variabel dependen dan jika R2 = 1 berarti variabel independen yang digunakan

dalam model menjelaskan 100% variasi variabel dependen. Semakin besar nilai

R2 maka semakin besar pengaruh serempak variabel independen terhadap variabel

dependen, demikian juga sebaliknya semakin kecil nilai R2 maka semakin kecil

(23)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Penelitian

4.1.1. Gambaran Umum Bursa Efek Masing-Masing Negara Asia Tenggara

Pasar modal merupakan tempat perdagangan instrumen keuangan berupa

sekuritas jangka panjang dalam bentuk modal (saham) atau utang (bond) yang

diterbitkan oleh pemerintah ataupun swasta. Pasar modal di Asia Tenggara masih

sebagian negara yang memiliki dapat di terangkan pada tabel 4.1.

Tabel 4.1

Bursa Efek di Negara-negara Asia Tenggara

Nama Negara Nama Bursa Efek Link

Indonesia Bursa Efek Indonesia www.bursaefekindonesia.com

Malaysia Bursa Malaysia www.bursamalaysia.com

Singapura Singapura Exchange www.sgx.com Filipina The Philippine Stock

Exchange, Inc www.pse.com.ph Thailand The Stock Exchange of

Thailand www.set.or.th

Sumber: Diolah (2016)

4.1.1.1. Bursa Efek Indonesia (Indonesia)

Pasar modal di Indonesia disebut dengan Bursa Efek Indonesia yang dapat

diakses melalui situs idx.co.id. Visi Bursa Efek Indonesia adalah menjadi bursa

yang kompetitif dengan kredibilitas tingkat dunia. Misi Bursa Efek Indonesia

adalah menciptakan daya saing untuk menarik investor dan emiten, melalui

pemberdayaan anggota bursa dan partisipan, penciptaan nilai tambah, efisiensi

biaya serta penerapan good governance. Rangkuman sejarah pasar modal di

(24)

Tabel 4.2

Sejarah Pasar Modal Indonesia

Tanggal Keterangan

Desember 1912 Bursa Efek pertama di Indonesia dibentuk di Batavia oleh Pemerintah Hindia Belanda

1914 – 1918 Bursa Efek di Batavia Ditutup Selama Perang Dunia I

1925 – 1942 Bursa Efek di Jakarta dibuka kembali bersama dengan Bursa Efek di Semarang dan Surabaya

Awal tahun 1939 Karena isu politik (Perang Dunia II) Bursa Efek di Semarang dan Surabaya ditutup

1942 – 1952 Bursa Efek di Jakarta ditutup kembali selama Perang Dunia II

1956 Program nasionalisasi perusahaan Belanda. Bursa Efek semakin tidak aktif

1956 – 1977 Perdagangan di Bursa Efek vakum

10 Agustus 1977

Bursa Efek diresmikan kembali oleh Presiden Soeharto.

BEJ dijalankan dibawah BAPEPAM (Badan Pelaksana Pasar Modal).

Pengaktifan kembali pasar modal dan ditandai dengan go public PT Semen Cibinong sebagai emiten pertama

1977 – 1987

Perdagangan dibursa efek sangat lesu. Jumlah emiten hingga 1987 baru mencapai 24. Masyarakat lebih memilih instrument perbankan dibandingkan instrument Pasar Modal.

1987

Ditandai dengan hadirnya Paket Desember 1987 (PAKDES 87) yang memberikan kemudahan bagi perusahaan untuk melakukan penawaran umum dan investor asing menanamkan modal di Indonesia.

1988 – 1990

Paket deregulasi dibidang perbankan dan pasar modal diluncurkan.

Pintu BEJ terbuka untuk asing. Aktivitas bursa terlihat meningkat.

2 Juni 1988

Bursa parallel Indonesia (BPI) mulai beroperasi dan dikelola oleh persatuan perdagangan uang dan efek (PPUE), sedangkan organisasinya terdiri dari broker dan dealer.

Desember 1988

Pemerintah mengeluarkan paket Desember 88 (PAKDES 88) yang memberikan kemudahan perusahaan untuk go public dan beberapa kebijakan lain yang positif bagi pertumbuhan pasar modal.

16 Juni 1989 Bursa efek Surabaya mulai beroperasi dan dikelola oleh perseroan terbatas milik swasta yaitu PT Bursa Efek Surabaya

13 Juli 1992

Swastanisasi BEJ.

BAPEPEAM berubah menjadi badan pengawas pasar modal. Tanggal ini diperingati sebagai HUT BEJ.

22 Mei 1995 Sistem otomasi perdaganag di BEJ dilaksanakan dengan system computer JATS (Jakarta Automated Trading System)

10 November 1995

(25)

Lanjutan Tabel 4.2 Sejarah Pasar Modal Indonesia

Tanggal Keterangan

1995 Bursa parallel Indonesia merger dengan Bursa Efek Surabaya 1996 Didirikannya PT Kliring Penjamin Efek Indonesia (KPEI) 1997 Didirikannya PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI)

2000 BEJ Sistem perdagangan Tanpa Warkat (scripless trading) mulai diaplikasikan di pasar modal Indonesia

2002 BEJ mulai mengaplikasikan sistem perdagangan jarak jauh (remote trading)

2004 Peluncuran perdagangan kontrak opsi saham

2005 Penyediaan fasilitas bursa di Disaster Recovery Center 2006 Penerapan prosedur Business Contingency Plan

2007

Penggabungan Bursa Efek Surabaya (BES) ke Bursa Efek Jakarta (BEJ) dan berubah nama menjadi Bursa Efek Indonesia (BEI)

2008 Sertifikasi 9001:2000 untuk fungsi perdagangan, pencatatan dan manajemen keuangan

02 Maret 2009 Peluncuran perdana sistem perdagangan baru PT Bursa Efek Indonesia: JATS-NextG

2010 Sertifikasi ISO 9001:2008 untuk seluruh fungsi yang ada di BEI Pendirian The Indonesian Capital Market Institute (TICMI)

2011

Penerapan jaringan Terpadu Pasar Modal

Pembangunan Galeri BEI yang menggantikan area trading floor yang berfungsi sebagai pusat edukasi dan informasi pasar modal Indonesia

Peluncuran Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI)

2012

Peluncuran Indeks IDX30 dan Indeks Infobank15

Serifikasi ISO 27001:2005 sertifikasi sistem manajemen keamanan informasi untuk sistem pengawasan transaksi

Pendirian PT Penyelenggara Program Perlindungan Investor Efek Indonesia (P3IEI)

2013 Perubahan waktu perdagangan

Peluncuran Indeks MNC36 dan New IDXnet

2014

Penurunan satuan perdagangan dan penyederhanaan fraksi harga

Perubahan ketentuan jumlah saham yang beredar Sumber: http://www.idx.co.id (2016)

4.1.1.2. Bursa Malaysia (Malaysia)

Bursa Malaysia adalah sebuah perusahaan holding company yang

didirikan pada tahun 1973 dan terdaftar pada tahun 2005. Bursa malaysia

(26)

perusahaan di 60 kegiatan ekonomi. Perusahaan dari sektor ekonomi yang

terdaftar baik di Pasar utama untuk perusahaan berkapitalisasi besar atau di Pasar

ACE untuk perusahaan semua ukuran. Bursa Malaysia mengadopsi FTSE Bursa

Malaysia KLCI nilai indeks utama.

Bursa Malaysia menawarkan berbagai produk yang meliputi ekuitas,

derivatif, futures dan options, dan aset islam, serta layanan exchange-terkait

seperti daftar, perdagangan, kliring dan penyimpanan. Selain itu, Bursa

menawarkan pilihan investasi lain yang mencakup skema investasi kolektif seperti

Exchange Traded Funds (ETFs), Real Estate Investment Trust (REITs), Traded Exchange dan sukuk bisnis trust (ETBS). Bursa Malaysia mengadopsi nilai-nilai FTSE Bursa Malaysia KLCI sebagai indeks utama dan memperkenalkan Indeks

Bursa Malaysia FTSE4 pada tahun 2014.

Pada bulan Mei 2015, Bursa berkomitmen untuk mempromosikan strategi

berkelanjutan di antara emiten pada pasar dengan inisiatif bergabung di Bursa

Efek Berkelanjutan PBB (SSE). Malaysia diakui untuk Crude Palm Oil nya

Kontrak Berjangka (FCPO), yang diluncurkan 35 tahun yang lalu dan merupakan

patokan harga global untuk industri kelapa sawit. Bursa Malaysia berkomitmen

untuk menyediakan infrastruktur fasilitatif untuk membuat pasar global yang

kompetitif dan bersemangat serta mempertahankan pasar perdagangan yang

efisien, aman dan aktif untuk investor lokal dan global. Dalam membantu

perkembangan pasar modal Malaysia, Bursa Malaysia berkomitmen untuk

menyediakan infrastruktur yang diperlukan untuk membuat pasar global yang

(27)

4.1.1.3. Singapura Exchange (Singapura)

Singapore Exchange (SGX) adalah Perusahaan bursa efek terkemuka di Asia dan terpercaya di pasar, memfasilitasi pertukaran modal dan nilai-nilai untuk

menciptakan nilai bagi orang, bisnis dan ekonomi. Sebagai multi-aset ekuitas

operasi pertukaran, pendapatan tetap dan pasar derivatif dengan standar peraturan

tertinggi, SGX adalah bisnis yang terintegrasi secara vertikal yang menyediakan

daftar, perdagangan, kliring, rekapitulasi, penyimpanan dan layanan data. Dengan

sekitar 40% dari perusahaan yang terdaftar dan 90% dari obligasi yang tercatat

berasal dari luar Singapura serta hubungan didirikan di seluruh wilayah dan di

Eropa, SGX adalah pertukaran paling internasional dan terhubung Asia.

SGX menawarkan rangkaian lengkap produk derivatif di seluruh indeks

saham Asia, komoditas dan mata uang, SGX adalah pasar offshore paling likuid di

dunia untuk indeks saham acuan China, India, Jepang dan ASEAN. SGX salah

satu yang bursa yang pertama melakukan pertukaran global untuk mengadopsi

prinsip infrastruktur pasar keuangan, mitra penyeimbang sentral yang pertama

sepenuhnya disetujui oleh regulator AS sebagai organisasi kliring derivatif dan

dewan luar negeri perdagangan, dan diakui oleh Uni Eropa untuk kedua sekuritas

dan derivatif. Sebagai mitra pengimbang sentral perintis Asia, SGX secara global

diakui untuk manajemen risiko dan kliring kemampuannya. Pada 2015, SGX

dianugerahi derivatives exchange of the year asia risk, futures and world options,

Global Capital serta Central Counter Party (CCP) of the year investors risk Asia.

4.1.1.4. The Philippine Stock Exchange, Inc (Filipina)

Bursa Efek Filipina (PSE) adalah satu-satunya bursa di Filipina. Ini adalah

(28)

Bursa Efek Manila pada tahun 1927. Saat ini memelihara dua lantai perdagangan,

satu di Pusat PSE (tektite), Ortigas Center di Pasig City, dan satu di kantor

utamanya di ayala tower one di central business district makati city. PSE terdiri

dari 15 orang dewan direksi dengan Jose T. Pardo sebagai Ketua.

Indeks utama untuk PSE adalah PSEi, yang terdiri dari kumpulan tetap

tiga puluh (30) perusahaan yang terdaftar. The PSEi mengukur perubahan relatif

dalam kapitalisasi pasar mengambang bebas disesuaikan dari 30 saham biasa

terbesar paling aktif yang terdaftar di PSE itu. Pemilihan perusahaan di PSEi

didasarkan pada seperangkat kriteria spesifik yang mengambang ke publik,

likuiditas dan kapitalisasi pasar. Ada juga enam indeks berbasis sektor lebih luas

dari semua indeks saham.

4.1.1.5. The Stock Exchange of Thailand (Thailand)

Pada tahun 1961 Pertama Thailand melaksanakan lima tahun rencana

pembangunan ekonomi dan sosial nasional untuk mendukung peningkatan

pertumbuhan ekonomi dan stabilitas serta untuk mengembangkan standar

kesejahteraan hidup. Rencana pembangunan ekonomi dan sosial nasional

(1967-1971) mengusulkan untuk pertama kalinya bahwa pasar surat berharga dibentuk

teratur untuk memobilisasi modal tambahan bertujuan untuk pembangunan

ekonomi nasional. Penciptaan pertama pasar resmi disetujui dan diatur sekuritas

Thailand awalnya diusulkan sebagai bagian dari rencana pembangunan ekonomi

dan sosial nasional kedua (1967-1971). Dalam menguraikan proposal untuk

penciptaan pasar sekuritas akan lebih diawasi, rencana pembangunan nasional

menekankan bahwa peran pasar yang paling penting akan memobilisasi dana

(29)

Pasar modal Thailand modern pada dasarnya dapat dibagi menjadi dua

dimulai dengan "The Bangkok Bursa Efek" yang milik pribadi, diikuti dengan

pembentukan "The Securities Exchange of Thailand" meskipun berdirinya BSE

agak tidak aktif. Nilai omset tahunan terdiri dari 160 juta baht pada tahun 1968,

dan 114 juta baht pada tahun 1969. Volume perdagangan terus menurun tajam

setelah menjadi 46 juta baht pada tahun 1970, dan kemudian 28 juta baht pada

tahun 1971. Omset di obligasi mencapai 87 juta baht di 1972, namun saham terus

tampil buruk, dengan omset memukul rendah sepanjang waktu hanya 26 juta baht.

BSE akhirnya menghentikan operasinya di awal 1970-an.

Pada tahun 1969 BSE direkomendasikan oleh Bank Dunia, pemerintah

memperoleh layanan dari profesor Sidney M. Robbins dari columbia university

untuk mempelajari saluran pengembangan pasar modal Thailand. Profesor

Robbins sebelumnya menjabat sebagai kepala ekonom di sekuritas and exchange

commission Amerika Serikat. Pada tahun yang sama terbukti satu kejadian untuk

pasar ibukota Thailand, karena Bank of Thailand juga membentuk kelompok kerja

pengembangan pasar modal, yang diberi tugas untuk membangun pasar saham.

Setahun kemudian, pada tahun 1970, Profesor Robbins menghasilkan laporan

komprehensif berjudul "a stock market in Thailand". Laporan ini menjadi rencana

induk untuk pengembangan masa depan pasar ibukota Thailand.

Pada tahun 1972 Pemerintah mengambil langkah lebih lanjut dalam arah

mengubah "pengumuman dewan eksekutif nomor 58 tentang pengawasan usaha

commercial yang mempengaruhi keselamatan publik dan kesejahteraan".

Perubahan diperpanjang oleh kontrol pemerintah dan regulasi atas operasi

(30)

Berikut amandemen, pada bulan Mei 1974 yang ditunggu-tunggu

diberlakukannya undang-undang mendirikan "The Securities Exchange of

Thailand" (SET). Hal ini diikuti oleh revisi Revenue Code di akhir tahun,

sehingga investasi tabungan di pasar modal. Pada tahun 1975 kerangka legislatif

dasar berada di tempat dan pada tanggal 30 April 1975, "Bursa Efek Thailand"

resmi mulai perdagangan. Pada 1 Januari 1991 namanya secara resmi berubah

menjadi "The Stock Exchange of Thailand".

4.1.2. Hasil Analisis Statistik Deskriptif

Analisa statistik deskriptif untuk data panel pada penelitian ini

menggunakan aplikasi Eviews. Hal ini untuk mengetahui jumlah rata-rata, nilai

minimum, nilai maksimum dan lainnya dari setiap variabel. Dalam penelitian ini,

variabel yang digunakan dalam perhitungan statistik deskriptif adalah

profitabilitas, asset tangibility, tingkat pertumbuhan, ukuran perusahaan, non-debt

tax shield, struktur modal, dan nilai perusahaan. Berdasarkan analisis statistik deskriptif diperoleh gambaran sampel sebagai berikut:

Tabel 4.3

Statistik Deskriptif dari Profitabilitas, Asset Tangibility, Tingkat Pertumbuhan, Ukuran Perusahaan, Non-Debt Tax Shield, Struktur Modal,

Nilai Perusahaan

Ket ROA FATA GROWTH SIZE NDTS Struktur

Modal

Nilai Perusahaan Mean 0.0817 0.3319 0.0416 19.0046 0.0329 0.8105 3.1349 Median 0.0652 0.3087 0.0288 18.6609 0.0282 0.6321 0.6737 Maximum 0.8633 0.8463 0.6894 24.7157 0.4072 7.4398 214.5331 Minimum 0.0003 0.0124 -0.9952 15.2848 0.0002 0.0348 -0.7363 Std. Dev. 0.0804 0.1843 0.1180 1.7197 0.0318 0.7508 14.9518 Skewness 3.4114 0.4601 -0.0623 0.8187 7.3376 3.1658 10.0875 Kurtosis 23.9107 2.5846 15.3733 3.3549 79.2510 21.3866 118.5188

Probability 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000

(31)

Berdasarkan Tabel 4.3 dapat menjelaskan bahwa variabel profitabilitas

dengan jumlah observasi sebanyak 633 data memiliki nilai minimum untuk tiga

data terendah, untuk terendah pertama yaitu perusahaan Star Petrcohem Tbk

(Indonesia) sebesar 0,0003 pada tahun 2015, dan untuk terendah kedua yaitu

perusahaan Pabrik Kertas Tjiwi Kimia Tbk (Indonesia) sebesar 0,0005 pada tahun

2015, serta untuk terendah ketiga yaitu perusahaan Star Petrcohem Tbk

(Indonesia) 0,0006 pada tahun 2014. Nilai profitabilitas rendah pada ketiga

perusahaan disebabkan ketidakmampuan perusahaan menekan beban operasional

(operasional expenses) yaitu beban bunga/margin, beban cadangan kerugian

penurunan nilai aset produktif dan beban tenaga kerja. Peningkatan beban

disebabkan oleh selisih kurs penjabaran laporan keuangan dalam mata uang asing

sehingga banyak beban-beban perusahaan yang mengalami peningkatan apalagi

perusahaan Star Petrcohem Tbk merupakan perusahaan tekstil yang masih

mengimport sebagian besar bahannya.

Sedangkan nilai maksimum rasio profitabilitas untuk tiga data tertinggi,

untuk tertinggi pertama yaitu perusahaan Surya Toto Indonesia Tbk (Indonesia)

sebesar 0,8633 pada tahun 2013, dan nilai tertinggi kedua perusahaan yaitu Multi

Bintang Indonesia Tbk (Indonesia) sebesar 0,6572 pada tahun 2013, serta nilai

tertinggi ke tiga yaitu perusahaan BRC Asia (Singapura) sebesar 0,5481 pada

tahun 2013. Nilai rasio profitabilitas tinggi pada ketiga perusahaan disebabkan

perusahaan mampu menekan beban operasional (operasional expenses) yaitu

beban bunga/margin, beban cadangan kerugian penurunan nilai aset produktif

(CKPN) dan beban tenaga kerja dibandingkan dengan perusahaan pesaingnya.

(32)

0,0804. Nilai standar deviasi yang lebih rendah dari nilai rata-rata

mengindikasikan distribusi data sudah baik pada variabel profitabilitas dalam

observasi penelitian ini.

Variabel asset tangibility dengan jumlah observasi sebanyak 633 data

memiliki nilai minimum untuk tiga data terendah, untuk terendah pertama yaitu

perusahaan YTL Land & Development Berhad (Malaysia) sebesar 0,0124 pada

tahun 2015, untuk nilai terendah kedua merupakan perusahaan yang sama sebesar

0,0130 pada tahun 2013, serta nilai terendah ketiga perusahaan yang sama juga

sebesar 0,0133 pada tahun 2014. Nilai asset tangibility redah pada perusahaan

Berhad YTL Land & Development (Malaysia) disebabkan oleh perusahaan

tersebut tidak memerlukan banyak aset tetap untuk beroperasi sehingga

perusahaan tersebut dapat meminimalkan biaya penyusutan.

Sedangkan nilai maksimum rasio asset tangibility untuk tiga data tertinggi,

urutan pertama dimiliki oleh perusahaan Roda Vivatex Tbk (Indonesia) sebesar

0,8463 pada tahun 2013, urutan kedua yaitu perusahaan Holcim Indonesia Tbk

(Indonesia) sebesar 0,8429 pada tahun 2014, serta urutan ketiga yaitu perusahaan

Khee San Berhad (Malaysia) sebesar 0,8399 pada tahun 2014. Nilai asset

tangibility tinggi pada ketiga perusahaan tersebut disebabkan oleh tingginya kebutuhan aset tetap dalam beroperasi seperti perusahaan Roda Vivatex Tbk

(Indonesia) yang merupakan perusahaan tekstil terbesar di Indonesia yang

membutuhkan banyak lahan dan mesin untuk beroperasi. Pada perusahaan Holcim

Indonesia Tbk yaitu perusahaan pembuatan semen memiliki rasio asset tangibility

yang tinggi karena membutuhkan lahan yang besar, peralatan industri berat dan

(33)

Diketahui rata-rata (mean) asset tangibility adalah 0,3319, dan standar

deviasinya 0,1843. Nilai standar deviasi yang lebih rendah dari nilai rata-rata

mengindikasikan distribusi data sudah baik pada variabel asset tangibily dalam

observasi penelitian ini.

Variabel tingkat pertumbuhan dengan jumlah observasi sebanyak 633 data

memiliki nilai minimum untuk tiga data terendah, untuk terendah pertama yaitu

perusahaan Boilermech Holdings Berhad [S] (Malaysia) sebesar -0,9952 pada

tahun 2013, untuk nilai terendah kedua yaitu perusahaan Champion Pacific

Indonesia Tbk (Indonesia) sebesar -0,2499 pada tahun 2013, dan nilai terendah

ketiga yaitu perusahaan Kabelindo Murni Tbk (Indonesia) sebesar -0,2379 pada

tahun 2013. Hasil ini mengindikasikan bahwa investor dari ketiga perusahaan

sangat mengharapkan deviden yang tinggi sehingga kebanyakan laba perusahaan

dibagikan ke investor berupa deviden sehingga laba ditahan sangat minim dalam

melakukan penambahan aset perusahaan. Tingkat pertumbuhan aset perusahaan

minus dikarenakan penyusutan aset lebih besar dari penambahan aset perusahaan.

Sedangkan nilai maksimum tingkat pertumbuhan untuk tiga data tertinggi,

urutan pertama dimiliki oleh perusahaan Banpu Public Company Limited

(Thailand) sebesar 0,6894 pada tahun 2013, urutan kedua yaitu perusahaan

Emperador Inc. (Filipina) sebesar 0,6296 pada tahun 2014, dan urutan ketiga yaitu

perusahaan Amplefield Ltd (Singapura) sebesar 0,5508 pada tahun 2014. Hasil ini

mengisyaratkan bahwa ketiga perusahaan ini tingkat pertumbuhan asetnya tinggi

dari tahun ke tahun. Tapi peningkatan pertumbuhan asetnya belum diketahui

asalnya apakah dari hutang maupun laba ditahan. Diketahui rata-rata (mean)

(34)

deviasi yang lebih besar dari nilai rata-rata mengindikasikan distribusi data yang

tidak merata pada tingkat pertumbuhan dalam observasi penelitian ini.

Variabel ukuran perusahaan dengan jumlah observasi sebanyak 633 data

memiliki nilai minimum untuk tiga data terendah, untuk terendah pertama yaitu

perusahaan Inter-Delta Tbk (Indonesia) sebesar 15,2848 pada tahun 2013, untuk

nilai terendah kedua yaitu perusahaan China Minzhong (Singapura) sebesar

15,3558 pada tahun 2013, dan nilai terendah ketiga perusahaan Inter-Delta Tbk

(Indonesia) sebesar 15.3985 pada tahun 2014. Hasil ini mengindikasikan bahwa

ketiga perusahaan tersebut memiliki total aset yang kecil. Ketiga perusahaan

adalah perusahaan yang memiliki total aset yang paling kecil jika dibandingkan

dengan perusahaan lainnya.

Sedangkan nilai maksimum ukuran perusahaan untuk tiga data tertinggi,

urutan pertama dimiliki oleh perusahaan PTT Public Company Limited (Thailand)

sebesar 24,7157 pada tahun 2013, urutan kedua merupakan perusahaan yang sama

sebesar 24,6785 pada tahun 2015, dan urutan ketiga perusahaan yang sama juga

sebesar 24,6266 pada tahun 2014. Hasil ini mengindikasikan bahwa PTT. Public

Company Limited perusahaan dengan total aset paling banyak. Perusahaan

tersebut berdiri pada tahun 2011 bergerak dibidang industri kimia dimana dalam

proses kegiatannya memerlukan banyak aktiva tetap. Diketahui rata-rata (mean)

ukuran perusahaan adalah 19,0046, dan standar 1,7197. Nilai standar deviasi yang

lebih rendah dari nilai rata-rata mengindikasikan distribusi data sudah baik pada

variabel ukuran perusahaan dalam observasi penelitian ini.

Variabel non-debt tax shield dengan jumlah observasi sebanyak 633 data

(35)

perusahaan YTL Land & Development Berhad (Malaysia) sebesar 0,0002 pada

tahun 2013, untuk nilai terendah kedua merupakan perusahaan yang sama sebesar

0,0002 pada tahun 2014, dan nilai terendah ketiga perusahaan yang sama juga

sebesar 0,0003 pada tahun 2015. Hasil ini mengindikasikan bahwa YTL Land &

Development Berhad (Malaysia) memiliki nilai depresiasi dan amortisasi yang

rendah. Dengan demikian pengurang aktiva tetap perusahaan kecil sehingga

penurunan total aktiva tidak banyak.

Sedangkan nilai maksimum non-debt tax shield untuk tiga data tertinggi,

urutan pertama dimiliki oleh perusahaan Akasha Wira International Tbk

(Indonesia) sebesar 0,4072 pada tahun 2014, urutan kedua merupakan perusahaan

yang sama sebesar 0,4032 pada tahun 2013, serta urutan ketiga perusahaan yang

sama juga sebesar 0,3598 pada tahun 2015. Hasil ini mengindikasikan bahwa

perusahaan Akasha Wira Internasional Tbk memiliki total depresiasi dan

amortisasi yang besar sehingga mengurangi aktiva tetap yang otomatis akan

mengurangi total aset. Perusahaan Akhasa Wira Internasional Tbk merupakan

perusahaan yang bergerak pada bidang air minuman botol dan produk kecantikan

dimana proses pembuatannya memerlukan banyak aktiva tetap. Diketahui

rata-rata (mean) non-debt tax shield adalah 0,0329, dan standar deviasinya 0,0318.

Nilai standar deviasi yang lebih rendah dari nilai rata-rata mengindikasikan

distribusi data sudah baik pada variabel non-debt tax shield dalam observasi

penelitian ini.

Variabel struktur modal dengan jumlah observasi sebanyak 633 data

memiliki nilai minimum untuk tiga data terendah, untuk terendah pertama yaitu

(36)

nilai terendah kedua yaitu perusahaan Bright Packaging Industry Berhad

(Malaysia) sebesar 0,0420 pada tahun 2014, serta nilai terendah ketiga yaitu

perusahaan Fibon Berhad (Malaysia) sebesar 0,0478 pada tahun 2014. Ini

mengindikasikan bahwa ketiga perusahaan merupakan pemilik hutang yang paling

sedikit dibandingkan dengan perusahaan lainnya. Ketiga perusahaan lebih senang

menggunakan ekuitas dalam menjalankan proses produksi perusahaan.

Sedangkan nilai maksimum struktur modal untuk tiga data tertinggi urutan

pertama dimiliki oleh perusahaan Jembo Cable Company Tbk (Indonesia) sebesar

7,4398 pada tahun 2013, urutan kedua yaitu perusahaan Indal Aluminium Industry

Tbk (Indonesia) sebesar 6,3406 pada tahun 2014, serta urutan ketiga perusahaan

yang sama Indal Aluminium Industry Tbk (Indonesia) sebesar 5,9721 pada tahun

2013. Hasil ini mengindikasikan bahwa kedua perusahaan merupakan perusahaan

yang memiliki hutang terbanyak dibandingkan dengan perusahaan lainnya.

Diketahui rata-rata (mean) struktur modal adalah 0,8105, dan standar deviasinya

0,7508. Nilai standar deviasi yang lebih rendah dari nilai rata-rata

mengindikasikan distribusi data sudah baik pada variabel struktur modal dalam

observasi penelitian ini.

Variabel nilai perusahaan dengan jumlah observasi sebanyak 633 data

memiliki nilai minimum untuk tiga data terendah, untuk terendah pertama yaitu

perusahaan Xingquan International Sports Holdings Limited (Malaysia) sebesar

-0,7363 pada tahun 2015, untuk nilai terendah kedua perusahaan yang sama

sebesar -0,6432 pada tahun 2014, serta nilai terendah ketiga perusahaan yang

sama juga sebesar -0,5739 pada tahun 2013. Hasil ini mengindikasikan bahwa

(37)

perusahaan yang memiliki saham yang beredar, total hutang persediaan dan aset

lancar yang lebih kecil dibandingkan dengan total asetnya.

Sedangkan nilai maksimum nilai perusahaan untuk tiga data tertinggi

urutan pertama dimiliki oleh perusahaan Indopoly Swakarsa Industry Tbk

(Indonesia) sebesar 214,5331 pada tahun 2013, urutan kedua perusahaan yang

sama sebesar 184,8788 pada tahun 2014, serta urutan ketiga perusahaan yang

sama juga sebesar 132,0673 pada tahun 2015. Hasil ini mengindikasikan bahwa

perusahaan Indopoly Swakarsa Industry Tbk merupakan perusahaan yang

memiliki nilai perusahaan tertinggi dibandingkan dengan perusahaan lain dalam

sampel ini dimana harga saham perusahaan ini sangat tinggi berbeda jauh

terhadap perusahaan lain yaitu sebesar 5,7448 pada tahun 2015. Hal ini

menyebabkan nilai perusahaan Indopoly Swakarsa Industry Tbk berbeda jauh

dengan perusahaan lainnya pada sampel ini. Diketahui rata-rata (mean) nilai

perusahaan adalah 3,1349, dan standar deviasinya 14,9518. Nilai standar deviasi

yang lebih besar dari nilai rata-rata mengindikasikan distribusi data yang tidak

merata pada tingkat pertumbuhan dalam observasi penelitian ini.

Untuk memperjelas nilai tertinggi dan terendah dalam penelitian ini maka

tabel 4.4.

Tabel 4.4

Nilai Tertinggi dan Terendah dari Rasio Variabel Profitabilitas, Asset Tangibility, Tingkat Pertumbuhan, Ukuran Perusahaan, Non-Debt Tax

Shield, Struktur Modal, Nilai Perusahaan

No Variabel Maximum/

Minimum Nama Perusahaan Nilai Tahun

1 Profitabilitas

Tertinggi I Surya Toto Indonesia Tbk (Indonesia) 0,8633 2013

Tertinggi II Multi Bintang Indonesia Tbk (Indonesia) 0,6572 2013

Tertinggi III BRC Asia (Singapura) 0,5481 2013

Terendah I Star Petrcohem Tbk (Indonesia) 0,0003 2015

Terendah II Pabrik Kertas Tjiwi Kimia Tbk (Indonesia) 0,0005 2015

(38)

Lanjutan Tabel 4.4

Nilai Tertinggi dan Terendah dari Rasio Variabel Profitabilitas, Asset Tangibility, Tingkat Pertumbuhan, Ukuran Perusahaan, Non-Debt Tax

Shield, Struktur Modal, Nilai Perusahaan

No Variabel Maximum/

Minimum Nama Perusahaan Nilai Tahun

2 Asset Tangibility

Tertinggi I Roda Vivatex Tbk (Indonesia) 0,8463 2013

Tertinggi II Holcim Indonesia Tbk (Indonesia) 0,8429 2014

Tertinggi III Khee San Berhad (Malaysia) 0,8399 2014

Terendah I YTL Land & Development Berhad (Malaysia) 0,0124 2015

Terendah II YTL Land & Development Berhad (Malaysia) 0,0130 2013

Terendah III YTL Land & Development Berhad (Malaysia) 0,0133 2014

3 Tingkat Pertumbuhan

Tertinggi I Banpu Public Company Limited (Thailand) 0,6894 2013

Tertinggi II Emperador Inc. (Filipina) 0,6296 2014

Tertinggi III Amplefield Ltd (Singapura) 0,5508 2014

Terendah I Boilermech Holdings Berhad [S] (Malaysia) -0,9952 2013

Terendah II Champion Pacific Indonesia Tbk (Indonesia) -0,2499 2013

Terendah III Kabelindo Murni Tbk (Indonesia) -0,2379 2013

4 Ukuran Perusahaan

Tertinggi I PTT Public Company Limited (Thailand) 24.7157 2013

Tertinggi II PTT Public Company Limited (Thailand) 24.6785 2015

Tertinggi III PTT Public Company Limited (Thailand) 24.6266 2014

Terendah I Inter-Delta Tbk (Indonesia) 15.2848 2013

Terendah II China Minzhong (Singapura) 15.3558 2013

Terendah III Inter-Delta Tbk (Indonesia) 15.3985 2014

5 Non-Debt Tax Shield

Tertinggi I Akasha Wira International Tbk (Indonesia) 0,4072 2014

Tertinggi II Akasha Wira International Tbk (Indonesia) 0,4032 2013

Tertinggi III Akasha Wira International Tbk (Indonesia) 0,3598 2015

Terendah I YTL Land & Development Berhad (Malaysia) 0,0002 2013

Terendah II YTL Land & Development Berhad (Malaysia) 0,0002 2014

Terendah III YTL Land & Development Berhad (Malaysia) 0,0003 2015

6 Struktur Modal

Tertinggi I Jembo Cable Company Tbk (Indonesia) 7,4398 2013

Tertinggi II Indal Aluminium Industry Tbk (Indonesia) 6,3406 2014

Tertinggi III Indal Aluminium Industry Tbk (Indonesia) 5,9721 2013

Terendah I Jasa Kita Berhad (Malaysia) 0,0348 2013

Terendah II Bright Packaging Industry Berhad (Malaysia) 0,0420 2014

Terendah III Fibon Berhad (Malaysia) 0,0478 2014

7 Nilai Perusahaan

Tertinggi I Indopoly Swakarsa Industry Tbk (Indonesia) 214,5331 2013

Tertinggi II Indopoly Swakarsa Industry Tbk (Indonesia) 184,8788 2014

Tertinggi III Indopoly Swakarsa Industry Tbk (Indonesia) 132,0673 2015

Terendah I Xingquan Int Sports Holdings Lmd (Malaysia) -0,7363 2015

Terendah II Xingquan Int Sports Holdings Lmd (Malaysia) -0,6432 2013

Terendah III Xingquan Int Sports Holdings Lmd (Malaysia) -0,5739 2014

Sumber: Diolah (2016)

Dari tabel 4.4 dapat dilihat bahwa perusahaan yang memiliki rasio

profitabilitas yang tertinggi masih didominasi oleh perusahaan yang ada di

Indonesia dan diikuti oleh perusahaan dari Singapura. Sedangkan untuk tiga

terendah nilai rasio profitabilitas semua berasal dari indonesia. Dari hasil ini dapat

(39)

memiliki laba yang sangat besar dan ada perusahaan yang memiliki laba bersih

yang sangat rendah.

Gambar 4.1 Diagram Nilai Rata-Rata, Maksimum Dan Minimum Rasio Profitabilitas

Gambar 4.1 menunjukkan bahwa Indonesia memiliki rata-rata rasio

profitabilitas paling tinggi yang berarti kemampulabaan perusahaan yang berada

di indonesia lebih besar daripada negara lainnya. Untuk perusahaan manufaktur

yang memiliki kemampulabaan yang rendah yaitu pada perusahaan Thailand.

Namum pada dasarnya jika dilihat secara keseluruhan rata-rata rasio profitabilitas

semua negara dapat dilihat bahwa kemampulabaan kelima negara tidak berbeda

jauh satu sama lain.

(40)

Tabel 4.2 menunjukkan bahwa perusahaan yang memiliki rasio asset

tangibility yang tertinggi masih didominasi oleh perusahaan yang ada di Indonesia dan diikuti oleh perusahaan dari Malaysia. Untuk tiga terendah nilai rasio asset

tangibility semua berasal dari Malaysia. Sedangkan Gambar 4.2 menunjukkan hasil yang berbeda yaitu rata-rata rasio asset tangibility paling tinggi merupakan

Thailand dan yang paling rendah merupakan negara Singapura. Dari tabel 4.4 dan

gambar 4.2 dapat diambil kesimpulan bahwa perusahaan manufaktur yang berada

di negara Thailand rata-rata memiliki aset tetap yang tinggi dalam melakukan

proses operasional perusahaan, sedangkan perusahaan manufaktur di negara

Singapura malah sebaliknya tidak menggunakan aset tetap yang besar untuk

beroperasi.

Gambar4.3 Diagram Nilai Rata-Rata, Maksimum Dan Minimum Rasio Tingkat Pertumbuhan

Tabel 4.3 menunjukkan bahwa perusahaan yang memiliki rasio tingkat

pertumbuhan yang tertinggi yaitu perusahaan dari negara Thailand, Filipina dan

Singapura. Untuk tiga terendah nilai rasio tingkat pertumbuhan didominasi oleh

perusahaan Indonesia dan diikuti oleh perusahaan dari Malaysia. Gambar 4.3

menunjukkan hasil yang mendukung yaitu rata-rata rasio tingkat pertumbuhan

paling tinggi merupakan perusahaan Filipina dan yang paling rendah merupakan -1.00000

-0.50000 0.00000 0.50000 1.00000

Malaysia Indonesia Filipina Singapura Thailand 0.04024 0.02136 0.11176 0.07363 0.05257

0.44231 0.47896

0.62962 0.55083 0.68941

-0.99524

-0.24991

-0.03808 -0.07795 -0.10361

Rata-rata

Max

(41)

perusahaan di negara Indonesia. Dapat diambil kesimpulan bahwa perusahaan

manufaktur yang berada di negara Filipina rata-rata memiliki tingkat pertumbuhan

aset yang tinggi, sedangkan perusahaan manufaktur di negara Indonesia malah

sebaliknya dimana tingkat pertumbuhan perusahaannya rendah.

Gambar 4.4 Diagram Nilai Rata-Rata, Maksimum Dan Minimum Rasio Ukuran Perusahaan

Tabel 4.4 menunjukan bahwa perusahaan yang memiliki rasio ukuran

perusahaan yang tertinggi yaitu didominasi oleh perusahaan dari negara Thailand.

Untuk tiga terendah nilai rasio tingkat pertumbuhan didominasi oleh perusahaan

Indonesia dan diikuti oleh perusahaan dari Singapura. Gambar 4.4 menunjukkan

hasil yang mendukung yaitu rata-rata rasio ukuran perusahaan paling tinggi

merupakan perusahaan Thailand dan yang paling rendah merupakan perusahaan di

negara Malaysia. Dapat diambil kesimpulan bahwa perusahaan manufaktur yang

berada di negara Thailand rata-rata memiliki ukuran perusahaan yang lebih besar

dibandingkan dengan perusahaan manufaktur di negara lainnya. Jika dilihat secara

keseluruhan perusahaan manufaktur yang menjadi sampel penelitian ini besarnya

hampir merata. 0.000 5.000 10.000 15.000 20.000 25.000

Malaysia Indonesia Filipina Singapura Thailand 18.451 19.035 19.912 18.669

22.339 22.888 23.666 23.012

21.780

24.716

16.186 15.285 16.465 15.356

20.277

Rata-rata

Max

(42)

Gambar 4.5 Diagram Nilai Rata-Rata, Maksimum Dan Minimum Rasio Non-Debt Tax Shield

Tabel 4.5 menunjukan bahwa perusahaan yang memiliki rasio non-debt

tax shield yang tertinggi yaitu didominasi oleh perusahaan dari negara Indonesia. Untuk tiga terendah nilai rasio non-debt tax shield didominasi oleh perusahaan

Malaysia. Gambar 4.5 menunjukkan bahwa secara keseluruhan rasio non-debt tax

shield pada perusahaan indonesia hampir sama dengan perusahaan dari negara lainnya. Dapat diambil kesimpulan bahwa perusahaan manufaktur yang menjadi

sampel penelitian ini besarnya hampir merata. Yang artinya bahwa nilai depresiasi

dan amortisasi semua perusahaan manufaktur yang menjadi sampel penelitian ini

memiliki besar yang merata.

(43)

Tabel 4.6 juga menunjukan bahwa perusahaan yang memiliki rasio

struktur modal yang tertinggi yaitu didominasi oleh perusahaan dari negara

Indonesia. Untuk tiga terendah nilai rasio struktur modal didominasi oleh

perusahaan Malaysia. Gambar 4.6 menunjukkan bahwa secara rata-rata rasio

struktur modal pada perusahaan Thailand merupakan yang paling besar sedangkan

untuk rasio struktur modal yang terkecil pada negara malaysia tetap didukung

oleh gambar 4.6. Dapat diambil kesimpulan bahwa perusahaan manufaktur pada

perusahaan Thailand lebih cenderung menggunakan hutang dalam pertumbuhan

asetnya Sedangkan negara Malaysia cenderung menggunakan ekuitasnya dalam

meningkatkan asetnya. Pada gambar 4.6 juga menunjukkan bahwa perusahaan

manufaktur diindonesia dalam penggunaan hutang sangat berfluktuasi dimana

banyak perusahaan yang sangat ketergantungan dengan hutang.

Gambar 4.7 Diagram Nilai Rata-Rata, Maksimum Dan Minimum Rasio Nilai Perusahaan

Tabel 4.7 menunjukan bahwa perusahaan yang memiliki rasio nilai

perusahaan yang tertinggi yaitu didominasi oleh perusahaan dari negara Indonesia.

Untuk tiga terendah nilai rasio nilai perusahaan didominasi oleh perusahaan -50.000

(44)

Malaysia. Gambar 4.7 menunjukkan bahwa secara rata-rata rasio nilai perusahaan

pada perusahaan Singapura merupakan yang paling besar sedangkan untuk nilai

perusahaan yang terkecil pada negara malaysia tetap didukung oleh gambar 4.7.

Dapat diambil kesimpulan bahwa nilai perusahaan manufaktur pada perusahaan

Singapura lebih besar dibandingkan dengan perusahaan pada negara lainnya. Pada

gambar 4.7 juga menunjukkan bahwa nilai perusahaan manufaktur diindonesia

berfluktuasi dimana ada nilai perusahaan yang jauh berada diatas rata-rata rasio nilai

perusahaan.

Untuk menguji signifikansi variabel setiap negara di Asia Tenggara

terhadap nilai perusahaan dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 4.5

Uji Signifikansi Secara Parsial Setiap Negara

Negara

Variabel

ROA FATA GROWTH SIZE NDTS Struktur

Modal

Indonesia x x Signifikan x x x

Malaysia Signifikan x x x Signifikan x

Singapura x x x Signifikan x x

Filipina x x x x x x

Thailand x x x x Signifikan x

Sumber: Hasil Olah Software Eviews 7 (2016)

Dari Tabel 4.5 Menunjukkan rasio yang harus diperhatikan oleh perusahaan

manufaktur dinegara tersebut. Di negara Indonesia investor cenderung

memperhatikan tingkat pertumbuhan asetnya dikarenakan investor menganggap

perusahaan yang memiliki tingkat pertumbuhan aset yang dari tahun ke tahun

mengalami peningkatan adalah perusahaan yang lebih baik untuk melakukan

investasi. Di negara Malaysia investor cenderung memperhatikan kemampulabaan

dan penghematan pajak yang bersumber dari biaya non-utang. Di negara Malaysia

kecenderungan investor berminat dalam melakukan investasi di perusahaan yang

Gambar

Gambar 3.1 Bagan Struktur Diagram Jalur
Tabel 4.2 Sejarah Pasar Modal Indonesia
Tabel 4.3 Statistik Deskriptif dari Profitabilitas,
Gambar 4.1 Diagram Nilai Rata-Rata, Maksimum Dan Minimum Rasio
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil hipotesis penelitian menunjukkan bahwa secara parsial profitabilitas, tangibility, ukuran perusahaan, risiko, nondebt tax shield, dan pertumbuhan perusahaan tidak

Dengan ini saya menyatakan skripsi yang berjudul: “Pengaruh Return on Asset, Tangibility, Corporate Tax, Non-Debt Tax Shield dan Inflation Rate Terhadap Struktur Modal

Namun pada penelitian ini, variabel yang digunakan dalam menganalisis struktur modal dan nilai perusahaan ialah profitabilitas, ukuran perusahaan, pertumbuhan

Ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap struktur modal dengan nilai signifkansi variabel ukuran perusahaan (X3) sebesar... Asset tangibility berpengaruh

Pengaruh Size, Likuiditas, Profitabilitas, Risiko, Dan Pertumbuhan Penjualan Terhadap Struktur Modal (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur Di Bursa Efek

Apakah profitabilitas, tangibility , ukuran perusahaan, risiko , nondebt tax shield, dan pertumbuhan perusahaan berpengaruh signifikan secara parsial terhadap struktur modal

Struktur modal diproksikan dengan Long Term Debt to Equity Ratio (LDER), dan penelitian ini menggunakan ukuran perusahaan, umur perusahaan, pertumbuhan, profitabilitas, non-debt

Faktor-faktor yang yang mempengaruhi struktur modal yang diuji dalam penelitian ini adalah profitabilitas, ukuran perusahaan, non-debt tax shield, struktur aset, kesempatan