BAB III
METODE PENELITIAN
3.1.a. Jenis dan Sifat Penelitian.
Penelitian ini dilakukan untuk menguji hipotesis yang diajukan dengan
menggunakan metode penelitian untuk mendapatkan hasil yang akurat. Jenis
penelitian ini adalah statistik deskriptif. Menurut Sinulingga (2014) bahwa
penelitian deskriptif merupakan suatu jenis penelitian yang bertujuan untuk
mendeskripsikan secara sistematik, faktual dan akurat tentang fakta-fakta dan
sifat-sifat suatu objek atau populasi tertentu. Hal ini sesuai dengan tujuan
penelitian yaitu untuk menganalisis determinan struktur modal dan pengaruhnya
terhadap nilai perusahaan: studi kasus pada beberapa perusahaan manufaktur di
asia tenggara periode 2013-2015.
Sifat penelitian ini adalah eksplanatory (penjelasan) yaitu suatu penelitian
yang bermaksud menjelaskan kedudukan variabel-variabel yang diteliti serta
hubungan antara satu variabel dengan variabel yang lain.
3.2.Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Bursa Efek masing-masing negara Asia
Tenggara yang ada di Keuangan Commodity Exchange. melalui media internet
dengan situs https://sites.google.com/site/keuangancommodityexchange/, serta
situs-situs lain yang mendukung penelitian. Penelitian ini dilakukan dimulai dari
3.3 Populasi dan Sampel
Dalam menentukan populasi penelitian ini maka dibuat kriteria terhadap
semua industri manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek masing-masing negara di
kawasan Asia Tenggara yaitu Indonesia, Malaysia, Singapura, Thailand dan
Filiphina dengan periode 2013-2015. Adapun kriteria populasi dapat dijelaskan
pada tabel 3.1 berikut ini :
Tabel 3.1. Kriteria Populasi Penelitian
No Kategori Jumlah Perusahaan
1
Negara di kawasan Asia Tenggara yang memiliki Bursa Efek di Keuangan Commodity Exchage .
IDN MAS SIN THA PHI CAM LAO VIE
2
5 Dikeluarkan karena mengalami
rugi 2013-2015 (47) (52) (42) (0) (10) (0) (0) (0)
6 Dikeluarkan karena memiliki
ekuitas negatif (2013-2015) (6) (1) (0) (0) (1) (0) (0) (0)
Jumlah Sampel 77 86 24 13 11 0 0 0
Total Sampel 211
Sumbe r: https://sites.google.com/site/keuangancommodityexchange/ (data diolah 2016)
Berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan, maka jumlah perusahaan
kriteria populasi sebanyak 211 perusahaan. Penelitian ini menggunakan sampel
jenuh (sensus) dengan menggunakan unit analisis data panel atau pooling data
dengan periode pengamatan 3 tahun yaitu dari 2013-2015 dan N= 211 perusahaan
sehingga jumlah pengamatan sebanyak 633 kasus.
3.4.Jenis Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder.
Menurut Sujarweni (2005) data sekunder adalah data yang didapat dari catatan,
buku dan majalah berupa laporan keuangan publikasi perusahaan, laporan
pemerintah, artikel, buku-buku sebagai teori, majalah, dan lain sebagainya.
Penelitian ini menggunakan data panel atau pooling data karena data yang
digunakan dalam penelitian adalah penggabungan antara time series dan cross
section yaitu dengan data dalam jangka waktu 3 tahun yaitu Tahun 2013 - 2015 (time series) dengan beberapa perusahaan manufaktur yang berbeda jenis kegiatan
produksinya (cross section).
3.5.Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan melalui studi
dokumentasi. Studi dokumentasi yaitu dengan mengumpulkan dan mempelajari
data yang berhubungan dengan masalah penelitian yang diperoleh dengan cara
mengakses situs Keuangan Comodity Exchange sejak tahun 2013 hingga tahun
3.6.Operasionalisasi dan Metode Pengukuran Variabel
3.6.1. Variabel Penelitian
Penelitian ini menggunakan variabel dependen, independen dan
moderating. Adapun defenisi dan pengukuran masing-masing variabel akan
dijelaskan sebagai berikut:
1. Variabel Dependen (Y)
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah nilai perusahaan pada
perusahaan manufaktur yang terdaftar di bursa efek negara kawasan Asia
Tenggara.
2. Variabel Independen (X)
Variabel independen dalam penelitian ini merupakan variabel yang
mempengaruhi variabel independen berdasarkan peneliti terdahulu baik
pengaruh positif maupun negatif. Variabel independen dalam penelitian ini
antara lain: profitabilitas (ROA), asset tangibility (FATA), pertumbuhan
(growth), ukuran perusahaan (size) dan non-debt tax shield (NDTS)
3. Variabel Intervening (Z)
Variabel intervening dalam penelitian ini adalah struktur modal pada
perusahaan manufaktur yang terdaftar di bursa efek negara kawasan Asia
Tenggara.
3.6.2. Operasionalisasi Variabel
Definisi operasional dan pengukuran untuk masing-masing variabel dalam
1. Profitabilitas
Profitabilitas merupakan kemampuan perusahaan untuk mendapatkan
keuntungan dari setiap berbagai aktivitas produksi perusahaan. Dalam
penelitian ini digunakan proksi Return on Assets (ROA) yaitu dengan
pembagian laba bersih setelah pajak dibagi dengan total aktiva dikali dengan
seratus persen.
% "01 1 233 3 ROA = JKLK LMNOPQ OMRMSKQ TKUKVWXRKS YVRPZK X100%
2. Asset Tangibility
Asset tangibility merupakan pembagian antara fixed asset dengan total asset dikalikan
dengan seratus persen.
233 :&1;# #<# $ ==#> ? 233: &< 233 X 100%
3. Tingkat Pertumbuhan
Tingkat pertumbuhan dalam penelitian ini merupakan kemampuan total aktiva
tahun berjalan dikurang total aktiva tahun lalu kemudian dibagi total aktiva
tahun lalu dikalikan dengan seratus persen.
Tingkat Pertumbuhan = Total Aktiva t – Total Aktiva t – 1 Total Aktiva t − 1 X 100%
4. Ukuran Perusahaan
Ukuran perusahaan dalam penelitian ini merupakan logaritma natural dari total
aset
5. Non-Debt Tax Shield (NDTS)
Non-debt tax shield dalam penelitian ini yaitu biaya-biaya non-cash yang dapat digunkaan untuk menghemat pajak. Biaya ini tercermin dalam besarnya biaya
penyusutan dan amortisasi terhadap total aktiva dikali seratus persen.
E 1 − :&> Bℎ# <? =Total Biaya Depresiasi dan AmortisasiTotal Aktiva x 100 %
6. Struktur Modal.
Struktur modal dalam penelitian ini diproksikan dengan debt to equity ratio (DER)
yaitu pembagian total utang dengan total ekuitas dikalikan seratus persen.
!"# $ 0& # % =Total Ekuitasx 100 %Total Hutang
7. Nilai Perusahaan.
Nilai perusahaan dalam penelitian ini diproksikan dengan Tobin’system Q yang
digunakan untuk melihat ukuran keberhasilan manajemen dalam operasi masa lalu dan
prospek dimasa yang akan datang.
Tobin s Q = ] OS X P + D + I − CATA ^
Dimana: OS = Outstanding Share
P = Stock Price
D = Total Debt
I = Total Inventory
CA = Current Asset
Tabel 3.2. Operasionalisasi Variabel Penelitian
=Laba bersih setelah pajakTotal aktiva x100% Rasio
Asset
=Fixed AssetTotal Asset x100% Rasio
Tingkat
=Total Biaya Depresiasi dan AmortisasiTotal Aktiva x 100 %
LanjutanTabel 3.2. Defenisi Operasionalisasi Variabel
n`oa ae pqbras _tare uvh
=Total Ekuitasx100%Total Hutang
Sebelum dilakukannya sebuah pengujian hipotesis dengan menggunakan
analisis regresi, maka yang diperlukan terlebih dahulu adalah melakukan
pengujian dengan menggunakan uji asumsi klasik yang meliputi pengujian antara
lain: Uji Multikolinieritas dan Uji Heteroskedastisitas. Dimana menurut Ghozali
(2006) akan dijabarkan antara lain sebagai berikut:
A. Uji Multikolinieritas
Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi
ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Model regresi
yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel independen.
Ada atau tidaknya multikolinearitas dapat diketahui atau dilihat dari
masing-masing variabel bebas lebih besar dari 0,8 maka terjadi
multikolinearitas.
B. Uji Non-Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah model regresi linier ada
korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan
pengganggu pada periode sebelumnya (t-1). Jika terjadi korelasi maka
dinamakan ada problem autokorelasi. Ada beberapa cara untuk mendeteksi
gejala autokorelasi dilakukan uji Durbin Watson (DW test) pada program
Eviews. Uji Durbin-Watson dilakukan dengan membandingkan nilai
Durbin-Watson dari hasil perhitungan dengan nilai F tabel.
C. Uji Heteroskedastisitas
Heteroskedastisitas terjadi bila variansnya tidak konstan, sehingga
seakan-akan ada beberapa kelompok data yang mempunyai besaran eror
yang berbeda-beda sehingga bila diplotkan dengan nilai Ŷi akan membentuk
suatu pola. Pengujian yang dilakukan dengan fixed effect model adalah
pengujian heteroskedastisitas.
Uji heteroskedastisitas dilakukan untuk mengetahui apakah varians
residual absolute sama atau tidak sama untuk semua observasi data. Uji
heteroskedastisitas dilakukan dengan menggunakan Eviews dimana data
panel dinyatakan bebas heteroskedastisitas dengan probabilitas signifikan
3.8.Metode Analisis Data Panel.
3.8.1. Metode Analisis Statistik Deskriptif
Analisa data dilakukan dengan menggunakan metode analisa statitik
deskriptif yaitu dengan mengumpulkan, mengolah, dan menginterpretasikan data
yang diperoleh sehingga memberi keterangan yang benar dan lengkap untuk
pemecahan masalah yang dihadapi. Statistik deskriptif memberikan gambaran
atau deskripsi masing-masing variabel yang dilihat dari nilai rata-rata (mean),
standar deviasi, varian, maksimum, minimum, sum, range, kurtosis, dan skewness
(Ghozali, 2013). Hasil nilai rata-rata (mean) menunjukkan gambaran umum data
tanpa menunjukkan perbedaan satu sama lain dalam set data. Hasil standar
deviasi, varian, maksimum, dan minimum akan menunjukkan hasil analisis
terhadap dispersi setiap variabel. Sedangkan hasil skewness dan kurtosis akan
menunjukkan bagaimana variabel terdistribusi. Hasil varian dan standar deviasi
akan menunjukkan penyimpangan variabel terhadap nilai rata-rata.
3.8.2. Penentuan Model Estimasi antara Common Effect Model (CEM) dan
Fixed Effect Model (FEM) dengan Uji Chow.
Pendekatan CEM merupakan pendekatan yang cukup sederhana. Teniknya
hampir sama seperti membuat regresi dengan data cross section atau times series.
Namun untuk data panel, perlu mengkombinasikan data cross section dengan data
time series terlebih dahulu sebelum memulai regresi. Metode ini bisa menggunakan Ordinary Least Square (OLS) atau teknik kuadrat terkecil untuk
Pendekatan FEM mengasumsikan bahwa adanya variabel-variabel yang
tidak semuanya masuk dalam persamaan model memungkinkan adanya intersep
yang tidak konstan. Artinya intersep ini mungkin berubah untuk setiap individu
dan waktu.
Uji Chow dilakukan dengan kriteria pengujian:
Ho = CEM
H1 = FEM
Tolak Ho jika p-value< nilai signifikansi (0,05); maka H1diterima.
3.8.3. Analisis Regresi Linear Berganda
Metode yang di gunakan untuk analisis data adalah peralatan analisis jalur
(path analysis) yang merupakan pengembangan langsung bentuk regresi berganda
dengan tujuan untuk memberikan estimasi tingkat kepentingan (magnitude) dan
signifikansi (significance) hubungan sebab akibat hipotetikal dalam seperangkat
variable dan pengolahan data menggunakan software EViews 7.0.
Gambar 3.1 Bagan Struktur Diagram Jalur
Ԑ1 Ԑ2
Asset Tangibility (X2)
Nilai
Perusahaan (Y) Struktur Modal (Z)
Tingkat Pertumbuhan (X3)
Ukuran Perusahaan (X4)
Berdasarkan kerangka konseptual yang telah dijelaskan sebelumnya maka
dapat dibentuk bagan struktur diagram jalur untuk melihat hubungan antara
variabel independen dengan variabel dependen yaitu pada Gambar 3.1
3.8.4. Pengaruh Langsung dan Pengaruh Tidak Langsung pada Variabel
1. Pengaruh Langsung (Direct Effect)
Pengaruh langsung (direct effect) pada variabel penelitian ini adalah
a. Pengaruh variabel profitabilitas (X1) terhadap struktur modal (Z) secara
langsung dapat diformulasikan sebagai berikut:
X1 Z =
ρ
1b. Pengaruh variabel asset tangibility (X2) terhadap struktur modal (Z) secara
langsung dapat diformulasikan sebagai berikut:
X2 Z =
ρ
2c. Pengaruh variabel tingkat pertumbuhan (X3) terhadap struktur modal (Z)
secara langsung dapat diformulasikan sebagai berikut:
X3 Z =
ρ
3d. Pengaruh variabel ukuran perusahaan (X4) terhadap struktur modal (Z)
secara langsung dapat diformulasikan sebagai berikut:
X4 Z =
ρ
4e. Pengaruh variabel non-debt tax shield (X5) terhadap struktur modal (Z)
secara langsung dapat diformulasikan sebagai berikut:
X5 Z =
ρ
5X1 Y =
ρ
6g. Pengaruh variabel asset tangibility (X2) terhadap nilai perusahaan (Y)
secara langsung dapat diformulasikan sebagai berikut:
X2 Y =
ρ
7h. Pengaruh variabel tingkat pertumbuhan (X3) terhadap nilai perusahaan (Y)
secara langsung dapat diformulasikan sebagai berikut:
X3 Y =
ρ
8i. Pengaruh variabel ukuran perusahaan (X4) terhadap nilai perusahaan (Y)
secara langsung dapat diformulasikan sebagai berikut:
X4 Y =
ρ
9j. Pengaruh variabel non-debt tax shield (X5) terhadap nilai perusahaan (Y)
secara langsung dapat diformulasikan sebagai berikut:
X5 Y =
ρ
10k. Pengaruh variabel struktur modal (Z) terhadap nilai perusahaan (Y) secara
langsung dapat diformulasikan sebagai berikut:
Z Y =
ρ
112. Pengaruh Tidak Langsung (Indirect Effect)
Pengaruh tidak langsung (indirect effect) pada penelitian ini adalah
a. Pengaruh variabel profitabilitas (X1) terhadap variabel nilai perusahaan
(Y) melalui struktur modal (Z) dapat diformulasikan sebagai berikut:
X1 Z Y = (
ρ
1) (ρ
11)b. Pengaruh variabel asset tangibility (X2) terhadap variabel nilai perusahaan
X2 Z Y = (
ρ
2) (ρ
11)c. Pengaruh variabel tingkat pertumbuhan (X3) terhadap variabel nilai
perusahaan (Y) melalui struktur modal (Z) dapat diformulasikan sebagai
berikut:
X3 Z Y = (
ρ
3) (ρ
11)d. Pengaruh variabel ukuran perusahaan (X4) terhadap variabel nilai
perusahaan (Y) melalui struktur modal (Z) dapat diformulasikan sebagai
berikut:
X4 Z Y = (
ρ
4) (ρ
11)e. Pengaruh variabel non-debt tax shield (X5) terhadap variabel nilai
perusahaan (Y) melalui struktur modal (Z) dapat diformulasikan sebagai
berikut:
X5 Z Y = (
ρ
5) (ρ
11)3. Pengaruh Total (Total Effect)
Pengaruh total (Total Effect) dari variabel–variabel bebas terhadap
variabel terikat ditotalkan dengan formula sebagai berikut:
a. Pengaruh variabel profitabilitas (X1) terhadap variabel nilai perusahaan
(Y) melalui struktur modal (Z) dapat diformulasikan sebagai berikut:
X1 Z Y = (
ρ
6) + (ρ
1) (ρ
11)b. Pengaruh asset tangibility (X2) terhadap variabel nilai perusahaan (Y)
melalui struktur modal (Z) dapat diformulasikan sebagai berikut
c. Pengaruh variabel tingkat pertumbuhan (X3) terhadap variabel nilai
perusahaan (Y) melalui struktur modal (Z) dapat diformulasikan sebagai
berikut:
X3 Z Y = (
ρ
8) + (ρ
3) (ρ
11)d. Pengaruh variabel ukuran perusahaan (X4) terhadap variabel nilai
perusahaan (Y) melalui struktur modal (Z) dapat diformulasikan sebagai
berikut:
X4 Z Y = (
ρ
9) + (ρ
4) (ρ
11)e. Pengaruh variabel non-debt tax shield (X5) terhadap variabel nilai
perusahaan (Y) melalui struktur modal (Z) dapat diformulasikan sebagai
berikut:
X5 Z Y = (
ρ
10) + (ρ
5) (ρ
11)3.9. Pengujian Hipotesis
Selanjutnya untuk menguji hipotesis yang diajukan mengenai pengaruh
variabel independen terhadap variabel dependen, maka digunakan analisis statistik
Uji Statistik F, Uji Statistik t dan koefisien determinasi (R2). Pengaruh variabel
independen terhadap variabel dependen di uji dengan tingkat kepercayaan 95%
atau signifikansinya α= 5%. Sedangkan untuk model penelitian kedua yaitu
variabel moderating dapat dilakukan dengan tiga cara yaitu: Uji Interaksi, Uji
Selisih Mutlak dan Uji Residual. Dalam Penelitian ini untuk model kedua
menggunakan Uji Residual. Dalam melakukan pengolahan data dapat digunakan
Pengujian hipotesis dilakukan untuk menjawab hipotesis pada penelitian
ini. Model analisis data yang dipergunakan adalah analisis jalur, dengan model,
yaitu sebagai berikut:
Sub Model 1 = Z =
ρ
0 +ρ
1X1 +ρ
2X2 +ρ
3X3 +ρ
4X4 +ρ
5X5 + D1 +ε
1Sub Model 2 = Y =
ρ
0 +ρ
1X1 +ρ
2X2 +ρ
3X3 +ρ
4X4 +ρ
5X5 +ρ
6Z + D1+ε
2Keterangan :
X1 = Profitabilitas
X2 = Asset Tangibility
X3 = Tingkat pertumbuhan
X4 = Ukuran Perusahaan
X5 = Non-Debt Tax Shield
Z = Struktur Modal Y = Nilai Perusahaan
D1 = dummy negara Indonesia dan negara lainnya.
ρ
0 = Konstantaρ
1–ρ
6 = Koefisien Variabel Bebasε = Term of error
3.9.1. Uji Serempak (Uji F)
Uji F digunakan untuk menguji signifikansi pengaruh dari semua variabel
bebas secara keseluruhan terhadap variabel terikat. Pengaruh variabel bebas
terhadap variabel terikat diuji dengan tingkat kepercayaan (confidence interval)
95% atau α= 5%. Pada uji F, dengan tingkat kepercayaan (confidence interval)
95% dengan α= 0,5, apabila hasil perhitungan nilai Fhitung lebih besar dari Ftabel
maka H0ditolak dan H1 diterima, hal ini berarti bahwa variabel-variabel bebasnya
secara bersama-sama mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel
ditolak, hal ini berarti bahwa variabel-variabel bebasnya secara bersama-sama
tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel terikatnya.
Pengaruh seluruh variabel dilihat dari hasil regresi pada tabel ANNOVA pada
kolom F serta tingkat signifikansi dari model tersebut, yaitu:
a. Jika p – Value (kolom siq) ≤ 5% dan Fhitung > Ftabel ; maka tolak H0 dan
terima H1. Artinya seluruh variabel independen berpengaruh secara
simultan terhadap variabel dependen.
b. Jika p – Value (kolom siq) > 5% dan Fhitung≤ Ftabel; maka terima H0 dan
tolak H1. Artinya seluruh variabel independen tidak berpengaruh secara
simultan terhadap variabel dependen.
a. Substruktur 1
Pengujian hipotesis untuk uji serempak pada persamaan substruktur 1
adalah sebagai berikut:
H0 :
ρ
1,ρ
2,ρ
3,ρ
4,ρ
5 = 0 Dari hipotesis di atas maka secara simultanprofitabilitas (ROA), asset tangibility (FATA),
tingkat pertumbuhan (growth), ukuran perusahaan
(size) dan non-debt tax shield (NDTS) tidak
berpengaruh terhadap struktur modal.
H1 :
ρ
1,ρ
2,ρ
3,ρ
4,ρ
5 ≠ 0 Dari hipotesis di atas maka secara simultanprofitabilitas (ROA), asset tangibility (FATA),
tingkat pertumbuhan (growth), ukuran perusahaan
(size) dan non-debt tax shield (NDTS) berpengaruh
a. Substruktur 2
Pengujian hipotesis untuk uji serempak pada persamaan substruktur 2
adalah sebagai berikut:
H0 :
ρ
1,ρ
2,ρ
3,ρ
4,ρ
5,ρ
6 = 0 Dari hipotesis di atas maka secara simultanprofitabilitas (ROA), asset tangibility (FATA),
tingkat pertumbuhan (growth), ukuran perusahaan
(size), non-debt tax shield (NDTS) dan struktur
modal tidak berpengaruh terhadap nilai
perusahaan.
H1 :
ρ
1,ρ
2,ρ
3,ρ
4,ρ
5,ρ
6 ≠ 0 Dari hipotesis di atas maka secara simultanprofitabilitas (ROA), asset tangibility (FATA),
tingkat pertumbuhan (growth), ukuran perusahaan
(size) dan non-debt tax shield (NDTS) dan struktur
modal berpengaruh terhadap nilai perusahaan..
3.9.2. Uji Parsial (Uji t)
Untuk menguji hipotesis secara parsial digunakan statistik t (uji t). Jika
nilai thitung > ttabel atau sig < 0,05 maka H0 ditolak dan H1 diterima, sedangkan jika
thitung < ttabel atau sig > 0,05 maka H0 diterima dan H1 ditolak. Pengujian-pengujian
diatas dilakukan dengan menggunakan software Eviews7.
Selain itu juga derajat kebebasan dari ttabel dapat dihitung dari rumus
jumlah sampel dikurangi dengan jumlah variabel dari penelitian df = n – k,
a. Substruktur 1
Pengujian hipotesis untuk uji parsial pada persamaan substruktur 1
adalah:
H0:
ρ
1 = 0, artinya tidak terdapat pengaruh positif dan signifikan antaraprofitabilitas terhadap struktur modal.
H1:
ρ
1 > 0, artinya terdapat pengaruh positif dan signifikan antara profitabilitasterhadap struktur modal.
H0:
ρ
2 = 0, artinya tidak terdapat pengaruh positif dan signifikan antara assettangibility terhadap struktur modal.
H1:
ρ
2 > 0, artinya terdapat pengaruh positif dan signifikan antara assettangibility terhadap struktur modal.
H0:
ρ
3 = 0, artinya tidak terdapat pengaruh positif dan signifikan antara tingkatpertumbuhan terhadap struktur modal.
H1:
ρ
3 > 0, artinya terdapat pengaruh positif dan signifikan antara tingkatpertumbuhan terhadap struktur modal.
H0:
ρ
4 = 0, artinya tidak terdapat pengaruh positif dan signifikan antara ukuranperusahaan terhadap struktur modal.
H1:
ρ
4 > 0, artinya terdapat pengaruh positif dan signifikan antara ukuranperusahaan terhadap struktur modal.
H0:
ρ
5 = 0, artinya tidak terdapat pengaruh positif dan signifikan antaranon-debt tax shiel terhadap struktur modal.
H1:
ρ
5 > 0, artinya terdapat pengaruh positif dan signifikan antara non-debt taxb. Substruktur 2
Pengujian hipotesis untuk uji Parsial pada persamaan substruktur 2
adalah sebagai berikut:
H0:
ρ
1 = 0, artinya tidak terdapat pengaruh positif dan signifikan antaraprofitabilitas terhadap nilai perusahaan.
H1:
ρ
1 > 0, artinya terdapat pengaruh positif dan signifikan antara profitabilitasterhadap nilai perusahaan.
H0:
ρ
2 = 0, artinya tidak terdapat pengaruh positif dan signifikan antara assettangibility terhadap nilai perusahaan.
H1:
ρ
2 > 0, artinya terdapat pengaruh positif dan signifikan antara assettangibility terhadap nilai perusahaan.
H0:
ρ
3 = 0, artinya tidak terdapat pengaruh positif dan signifikan antara tingkatpertumbuhan terhadap nilai perusahaan.
H1:
ρ
3 > 0, artinya terdapat pengaruh positif dan signifikan antara tingkatpertumbuhan terhadap nilai perusahaan.
H0:
ρ
4 = 0, artinya tidak terdapat pengaruh positif dan signifikan antara ukuranperusahaan terhadap nilai perusahaan.
H1:
ρ
4 > 0, artinya terdapat pengaruh positif dan signifikan antara ukuranperusahaan terhadap nilai perusahaan.
H0:
ρ
5 = 0, artinya tidak terdapat pengaruh positif dan signifikan antaranon-debt tax shiel terhadap nilai perusahaan.
H1:
ρ
5 > 0, artinya terdapat pengaruh positif dan signifikan antara non-debt taxH0:
ρ
6 = 0, artinya tidak terdapat pengaruh positif dan signifikan antarastruktur modal terhadap nilai perusahaan.
H1:
ρ
6 > 0, artinya terdapat pengaruh positif dan signifikan antara strukturmodal terhadap nilai perusahaan.
Keputusan untuk pengujian pengaruh tidak langsung dilakukan dengan
kontribusi pengaruh tidak langsung dengan pengaruh total. Penilaian efek
intervensi variabel ditentukan sebagai berikut :
a) Apabila kontribusi pengaruh tidak langsung > 80% maka variabel
struktur modal dinyatakan sebagai variabel intervensi penuh.
b) Apabila kontribusi pengaruh tidak langsung diantara atau sama dengan
20% sampai 80% maka variabel struktur modal dinyatakan sebagai
variabel intervensi sebagian atau parsial.
c) Apabila kontribusi pengaruh tidak langsung < 20% maka variabel
struktur modal dinyatakan bukan variabel intervensi.
Pengujian signifikansi pengaruh tidak langsung dilakukan dengan
menggunakan uji sobel dengan ketentuan :
jika tsobel > ttabel maka terdapat pengaruh siginifikan dari intervensi
jika tsobel ≤ ttabel maka tidak terdapat pengaruh siginifikan dari intervensi.
3.9.3. Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien determinasi (R2) atau adjusted R2 digunakan untuk mengetahui
besarnya pengaruh variabel independen secara serempak terhadap variabel
dependen. Nilai koefisien determinasi mempunyai nilai 0 (nol) sampai dengan 1
variabel dependen dan jika R2 = 1 berarti variabel independen yang digunakan
dalam model menjelaskan 100% variasi variabel dependen. Semakin besar nilai
R2 maka semakin besar pengaruh serempak variabel independen terhadap variabel
dependen, demikian juga sebaliknya semakin kecil nilai R2 maka semakin kecil
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil Penelitian
4.1.1. Gambaran Umum Bursa Efek Masing-Masing Negara Asia Tenggara
Pasar modal merupakan tempat perdagangan instrumen keuangan berupa
sekuritas jangka panjang dalam bentuk modal (saham) atau utang (bond) yang
diterbitkan oleh pemerintah ataupun swasta. Pasar modal di Asia Tenggara masih
sebagian negara yang memiliki dapat di terangkan pada tabel 4.1.
Tabel 4.1
Bursa Efek di Negara-negara Asia Tenggara
Nama Negara Nama Bursa Efek Link
Indonesia Bursa Efek Indonesia www.bursaefekindonesia.com
Malaysia Bursa Malaysia www.bursamalaysia.com
Singapura Singapura Exchange www.sgx.com Filipina The Philippine Stock
Exchange, Inc www.pse.com.ph Thailand The Stock Exchange of
Thailand www.set.or.th
Sumber: Diolah (2016)
4.1.1.1. Bursa Efek Indonesia (Indonesia)
Pasar modal di Indonesia disebut dengan Bursa Efek Indonesia yang dapat
diakses melalui situs idx.co.id. Visi Bursa Efek Indonesia adalah menjadi bursa
yang kompetitif dengan kredibilitas tingkat dunia. Misi Bursa Efek Indonesia
adalah menciptakan daya saing untuk menarik investor dan emiten, melalui
pemberdayaan anggota bursa dan partisipan, penciptaan nilai tambah, efisiensi
biaya serta penerapan good governance. Rangkuman sejarah pasar modal di
Tabel 4.2
Sejarah Pasar Modal Indonesia
Tanggal Keterangan
Desember 1912 Bursa Efek pertama di Indonesia dibentuk di Batavia oleh Pemerintah Hindia Belanda
1914 – 1918 Bursa Efek di Batavia Ditutup Selama Perang Dunia I
1925 – 1942 Bursa Efek di Jakarta dibuka kembali bersama dengan Bursa Efek di Semarang dan Surabaya
Awal tahun 1939 Karena isu politik (Perang Dunia II) Bursa Efek di Semarang dan Surabaya ditutup
1942 – 1952 Bursa Efek di Jakarta ditutup kembali selama Perang Dunia II
1956 Program nasionalisasi perusahaan Belanda. Bursa Efek semakin tidak aktif
1956 – 1977 Perdagangan di Bursa Efek vakum
10 Agustus 1977
Bursa Efek diresmikan kembali oleh Presiden Soeharto.
BEJ dijalankan dibawah BAPEPAM (Badan Pelaksana Pasar Modal).
Pengaktifan kembali pasar modal dan ditandai dengan go public PT Semen Cibinong sebagai emiten pertama
1977 – 1987
Perdagangan dibursa efek sangat lesu. Jumlah emiten hingga 1987 baru mencapai 24. Masyarakat lebih memilih instrument perbankan dibandingkan instrument Pasar Modal.
1987
Ditandai dengan hadirnya Paket Desember 1987 (PAKDES 87) yang memberikan kemudahan bagi perusahaan untuk melakukan penawaran umum dan investor asing menanamkan modal di Indonesia.
1988 – 1990
Paket deregulasi dibidang perbankan dan pasar modal diluncurkan.
Pintu BEJ terbuka untuk asing. Aktivitas bursa terlihat meningkat.
2 Juni 1988
Bursa parallel Indonesia (BPI) mulai beroperasi dan dikelola oleh persatuan perdagangan uang dan efek (PPUE), sedangkan organisasinya terdiri dari broker dan dealer.
Desember 1988
Pemerintah mengeluarkan paket Desember 88 (PAKDES 88) yang memberikan kemudahan perusahaan untuk go public dan beberapa kebijakan lain yang positif bagi pertumbuhan pasar modal.
16 Juni 1989 Bursa efek Surabaya mulai beroperasi dan dikelola oleh perseroan terbatas milik swasta yaitu PT Bursa Efek Surabaya
13 Juli 1992
Swastanisasi BEJ.
BAPEPEAM berubah menjadi badan pengawas pasar modal. Tanggal ini diperingati sebagai HUT BEJ.
22 Mei 1995 Sistem otomasi perdaganag di BEJ dilaksanakan dengan system computer JATS (Jakarta Automated Trading System)
10 November 1995
Lanjutan Tabel 4.2 Sejarah Pasar Modal Indonesia
Tanggal Keterangan
1995 Bursa parallel Indonesia merger dengan Bursa Efek Surabaya 1996 Didirikannya PT Kliring Penjamin Efek Indonesia (KPEI) 1997 Didirikannya PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI)
2000 BEJ Sistem perdagangan Tanpa Warkat (scripless trading) mulai diaplikasikan di pasar modal Indonesia
2002 BEJ mulai mengaplikasikan sistem perdagangan jarak jauh (remote trading)
2004 Peluncuran perdagangan kontrak opsi saham
2005 Penyediaan fasilitas bursa di Disaster Recovery Center 2006 Penerapan prosedur Business Contingency Plan
2007
Penggabungan Bursa Efek Surabaya (BES) ke Bursa Efek Jakarta (BEJ) dan berubah nama menjadi Bursa Efek Indonesia (BEI)
2008 Sertifikasi 9001:2000 untuk fungsi perdagangan, pencatatan dan manajemen keuangan
02 Maret 2009 Peluncuran perdana sistem perdagangan baru PT Bursa Efek Indonesia: JATS-NextG
2010 Sertifikasi ISO 9001:2008 untuk seluruh fungsi yang ada di BEI Pendirian The Indonesian Capital Market Institute (TICMI)
2011
Penerapan jaringan Terpadu Pasar Modal
Pembangunan Galeri BEI yang menggantikan area trading floor yang berfungsi sebagai pusat edukasi dan informasi pasar modal Indonesia
Peluncuran Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI)
2012
Peluncuran Indeks IDX30 dan Indeks Infobank15
Serifikasi ISO 27001:2005 sertifikasi sistem manajemen keamanan informasi untuk sistem pengawasan transaksi
Pendirian PT Penyelenggara Program Perlindungan Investor Efek Indonesia (P3IEI)
2013 Perubahan waktu perdagangan
Peluncuran Indeks MNC36 dan New IDXnet
2014
Penurunan satuan perdagangan dan penyederhanaan fraksi harga
Perubahan ketentuan jumlah saham yang beredar Sumber: http://www.idx.co.id (2016)
4.1.1.2. Bursa Malaysia (Malaysia)
Bursa Malaysia adalah sebuah perusahaan holding company yang
didirikan pada tahun 1973 dan terdaftar pada tahun 2005. Bursa malaysia
perusahaan di 60 kegiatan ekonomi. Perusahaan dari sektor ekonomi yang
terdaftar baik di Pasar utama untuk perusahaan berkapitalisasi besar atau di Pasar
ACE untuk perusahaan semua ukuran. Bursa Malaysia mengadopsi FTSE Bursa
Malaysia KLCI nilai indeks utama.
Bursa Malaysia menawarkan berbagai produk yang meliputi ekuitas,
derivatif, futures dan options, dan aset islam, serta layanan exchange-terkait
seperti daftar, perdagangan, kliring dan penyimpanan. Selain itu, Bursa
menawarkan pilihan investasi lain yang mencakup skema investasi kolektif seperti
Exchange Traded Funds (ETFs), Real Estate Investment Trust (REITs), Traded Exchange dan sukuk bisnis trust (ETBS). Bursa Malaysia mengadopsi nilai-nilai FTSE Bursa Malaysia KLCI sebagai indeks utama dan memperkenalkan Indeks
Bursa Malaysia FTSE4 pada tahun 2014.
Pada bulan Mei 2015, Bursa berkomitmen untuk mempromosikan strategi
berkelanjutan di antara emiten pada pasar dengan inisiatif bergabung di Bursa
Efek Berkelanjutan PBB (SSE). Malaysia diakui untuk Crude Palm Oil nya
Kontrak Berjangka (FCPO), yang diluncurkan 35 tahun yang lalu dan merupakan
patokan harga global untuk industri kelapa sawit. Bursa Malaysia berkomitmen
untuk menyediakan infrastruktur fasilitatif untuk membuat pasar global yang
kompetitif dan bersemangat serta mempertahankan pasar perdagangan yang
efisien, aman dan aktif untuk investor lokal dan global. Dalam membantu
perkembangan pasar modal Malaysia, Bursa Malaysia berkomitmen untuk
menyediakan infrastruktur yang diperlukan untuk membuat pasar global yang
4.1.1.3. Singapura Exchange (Singapura)
Singapore Exchange (SGX) adalah Perusahaan bursa efek terkemuka di Asia dan terpercaya di pasar, memfasilitasi pertukaran modal dan nilai-nilai untuk
menciptakan nilai bagi orang, bisnis dan ekonomi. Sebagai multi-aset ekuitas
operasi pertukaran, pendapatan tetap dan pasar derivatif dengan standar peraturan
tertinggi, SGX adalah bisnis yang terintegrasi secara vertikal yang menyediakan
daftar, perdagangan, kliring, rekapitulasi, penyimpanan dan layanan data. Dengan
sekitar 40% dari perusahaan yang terdaftar dan 90% dari obligasi yang tercatat
berasal dari luar Singapura serta hubungan didirikan di seluruh wilayah dan di
Eropa, SGX adalah pertukaran paling internasional dan terhubung Asia.
SGX menawarkan rangkaian lengkap produk derivatif di seluruh indeks
saham Asia, komoditas dan mata uang, SGX adalah pasar offshore paling likuid di
dunia untuk indeks saham acuan China, India, Jepang dan ASEAN. SGX salah
satu yang bursa yang pertama melakukan pertukaran global untuk mengadopsi
prinsip infrastruktur pasar keuangan, mitra penyeimbang sentral yang pertama
sepenuhnya disetujui oleh regulator AS sebagai organisasi kliring derivatif dan
dewan luar negeri perdagangan, dan diakui oleh Uni Eropa untuk kedua sekuritas
dan derivatif. Sebagai mitra pengimbang sentral perintis Asia, SGX secara global
diakui untuk manajemen risiko dan kliring kemampuannya. Pada 2015, SGX
dianugerahi derivatives exchange of the year asia risk, futures and world options,
Global Capital serta Central Counter Party (CCP) of the year investors risk Asia.
4.1.1.4. The Philippine Stock Exchange, Inc (Filipina)
Bursa Efek Filipina (PSE) adalah satu-satunya bursa di Filipina. Ini adalah
Bursa Efek Manila pada tahun 1927. Saat ini memelihara dua lantai perdagangan,
satu di Pusat PSE (tektite), Ortigas Center di Pasig City, dan satu di kantor
utamanya di ayala tower one di central business district makati city. PSE terdiri
dari 15 orang dewan direksi dengan Jose T. Pardo sebagai Ketua.
Indeks utama untuk PSE adalah PSEi, yang terdiri dari kumpulan tetap
tiga puluh (30) perusahaan yang terdaftar. The PSEi mengukur perubahan relatif
dalam kapitalisasi pasar mengambang bebas disesuaikan dari 30 saham biasa
terbesar paling aktif yang terdaftar di PSE itu. Pemilihan perusahaan di PSEi
didasarkan pada seperangkat kriteria spesifik yang mengambang ke publik,
likuiditas dan kapitalisasi pasar. Ada juga enam indeks berbasis sektor lebih luas
dari semua indeks saham.
4.1.1.5. The Stock Exchange of Thailand (Thailand)
Pada tahun 1961 Pertama Thailand melaksanakan lima tahun rencana
pembangunan ekonomi dan sosial nasional untuk mendukung peningkatan
pertumbuhan ekonomi dan stabilitas serta untuk mengembangkan standar
kesejahteraan hidup. Rencana pembangunan ekonomi dan sosial nasional
(1967-1971) mengusulkan untuk pertama kalinya bahwa pasar surat berharga dibentuk
teratur untuk memobilisasi modal tambahan bertujuan untuk pembangunan
ekonomi nasional. Penciptaan pertama pasar resmi disetujui dan diatur sekuritas
Thailand awalnya diusulkan sebagai bagian dari rencana pembangunan ekonomi
dan sosial nasional kedua (1967-1971). Dalam menguraikan proposal untuk
penciptaan pasar sekuritas akan lebih diawasi, rencana pembangunan nasional
menekankan bahwa peran pasar yang paling penting akan memobilisasi dana
Pasar modal Thailand modern pada dasarnya dapat dibagi menjadi dua
dimulai dengan "The Bangkok Bursa Efek" yang milik pribadi, diikuti dengan
pembentukan "The Securities Exchange of Thailand" meskipun berdirinya BSE
agak tidak aktif. Nilai omset tahunan terdiri dari 160 juta baht pada tahun 1968,
dan 114 juta baht pada tahun 1969. Volume perdagangan terus menurun tajam
setelah menjadi 46 juta baht pada tahun 1970, dan kemudian 28 juta baht pada
tahun 1971. Omset di obligasi mencapai 87 juta baht di 1972, namun saham terus
tampil buruk, dengan omset memukul rendah sepanjang waktu hanya 26 juta baht.
BSE akhirnya menghentikan operasinya di awal 1970-an.
Pada tahun 1969 BSE direkomendasikan oleh Bank Dunia, pemerintah
memperoleh layanan dari profesor Sidney M. Robbins dari columbia university
untuk mempelajari saluran pengembangan pasar modal Thailand. Profesor
Robbins sebelumnya menjabat sebagai kepala ekonom di sekuritas and exchange
commission Amerika Serikat. Pada tahun yang sama terbukti satu kejadian untuk
pasar ibukota Thailand, karena Bank of Thailand juga membentuk kelompok kerja
pengembangan pasar modal, yang diberi tugas untuk membangun pasar saham.
Setahun kemudian, pada tahun 1970, Profesor Robbins menghasilkan laporan
komprehensif berjudul "a stock market in Thailand". Laporan ini menjadi rencana
induk untuk pengembangan masa depan pasar ibukota Thailand.
Pada tahun 1972 Pemerintah mengambil langkah lebih lanjut dalam arah
mengubah "pengumuman dewan eksekutif nomor 58 tentang pengawasan usaha
commercial yang mempengaruhi keselamatan publik dan kesejahteraan".
Perubahan diperpanjang oleh kontrol pemerintah dan regulasi atas operasi
Berikut amandemen, pada bulan Mei 1974 yang ditunggu-tunggu
diberlakukannya undang-undang mendirikan "The Securities Exchange of
Thailand" (SET). Hal ini diikuti oleh revisi Revenue Code di akhir tahun,
sehingga investasi tabungan di pasar modal. Pada tahun 1975 kerangka legislatif
dasar berada di tempat dan pada tanggal 30 April 1975, "Bursa Efek Thailand"
resmi mulai perdagangan. Pada 1 Januari 1991 namanya secara resmi berubah
menjadi "The Stock Exchange of Thailand".
4.1.2. Hasil Analisis Statistik Deskriptif
Analisa statistik deskriptif untuk data panel pada penelitian ini
menggunakan aplikasi Eviews. Hal ini untuk mengetahui jumlah rata-rata, nilai
minimum, nilai maksimum dan lainnya dari setiap variabel. Dalam penelitian ini,
variabel yang digunakan dalam perhitungan statistik deskriptif adalah
profitabilitas, asset tangibility, tingkat pertumbuhan, ukuran perusahaan, non-debt
tax shield, struktur modal, dan nilai perusahaan. Berdasarkan analisis statistik deskriptif diperoleh gambaran sampel sebagai berikut:
Tabel 4.3
Statistik Deskriptif dari Profitabilitas, Asset Tangibility, Tingkat Pertumbuhan, Ukuran Perusahaan, Non-Debt Tax Shield, Struktur Modal,
Nilai Perusahaan
Ket ROA FATA GROWTH SIZE NDTS Struktur
Modal
Nilai Perusahaan Mean 0.0817 0.3319 0.0416 19.0046 0.0329 0.8105 3.1349 Median 0.0652 0.3087 0.0288 18.6609 0.0282 0.6321 0.6737 Maximum 0.8633 0.8463 0.6894 24.7157 0.4072 7.4398 214.5331 Minimum 0.0003 0.0124 -0.9952 15.2848 0.0002 0.0348 -0.7363 Std. Dev. 0.0804 0.1843 0.1180 1.7197 0.0318 0.7508 14.9518 Skewness 3.4114 0.4601 -0.0623 0.8187 7.3376 3.1658 10.0875 Kurtosis 23.9107 2.5846 15.3733 3.3549 79.2510 21.3866 118.5188
Probability 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000
Berdasarkan Tabel 4.3 dapat menjelaskan bahwa variabel profitabilitas
dengan jumlah observasi sebanyak 633 data memiliki nilai minimum untuk tiga
data terendah, untuk terendah pertama yaitu perusahaan Star Petrcohem Tbk
(Indonesia) sebesar 0,0003 pada tahun 2015, dan untuk terendah kedua yaitu
perusahaan Pabrik Kertas Tjiwi Kimia Tbk (Indonesia) sebesar 0,0005 pada tahun
2015, serta untuk terendah ketiga yaitu perusahaan Star Petrcohem Tbk
(Indonesia) 0,0006 pada tahun 2014. Nilai profitabilitas rendah pada ketiga
perusahaan disebabkan ketidakmampuan perusahaan menekan beban operasional
(operasional expenses) yaitu beban bunga/margin, beban cadangan kerugian
penurunan nilai aset produktif dan beban tenaga kerja. Peningkatan beban
disebabkan oleh selisih kurs penjabaran laporan keuangan dalam mata uang asing
sehingga banyak beban-beban perusahaan yang mengalami peningkatan apalagi
perusahaan Star Petrcohem Tbk merupakan perusahaan tekstil yang masih
mengimport sebagian besar bahannya.
Sedangkan nilai maksimum rasio profitabilitas untuk tiga data tertinggi,
untuk tertinggi pertama yaitu perusahaan Surya Toto Indonesia Tbk (Indonesia)
sebesar 0,8633 pada tahun 2013, dan nilai tertinggi kedua perusahaan yaitu Multi
Bintang Indonesia Tbk (Indonesia) sebesar 0,6572 pada tahun 2013, serta nilai
tertinggi ke tiga yaitu perusahaan BRC Asia (Singapura) sebesar 0,5481 pada
tahun 2013. Nilai rasio profitabilitas tinggi pada ketiga perusahaan disebabkan
perusahaan mampu menekan beban operasional (operasional expenses) yaitu
beban bunga/margin, beban cadangan kerugian penurunan nilai aset produktif
(CKPN) dan beban tenaga kerja dibandingkan dengan perusahaan pesaingnya.
0,0804. Nilai standar deviasi yang lebih rendah dari nilai rata-rata
mengindikasikan distribusi data sudah baik pada variabel profitabilitas dalam
observasi penelitian ini.
Variabel asset tangibility dengan jumlah observasi sebanyak 633 data
memiliki nilai minimum untuk tiga data terendah, untuk terendah pertama yaitu
perusahaan YTL Land & Development Berhad (Malaysia) sebesar 0,0124 pada
tahun 2015, untuk nilai terendah kedua merupakan perusahaan yang sama sebesar
0,0130 pada tahun 2013, serta nilai terendah ketiga perusahaan yang sama juga
sebesar 0,0133 pada tahun 2014. Nilai asset tangibility redah pada perusahaan
Berhad YTL Land & Development (Malaysia) disebabkan oleh perusahaan
tersebut tidak memerlukan banyak aset tetap untuk beroperasi sehingga
perusahaan tersebut dapat meminimalkan biaya penyusutan.
Sedangkan nilai maksimum rasio asset tangibility untuk tiga data tertinggi,
urutan pertama dimiliki oleh perusahaan Roda Vivatex Tbk (Indonesia) sebesar
0,8463 pada tahun 2013, urutan kedua yaitu perusahaan Holcim Indonesia Tbk
(Indonesia) sebesar 0,8429 pada tahun 2014, serta urutan ketiga yaitu perusahaan
Khee San Berhad (Malaysia) sebesar 0,8399 pada tahun 2014. Nilai asset
tangibility tinggi pada ketiga perusahaan tersebut disebabkan oleh tingginya kebutuhan aset tetap dalam beroperasi seperti perusahaan Roda Vivatex Tbk
(Indonesia) yang merupakan perusahaan tekstil terbesar di Indonesia yang
membutuhkan banyak lahan dan mesin untuk beroperasi. Pada perusahaan Holcim
Indonesia Tbk yaitu perusahaan pembuatan semen memiliki rasio asset tangibility
yang tinggi karena membutuhkan lahan yang besar, peralatan industri berat dan
Diketahui rata-rata (mean) asset tangibility adalah 0,3319, dan standar
deviasinya 0,1843. Nilai standar deviasi yang lebih rendah dari nilai rata-rata
mengindikasikan distribusi data sudah baik pada variabel asset tangibily dalam
observasi penelitian ini.
Variabel tingkat pertumbuhan dengan jumlah observasi sebanyak 633 data
memiliki nilai minimum untuk tiga data terendah, untuk terendah pertama yaitu
perusahaan Boilermech Holdings Berhad [S] (Malaysia) sebesar -0,9952 pada
tahun 2013, untuk nilai terendah kedua yaitu perusahaan Champion Pacific
Indonesia Tbk (Indonesia) sebesar -0,2499 pada tahun 2013, dan nilai terendah
ketiga yaitu perusahaan Kabelindo Murni Tbk (Indonesia) sebesar -0,2379 pada
tahun 2013. Hasil ini mengindikasikan bahwa investor dari ketiga perusahaan
sangat mengharapkan deviden yang tinggi sehingga kebanyakan laba perusahaan
dibagikan ke investor berupa deviden sehingga laba ditahan sangat minim dalam
melakukan penambahan aset perusahaan. Tingkat pertumbuhan aset perusahaan
minus dikarenakan penyusutan aset lebih besar dari penambahan aset perusahaan.
Sedangkan nilai maksimum tingkat pertumbuhan untuk tiga data tertinggi,
urutan pertama dimiliki oleh perusahaan Banpu Public Company Limited
(Thailand) sebesar 0,6894 pada tahun 2013, urutan kedua yaitu perusahaan
Emperador Inc. (Filipina) sebesar 0,6296 pada tahun 2014, dan urutan ketiga yaitu
perusahaan Amplefield Ltd (Singapura) sebesar 0,5508 pada tahun 2014. Hasil ini
mengisyaratkan bahwa ketiga perusahaan ini tingkat pertumbuhan asetnya tinggi
dari tahun ke tahun. Tapi peningkatan pertumbuhan asetnya belum diketahui
asalnya apakah dari hutang maupun laba ditahan. Diketahui rata-rata (mean)
deviasi yang lebih besar dari nilai rata-rata mengindikasikan distribusi data yang
tidak merata pada tingkat pertumbuhan dalam observasi penelitian ini.
Variabel ukuran perusahaan dengan jumlah observasi sebanyak 633 data
memiliki nilai minimum untuk tiga data terendah, untuk terendah pertama yaitu
perusahaan Inter-Delta Tbk (Indonesia) sebesar 15,2848 pada tahun 2013, untuk
nilai terendah kedua yaitu perusahaan China Minzhong (Singapura) sebesar
15,3558 pada tahun 2013, dan nilai terendah ketiga perusahaan Inter-Delta Tbk
(Indonesia) sebesar 15.3985 pada tahun 2014. Hasil ini mengindikasikan bahwa
ketiga perusahaan tersebut memiliki total aset yang kecil. Ketiga perusahaan
adalah perusahaan yang memiliki total aset yang paling kecil jika dibandingkan
dengan perusahaan lainnya.
Sedangkan nilai maksimum ukuran perusahaan untuk tiga data tertinggi,
urutan pertama dimiliki oleh perusahaan PTT Public Company Limited (Thailand)
sebesar 24,7157 pada tahun 2013, urutan kedua merupakan perusahaan yang sama
sebesar 24,6785 pada tahun 2015, dan urutan ketiga perusahaan yang sama juga
sebesar 24,6266 pada tahun 2014. Hasil ini mengindikasikan bahwa PTT. Public
Company Limited perusahaan dengan total aset paling banyak. Perusahaan
tersebut berdiri pada tahun 2011 bergerak dibidang industri kimia dimana dalam
proses kegiatannya memerlukan banyak aktiva tetap. Diketahui rata-rata (mean)
ukuran perusahaan adalah 19,0046, dan standar 1,7197. Nilai standar deviasi yang
lebih rendah dari nilai rata-rata mengindikasikan distribusi data sudah baik pada
variabel ukuran perusahaan dalam observasi penelitian ini.
Variabel non-debt tax shield dengan jumlah observasi sebanyak 633 data
perusahaan YTL Land & Development Berhad (Malaysia) sebesar 0,0002 pada
tahun 2013, untuk nilai terendah kedua merupakan perusahaan yang sama sebesar
0,0002 pada tahun 2014, dan nilai terendah ketiga perusahaan yang sama juga
sebesar 0,0003 pada tahun 2015. Hasil ini mengindikasikan bahwa YTL Land &
Development Berhad (Malaysia) memiliki nilai depresiasi dan amortisasi yang
rendah. Dengan demikian pengurang aktiva tetap perusahaan kecil sehingga
penurunan total aktiva tidak banyak.
Sedangkan nilai maksimum non-debt tax shield untuk tiga data tertinggi,
urutan pertama dimiliki oleh perusahaan Akasha Wira International Tbk
(Indonesia) sebesar 0,4072 pada tahun 2014, urutan kedua merupakan perusahaan
yang sama sebesar 0,4032 pada tahun 2013, serta urutan ketiga perusahaan yang
sama juga sebesar 0,3598 pada tahun 2015. Hasil ini mengindikasikan bahwa
perusahaan Akasha Wira Internasional Tbk memiliki total depresiasi dan
amortisasi yang besar sehingga mengurangi aktiva tetap yang otomatis akan
mengurangi total aset. Perusahaan Akhasa Wira Internasional Tbk merupakan
perusahaan yang bergerak pada bidang air minuman botol dan produk kecantikan
dimana proses pembuatannya memerlukan banyak aktiva tetap. Diketahui
rata-rata (mean) non-debt tax shield adalah 0,0329, dan standar deviasinya 0,0318.
Nilai standar deviasi yang lebih rendah dari nilai rata-rata mengindikasikan
distribusi data sudah baik pada variabel non-debt tax shield dalam observasi
penelitian ini.
Variabel struktur modal dengan jumlah observasi sebanyak 633 data
memiliki nilai minimum untuk tiga data terendah, untuk terendah pertama yaitu
nilai terendah kedua yaitu perusahaan Bright Packaging Industry Berhad
(Malaysia) sebesar 0,0420 pada tahun 2014, serta nilai terendah ketiga yaitu
perusahaan Fibon Berhad (Malaysia) sebesar 0,0478 pada tahun 2014. Ini
mengindikasikan bahwa ketiga perusahaan merupakan pemilik hutang yang paling
sedikit dibandingkan dengan perusahaan lainnya. Ketiga perusahaan lebih senang
menggunakan ekuitas dalam menjalankan proses produksi perusahaan.
Sedangkan nilai maksimum struktur modal untuk tiga data tertinggi urutan
pertama dimiliki oleh perusahaan Jembo Cable Company Tbk (Indonesia) sebesar
7,4398 pada tahun 2013, urutan kedua yaitu perusahaan Indal Aluminium Industry
Tbk (Indonesia) sebesar 6,3406 pada tahun 2014, serta urutan ketiga perusahaan
yang sama Indal Aluminium Industry Tbk (Indonesia) sebesar 5,9721 pada tahun
2013. Hasil ini mengindikasikan bahwa kedua perusahaan merupakan perusahaan
yang memiliki hutang terbanyak dibandingkan dengan perusahaan lainnya.
Diketahui rata-rata (mean) struktur modal adalah 0,8105, dan standar deviasinya
0,7508. Nilai standar deviasi yang lebih rendah dari nilai rata-rata
mengindikasikan distribusi data sudah baik pada variabel struktur modal dalam
observasi penelitian ini.
Variabel nilai perusahaan dengan jumlah observasi sebanyak 633 data
memiliki nilai minimum untuk tiga data terendah, untuk terendah pertama yaitu
perusahaan Xingquan International Sports Holdings Limited (Malaysia) sebesar
-0,7363 pada tahun 2015, untuk nilai terendah kedua perusahaan yang sama
sebesar -0,6432 pada tahun 2014, serta nilai terendah ketiga perusahaan yang
sama juga sebesar -0,5739 pada tahun 2013. Hasil ini mengindikasikan bahwa
perusahaan yang memiliki saham yang beredar, total hutang persediaan dan aset
lancar yang lebih kecil dibandingkan dengan total asetnya.
Sedangkan nilai maksimum nilai perusahaan untuk tiga data tertinggi
urutan pertama dimiliki oleh perusahaan Indopoly Swakarsa Industry Tbk
(Indonesia) sebesar 214,5331 pada tahun 2013, urutan kedua perusahaan yang
sama sebesar 184,8788 pada tahun 2014, serta urutan ketiga perusahaan yang
sama juga sebesar 132,0673 pada tahun 2015. Hasil ini mengindikasikan bahwa
perusahaan Indopoly Swakarsa Industry Tbk merupakan perusahaan yang
memiliki nilai perusahaan tertinggi dibandingkan dengan perusahaan lain dalam
sampel ini dimana harga saham perusahaan ini sangat tinggi berbeda jauh
terhadap perusahaan lain yaitu sebesar 5,7448 pada tahun 2015. Hal ini
menyebabkan nilai perusahaan Indopoly Swakarsa Industry Tbk berbeda jauh
dengan perusahaan lainnya pada sampel ini. Diketahui rata-rata (mean) nilai
perusahaan adalah 3,1349, dan standar deviasinya 14,9518. Nilai standar deviasi
yang lebih besar dari nilai rata-rata mengindikasikan distribusi data yang tidak
merata pada tingkat pertumbuhan dalam observasi penelitian ini.
Untuk memperjelas nilai tertinggi dan terendah dalam penelitian ini maka
tabel 4.4.
Tabel 4.4
Nilai Tertinggi dan Terendah dari Rasio Variabel Profitabilitas, Asset Tangibility, Tingkat Pertumbuhan, Ukuran Perusahaan, Non-Debt Tax
Shield, Struktur Modal, Nilai Perusahaan
No Variabel Maximum/
Minimum Nama Perusahaan Nilai Tahun
1 Profitabilitas
Tertinggi I Surya Toto Indonesia Tbk (Indonesia) 0,8633 2013
Tertinggi II Multi Bintang Indonesia Tbk (Indonesia) 0,6572 2013
Tertinggi III BRC Asia (Singapura) 0,5481 2013
Terendah I Star Petrcohem Tbk (Indonesia) 0,0003 2015
Terendah II Pabrik Kertas Tjiwi Kimia Tbk (Indonesia) 0,0005 2015
Lanjutan Tabel 4.4
Nilai Tertinggi dan Terendah dari Rasio Variabel Profitabilitas, Asset Tangibility, Tingkat Pertumbuhan, Ukuran Perusahaan, Non-Debt Tax
Shield, Struktur Modal, Nilai Perusahaan
No Variabel Maximum/
Minimum Nama Perusahaan Nilai Tahun
2 Asset Tangibility
Tertinggi I Roda Vivatex Tbk (Indonesia) 0,8463 2013
Tertinggi II Holcim Indonesia Tbk (Indonesia) 0,8429 2014
Tertinggi III Khee San Berhad (Malaysia) 0,8399 2014
Terendah I YTL Land & Development Berhad (Malaysia) 0,0124 2015
Terendah II YTL Land & Development Berhad (Malaysia) 0,0130 2013
Terendah III YTL Land & Development Berhad (Malaysia) 0,0133 2014
3 Tingkat Pertumbuhan
Tertinggi I Banpu Public Company Limited (Thailand) 0,6894 2013
Tertinggi II Emperador Inc. (Filipina) 0,6296 2014
Tertinggi III Amplefield Ltd (Singapura) 0,5508 2014
Terendah I Boilermech Holdings Berhad [S] (Malaysia) -0,9952 2013
Terendah II Champion Pacific Indonesia Tbk (Indonesia) -0,2499 2013
Terendah III Kabelindo Murni Tbk (Indonesia) -0,2379 2013
4 Ukuran Perusahaan
Tertinggi I PTT Public Company Limited (Thailand) 24.7157 2013
Tertinggi II PTT Public Company Limited (Thailand) 24.6785 2015
Tertinggi III PTT Public Company Limited (Thailand) 24.6266 2014
Terendah I Inter-Delta Tbk (Indonesia) 15.2848 2013
Terendah II China Minzhong (Singapura) 15.3558 2013
Terendah III Inter-Delta Tbk (Indonesia) 15.3985 2014
5 Non-Debt Tax Shield
Tertinggi I Akasha Wira International Tbk (Indonesia) 0,4072 2014
Tertinggi II Akasha Wira International Tbk (Indonesia) 0,4032 2013
Tertinggi III Akasha Wira International Tbk (Indonesia) 0,3598 2015
Terendah I YTL Land & Development Berhad (Malaysia) 0,0002 2013
Terendah II YTL Land & Development Berhad (Malaysia) 0,0002 2014
Terendah III YTL Land & Development Berhad (Malaysia) 0,0003 2015
6 Struktur Modal
Tertinggi I Jembo Cable Company Tbk (Indonesia) 7,4398 2013
Tertinggi II Indal Aluminium Industry Tbk (Indonesia) 6,3406 2014
Tertinggi III Indal Aluminium Industry Tbk (Indonesia) 5,9721 2013
Terendah I Jasa Kita Berhad (Malaysia) 0,0348 2013
Terendah II Bright Packaging Industry Berhad (Malaysia) 0,0420 2014
Terendah III Fibon Berhad (Malaysia) 0,0478 2014
7 Nilai Perusahaan
Tertinggi I Indopoly Swakarsa Industry Tbk (Indonesia) 214,5331 2013
Tertinggi II Indopoly Swakarsa Industry Tbk (Indonesia) 184,8788 2014
Tertinggi III Indopoly Swakarsa Industry Tbk (Indonesia) 132,0673 2015
Terendah I Xingquan Int Sports Holdings Lmd (Malaysia) -0,7363 2015
Terendah II Xingquan Int Sports Holdings Lmd (Malaysia) -0,6432 2013
Terendah III Xingquan Int Sports Holdings Lmd (Malaysia) -0,5739 2014
Sumber: Diolah (2016)
Dari tabel 4.4 dapat dilihat bahwa perusahaan yang memiliki rasio
profitabilitas yang tertinggi masih didominasi oleh perusahaan yang ada di
Indonesia dan diikuti oleh perusahaan dari Singapura. Sedangkan untuk tiga
terendah nilai rasio profitabilitas semua berasal dari indonesia. Dari hasil ini dapat
memiliki laba yang sangat besar dan ada perusahaan yang memiliki laba bersih
yang sangat rendah.
Gambar 4.1 Diagram Nilai Rata-Rata, Maksimum Dan Minimum Rasio Profitabilitas
Gambar 4.1 menunjukkan bahwa Indonesia memiliki rata-rata rasio
profitabilitas paling tinggi yang berarti kemampulabaan perusahaan yang berada
di indonesia lebih besar daripada negara lainnya. Untuk perusahaan manufaktur
yang memiliki kemampulabaan yang rendah yaitu pada perusahaan Thailand.
Namum pada dasarnya jika dilihat secara keseluruhan rata-rata rasio profitabilitas
semua negara dapat dilihat bahwa kemampulabaan kelima negara tidak berbeda
jauh satu sama lain.
Tabel 4.2 menunjukkan bahwa perusahaan yang memiliki rasio asset
tangibility yang tertinggi masih didominasi oleh perusahaan yang ada di Indonesia dan diikuti oleh perusahaan dari Malaysia. Untuk tiga terendah nilai rasio asset
tangibility semua berasal dari Malaysia. Sedangkan Gambar 4.2 menunjukkan hasil yang berbeda yaitu rata-rata rasio asset tangibility paling tinggi merupakan
Thailand dan yang paling rendah merupakan negara Singapura. Dari tabel 4.4 dan
gambar 4.2 dapat diambil kesimpulan bahwa perusahaan manufaktur yang berada
di negara Thailand rata-rata memiliki aset tetap yang tinggi dalam melakukan
proses operasional perusahaan, sedangkan perusahaan manufaktur di negara
Singapura malah sebaliknya tidak menggunakan aset tetap yang besar untuk
beroperasi.
Gambar4.3 Diagram Nilai Rata-Rata, Maksimum Dan Minimum Rasio Tingkat Pertumbuhan
Tabel 4.3 menunjukkan bahwa perusahaan yang memiliki rasio tingkat
pertumbuhan yang tertinggi yaitu perusahaan dari negara Thailand, Filipina dan
Singapura. Untuk tiga terendah nilai rasio tingkat pertumbuhan didominasi oleh
perusahaan Indonesia dan diikuti oleh perusahaan dari Malaysia. Gambar 4.3
menunjukkan hasil yang mendukung yaitu rata-rata rasio tingkat pertumbuhan
paling tinggi merupakan perusahaan Filipina dan yang paling rendah merupakan -1.00000
-0.50000 0.00000 0.50000 1.00000
Malaysia Indonesia Filipina Singapura Thailand 0.04024 0.02136 0.11176 0.07363 0.05257
0.44231 0.47896
0.62962 0.55083 0.68941
-0.99524
-0.24991
-0.03808 -0.07795 -0.10361
Rata-rata
Max
perusahaan di negara Indonesia. Dapat diambil kesimpulan bahwa perusahaan
manufaktur yang berada di negara Filipina rata-rata memiliki tingkat pertumbuhan
aset yang tinggi, sedangkan perusahaan manufaktur di negara Indonesia malah
sebaliknya dimana tingkat pertumbuhan perusahaannya rendah.
Gambar 4.4 Diagram Nilai Rata-Rata, Maksimum Dan Minimum Rasio Ukuran Perusahaan
Tabel 4.4 menunjukan bahwa perusahaan yang memiliki rasio ukuran
perusahaan yang tertinggi yaitu didominasi oleh perusahaan dari negara Thailand.
Untuk tiga terendah nilai rasio tingkat pertumbuhan didominasi oleh perusahaan
Indonesia dan diikuti oleh perusahaan dari Singapura. Gambar 4.4 menunjukkan
hasil yang mendukung yaitu rata-rata rasio ukuran perusahaan paling tinggi
merupakan perusahaan Thailand dan yang paling rendah merupakan perusahaan di
negara Malaysia. Dapat diambil kesimpulan bahwa perusahaan manufaktur yang
berada di negara Thailand rata-rata memiliki ukuran perusahaan yang lebih besar
dibandingkan dengan perusahaan manufaktur di negara lainnya. Jika dilihat secara
keseluruhan perusahaan manufaktur yang menjadi sampel penelitian ini besarnya
hampir merata. 0.000 5.000 10.000 15.000 20.000 25.000
Malaysia Indonesia Filipina Singapura Thailand 18.451 19.035 19.912 18.669
22.339 22.888 23.666 23.012
21.780
24.716
16.186 15.285 16.465 15.356
20.277
Rata-rata
Max
Gambar 4.5 Diagram Nilai Rata-Rata, Maksimum Dan Minimum Rasio Non-Debt Tax Shield
Tabel 4.5 menunjukan bahwa perusahaan yang memiliki rasio non-debt
tax shield yang tertinggi yaitu didominasi oleh perusahaan dari negara Indonesia. Untuk tiga terendah nilai rasio non-debt tax shield didominasi oleh perusahaan
Malaysia. Gambar 4.5 menunjukkan bahwa secara keseluruhan rasio non-debt tax
shield pada perusahaan indonesia hampir sama dengan perusahaan dari negara lainnya. Dapat diambil kesimpulan bahwa perusahaan manufaktur yang menjadi
sampel penelitian ini besarnya hampir merata. Yang artinya bahwa nilai depresiasi
dan amortisasi semua perusahaan manufaktur yang menjadi sampel penelitian ini
memiliki besar yang merata.
Tabel 4.6 juga menunjukan bahwa perusahaan yang memiliki rasio
struktur modal yang tertinggi yaitu didominasi oleh perusahaan dari negara
Indonesia. Untuk tiga terendah nilai rasio struktur modal didominasi oleh
perusahaan Malaysia. Gambar 4.6 menunjukkan bahwa secara rata-rata rasio
struktur modal pada perusahaan Thailand merupakan yang paling besar sedangkan
untuk rasio struktur modal yang terkecil pada negara malaysia tetap didukung
oleh gambar 4.6. Dapat diambil kesimpulan bahwa perusahaan manufaktur pada
perusahaan Thailand lebih cenderung menggunakan hutang dalam pertumbuhan
asetnya Sedangkan negara Malaysia cenderung menggunakan ekuitasnya dalam
meningkatkan asetnya. Pada gambar 4.6 juga menunjukkan bahwa perusahaan
manufaktur diindonesia dalam penggunaan hutang sangat berfluktuasi dimana
banyak perusahaan yang sangat ketergantungan dengan hutang.
Gambar 4.7 Diagram Nilai Rata-Rata, Maksimum Dan Minimum Rasio Nilai Perusahaan
Tabel 4.7 menunjukan bahwa perusahaan yang memiliki rasio nilai
perusahaan yang tertinggi yaitu didominasi oleh perusahaan dari negara Indonesia.
Untuk tiga terendah nilai rasio nilai perusahaan didominasi oleh perusahaan -50.000
Malaysia. Gambar 4.7 menunjukkan bahwa secara rata-rata rasio nilai perusahaan
pada perusahaan Singapura merupakan yang paling besar sedangkan untuk nilai
perusahaan yang terkecil pada negara malaysia tetap didukung oleh gambar 4.7.
Dapat diambil kesimpulan bahwa nilai perusahaan manufaktur pada perusahaan
Singapura lebih besar dibandingkan dengan perusahaan pada negara lainnya. Pada
gambar 4.7 juga menunjukkan bahwa nilai perusahaan manufaktur diindonesia
berfluktuasi dimana ada nilai perusahaan yang jauh berada diatas rata-rata rasio nilai
perusahaan.
Untuk menguji signifikansi variabel setiap negara di Asia Tenggara
terhadap nilai perusahaan dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 4.5
Uji Signifikansi Secara Parsial Setiap Negara
Negara
Variabel
ROA FATA GROWTH SIZE NDTS Struktur
Modal
Indonesia x x Signifikan x x x
Malaysia Signifikan x x x Signifikan x
Singapura x x x Signifikan x x
Filipina x x x x x x
Thailand x x x x Signifikan x
Sumber: Hasil Olah Software Eviews 7 (2016)
Dari Tabel 4.5 Menunjukkan rasio yang harus diperhatikan oleh perusahaan
manufaktur dinegara tersebut. Di negara Indonesia investor cenderung
memperhatikan tingkat pertumbuhan asetnya dikarenakan investor menganggap
perusahaan yang memiliki tingkat pertumbuhan aset yang dari tahun ke tahun
mengalami peningkatan adalah perusahaan yang lebih baik untuk melakukan
investasi. Di negara Malaysia investor cenderung memperhatikan kemampulabaan
dan penghematan pajak yang bersumber dari biaya non-utang. Di negara Malaysia
kecenderungan investor berminat dalam melakukan investasi di perusahaan yang