KAJIAN SPASIAL PERMUKIMAN TIDAK TERENCANA
6.3. Pengaruh Struktur Ruang terhadap Pola Spasial di Kampung Nelayan Belawan Medan
Berdasarkan teori, struktur ruang dan pola spasial yang terbentuk saling mempengaruhi satu sama lain. Struktur ruang berupa fungsi massa, fungsi pada jaringan jalan, dan area terbuka yang terbentuk mempengaruhi pola geometri dasar yang tercipta pada ruang permukiman. Hubungan tersebut dapat diidentifikasi melalui pembagian kelompok ruang yang terbentuk berdasarkan jenis bentuk geometri. Kemudian, fungsi-fungsi ruang yang terbentuk dan hubungan antar fungsi ruang tersebut kemudian diidentifikasi dan dihubungkan dengan pola atau bentuk yang terjadi. Hubungan tersebut dianalisa sesuai dengan jumlah pola yang terbentuk. Penemuan pengaruh struktur ruang terhadap pola spasial permukiman dirangkum ke dalam Tabel 6.3 berikut.
Tabel 6.3 Penemuan Pengaruh Struktur Ruang terhadap Pola Spasial Permukiman Analisa Keterkaitan Teori dengan
Penemuan Penemuan Contoh  Terdapat kecenderungan terbentuknya ruang pada permukiman Kampung Nelayan Belawan Medan. Kecenderungan ini terlihat pada elemen massa bangunan dan hubungannya dengan jaringan jalan. Kecenderungan tersebut dapat muncul akibat  Mempelajari pola adalah melihat tatanan yang memperlihatkan bagaimana hubungan di antara unsur-unsur tersebut terjadi atau berlangsung dan bagaimana unsur- unsur tersebut diletakkan. Mempelajari pola fisik adalah mempelajari rancangan fisiknya (Sumber: Alexander, C. (1977). 1. Bangunan cenderung
terbentuk mengikuti pola jalan yang telah terbangun.
Apabila jalan yang
dibangun linear, maka pola bangunan yang terbentuk juga cenderung lurus dengan bidang persegi panjang. Apabila jalan yang dibangun bercabang dan berkelok, pola bangunan juga cenderung berkelok mengikuti jalan dan terlihat asimetris.
(a) Lorong Bakti (b) Lorong Sukur Keterangan:
: Jaringan jalan : Pola massa
Analisa Keterkaitan Teori dengan Penemuan Penemuan Contoh dari kebutuhan ruang masyarakat, batasan masyarakat dalam membangun hunian atau lingkungannya, dan aspek- aspek sosial masyarakat.
2. Akibat dari kebutuhan akan hunian, pemukim dapat membangun sendiri akses ke
permukimannya atau
jaringan jalan sendiri di sekitar rumahnya. Jalanan ini biasanya berukuran 2-3 meter dan hanya dapat dilalui pejalan kaki dan kendaraan roda dua. Jalanan tersebut dapat dibangun dengan menggunakan semen ataupun kayu.
(a) Jalan Gulama
Analisa Keterkaitan Teori dengan Penemuan Penemuan Contoh Keterangan: : Jaringan jalan : Pola massa : Laut
3. Massa bangunan yang
terbentuk pada
permukiman tidak
terencana ini juga
cenderung mengikuti
massa bangunan yang ada di sekitarnya. Apabila massa bangunan dibangun pada jalan formal atau jalan yang dibangun pemerintah, maka huniannya cenderung mengikuti fasad bangunan yang berada di jalan formal walaupun bangunan yang dimaksud termasuk pada
Analisa Keterkaitan Teori dengan Penemuan
Penemuan Contoh
informal. Juga pada area
permukiman tidak
terencana, bangunan
cenderung mengikuti
bentuk fisik rumah di sekitarnya. Hal ini dapat
disebabkan oleh
kecenderungan manusia
untuk meniru atau
menemukan pola pada
lingkungan yang telah terbentuk sebelumnya.
(b) Lorong Supir Keterangan:
Analisa Keterkaitan Teori dengan Penemuan
Penemuan Contoh
4. Ada prioritas pada pembentukan ruang yang disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat. Masyarakat cenderung memprioritaskan bangunan dan jalan lalu kemudian teras depan untuk halaman
dan tempat
penangkaran kapal bagi yang tinggal dekat dengan laut. Oleh karena itu, teras dan halaman atau taman jarang terlihat pada kawasan permukiman informal ini karena keterbatasan
Analisa Keterkaitan Teori dengan Penemuan
Penemuan Contoh
membangun
lingkungannya dan faktor lain seperti daerah pinggiran laut yang tidak cocok
dijadikan area
berkebun.
(a) Lorong Supir Keterangan:
: Lokasi massa
5. Aksesibilitas yang
terbentuk lewat jaringan
jalan mempengaruhi
banyaknya bangunan.
Semakin panjang jalan tersebut maka bangunan akan semakin banyak.
Semakin dekat jalan
tersebut dengan jalan arteri primer (Jalan Yos Sudarso)
(a) Jalan Gulama dekat dengan pusat pasar dan jalan arteri primer/Jl. Yos Sudarso memiliki panjang jalan 500 meter. Kelompok massa bangunan yang terbangun
Analisa Keterkaitan Teori dengan Penemuan
Penemuan Contoh
maka massa bangunan
yang terbangun lebih
banyak dibandingkan
daerah yang jauh dari pusat pasar. Daerah yang dekat dengan jalan formal atau
jalan yang dibangun
pemerintah memiliki
kelompok massa bangunan yang banyak. Bangunan
pada badan jalan
pemerintah cenderung
berdekatan atau menempel
satu sama lain
dibandingkan bangunan yang dibangun pada jalan informal atau jalan yang dibangun pemukim.
padat dan banyak dibandingkan dengan Jalan T. M. Pahlawan.
(b) Ujung Jalan T. M. Pahlawan yang jauh dari pusat pasar dan jalan arteri primer sehingga bangunan cenderung
lebih sedikit dan terpencar. Keterangan:
: Jaringan jalan : Pola massa
KESIMPULAN
Kampung Nelayan Medan Belawan adalah sebuah permukiman yang terletak pada Kelurahan Belawan Bahagia dan Kecamatan Medan Belawan. Permukiman ini terletak di pinggiran laut atau pesisir pantai dan berada di atas tanah milik PT. Pelindo. Seiring dengan berjalannya waktu dan meningkatnya kebutuhan masyarakat akan rumah tinggal atau hunian, permukiman tidak terencana yang tidak mengikuti peraturan pemerintah pada kawasan ini pun berkembang. Bangunan ini kemudian bertumbuh semakin banyak dan membentuk sebuah struktur ruang permukiman yang kompleks. Bangunan ini kemudian membentuk jaringan jalan, ruang terbuka, sistem utilitas, dan lain-lain.
Secara struktur ruang terdapat area permukiman formal dan informal pada kawasan Kampung Nelayan Medan Belawan ini. Kawasan formal berada pada area yang menghadap langsung ke jalan yang dibentuk oleh pemerintah seperti area Jalan Gulama, sebagian Jalan Hiu, dan Jalan T. M. Pahlawan. Sedangkan kawasan tidak terencana berada langsung berhadapan dengan pesisir pantai seperti area Lorong Bakti, Lorong Sukur, Lorong Amal, dan Lorong Supir (Gambar 7.1).
Gambar 7.1 Posisi Permukiman Informal
Adapun struktur ruang permukiman informal di kawasan ini terbentuk oleh beberapa fungsi. Fungsi tersebut antara lain fungsi blok massa dan fungsi jaringan jalan. Pada massa bangunan fungsi yang terbentuk antara lain:
1. Fungsi Hunian
Hunian yang terbentuk pada kawasan ini berdiri di atas tanah yang bukan milik pribadi. Selain itu struktur bangunan tidak memadai karena memakai
Keterangan Gambar:
: Permukiman informal : Permukiman formal
pondasi kayu dan berdiri di atas laut. Setelah itu, tidak terdapat fasilitas kesehatan di kawasan ini. Fasilitas pendidikan juga minim.
2. Fungsi Perdagangan dan Jasa
Fungsi perdagangan dan jasa pada kawasan ini didominasi oleh toko kelontong yang didirikan langsung di depan hunian atau bersamaan dengan gedung hunian pemukim. Selain itu juga terdapat bengkel atau rumah makan.
3. Fungsi Pendidikan
Fungsi pendidikan hanya terdapat satu yaitu sebuah sanggar pengajian. 4. Fungsi Ibadah
Terdapat dua buah fungsi ibadah berupa mushola di kawasan tidak terencana ini.
5. Ruang Terbuka
Area ruang terbuka cukup banyak namun biasanya tanah berlumpur dan tergenang air atau menjadi tempat pembuangan sampah.
Ruang terbuka memiliki luas terbesar pada permukiman Kampung Nelayan. Luas terbesar kedua terdapat pada massa bangunan. Pada permukiman tidak terencana di Kampung Nelayan tidak terdapat fasilitas kesehatan. Selain itu, fasilitas pendidikan hanya terdapat pada satu lokasi. Luas pada tiap fungsi massa bangunan di kawasan informal Kampung Nelayan dapat dilihat pada Tabel 7.1.
Tabel 7.1 Luas pada tiap fungsi massa bangunan di kawasan informal Kampung Nelayan
Fungsi Luas Jumlah (massa/lokasi)
Fungsi Luas Jumlah (massa/lokasi)
Perdagangan dan Jasa 4676,25 m2 54
Coastal Port 5583,63 m2 107
Peribadatan 189,61 m2 2
Pendidikan dan Olahraga 389,07 m2 1
Kesehatan 0 0
Ruang Terbuka 35006,67 m2 23
TOTAL 79967,99 m2 685
Sedangkan pada pola jaringan jalan terdapat dua jenis jalan yang terbentuk jalan yang dibangun oleh pemerintah dan jalan yang dibangun oleh pemukim itu sendiri (Tabel 7.2). Setiap struktur ruang yang terdiri dari massa bangunan, jaringan jalan, dan ruang terbuka kemudian diidentifikasi luas ruangnya (Tabel 7.3).
Tabel 7.2 Luas jaringan jalan berdasarkan tipe jalan yang tebentuk
Tipe Jalan Luas
Jalan Formal 42133,19 m²
Jalan yang Dibentuk oleh Pemukim 3572,13 m²
TOTAL 45705,32 m2
Tabel 7.3 Perbandingan luas struktur ruang yang terbetuk pada permukiman informal Kampung Nelayan
Struktur Ruang Luas
Struktur Ruang Luas
Jaringan Jalan 3572,13 m²
Ruang Terbuka 35006,67 m2
Selain itu, grafik yang terbentuk mengenai perbandingan antara luas pulau dan jumlah pulau terdapat pada Gambar 7.2. Yang dimaksud dengan pulau adalah kumpulan blok massa yang terbentuk pada sebuah pola permukiman. Pulau-pulau tersebut diidentifikasi dengan variabel s.
Jumlah kelompok massa bangunan (island) yang terbentuk
Gambar 7.2 Grafik perbandingan jumlah pulau dengan luas pulau pada Permukiman Kampung Nelayan Belawan Medan
Jumlah pulau (island) yang terbentuk
0 20 40 60 80 100 120 s=1 s=3 s=5 s=7 s=9 s=12 s=14 s=17 s=21 Perbandingan jumlah pulau dengan luas pulau di Nairobi, Kenya
Perbandingan jumlah pulau dengan luas pulau di Kampung Nelayan
Gambar 7.3 Perbandingan jumlah pulau dengan luas pulau pada permukiman Kampung Nelayan Belawan Medan dengan permukiman di Nairobi, Kenya
Berdasarkan perbandingan antara hasil analisa Sobreira dan Gomes (2001) terdapat persamaan antara permukiman informal di Nairobi, Kenya dan Kampung Nelayan Belawan Medan (Gambar 7.3). Persamaan tersebut adalah massa bangunan yang berdiri sendiri lebih banyak dibandingkan dengan massa bangunan yang berdempetan. Hal ini dapat disebabkan oleh faktor jaringan jalan, sempitnya lahan yang menyebabkan ruang gerak kurang sehingga bangunan memerlukan sirkulasi lebih, ataupun alasan struktur, pondasi, dan utilitas bangunan yang menyebabkan bangunan lebih sulit apabila dibangun berdempetan terutama yang berada di atas pinggiran pantai atau laut. Massa bangunan yang berada pada pinggiran laut atau semakin dekat ke laut juga cenderung lebih banyak yang berdiri sendiri dibandingkan dengan massa bangunan yang lebih dekat ke jalan raya.
Jumlah kelompok massa bangunan (island) yang terbentuk
Jumlah pulau (island) yang terbentuk
Kemudian, berdasarkan perhitungan nilai integrity antara tiap lokasi permukiman di Kampung Nelayan, aksesibilitas atau jaringan jalan tidak terlalu mempengaruhi kepadatan massa bangunan permukiman informa (Tabel 7.4). Apabila dihitung berdasarkan jumlah massa bangunan antara yang formal dan informal tentu akan mengalami perbedaan kembali. Namun, berdasarkan analisa pada permukiman tidak terencana, jaringan jalan atau kedekatan area dengan pusat pasar tidak menjadi prioritas utama pemukim dalam membangun hunian. Pengaruh aksesibilitas tersebut ada pada beberapa lokasi permukiman informal seperti Lorong Supir di mana perhitungan akses cukup besar dan banyaknya massa yang terbentuk. Melalui analisa ini dapat diidentifikasi bahwa kepadatan massa bangunan yang terbentuk pada permukiman tidak terencana dapat disebabkan oleh faktor lain seperti kondisi sosial, ekonomi, dan lain-lain. Walaupun terdapat hubungan spasial antara jalan dengan massa bangunan seperti hubungan pengaruh terbentuknya tiap elemen fisik tersebut, aksesibilitas lokasi tidak terlalu mempengaruhi padatnya massa bangunan.
Tabel 7.4 Perbandingan jumlah pulau dengan luas pulau pada permukiman Kampung Nelayan Belawan Medan
Lokasi Nilai Integrity Jumlah massa yang terbentuk
Jalan Gulama 9,3 19
Jalan Hiu 6,67 5
Lorong Bakti 11,67 29
Lorong Amal 9,03 13
Lokasi Nilai Integrity Jumlah massa yang terbentuk
Lorong Supir 11,67 64
Ujung Jalan T. M. Pahlawan
7,6 19
Kemudian, berdasarkan hasil observasi dan pengamatan antara hubungan massa bangunan dan jaringan terdapat beberapa kecenderungan yang terbentuk pada permukiman informal Kampung Nelayan Belawan Medan (Tabel 7.4). Kecenderungan tersebut berhubungan antara massa bangunan dan jaringan jalan serta bentuk bangunan. Kecenderungan tersebut antara lain bangunan cenderung terbentuk mengikuti pola jalan yang telah terbangun. Apabila jalan yang dibangun linear, maka pola bangunan yang terbentuk juga cenderung lurus dengan bidang persegi panjang. Apabila jalan yang dibangun bercabang dan berkelok, pola bangunan juga cenderung berkelok mengikuti jalan dan terlihat asimetris.
Akibat dari kebutuhan akan hunian, pemukim dapat membangun sendiri akses ke permukimannya atau jaringan jalan sendiri di sekitar rumahnya. Jalanan ini biasanya berukuran 2-3 meter dan hanya dapat dilalui pejalan kaki dan kendaraan roda dua. Jalanan tersebut dapat dibangun dengan menggunakan semen ataupun kayu. Massa bangunan yang terbentuk pada permukiman tidak terencana ini juga cenderung mengikuti massa bangunan yang ada di sekitarnya. Apabila massa bangunan dibangun pada jalan formal atau jalan yang dibangun pemerintah, maka huniannya cenderung mengikuti fasad bangunan yang berada di jalan formal walaupun bangunan yang dimaksud termasuk pada kategori bangunan informal. Juga pada area permukiman tidak terencana, bangunan
cenderung mengikuti bentuk fisik rumah di sekitarnya. Hal ini dapat disebabkan oleh kecenderungan manusia untuk meniru atau menemukan pola pada lingkungan yang telah terbentuk sebelumnya.
Ada prioritas pada pembentukan ruang yang disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat. Masyarakat cenderung memprioritaskan bangunan dan jalan lalu kemudian teras depan untuk halaman dan tempat penangkaran kapal bagi yang tinggal dekat dengan laut. Oleh karena itu, teras dan halaman atau taman jarang terlihat pada kawasan permukiman informal ini karena keterbatasan masyarakat dalam membangun lingkungannya dan faktor lain seperti daerah pinggiran laut yang tidak cocok dijadikan area berkebun.
Aksesibilitas yang terbentuk lewat jaringan jalan mempengaruhi banyaknya bangunan. Semakin panjang jalan tersebut maka bangunan akan semakin banyak. Semakin dekat jalan tersebut dengan jalan arteri primer (Jalan Yos Sudarso) maka massa bangunan yang terbangun lebih banyak dibandingkan daerah yang jauh dari pusat pasar. Daerah yang dekat dengan jalan formal atau jalan yang dibangun pemerintah memiliki kelompok massa bangunan yang banyak. Bangunan pada badan jalan pemerintah cenderung berdekatan atau menempel satu sama lain dibandingkan bangunan yang dibangun pada jalan informal atau jalan yang dibangun pemukim.