JURNAL BISNIS DAN AKUNTANSI ISSN: 1410 - 9875 Vol. 17, No. 1a, November 2015 http: //www.tsm.ac.id/JBA
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
STRUKTUR MODAL PERUSAHAAN MANUFAKTUR
DIANA STIE Trisakti [email protected]
Abstract: Capital structure is the funding source in the company, where the
company can determine the internal and external funding that will be used in the operating activity of the company. The purpose of this study is to obtain empirical evidence about factors that affect the capital structure manufacturing companies listed in Indonesian Stock Exchange. The total sample in this study is 69 manufacturing companies listed in Indonesian Stock Exchange during 2012 until 2014 that has been selected by purpose sampling method. This study uses multiple regression analysis. The results of this study indicate that profitability, tangibility, liquidity, and business risk have influence toward capital structure. Other independent variable (growth opportunities, size, and non-debt tax shield) have not influence toward capital structure.
Keywords: Capital Structure, Growth Opportunities, Size, Tangibility,
Profitability, Non-Debt Tax Shield, Liquidity, Business Risk.
Abstrak: Struktur modal adalah sumber pendanaan dalam perusahaan, dimana perusahaan dapat memilih dari pendanaan internal dan eksternal yang dapat digunakan dalam kegiatan operasional perusahaan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan bukti empiris mengenai faktor-faktor yang memengaruhi struktur modal perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 69 perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2012-2014 yang dipilih menggunakan metode purposive sampling. Penelitian ini menggunakan analisis regresi berganda. Hasil penelitian ini menunjukkan profitabilitas, struktur aktiva, likuiditas, dan risiko bisnis memiliki pengaruh terhadap stuktur modal. Variabel independen lain (kesempatan pertumbuhan, ukuran perusahaan, dan non-debt tax shield) tidak memiliki pengaruh terhadap struktur modal.
Kata Kunci: Struktur Modal, Kesempatan Pertumbuhan, Ukuran Perusahaan,
Struktur aktiva, Profitabilitas, Non-debt Tax Shield, Likuiditas, Risiko Bisnis
PENDAHULUAN
Pada masa globalisasi saat ini perusahaan-perusahaan di Indonesia semakin bertambah maupun mengalami perkembangan. Hal tersebut memunculkan adanya persaingan antar perusahaan yang ada di Indonesia. Perusahaan berusaha untuk meningkatkan produktivitasnya agar mampu menghadapi persaingan yang terjadi. Perusahaan diharapkan mampu mengelola modal kerja dengan tepat, sehingga kegiatan operasional yang dijalankan perusahaan dapat meningkatkan produktivitas perusahaan. Modal kerja adalah salah
satu faktor untuk mempertahankan likuiditas, kelangsungan hidup perusahaan, kemampuan melunasi kewajiban, dan profitabilitas yang baik dalam bisnis.
Menurut Rambe (2013), modal merupakan elemen terpenting dalam perusahaan selain sumber daya manusia, mesin, material, dan metode yang digunakan perusahaan. Selain itu, modal yang digunakan perusahaan dapat berasal dari modal sendiri maupun dari pihak luar (investor). Untuk melakukan penyeimbangan terhadap sumber modal tersebut perusahaan memiliki struktur modal. Struktur modal adalah struktur pembiayaan, dimana perusahaan dapat memperoleh pembiayaan dari luar maupun dari dalam perusahaan. Untuk pembiayaan dari luar disebut sebagai utang, perusahaan yang memiliki banyak utang tidaklah sehat karena dapat memberikan dampak negatif terhadap nilai perusahaan (Ogolmagai, 2013).
Menurut trade-off theory
dalam penelitian Furi dan Saifudin (2012), semakin besar ukuran perusahaan maka akan menggunakan utang lebih banyak sebagai pendanaan mereka, terkait dengan rendahnya risiko perusahaan besar. Hal tersebut disebabkan karena perusahaan yang lebih besar memiliki arus kas yang lebih stabil sehingga dapat mengurangi probabilitas kebangkrutan yang lebih rendah daripada perusahaan kecil. Menurut pecking order theory dalam penelitian Furi dan Saifudin (2012), perusahaan dengan profitabilitas yang tinggi akan lebih banyak menggunakan laba ditahan dibandingkan dengan utang, sehingga komponen yang besar dalam struktur modal akan berhubungan dengan tingkat profitabilitas suatu perusahaan. Perusahaan melakukan pengukuran terhadap profitabilitas untuk mengevaluasi keuntungan perusahaan sehubungan dengan
tingkat penjualan, tingkat aset, dan investasi pemilik (Gitman dan Zetter, 2012).
Menurut Ilyas (2008) dalam Kiran (2013) mengatakan struktur aktiva memiliki hubungan dengan rasio utang dalam struktur modal, hal itu dikarenakan perusahaan yang memiliki jumlah aktiva yang lebih banyak akan mendapatkan pinjaman dengan menggunakan aktiva sebagai jaminan. Berdasarkan pecking order
theory, perusahaan dengan tingkat
likuiditas yang tinggi biasanya tidak menggunakan pembiayaan utang dalam struktur modalnya, hal tersebut disebabkan perusahaan dengan tingkat likuiditas yang tinggi akan memiliki dana internal lebih
besar (Adiyana dan Ardiana, 2014). Peneliti termotivasi untuk menguji faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat struktur modal pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan bukti empiris mengenai pengaruh kesempatan pertumbuhan, ukuran perusahaan, struktur aktiva, profitabilitas, non-debt tax shield, likuiditas, dan risiko bisnis terhadap struktur modal.
Penelitian ini disusun dengan sistematika penulisan adalah pertama, pendahuluan menjelaskan mengenai latar belakang masalah, tujuan penelitian, dan sistematika penulisan. Kedua, menjelaskan rerangka teoritis dan pengembangan hipotesis menguraikan landasan teori, hasil penelitian sebelumnya sebagai dasar pengembangan hipotesis. Ketiga, metoda penelitian terdiri dari obyek penelitian dan cara pemilihan sampel, definisi operasional dan pengukuran variabel. Keempat, hasil penelitian yang berisi hasil pengujian hipotesis dan interpretasi pengujian hipotesis. Kelima, penutup yang berisi kesimpulan, keterbatasan dari penelitian, dan saran untuk penelitian selanjutnya.
Pecking Order Theory
Pecking order theory
menunjukkan bahwa perusahaan harus mengikuti hirarki tertentu untuk mebiayai aset, perusahaan harus selalu menggunakan dana internal yang berasal dari laba ditahan, lalu utang, dan menggunakan modal sebagai pilihan terakhir (Myers dan Majluf, 1984). Menurut Sari et al. (2013), teori ini
menjelaskan bahwa banyak perusahaan memiliki kecenderungan tidak mengeluarkan saham dan akan memegang kas yang lebih besar.
Penggunaan dana perusahaan dalam bentuk utang lebih disukai daripada pendanaan ekuitas (penerbitan saham baru) dengan alasan adanya pertimbangan biaya emisi, dimana biaya emisi obligasi akan lebih murah dibandingkan biaya emisi penerbitan saham baru (Natasari dan Januarti, 2014). Selain itu, dapat meminimalisasi adanya perbedaan informasi antara pihak manajemen dengan pihak pemegang saham.
Trade-Off Theory
Trade-off theory
menunjukkan bahwa untuk mencapai struktur modal yang optimal membutuhkan keseimbangan antara manfaat dan biaya utang (Najjar dan Petrov, 2011). Menurut Olayinka (2011), manfaat utang adalah sebagai perisai pajak karena perusahaan yang menggunakan utang akan melakukan pembayaran bunga yang dapat dikurangkan dari pajak. Biaya utama dari utang adalah risiko kesulitan keuangan yang meliputi biaya kebangkrutan dan berbagai biaya selain kebangkrutan seperti pemasok yang menuntut pembayaran, dan pertikaian pemegang saham dan pemegang obligasi (Najjar dan Petrov, 2011).
Agency Cost Theory
Agency cost theory
menunjukkan konsep struktur modal yang optimal dapat diperoleh dengan meminimalkan biaya agensi yang dianggap penting dalam menentukan struktur modal (Jensen dan
Meckling, 1976). Menurut Jensen dan Meckling (1976) konflik yang mengarah pada masalah biaya agensi adalah antara pemegang saham dengan manajer. Masalah agensi mengasumsikan bahwa manajer perusahaan tidak bekerja untuk memaksimalkan kekayaan pemegang saham melainkan untuk memaksimalkan keuntungan mereka sendiri. Dengan demikian, untuk mencegah terjadinya konflik kepentingan, pemegang saham mencoba untuk mengontrol dan memantau tindakan manajer.
Signaling Theory
Menurut Ross (1977) dalam Kiran (2013) menyatakan bahwa sinyal rasio utang yang tinggi akan dapat lebih dipercaya oleh investor. Ketika perusahaan menerbitkan utang, maka perusahaan yakin mengenai pendapatan mereka di masa yang akan datang dan mampu membayar bunga serta jumlah pokok utang dari pendapatannya. Dengan demikian, rasio utang yang tinggi menunjukkan kepercayaan manajer mengenai laba mereka di masa yang akan datang. Berdasarkan signaling
theory ini, seorang manajer mempunyai informasi yang lebih banyak akan menggunakan dividen untuk menginformasikan kualitas laba kepada investor.
Kesempatan Pertumbuhan dan Struktur Modal
Menurut Setiawan (2006) dalam Wimelda dan Marlinah (2013), perusahaan yang memiliki kesempatan pertumbuhan yang tinggi akan menghadapi kesenjangan informasi antara manajer dan investor luar mengenai kualitas
proyek investasi perusahaan. Kesenjangan informasi tersebut dapat menyebabkan biaya modal saham lebih besar dibandingkan biaya utang. Investor juga menganggap modal saham akan lebih berisiko dibandingkan utang (Wimelda dan Marlinah, 2013). Perusahaan dengan kesempatan pertumbuhan yang tinggi di masa yang akan datang sebaiknya lebih banyak menggunakan pembiayaan ekuitas dalam struktur modal, karena perusahaan yang memiliki leverage yang tinggi akan lebih memungkinkan untuk mendapatkan peluang investasi yang menguntungkan (Jensen dan Meckling, 1976).
Menurut Seftianne dan Handayani (2011), kesempatan pertumbuhan memiliki pengaruh negatif terhadap struktur modal perusahaan. Hal ini disebabkan karena peluang pertumbuhan dalam perusahaan akan menyebabkan perusahaan akan terus mengembangkan usahanya, hal tersebut akan membutuhkan dana yang lebih banyak, sehingga dalam rangka meraih peluang tersebut, perusahaan akan melakukan pinjaman dari pihak luar untuk mendanai kegiatannya.
Acaravci (2015) menyatakan terdapat hubungan yang signifikan antara struktur modal dengan kesempatan pertumbuhan. Wimelda dan Marlinah (2013) menunjukkan bahwa kesempatan pertumbuhan tidak memiliki pengaruh terhadap struktur modal perusahaan.
Ha1: Terdapat pengaruh kesempatan pertumbuhan terhadap struktur modal.
Ukuran Perusahaan dan Struktur Modal
Ukuran perusahaan adalah salah satu faktor yang digunakan perusahaan untuk menentukan berapa besar kebijakan struktur modal dalam memenuhi besarnya aset perusahaan. Apabila perusahaan semakin besar, maka semakin besar pula dana yang dikeluarkan, baik dari kebijakan utang atau modal sendiri dalam mempertahankan dan mengembangkan perusahaan (Adiyana dan Ardiana, 2014). Menurut Shah dan Hijazi (2004) dalam Kiran (2013), perusahaan-perusahaan besar menggunakan rasio yang lebih tinggi dari utang, mereka menganggap diri mereka memiliki peluang lebih sedikit untuk jatuh dalam kesulitan keuangan, sehingga mereka memiliki kapasitas yang lebih besar untuk menyerap guncangan yang terjadi dalam perusahaan.
Menurut Acaravci (2015) menyatakan terdapat hubungan yang positif antara ukuran perusahaan dengan struktur modal. Menurut Furi dan Saifudin (2012) menunjukkan ukuran perusahaan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap struktur modal. Masnoon dan Saeed (2014) menyatakan bahwa ukuran perusahaan tidak memiliki pengaruh terhadap struktur modal perusahaan. Kiran (2013) menyatakan terdapat hubungan yang positif antara ukuran perusahaan dengan struktur modal. Ha2: Terdapat pengaruh ukuran perusahaan terhadap struktur modal. Profitabilitas dan Struktur Modal
Perusahaan dengan profitabilitas yang tinggi akan lebih
banyak menggunakan laba ditahan
dibandingkan dengan utang, komponen utang dalam struktur modal akan berhubungan dengan tingkat profitabilitas suatu perusahaan (Furi dan Saifudin, 2012). Perusahaan melakukan pengukuran terhadap profitabilitas untuk melakukan analisis dalam mengevaluasi keuntungan perusahaan sehubungan dengan tingkat penjualan, tingkat aset, dan investasi pemilik (Gitman dan Zetter, 2012). Tanpa adanya keuntungan, suatu perusahaan tidak dapat menarik modal dari luar. Dalam
pecking order theory, perusahaan
lebih memilih pendanaan internal dari pada pendanaan eksternal.
Menurut Najjar dan Petrov (2011) menyatakan tidak terdapat pengaruh yang signifikan profitabilitas terhadap struktur modal. Masnoon dan Saeed (2014) menunjukkan terdapat hubungan yang negatif pada profitabilitas terhadap struktur modal. Cekrezi (2013) menyatakan profitabilitas memiliki hubungan yang negatif terhadap struktur modal. Adiyana dan Ardiana (2014) menyatakan profitabilitas memiliki pengaruh positif terhadap struktur modal.
Ha3: Terdapat pengaruh profitabilitas terhadap struktur modal.
Struktur Aktiva dan Struktur Modal
Struktur aktiva adalah jumlah dari aktiva tetap yang dimiliki oleh perusahan yang dapat digunakan dalam menjalankan kegiatan operasional perusahaan. Kebanyakan teori struktur modal berpendapat jenis aset yang dimiliki oleh perusahaan dalam beberapa cara mempengaruhi pilihan struktur
modal. Peningkatan aset dari perusahaan meningkatkan rasio
leverage, karena aktiva tetap
membantu perusahaan dalam memperoleh utang karena akan menjamin tidak terjadinya gangguan dalam pembayaran kecuali dalam kasus kebangkrutan (Shah dan Hijazi, 2004 dalam Kiran, 2013).
Menurut Acaravci (2015) menyatakan struktur aktiva memiliki hubungan negatif. Furi dan Saifudin (2012) menyatakan struktur aktiva tidak memiliki pengaruh terhadap struktur modal. Najjar dan Petrov (2011) menyatakan struktur aktiva terdapat pengaruh yang signifikan dan positif dengan struktur modal. Kiran (2013) menyatakan struktur aktiva memiliki hubungan positif dengan struktur modal perusahaan. Ha4: Terdapat pengaruh struktur aktiva terhadap struktur modal.
Non-Debt Tax Shield dan Struktur
Modal
Non-debt tax shield meliputi
kredit pajak investasi dan sangat efektif dalam pemotongan pajak (Kiran, 2013). Menurut DeAngelo dan Masulis (1980) dalam Kiran (2013) menyatakan pemotongan pajak untuk depresiasi dan investasi kredit pajak sebagai pengganti untuk manfaat pajak dalam pembiayaan utang. Akibat dari hal tersebut perusahaan besar dengan non-debt
tax shield terhadap arus kas yang
diharapkan relatif mengurangi utang dalam struktur modal, dengan demikian perusahaan yang memiliki
non-debt tax shield akan dapat
mengurangi penggunaan dana eksternal dalam struktur modal (Titman dan Wessels, 1988).
Menurut Acaravci (2015) menyatakan non-debt tax shield tidak terdapat hubungan yang signifikan dengan struktur modal. Cekrezi (2015) menyatakan non-debt tax
shield memiliki hubungan yang
negatif dengan struktur modal. Kiran (2013) menyatakan non-debt tax
shield memiliki hubungan yang
positif dengan struktur modal. Cortez dan Susanto (2012) menyatakan
non-debt tax shield memiliki pengaruh
negatif dengan struktur modal. Ha5: Terdapat pengaruh non-debt tax
shield terhadap struktur modal.
Likuiditas dan Struktur Modal Likuiditas mengacu pada kecepatan aset dapat dikonversi menjadi uang tunai tanpa kehilangan nilai dari aset tersebut. Likuiditas juga merupakan kemampuan perusahaan untuk secara teratur mengubah aktiva lancar menjadi uang tunai sehingga dapat membayar tagihan tepat pada waktunya (Titman dan Keown, 2011). Likuiditas diukur dengan kemampuan untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya, likuiditas perusahaan mengacu pada solvabilitas dari keseluruhan posisi keuangan dimana merupakan gambaran dari kemudahan membayar tagihan yang dimiliki perusahaan (Gitman dan Zutter, 2012). Menurut Furi dan Saifudin (2012), hubungan likuiditas dengan struktur modal adalah perusahaan yang berhasil melunasi utang jangka pendeknya dapat menurunkan proporsi utang dalam struktur modal. Menurut pecking order theory,
perusahaan dengan tingkat likuiditas yang tinggi biasanya tidak menggunakan pembiayaan utang dalam struktur modal karena
likuiditas yang tinggi memiliki dana internal yang lebih besar.
Menurut Furi dan Saifudin (2012) likuiditas tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap struktur modal. Najjar dan Petrov (2011) menyatakan likuiditas memiliki pengaruh negatif terhadap struktur modal. Masnoon dan Saeed (2013) menyatakan likuiditas memiliki pengaruh negatif dengan struktur modal dan Cekrezi menyatakan likuiditas memiliki hubungan yang positif dengan struktur modal perusahaan.
Ha6: Terdapat pengaruh likuiditas terhadap struktur modal.
Risiko Bisnis dan Struktur Modal Risiko bisnis adalah penentu yang paling penting dari struktur modal yang merupakan jumlah risiko yang melekat dalam kegiatan operasional perusahaan bahkan ketika perusahaan tidak menggunakan pembiayaan utang (Brigham dan Houston, 2010). Perusahaan yang memiliki tingkat risiko tingg akan menghindari penambahan pendanaan melalui modal asing dibandingkan dengan perusahaan yang memiliki tingkat risiko yang rendah, dimana hal tersebut juga dapat meningkatkan kebangkrutan (Adiyana dan Ardiana,
2014). Menurut Furi dan Saifudin (2012) tingkat risiko yang tinggi dapat memungkinkan terjadinya
financial distress karena pendapatan
yang tidak menentu akan menyebabkan arus kas masuk yang juga tidak menentu, dan jika perusahaan rugi atau arus kas yang masuk tida cukup untuk membayar beban bunga, maka akan menyebabkan perusahaan mengalami kebangkrutan.
Menurut Furi dan Saifudin (2012) menyatakan risiko bisnis tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap struktur modal. Ashraf dan Rasool (2013) menyatakan risiko bisnis tidak berpengaruh dengan struktur modal. Firnanti (2011) menunjukkan risiko bisnis tidak memiliki pengaruh dengan struktur modal. Wimelda dan Marlinah (2013) menyatakan bahwa risiko bisnis memiliki pengaruh terhadap struktur modal.
Ha7: Terdapat pengaruh risiko bisnis terhadap struktur modal.
METODA PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan metode
purposive sampling. Dibawah ini
merupakan hasil dari proses pemilihan sampel:
Tabel 1 Pemilihan Sampel
No Kriteria Sampel Jumlah Sampel Total
1 Perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama tahun 2012 sampai dengan tahun 2014.
131 393
2 Perusahaan manufaktur yang tidak menggunakan mata uang rupiah dalam laporan keuangannya.
(27) (81)
3 Perusahaan manufaktur dengan periode akuntansi yang tidak berakhir pada tanggal 31 Desember.
(2) (6)
4 Perusahaan manufaktur yang tidak melaporkan laba positif selama tahun 2012 sampai dengan tahun 2014.
(33) (99)
Total perusahaan sampel 69 207
Jumlah data yang diolah 207
Struktur modal adalah sumber pendanaan dalam perusahaan, dimana perusahaan dapat menentukan pendanaan internal dan eksternal yang akan digunakan di dalam menjalankan kegiatan operasional perusahaan. Rumus struktur modal sebagai berikut:
Leverage = Total Debt Total Asset
Kesempatan pertumbuhan yang tinggi di masa yang akan datang harus menggunakan lebih banyak pembiayaan ekuitas, karena perusahaan akan memiliki
leverage lebih tinggi dan mungkin dapat melewatkan peluang investasi yang
menguntungkan bagi perusahaan. Rumus kesempatan pertumbuhan sebagai berikut:
Market to Book Ratio = Market Price Per Share Book Value Per Share Book value per share dapat dihitung dengan rumus:
Book Value Per Share = Total Equity
Number of Shares Outstanding
Ukuran Perusahaan merupakan salah satu faktor yang digunakan perusahaan dalam menentukan berapa besar kebijakan struktur modal dalam memenuhi besarnya aset perusahaan. Rumus ukuran perusahaan sebagai berikut:
Ukuran Perusahaan = Ln (Total Assets)
Profitabilitas yang tinggi dan dimiliki oleh perusahaan akan lebih banyak menggunakan laba ditahan dan lebih sedikit dalam menggunakan utang. Rumus dari profitabilitas sebagai berikut:
Profitabilitas = Net Income
Total Assets
Struktur aktiva adalah aktiva berwujud yang dapat memberikan nilai jaminan yang tinggi dibandingkan dengan aktiva tidak berwujud, dimana hal tersebut dapat mendukung dalam mendapatkan pinjaman dalam bentuk utang. Rumus struktur aktiva sebagai berikut:
Struktur aktiva = Net Fixed Assets Total Assets
Non-Debt Tax Shield yang dimiliki perusahaan akan efektif dalam membantu
pemotongan pajak karena penyusutan aset berwujud dan tidak berwujud sebagai pengurang dari pajak. Rumus non-debt tax shield sebagai berikut:
Non-Debt Tax Shield = Depreciation Total Assets
Likuiditas adalah kekuatan perusahaan dalam melunasi kewajiban yang jatuh tempo dalam jangka pendek yang dimilikinya. Rumus likuiditas sebagai berikut:
Likuiditas = Short-Term Assets
Total Liabilities
Risiko Bisnis yang tinggi dan dimiliki perusahaan akan menyebabkan perusahaan menghindari penambahan dana melalui modal asing dibandingkan dengan perusahaan yang memiliki tingkat risiko rendah, karena dapat meningkatkan kebangkrutan. Rumus risiko bisnis sebagai berikut:
Basic Earning Earning Before Interest and Tax Power Ratio Total Assets
HASIL PENELITIAN
Statistik deskriptif untuk mengetahui gambaran data yang digunakan dalam penelitian dapat dilihat pada tabel 2 berikut ini:
=
Tabel 2 Statistik Deskriptif
Variabel N Minimum Maksimum Mean Std. Deviasi
Leverage 207 0,07346 0,88090 0,40677 0,17780 Kesempatan Pertumbuhan 207 0,03702 985,02464 8,16321 68,51691 Ukuran Perusahaan 207 25,27667 33,09497 28,16424 1,66372 Profitabilitas 207 0,00044 0,40376 0,09776 0,08921 Struktur Aktiva 207 0,04576 0,84314 0,33943 0,17654 NDTS 207 0,00063 0,07747 0,02838 0,01345 Likuiditas 207 0,27154 8,42918 1,90039 1,35842 Risiko Bisnis 207 0,00357 0,53957 0,14111 0,11066
Hasil pengujian hipotesis dapat dilihat pada tabel 3 berikut ini: Tabel 3 Hasil Uji t
Variabel B t Sig.
Market Book Ratio 0,000 1,638 0,103
Ukuran Perusahaan -0,004 -0,795 0,427 Profitabilitas -2,917 -4,899 0,000 Struktur Aktiva -0,256 -5,283 0,000 NDTS -1,078 -1,834 0,068 Likuiditas -0,105 -15,443 0,000 Risiko Bisnis 2,195 4,676 0,000
Berdasarkan hasil pengujian hipotesis pada tabel 3 di atas dapat diketahui bahwa kesempatan pertumbuhan (Market to Book Ratio) memiliki nilai signifikan sebesar 0,103 dimana berada diatas alpha sebesar 0,05 yang berarti variabel kesempatan pertumbuhan tidak memiliki pengaruh terhadap struktur modal. Hal ini berarti Ha1 tidak dapat diterima.
Hasil uji t di atas juga menunjukkan variabel ukuran perusahaan memiliki nilai signifikan sebesar 0,427 dimana berada diatas
alpha sebesar 0,05 yang berarti
variabel ukuran perusahaan tidak memiliki pengaruh terhadap struktur modal. Hal ini berarti Ha2 tidak dapat diterima.
Berdasarkan hasil uji t menunjukkan variabel profitabilitas memiliki nilai signifikan sebesar 0,000 dimana berada dibawah alpha sebesar 0,05 yang berarti variabel profitabilitas memiliki pengaruh terhadap struktur modal. Hal ini berarti Ha3 dapat diterima. Nilai koefisien menunjukkan adanya pengaruh negatif. Hal ini berarti semakin tinggi profitabilitas maka struktur modal akan semakin rendah
dan begitu pula sebaliknya. Sesuai dengan pecking order theory yang menyatakan bahwa perusahaan lebih memilih menggunakan pendanaan internal dibandingkan pendanaan eksternal. Perusahaan akan memenuhi kebutuhan pendanaan dengan mempertahankan laba. Ketika laba perusahaan meningkat, perusahaan akan memenuhi kebutuhan pendanaan menggunakan laba ditahan dan mengurangi tingkat utang.
Hasil uji t menunjukkan variabel struktur aktiva memiliki nilai signifikan 0,000 dimana berada dibawah alpha sebesar 0,05 yang berarti variabel struktur aktiva memiliki pengaruh terhadap struktur modal. Nilai koefisien menunjukkan adanya pengaruh negatif. Hal ini berarti semakin tinggi struktur aktiva maka struktur modal akan semakin rendah dan begitu pula sebaliknya. Struktur aktiva memiliki pengaruh terhadap struktur modal dikarenakan perusahaan yang memiliki banyak aktiva akan dapat membantu perusahaan dalam memperoleh pendanaan yang berasal dari eksternal. Aktiva yang dimiliki perusahaan akan dapat digunakan perusahaan untuk dijadikan jaminan dalam memperoleh dana eksternal yang dibutuhkan oleh perusahaan.
Berdasarkan hasil uji t menunjukkan variabel non-debt tax
shield memiliki nilai signifikan
sebesar 0,068 dimana berada diatas nilai alpha 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa Ha5 tidak dapat diterima. Hal ini menunjukkan bahwa variabel non-debt tax shield tidak memiliki pengaruh secara individual terhadap variabel struktur modal.
Hasil uji t menunjukkan variabel likuiditas memiliki nilai signifikan sebesar 0,000 dimana berada dibawah nilai alpha 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa Ha6 dapat diterima. Dapat disimpulkan bahwa variabel likuiditas memiliki pengaruh secara individual terhadap variabel struktur modal. Nilai koefisien menunjukkan adanya pengaruh negatif. Hal ini berarti semakin tinggi nilai likuiditas maka struktur modal akan semakin rendah dan begitu pula sebaliknya. Likuiditas memiliki pengaruh terhadap struktur modal dikarenakan likuiditas mengacu pada kecepatan aset lancar dikonversi menjadi uang tunai untuk melunasi kewajiban jangka pendeknya, sehingga perusahaan yang berhasil melunasi kewajiban jangka pendeknya dapat menurunkan proporsi utang dalam struktur modalnya.
Hasil uji t menunjukkan variabel risiko bisnis adalah sebesar 0,000 dimana berada dibawah nilai
alpha 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa Ha7 dapat diterima. Dapat disimpulkan bahwa variabel risiko bisnis memiliki pengaruh secara individual terhadap variabel struktur modal. Nilai koefisien menunjukkan adanya pengaruh positif. Hal ini berarti semakin tinggi risiko bisnis maka struktur modal akan semakin tinggi dan begitu pula sebaliknya. Risiko bisnis merupakan penentu yang paling penting dalam struktur modal, dimana risiko bisnis adalah jumlah risiko yang melekat dalam kegiatan operasional perusahaan bahkan ketika perusahaan tidak menggunakan pendanaan dari luar. Perusahaan yang memiliki risiko
yang tinggi akan lebih memilih untuk menggunakan pendanaan eksternal dalam bentuk utang maupun penerbitan saham. Para investor merasa bahwa perusahaan yang memiliki risiko yang tinggi akan memberikan pengembalian yang tinggi juga, sehingga dapat menguntungkan bagi para investor. PENUTUP
Berdasarkan hasil pengujian hipotesis, maka penelitian mengambil simpulan bahwa variabel profitabilitas, struktur aktiva, likuiditas, dan risiko bisnis memiliki pengaruh terhadap struktur modal. Kesempatan pertumbuhan, ukuran perusahaan dan non-debt tax shield tidak memiliki pengaruh terhadap struktur modal.
Keterbatasan penelitian ini adalah periode penelitian yang terlalu singkat, sedangkan penelitian lain menggunakan periode waktu yang lebih panjang. Penelitian ini hanya menggunakan perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Penelitian ini hanya
menggunakan tujuh variabel independen, sedangkan masih banyak faktor-faktor lain yang mempengaruhi struktur modal suatu perusahaan. Penelitian ini terjadi multikolinearitas, heteroskedastisitas, dan autokolerasi pada data yang digunakan dalam penelitian.
Untuk mengatasi keterbatasan dalam penelitian ini,
peneliti memberikan rekomendasi untuk penelitian selanjutnya antara lain penelitian selanjutnya diharapkan dapat menambah periode penelitian. Penelitian selanjutnya diharapkan dapat menambah sektor perusahaan selain perusahaan manufaktur. Penelitian selanjutnya diharapkan dapat menambah variabel independen lain yang memengaruhi struktur modal. Selain itu, penelitian selanjutnya dapat menambah banyaknya data dengan penambahan periode penelitian dan menambah variabel independen lain agar dapat
menghilangkan terjadinya multikolinearitas, heteroskedastisitas,
dan autokolerasi.
REFERENSI:
Acaravci, Songul Kakilli. 2015. The Determinants of Capital Structure: Evidence from the Turkish Manufacturing Sector. International Journal of
Economics and Financial Issues, Vol. 5, No. 1: 158-171.
Adiyana, Ida Bagus Gede Nicko Sabo dan Putu Agus Ardiana. 2014. Pengaruh Ukuran Perusahaan, Risiko Bisnis, Pertumbuhan Aset, Profitabilitas Dan Tingkat Likuiditas Pada Struktur Modal. E-Journal Akuntansi Universitas
Udayana, Vol. 10, No. 1: 14-30.
Ashraf, Tanveer dan Safdar Rasool. 2013. Determinants of Leverage of Automobile Sector Firms Listed in Karachi Stock Exchange by Testing Packing Order Theory. Journal of Business Studies Quarterly, Vol. 4, No. 3: 73-83.
Brigham, Eugene F., dan Joel F. Houston. 2010. Essentials Of Financial
Management, Edisi 2. Singapore: Cengage Learning Asia Pte Ltd.
Cekrezi, Anila. 2013. The Determinants of Capital Structure: Evidence from Albania. Academic Journal of Interdisciplinary Studies, Vol. 2, No. 9: 370-376.
Cortez, Michael Angelo dan Stevie Susanto. 2012. The Determinants of Corporate Capital Structure: Evidence from Japanese Manufacturing Companies.
Journal of International Business Research, Vol. 11, No. 3: 121-134.
Dira, Kadek Prawisanti dan Ida Bagus Putra Astika. 2014. Pengaruh Struktur Modal, Likuiditas, Pertumbuhan Laba, Dan Ukuran Perusahaan Pada Kualitas Laba. E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana, Vol. 7, No. 1: 64-78.
Ferdiansya, Muhammad Syahril dan Isnurhadi. 2013. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal Pada Perusahaan Pertambangan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Manajemen dan Bisnis
Sriwijaya, Vol. 11, No. 2: 83-180.
Firnanti, Friska. 2011. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Bisnis dan
Akuntansi, Vol. 13, No. 2: 119-128.
Furi, Vina Ratna dan Saifudin. 2012. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI Tahun 2009-2010). Jurnal Akuntansi, Vol. 1, No. 2: 49-62.
Ghozali, Imam. 2013. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program IBM SPSS
21, Edisi 7. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Gitman, Lawrence J., dan Chad J. Zutter. 2012. Principles Of Managerial
Finance, Edisi 13. Pearson Education Company.
Godfrey, Jayne, Allan Hodgson, Ann Tarca, Jane Hamilton, dan Scott Holmes. 2010. Accounting Theory, Edisi 7. Australia: John Wiley and Sons.
Hair, Joseph F., William C. Black, Barry J. Babin, and Rolph E. Anderson. 2010.
Multivariate Data Analysis, Edisi 7. New Jersey: Pearson Education Inc.
Hartoyo, Abiprayasa Kawiswara Weko, Muhammad Khafid, dan Linda Agustina. 2014. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal Perusahaan Tekstil dan Garmen di Indonesia. Accounting Analysis Journal. Hlm. 247-254
Jensen, Michael C., dan William H. Meckling. 1976. Theory of the Firm: Managerial Behaviour, Agency Costs and Ownership Structure. Journal of
Financial Economics, Vol. 3, No. 4: 305-360.
Kiran, Samra. 2013. Determinants of Capital Structure: A Comparative Analysis of Textile, Chemical & Fuel and Energy Sectors of Pakistan (2001 – 2006). International Review of Management and Business Research, Vol. 2, No. 1: 37-47.
Lim, Thian Cheng. 2012. Determinants of Capital Structure Empirical Evidence from Financial Services Listed Firms in China. International Journal of
Economics and Finance, Vol. 4, No. 3: 191-203.
Margaretha, Farah. 2014. Determinants of Debt Policy in Indonesia’s Public Company. Review of Integrative Business and Economic Research, Vol. 3, No. 2: 10-16.
Masnoon, Maryam dan Abiha Saeed. 2014. Capital Structure Determinants of KSE Listed Automobile Companies. European Scientific Journal, Vol. 10, No. 13: 451-461.
Myers, Stewart C., dan Nicholas S. Majluf. 1984. Corporate Financing and Investment Decisions When Firms Have Information That Investors Do Not Have. Journal of Financial Economic, Vol. 13: 187-221.
Najjar, Naser dan Krassimir Petrov. 2011. Capital Structure of Insurance Companies in Bahrain. International Journal of Business and
Management, Vol. 6, No. 11: 138-145.
Natasari, Enny Yulia dan Indira Januarti. 2014. Pengaruh Non – Debt Tax Shield dan Dividend Payout Ratio Terhadap Penggunaan Hutang (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur yang Go Public di Bursa Efek Indonesia Tahun 2010 – 2012). Diponegoro Journal Of Accounting, Vol. 3, No. 2: 1-9.
Ogolmagai, Natalia. 2013. Leverage Pengaruhnya Terhadap Nilai Perusahaan Pada Industri Manufaktur yang Go Public di Indonesia. Jurnal Ekonomi,
Manajemen, Bisnis dan Akuntansi, Vol. 1, No. 3: 81-89.
Olayinka, Akinlo. 2011. Determinants of Capital Structure: Evidence From Nigerian Panel Data. African Economic and Business Review, Vol. 9, No. 1: 1-16.
Rambe, Muis Fauzi. 2013. Pengaruh Struktur Modal Dan Profitabilitas Terhadap Kebijakan Hutang Pada Perusahaan Makanan Dan Minuman Di Indonesia.
Jurnal Manajemen dan Bisnis, Vol. 13, No. 1: 85-97.
Refra, Erviliana dan Maria C. Widiastuti. 2014. Pengaruh Profitability, Firm Size, Tax, Investment Opportunities, Life Cycle Stage Terhadap Dividend Policy pada Industri Manufaktur di Indonesia. E-Journal Manajemen
Fakultas Ekonomi, Vol. 1, No. 2: 84-105.
Ross, Stephen A., Randolph W. Westerfield, Bradford D. Jordan, Raymond Wong, dan Ben Wong. 2015. Essentials of Corporate Finance. New York: McGraw-Hill Education.
Santoso, Singgih. 2012. Aplikasi SPSS Pada Statistik Parametik. Jakarta: PT Elex Media Komputindo.
Sari, Handa Dessy, Atim Djazuli, dan Siti Aisjah. 2013. Determinan Struktur Modal dan Dampaknya Terhadap Nilai Perusahaan (Studi Pada Perusahaan Makanan dan Minuman di Bursa Efek Indonesia). Jurnal
Aplikasi Manajemen, Vol. 11, No. 1:77-84.
Seftianne dan Ratih Handayani. 2011. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal pada Perusahaan Publik Sektor Manufaktur. Jurnal Bisnis
dan Akuntansi, Vol. 13, Hlm. 39-56
Sekaran, Uma dan Roger Bougie. 2013. Research Methods for Business, Edisi 6. United Kingdom: John Wiley and Sons Ltd.
Shala, Albulena, Skender Ahmeti, Viora Berisha, dan Edona Perjuci. 2014. The Factors That Determine The Capital Structure Among Insurance
Companies in Kosovo: Empirical Analysis. Academic Journal of
Interdisciplinary Studies, Vol. 3, No. 2: 43-50.
Sumani dan Lia Rachmawati. 2012. Analisis Struktur Modal dan Beberapa Faktor yang Mempengaruhinya pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Ekonomi, Manajemen dan Bisnis, Vol. 6, No.1: 30-41 Titman, Sheridan, Arthur J. Keown, dan John D. Martin. 2011. Financial
Management: Principles and Applications, Edisi 11. Pearson Education
Company.
Titman, Sheridan dan Roberto Wessels. 1988. The Determinants of Capital Structure Choice. The Journal Of Finance, Vol. XLIII, No. 1: 1-19.
Wimelda, Linda dan Aan Marlinah. 2013. Variabel-Variabel yang Mempengaruhi Struktur Modal pada Perusahaan Publik Sektor Non Keuangan. Media
Bisnis, Hlm. 200-213.