• Tidak ada hasil yang ditemukan

5. ATURAN PEMANFAATAN SUMBERDAYA TNS

5.1.1 Karakteristik dan Kinerja Kelembagaan Formal

5.1.1.5 Pengaturan sanksi

Pengaturan sanksi tindakan pelanggaran dalam pemanfaatan sumberdaya TN dan kawasan konservasi lainnya diatur dalam tiga undang-undang yaitu: UU No. 5 Tahun 1990, UU No. 41 Tahun 1999, dan UU No. 18 Tahun 2013. Tindak pidana dalam UU No. 5 Tahun 1990 dibedakan menjadi dua, yaitu tindak pidana kejahatan apabila tindakaan pelanggaran hukum dilakukan dengan sengaja, dan tindak pidana pelanggaran apabila tindakan pelanggaran hukum terjadi karena kelalaiannya. Sanksi terhadap pelanggaran pemanfaatan sumberdaya TN dan kawasan konservasi lainnya dalam UU No. 5 Tahun 1990 hanya diatur dalam 1 pasal yang terdiri atas 5 ayat. Sanksi berupa pidana penjara dan denda. Sanksi berupa pidana penjara paling lama adalah selama 10 tahun. Sedangkan sanksi denda paling banyak adalah Rp200 juta. Sanksi terhadap pelanggaran pemanfaatan sumberdaya TN yang diatur dalam UU No. 5 Tahun 1990 disajikan pada Tabel 5.1.

Tabel 5.1 Sanksi terhadap pelanggaran pemanfaatan sumberdaya TN yang diatur dalam UU No. 5 Tahun 1990

No. Tindakan yang dilarang

Sanksi Tindak pidana

kejahatan49

Tindak pidana pelanggaran 1. Kegiatan yang dapat mengakibatkan

perubahan terhadap keutuhan zona inti TN, yaitu mengurangi, menghilangkan fungsi & luas zona inti TN, serta menambah jenis tumbuhan & satwa lain yang tidak asli.

Pasal 40 (1): Pidana penjara paling lama 10 tahun & denda paling banyak Rp200 juta.

Pasal 40 (3): Pidana penjara paling lama 1 tahun & denda paling banyak Rp100 juta. 2. Kegiatan yang tidak sesuai dengan fungsi

zona pemanfaatan & zona lain dari TN.

Pasal 40 (2): Pidana penjara paling lama 5 tahun & denda paling banyak Rp100 juta.

Pasal 40 (4): Pidana penjara paling lama 1 tahun & denda paling banyak Rp50 juta.

3. Tumbuhan yang dilindungi atau bagian- bagiannya dalam keadaan hidup atau mati: mengambil, menebang, memiliki, merusak, memusnahkan, memelihara, mengangkut, dan memperniagakan; mengeluarkan dari suatu tempat di Indonesia ke tempat lain di dalam atau di luar Indonesia.

Pasal 40 (2): Pidana penjara paling lama 5 tahun & denda paling banyak Rp100 juta.

Pasal 40 (4): Pidana penjara paling lama 1 tahun & denda paling banyak Rp50 juta.

49

Dalam UU No.5 Tahun 1990 pasal 40 (5) dan UU No. 41 Tahun 1999 pasal 78 (13), tindak pidana dibagi dua, yaitu tindak pidana kejahatan yaitu kegiatan yang dilakukan dengan sengaja, dan tindak pidana pelanggaran yaitu tindakan kelalaian.

No. Tindakan yang dilarang Sanksi Tindak pidana kejahatan49 Tindak pidana pelanggaran 4. Satwa yang dilindungi:

a. Satwa yang dilindungi dalam keadaan hidup: menangkap, melukai, membunuh, menyimpan, memiliki, memelihara, mengangkut, dan memperniagakan;

b. Satwa yang dilindungi dalam keadaan mati: menyimpan, memiliki, memelihara, mengangkut, dan memperniagakan;

c. mengeluarkan satwa yang dilindungi dari suatu tempat di Indonesia ke tempat lain di dalam atau di luar Indonesia;

d. memperniagakan, menyimpan atau memiliki kulit, tubuh, atau bagian- bagian lain satwa yang dilindungi atau barang-barang yang dibuat dari bagian-bagaian tersebut atau mengeluarkannya dari suatu tempat di Indonesia ke tempat lain di dalam atau di luar Indonesia;

e. mengambil, merusak, memusnahkan, memperniagakan, menyimpan atau memiliki telur dan atau sarang satwa yang dilindungi.

Pasal 40 (2): Pidana penjara paling lama 5 tahun & denda paling banyak Rp100 juta.

Pasal 40 (4): Pidana penjara paling lama 1 tahun & denda paling banyak Rp50 juta.

Taman Nasional merupakan salah satu bentuk hutan konservasi. Oleh karena itu, pengelolaan sumberdaya TN juga diatur dalam UU No. 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan.Sebagaimana dalam UU No. 5 Tahun 1990, tindak pidana dalam UU No. 41 Tahun 1999juga dibedakan menjadi dua, yaitu tindak pidana kejahatan apabila tindakaan pelanggaran hukum dilakukan dengan sengaja, dan tindak pidana pelanggaran apabila tindakan pelanggaran hukum terjadi karena kelalaiannya. Sanksi dalam UU No. 41 Tahun 1999 diatur dalam 2 pasal yaitu Pasal 78 yang terdiri atas 15 ayat, dan Pasal 80 yang terdiri atas 3 ayat. Sanksi berupa pidana penjara dan denda. Sanksi berupa pidana penjara paling lama adalah selama 15 tahun. Sedangkan sanksi denda paling banyak adalah Rp10milyar.Sanksi terhadap tindakan pelanggaran dalam pemanfaatan sumberdaya hutan yang diatur dalam UU No. 41 Tahun 1999 disajikan pada Tabel 5.2.

Tabel 5.2 Sanksi pelanggaran pemanfaatan sumberdaya hutan yang diatur dalam UU No. 41 Tahun 1999

No. Tindakan yang dilarang

Sanksi Tindak pidana

kejahatan

Tindak pidana pelanggaran 1. Melakukan penebangan pohon dalam

kawasan hutan dengan radius atau jarak sampai dengan:

1) 500 (lima ratus) meter dari tepi waduk

Pasal 78 (2): Pidana penjara paling lama 10 tahun & denda paling banyak

No. Tindakan yang dilarang Sanksi Tindak pidana kejahatan Tindak pidana pelanggaran atau danau;

2) 200 (dua ratus) meter dari tepi mata air dan kiri kanan sungai di daerah rawa; 3) 100 (seratus) meter dari kiri kanan tepi

sungai;

4) 50 (lima puluh) meter dari kiri kanan tepi anak sungai;

5) 2 (dua) kali kedalaman jurang dari tepi jurang;

6) 130 (seratus tiga puluh) kali selisih pasang tertinggi dan pasang terendah dari tepi pantai.

Rp5milyar

2. Membakar hutan. Pasal 78 (3): Pidana

penjara paling lama 15 tahun & denda paling banyak Rp5milyar

Pasal 78 (4): Pidana penjara paling lama 5 tahun & denda paling banyak Rp1,5milyar 3. Menebang pohon atau memanen atau

memungut hasil hutan di dalam hutan tanpa memiliki hak atau izin dari pejabat yang berwenang; menerima, membeli atau menjual, menerima tukar, menerima titipan, menyimpan, atau memiliki hasil hutan yang diketahui atau patut diduga berasal dari kawasan hutan yang diambil atau dipungut secara tidak sah.

Pasal 78 (5): Pidana penjara paling lama 10 tahun & denda paling banyak Rp5milyar

4. Membawa alat-alat berat dan atau alat-alat lainnya yang lazim atau patut diduga akan digunakan untuk mengangkut hasil hutan di dalam kawasan hutan, tanpa izin pejabat yang berwenang.

Pasal 78 (8): Pidana penjara paling lama 3bulan & denda paling banyak Rp10milyar 5. Mengeluarkan, membawa, dan mengangkut

tumbuh-tumbuhan dan satwa liar yang tidak dilindungi undang-undang yang berasal dari kawasan hutan tanpa izin dari pejabat yang berwenang.

Pasal 78 (11): Pidana penjara paling lama 3 tahun & denda paling banyak Rp1milyar

Sanksi terhadap pelanggaran pemanfaatan sumberdaya hutan termasuk TN diatur lebih rinci dalam UU No. 18 Tahun 2013 Tentang Pencegahan dan Pemberantasan Perusakan Hutan.Sanksi ini diatur sebanyak 28 pasal50yaitu mulai pasal 82 s/d 109 yang terdiri atas 68 ayat.Dalam undang-undang ini besarnya sanksi dibedakan antara pelaku orang perorang dengan korporasi.Selanjutnya, pelaku orang perorangan dibedakan antara yang bertempat tinggal di dalam dan/atau di sekitar kawasan hutan dan di luar kawasan hutan.Di samping itu, sanksi dibedakan antara tindakan pidana kejahatan dan pelanggaran (kelalaian).

50

Sanksi diatur dalam UU No. 5 Tahun 1990 sebanyak 1 pasal yang terdiri atas 5 ayat; dalam UU No. 41 Tahun 1999 diatur sebanyak 1 pasal yang terdiri 15 ayat.

Sanksi berupa pidana penjara dan denda. Sanksi berupa pidana penjara paling lama adalah selama 15 tahun dan paling sebentar 3 bulan. Sedangkan sanksi denda paling banyak adalah Rp15 milyar dan paling sedikit Rp500 ribu.Sanksi juga berlaku bagi setiap pejabat yang mengetahui terjadinya pelanggarantetapi tidak menjalankan tindakan sesuai kewenangannya yang diancam pidana kurungan penjara dan denda.Khusus untuk tindak pelanggaran di hutan konservasi diatur dalam pasal 101.Sanksi pelanggaran pemanfaatan sumberdaya hutan yang diatur dalam UU No. 18 Tahun 2013 disajikan pada Tabel 5.3.

Tabel 5.3 Sanksi pelanggaran pemanfaatan sumberdaya hutan yang diatur dalam UU No. 18 Tahun 2013

No. Jenis Pelanggaran Jenis pelaku

Pidana penjara (bulan/tahun)

Pidana denda (Rupiah)

Min Maks Min Maks

A. Tindak pidana Kejahatan 1. Dengan sengaja melakukan

penebangan pohon dalam kawasan hutan yang tanpa memiliki izin, atau tidak sesuai izin atau tidak sah (Pasal 82)

Orang perorangan 1 tahun 5 tahun 500 juta 2,5 milyar Orang perorangan yang bertempat tinggal di dalam dan/atau sekitar kawasan hutan 3 bulan 2 tahun 500 ribu 500 juta Korporasi 5 tahun 15 tahun 5 milyar 15 milyar 2. Dengan sengaja orang

perorangan yang memanfaatkan kayu hasil pembalakan liar dan/atau penggunaan kawasan hutan secara tidak sah yang berasal dari hutan konservasi (pasal 101)

Orang perorangan 1 tahun 3 tahun 200 juta 1,5 miliar Orang perorangan yang bertempat tinggal di dalam dan/atau sekitar kawasan hutan 3 bulan 1 tahun 500 ribu 500 juta Korporasi 5 tahun 15 tahun 5 miliar 15 miliar 3. Dengan sengaja memuat,

membongkar, mengeluarkan, mengangkut, menguasai, dan/atau memiliki hasil penebangan di kawasan hutan tanpa izin; mengangkut, menguasai, atau memiliki hasil hutan yang tidak dilengkapi secara bersama SKSHH; memanfaatkan hasil hutan kayu yang diduga berasal dari hasil pembalakan liar (Pasal 83)

Orang perorangan 1 tahun 5 tahun 500 juta 2,5 milyar Orang perorangan yang bertempat tinggal di dalam dan/atau sekitar kawasan hutan 3 bulan 2 tahun 500 ribu 500 juta Korporasi 5 tahun 15 tahun 5 miliar 15 miliar B. Kelalaian 1. Memuat, membongkar, mengeluarkan, mengangkut, menguasai, dan/atau memiliki hasil penebangan di kawasan hutan tanpa izin; mengangkut, menguasai, atau memiliki hasil hutan yang tidak dilengkapi secara bersama SKSHH; memanfaatkan hasil hutan kayu

Orang perorangan 8 bulan 3 tahun 10 juta 1 miliar Orang perorangan yang bertempat tinggal di dalam dan/atau sekitar kawasan hutan 3 bulan 2 tahun 500 ribu 500 juta Korporasi - - - -

No. Jenis Pelanggaran Jenis pelaku

Pidana penjara (bulan/tahun)

Pidana denda (Rupiah)

Min Maks Min Maks

yang diduga berasal dari hasil pembalakan liar51(Pasal 83)

Catatan: contoh sanksi hanya diambil dari Pasal 82, 83, dan 101 UU No. 18/2013

Pasal 11 (3) dan pasal 101 (2) UU No. 18 Tahun 2013 mengatur bahwa masyarakat di dalam dan sekitar kawasan konservasi jika melakukan perladangan tradisional dan/atau melakukan penebangan kayu di kawasan hutan konservasi untuk keperluan sendiri dan tidak untuk tujuan komersial pun dikategorikan sebagai perbuatan perusakan hutan52yang diancam sanksi pidana minimal 3 bulan dan/atau denda minimal Rp500 ribu.Sebaliknya, masyarakat di dalam dan sekitar hutan produksi mendapatkan perlakukan yang berbeda karena tidak dikategorikan sebagai perbuatan merusak hutan secara terorganisasi. Konsep pengelolaan TN (hutan konservasi) berdasarkan UU No. 18 Tahun 2013 tidak mengizinkan perladangan tradisional dan/atau melakukan penebangan kayu di TN (hutan konservasi)walaupun dilakukan oleh masyarakat setempat atau masyarakat yang tinggal di dalam dan sekitar hutan konservasi.Hal ini menunjukkan terjadinya kemunduran konsep pengelolaan kawasan konservasi jika dibandingkan dengan PP No. 28 Tahun 2011karena dalam Pasal 49 PP ini diatur bahwa pemerintah harus memberdayakan masyarakat di sekitar KSA dan KPA yang meliputi diantaranya pemberian akses pemanfaatan KSA dan KPA dengan cara salah satunya adalah memberi izin pemanfaatan tradisional yang meliputi pemungutan HHBK, budidaya tradisional, dan perburuan tradisional terbatas untuk jenis yang tidak dilindungi. Undang-undang No. 18 Tahun 2013 memperkuat paradigma lama atau pendekatan preservasi pengelolaan TN yang dicirikan oleh tidak adanya peran masyarakat setempat,dan TN seakan menjadi sebuah pulau yang terisolasi. Walaupun sanksi pelanggaran pemanfaatan sumberdaya TN sudah diatur seperti diuraikan di atas, namun pelanggaran masih terjadi di TN, hal ini menunjukkan bahwa kelembagaan formal pemanfaatan sumberdaya TN tidak dapat ditegakkan secara efektif.

Dokumen terkait