• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGAWALAN TEKNOLOGI PASCAPANEN DAUN DAN BUNGA POTONG

9.2. Saran

Saran yang didapat berupa:

1. Perlu adanya segmentasi usaha diantara anggota kelompok tani agar perputaran usaha lebih cepat dalam memanfaatkan peluang pasar yang ada, dengan jalan melakukan produksi dengan jumlah yang cukup dan kontinu. 2. Memperkuat kelembagaan kelompok tani dengan sering melakukan

sosialisasi dan identifikasi permasalahan.

3. Perlu adanya pelatihan keterampilan mengenai SOP GAP, GHP untuk petugas lapang di daerah.

PENGAWALAN TEKNOLOGI PASCAPANEN DAUN DAN BUNGA POTONG

1. Latar Belakang

Florikultura merupakan salah satu komoditas hortikultura yang memiliki potensi besar untuk dikembangkan sebagai upaya penumbuhan perekonomian daerah dan nasional. Pelaku usaha tanaman florikultura mengalami peningkatan mulai skala kecil sampai menengah, mengingat permintaan tanaman florikultura terus meningkat baik untuk kebutuhan domestik maupun ekspor. Dengan demikian tanaman florikultura dapat diposisikan sebagai komoditas perdagangan yang penting di dalam negeri maupun di pasar global.

Berbagai upaya telah dilakukan secara intensif dengan melibatkan seluruh pihak terkait agar usaha/bisnis tanaman florikultura dapat memberikan kontribusi yang lebih besar terhadap perekonomian nasional dengan menumbuhkan sentra - sentra tanaman florikultura baru dan mengutuhkan kawasan yang sudah ada menuju skala industri dengan pengelolaan lahan usaha yang baik agar tanaman florikultura Indonesia mempunyai daya saing dan berdampak terhadap peluang kerja, pertumbuhan perekonomian dan pembangunan sektor jasa di daerah.

Direktorat Budidaya dan Pascapanen Florikultura terus melakukan berbagai upaya dalam pengembangan kawasan florikultura baik budidaya maupun pascapanen dengan maksud untuk memperbaiki teknik budidaya dan penanganan pascapanen yang dilakukan oleh pelaku usaha florikultura sehingga dapat meningkatkan produksi dan meningkatkan mutu produk florikultura sesuai standar. Sehubungan dengan hal tersebut, salah satu kegiatan dilakukan untuk menunjang upaya tersebut adalah melalui

Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 319 kegiatan pertemuan pengawalan dan pendampingan teknologi pascapanen tanaman daun dan bunga potong.

Pertemuan pengawalan dan pendampingan teknologi pascapanen tanaman daun dan bunga potong telah dilaksanakan 9 kali di kabupaten/kota sentra tanaman daun dan bunga potong yang ada di Pulau Jawa. Dari pertemuan pengawalan dan pendampingan tersebut diharapkan permasalahan-permasalahan yang dihadapi pelaku usaha florikultura di lapangan dapat dicarikan solusinya sehingga industri florikultura dapat lebih berkembang lagi.

2. Tujuan dan Sasaran 2.1. Tujuan

a. Melakukan koordinasi dan pendampingan penerapan teknologi pascapanen dalam pengembangan kawasan tanaman daun dan bunga potong.

b. Mengevaluasi pelaksanaan pengembangan kawasan tanaman daun dan bunga potong.

c. Meningkatkan keterampilan pelaku usaha florikultura dalam penanganan pascapanen daun dan bunga potong

2.2. Sasaran

a. Terkoordinasinya dan terdampinginya penerapan teknologi pascapanen di daerah pengembangan kawasan tanaman daun dan bunga potong di Sukabumi, Kab. Semarang, Kab. Kulonprogo, Kota Semarang, Kab. Magelang, Kab. Sukabumi, Kab. Cianjur,Kab. Bandung, dan Kab. Bandung Barat.

b. Terevaluasinya pelaksanaan pengembangan kawasan tanaman daun dan bunga potong.

c. Meningkatnya keterampilan pelaku usaha florikultura dalam penanganan pascapanen daun dan bunga potong di Kab. Sukabumi, Kab. Semarang, Kab. Kulonprogo, Kota Semarang, Kab. Magelang, Kab. Sukabumi, Kab. Cianjur, Kab. Bandung, dan Kab. Bandung Barat.

3. Masukan/Input

3.1. Anggaran sebesar Rp. 170.000.000,-

3.2. Realisasi Keuangan sebesar Rp. 169.991.000,- 3.3. Informasi Teknologi : Data dan Informasi Teknis 3.4. SDM

Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 320 4. Pelaksanaan Kegiatan

4.1. Menyediakan konsumsi pengawalan dan pendampingan teknologi pascapanen tanaman daun dan bunga potong.

4.2. Menyediakan materi pengawalan dan pendampingan teknologi pascapanen tanaman daun dan bunga potong.

4.3. Melaksanakan perjalanan paket meeting dalam rangka Pengawalan Teknologi Pascapanen Daun dan Bunga Potong

4.4. Melaksanakan perjalanan dinas biasa pengawalan dan pendampingan teknologi pascapanen tanaman daun dan bunga potong.

5. Keluaran/Output

5.1. Terlaksananya penyediaan konsumsi dalam rangka Pengawalan Teknologi Pascapanen Daun dan Bunga Potong sebanyak 9 kali di Kab. Sukabumi, Kab. Semarang, Kab. Kulonprogo, Kota Semarang, Kab. Magelang, Kab. Sukabumi, Kab. Cianjur, Kab. Bandung dan Kab. Bandung Barat.

5.2. Tersedianya materi dalam rangka Pengawalan Teknologi Pascapanen Daun dan Bunga Potong sebanyak 3 kali.

5.3. Terlaksananya perjalanan dinas dalam rangka Pengawalan Teknologi

Pascapanen Daun dan Bunga Potong sebanyak 40 OP masing-masing di Kab. Sukabumi, Kab. Semarang, Kab. Kulonprogo, Kota Semarang, Kab. Magelang, Kab. Sukabumi, Kab. Cianjur, Kab. Bandung dan Kab. Bandung Barat.

5.4. Terlaksananya pertemuan Pengawalan Teknologi Pascapanen Daun dan Bunga Potong. Adapun kegiatan pertemuan yang telah dilaksanakan sbb :

A. Pengawalan Teknologi Pascapanen Daun dan Bunga Potong (untuk

komoditas Dracaena Sanderiana) dilaksanakan pada tanggal 11 – 13

Pebruari 2015 di Sukabumi. Pertemuan dihadiri oleh 40 peserta yang terdiri dari petugas Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Jawa Barat; petugas Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten Sukabumi; Pengawas Benih Tanaman (PBT) dari BPSB TPH Provinsi Jawa Barat; POPT dari BPTPH Provinsi Jawa Barat; BPTP Provinsi Jawa Barat; Petugas Penyuluh Lapangan (PPL); KCD Kabupaten Sukabumi; serta petani dracaena Kabupaten Sukabumi dan Direktorat Budidaya dan Pascapanen Florikultura.

Hasil :

1. Untuk tahun 2015 fasilitas bantuan dari Direktorat Budidaya dan Pascapanen Florikultura di Kabupaten Sukabumi akan difokuskan pada komoditas krisan. Mengingat kebijakan dari pimpinan Direktorat Jenderal Hortikultura bahwa setiap kabupaten/kota harus fokus pada 3 (tiga)

Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 321 komoditi horti maka yang difasilitasi adalah manggis, sayur dataran tinggi, dan krisan.

2. Benih dracaena di Kabupaten Sukabumi belum ada penangkar khusus sehingga masih harus mengandalkan bibit dari Bunga Indah Farm dan Ryan Karya. Kedepan diharapkan adanya pelatihan dan pembinaan untuk petani penangkar dracaena, mengingat kebutuhan akan benih dracaena sangat tinggi untuk Kabupaten Sukabumi.

3. Aspek OPT menjadi kendala dalam budidaya dracaena yaitu serangan penyakit daun menjadi layu yang dikarenakan cendawan untuk mengantisipasinya diperlukan paranet untuk perlindungan tanaman, selain itu petugas POPT menyarankan untuk menggunakan agensia hayati PGPR (Plant Growth Promoting Rhizobacteria).

4. Langkah-langkah penanganan pascapanen untuk komoditas dracaena dilakukan di packing house meliputi penerimaan hasil panen, pencucian, trimming, sortasi, grading, perangkaian, pengemasan, pelabelan, penyimpanan, dan pengiriman.

5. Produk ekonomi kreatif dracaena ini untuk pasar lokal masih rendah, sehingga harus ada upaya untuk meningkatkan. Pada saat ini 90% diutamakan untuk ekspor antara lain ke Rusia, Arab Saudi, Uzbekistan, Iran, Singapura, Azerbaijan, dan lain-lain.

6. Dalam rangka meningkatkan pasar ekspor dracaena maka diperlukan inovasi untuk bentuk-bentuk rangkaian yang lebih menarik agar peluang ekspor semakin luas.

7. Untuk rangkaian ekspor harus diperhatikan bahwa pertumbuhan

tunasnya harus sama antara batang satu dengan yang lain.

8. Dalam satu tahun, Gapoktan Alamanda dapat mengekspor rangkaian dracaena sebanyak 3-4 container berukuran 40 feet bahkan dapat mencapai 4-7 container. Dracaena bentuk curly diekspor dengan harga jual $0,7 per rangkaian. Sebelum diekspor, pihak dari Badan Karantina melakukan penyemprotan produk rangkaian dracaena di dalam gudang milik Gapoktan Alamanda.

9. Pengemasan untuk ekspor menggunakan kardus stereofoam berukuran 75 x 40 x 30 cm dan biasanya dilengkapi dengan jelly, plastik, mulsa,

Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 322 B. Pengawalan Teknologi Pascapanen Daun dan Bunga Potong (Untuk

komoditas krisan) dilaksanakan pada tanggal 26 Maret 2015 di kab. Semarang. Pertemuan dihadiri oleh 40 peserta yang terdiri dari petugas Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Jawa Tengah, petugas Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Semarang, BPTP Prov. Jateng, BPSB TPH Prov. Jateng, BPTPH Prov. Jateng, Balai Benih TPH Kabupaten Semarang, Petugas Penyuluh Lapangan (PPL), KCD Kabupaten Semarang, dan petani tanaman daun dan bunga potong Kab. Semarang dan Direktorat Budidaya dan Pascapanen Florikultura.

Hasil :

1. Kecamatan Bandungan - Kabupaten Semarang merupakan salah satu kawasan sentra hortikultura di Provinsi Jawa Tengah termasuk tanaman florikultura. Komoditas forikultura yang banyak dikembangkan di Kecamatan Bandungan antara lain ; krisan, leatherleaf, gerbera, gladiol, sedap malam, phylodendron, mawar, serta aneka tanaman pot dan landskap.

2. Komoditas florikultura yang paling banyak dikembangkan di kecamatan Bandungan adalah krisan dengan luas tanaman krisan di kec. Bandungan ± 50 ha. Pemasaran produk krisan dari daerah ini disamping untuk pasar lokal juga meliputi ; Semarang, Yogyakarta, Surabaya dan Bali.

3. Pemerintah sudah memfasilitasi outlet berpendingin dengan solar cell untuk meningkatkan pemasaran produk florikultura khususnya daun dan bunga potong di Propinsi Jawa Tengah yang digunakan untuk mendisplay dan atau menjual produk florikultura dengan menggunakan sumber energi matahari (solar panel).

4. Tujuan dari diadakannya outlet berpendingin dengan solar cell adalah untuk mendekatkan produk florikultura kepada konsumen dengan mutu yang tinggi dan baik serta tersedia secara kontinu serta menyediakan informasi tentang ketersediaan produknya.

5. Untuk meningkatkan daya saing produk usaha tani florikultura diharapkan pelaku usaha dapat menerapkan GAP dan GHP yang merupakan salah satu syarat untuk kebun atau lahan yang dapat diregistrasi.

6. Untuk mengatasi sulitnya mendapatkan benih bermutu khususnya untuk benih krisan, sebaiknya didalam kelompok tani ada 1 atau 2 orang dari anggota kelompok tersebut bergerak di bidang penangkaran benih untuk mensupport kegiatan penyediaan benih bagi anggota kelompoknya.

Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 323 7. Penggunaan benih bermutu sangat penting, dimana mutu benih

merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan dalam budidaya florikultura sehingga produk yang dihasilkan dapat berdaya saing

8. Disampaikan oleh Direktorat Perbenihan Hortikultura, bahwa untuk permohonan bantuan benih termasuk benih florikultura agar diajukan melalui proposal (E proposal) yang diketahui oleh Dinas Pertanian Kabupaten/Kota.

9. Direktorat Perbenihan Hortikultura akan mengadakan jambore varietas krisan di Pasuruan Provinsi Jawa Timur pada tahun ini. Dalam jambore varietas tersebut akan ditampilkan varietas-varietas krisan Balithi termasuk jenis-jenis yang baru.

10. Permasalahan dalam penangkaran benih khususnya untuk benih krisan adalah sulitnya untuk mendapatkan benih sumber, hal ini merupakan salah satu kendala kurang berkembangnya industri perbenihan krisan di kecamatan bandungan.

11. Diinformasikan oleh petugas lapang POPT bahwa OPT yang banyak menyerang krisan adalah penyakit karat dan lalat Liriomyza sp. yang sulit untuk dikendalikan

12. Tenaga POPT dilapangan saat ini banyak yang sudah pensiun, disisi lain penambahan tenaga POPT tidak ada, sehingga dikhawatirkan kedepan pengamatan organisme pengganggu tanaman kurang optimal.

13. Balai Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Jawa Tengah memiliki kegiatan pendampingan untuk tanaman krisan yaitu membuat deplot uji adaptasi dan pengenalan varietas-varietas krisan terbaru dari Balithi.

14. Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Jawa Tengah untuk TA. 2015 ini akan memberikan bantuan benih anggrek untuk kelompok tani Leatherleaf di dusun Bamdir, desa Losari, Kecamatan Bandungan sebagai usaha tambahan bagi kelompok tersebut.

15. Tanaman leatherleaf di desa Tolokan kecamatan Getasan daunnya banyak terkena serangan jamur. Serangan jamur ini sulit dikendalikan walaupun sudah menggunakan berbagai jenis fungisida. Selain itu rumah lindungnya banyak yang rusak terkena angin kencang dan untuk perbaikannya membutuhkan biaya yang besar.

16. Dinformasikan bahwa tanaman leatherleaf setelah berumur 3 – 4 tahun bedengannya sudah dipenuhi oleh rimpang, sehingga mengurangi

Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 324 produksi daunnya. Untuk mengatasi hal tersebut disarankan dilakukan penjarangan dan rimpangnya dimanfaatkan untuk benih.

17. Cara pembuatan benihnya dapat mengacu kepada pedoman SOP Perbenihan leatherleaf yang diterbitkan oleh Direktorat Perbenihan Hortikultura.

18. Pemasaran produk leatherleaf dari sentra leatherleaf di Kabupaten Semarang saat ini hanya untuk pasar domestik karena harganya lebih baik dari pasar ekspor.

19. Tanaman Sedap Malam di Ambarawa saat ini makin berkurang luasannya karena berbagai hal diantaranya banyak tanaman terkena serangan OPT, munculnya sentra baru sebagai pesaing dan banyaknya bunga sedap malam yang rusak pada saat distribusi, serta minimnya bantuan dari pemerintah.

20. Mohon perbaikan fasilitas pasar Bandungan sebagai pasar bunga atau produk hortikultura lainnya. Untuk hal tersebut Pemda Kabupaten Semarang akan mengkajinya terlebih dahulu apakah akan dibangun ditempat tersebut atau dipindahkan ketempat lain yang lebih baik.

21. Beberapa komoditas florikultura utama yang mempunyai nilai ekonomis di Propinsi Jawa Tengah antara lain Melati, Sedap Malam, Anggrek dan Leatherleaf fern.

22. Kunjungan lapang dilakukan ke beberapa pelaku usaha tanaman hias daun dan bunga potong untuk melihat permasalahan langsung dilapangan telah dilakukan kunjungan lapang ke pelaku usaha tanaman hias antara lain:

 Kelompok tani Aglonema

Kelompok tani Aglonema yang beralamat di Kecamatan Sumowono – Kab. Semarang, merupakan kelompok tani yang mengusahakan tanaman leatherleaf. Permasalahan budidaya yang ditemukan dilapangan adalah banyaknya serangan jamur karat dan hal ini sudah dilakukan pemberantasannya dengan fungisida tetapi belum berhasil untuk disarankan untuk dikonsultasikan dengan POPT setempat. Penanganan pasca panen sudah dilakukan secara sederhana tetapi tidak diruang khusus untuk pascapanen.

 Pelaku usaha Gerbera (Pak Irawan)

Lokasi usaha Gerbera berada di dusun Tegal Koto, desa Lanjen, Kecamatan Sumowono – Kabupaten Semarang. Luas kebun gerbera

Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 325 ikat berisi 10 tangkai dan dijual perikat seharga Rp. 15.000 ke pasar lokal. Panen dilakukan 2 kali seminggu pada hari senin dan kamis dan jenis gerbera yang ditanam adalah yang berwarna merah, pink dan kuning. Permasalahan yang ditemukan di lapangan adalah banyaknya serangan lalat Liriomyza Sp.

 Kelompoktani Gemah Ripah

Kelompok tani Gemah Ripah adalah kelompok tani tanaman hias krisan yang berlokasi di dusun Celepar, desa Duren, Kecamatan

Bandungan – Kabupaten Semarang. Krisan yang ditanam

kebanyakan jenis spray dari varietas Puspita Nusantara, Pasopati, Dewi Ratih, White Fiji dll. Produksi krisan dipasarkan ke Semarang, Yogjakarta, Solo dll. Adapun permasalahan yang ditemukan adalah masih banyaknya serangan karat daun dan penanganan pascapanen dilakukan secara sederhana di kebun.

C. Pengawalan Teknologi Pascapanen Daun dan Bunga Potong

(Pengembangan Krisan) dilaksanakan tanggal 13 – 16 Mei 2015 di Kab.

Kulonprogo – Yogyakarta. Pertemuan dihadiri oleh 40 orang peserta yang

terdiri dari petugas Peserta dari kegiatan ini sebanyak 40 orang terdiri dari petugas Dinas Pertanian Propinsi Yogyakarta, petugas Dinas Pertanian Kabupaten Kulon Progo, petugas Balai Proteksi Tanaman Pertanian Provinsi DIY, pengawas Benih Tanaman (PBT) dari BPSB Pertanian Provinsi DIY, petugas Balai Pengembangan Perbenihan Tanaman Pangan dan Hortikultura (BPPTPH), Kepala Ketahanan Pangan dan Penyuluhan Pertanian Perikanan dan Kehutanan (KP4K) Kabupaten Kulon Progo, Petugas Penyuluh Lapangan (PPL) Balai Penyuluhan Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan (BP3K) Kabupaten Kulon Progo, Mantri Tani P3D TPH Kecamatan Samigaluh, POPT Kecamatan Samigaluh, petani krisan Kabupaten Kulon Progo.

Hasil :

1. Kabupaten Kulon Progo terutama Kecamatan Samigaluh merupakan daerah yang memiliki potensi yang besar untuk pengembangan tanaman hias daun dan bunga potong, termasuk tanaman krisan.

2. Dalam rangka pengembangan krisan di Kabupaten Kulon Progo, Direktorat Budidaya dan Pascapanen Florikultura telah memfasilitasi petani krisan yaitu gerobak motor dan meja pascapanen pada tahun 2014, dan pada tahun 2015 telah difasilitasi juga gerobak motor roda tiga dan sarana prasarana pascapanen (packing house). Saat ini total luas penanaman krisan di Kabupaten Kulon Progo seluas 5100m2.

Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 326 Sedangkan untuk budidaya, tahun ini pemerintah memfasilitasi pengembangan kawasan krisan seluas 2500 m2.

3. Pengembangan krisan di Kabupaten Kulon Progo berdampak positif bagi kehidupan masyarakatnya, antara lain pekarangan menjadi lebih asri, peningkatan pemberdayaan masyarakat, serta peningkatan pendapatan petani sehingga mampu mengurangi angka kemiskinan di Kabupaten Kulon Progo.

4. Gapoktan Seruni Menoreh, petaninya mengharapkan adanya fasilitasi mobil box berpendingin dari pemerintah untuk menjaga mutu krisannya saat distribusi.

5. Penanganan pascapanen untuk komoditas krisan masih dilakukan di rumah salah satu petani yang dijadikan bangsal pascapanen sementara karena bangsal pascapanen baru akan diadakan pada tahun 2015 ini. 6. Di Kabupaten Kulon Progo belum ada penangkar khusus untuk benih

krisan sehingga masih harus mengandalkan bibit dari UPBS BPTP Provinsi DIY.

7. Aspek OPT yang menjadi kendala dalam budidaya krisan di Kabupaten Kulon Progo yaitu serangan OPT lalat Liriomyza sp. dan penyakit karat. Serangan penyakit karat hanya kurang dari 5% dan dapat dikendalikan dengan perompesan daun ketika sudah mulai terlihat adanya gejala. 8. Kelemahan dari petani pada umumnya adalah kurangnya pencatatan

dalam setiap pelaksanaan budidaya maupun pascapanen. Agar lahannya dapat diregister, petani harus menerapkan GAP dan GHP dalam usaha taninya agar dapat mempertahankan mutu produknya.

9. Gapoktan Seruni Menoreh saat ini membutuhkan chopper yang bisa digunakan untuk mencacah sisa-sisa bagian tanaman yang tidak terjual sehingga dapat dimanfaatkan untuk pembuatan pupuk organik.

10. Pada kegiatan ini juga telah dilaksanakan pelatihan dan demo merangkai bunga yang diikuti oleh peserta dari Gapoktan Seruni Menoreh dengan instruktur dari Direktorat Budidaya dan Pascapanen Florikultura.

D. Pengawalan Teknologi Pascapanen Daun dan Bunga Potong dilaksanakan tanggal 8 – 11 September 2015 di kota Semarang dan Kab. Magelang – Jawa Tengah. Pertemuan di hadiri oleh 40 peserta yang terdiri dari masing-masing kota Semarang dan kabupaten Magelang.

Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 327 Peserta yang hadir terdiri dari :

1. Peserta Kota Semarang sebanyak 40 orang terdiri dari :

Petugas Dinas Pertanian TPH Provinsi Jawa Tengah, petugas Dinas

Pertanian Kota Semarang, Penyuluh Lapangan Kota Semarang, KCD Kota Semarang, Petugas POPT Kota Semarang dan Petani Tanaman Daun dan Bunga Potong Kota Semarang.

2. Peserta Kabupaten Magelang sebanyak 40 orang terdiri dari :

Petugas Dinas Pertanian TPH Provinsi Jawa Tengah, petugas Dinas Pertanian Kota Semarang, Penyuluh Lapangan Kabupaten Magelang, KCD Kabupaten Magelang, Petugas POPT Kabupaten Magelang dan Petani Tanaman Daun dan Bunga Potong Kabupaten Magelang.

Hasil yang diperoleh dari kegiatan Kota Semarang :

1. Kedepan program pengembangan hortikultura dalam hal ini termasuk untuk tanaman florikultura akan dilakukan dengan pola inti plasma sesuai dengan arahan Dirjen Hortikultura.

2. Program pengembangan dengan pola intiplasma tersebut untuk tahap awal ditujukan untuk beberapa komoditas unggulan, dimana untuk tanaman hias direncanakan tanaman Dracaena, Melati, dan Krisan. 3. Penerapan GAP dan GHP merupakan juga salah satu syarat untuk

kebun atau lahan usaha yang dapat diregistrasi. Kedepan kebun yang dapat difasilitasi bantuan dari pemerintah adalah kebun-kebun yang sudah diregistrasi.

4. Program pengembangan florikultura di Propinsi Jawa Tengah antara lain adalah ; pengembangan kawasan, bimbingan teknis, penguatan

perbenihan, budidaya berbasis SOP/GAP, registrasi, kemitraan

pemasaran, magang, dan inovasi teknologi.

5. Dalam rangka untuk meningkatkan pemasaran produk florikultura khususnya daun dan bunga potong di Propinsi Jawa Tengah, Pemerintah sudah memfasilitasi outlet berpendingin dengan solar cell. Pemanfaatan dan pengelolaan outlet berpendingin saat ini masih dibawah Dinas Pertanian Kota Semarang bekerjasama dengan pelaku usaha tanaman hias (Ibu Yudit).

6. Tujuan dari diadakannya outlet berpendingin dengan solar cell adalah untuk mendekatkan produk florikultura kepada konsumen dengan mutu yang tinggi dan baik serta tersedia secara kontinu.

Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 328 7. Asosiasi Multiflora kota Semarang berminat untuk membantu mengelola

outlet berpendingin khususnya untuk tanaman pot dan landskap. Pengelolaan outlet berpendingin dengan melibatkan semua stakeholder tanaman hias dan diharapkan semua stakeholder tanaman hias berkomitmen untuk dapat mengelola outlet tersebut secara optimal.

Hasil yang diperoleh dari Kegiatan Kabupaten Magelang :

1. Untuk mendukung penerapan GAP dan GHP maka Direktorat Budidaya dan Pascapanen Florikultura telah membuat buku pedoman GAP dan GHP untuk beberapa komoditas utama florikultura dan pelaksanaan penerapannya dapat disesuaikan dengan kondisi daerah masing-masing. 2. Penerapan GAP dan GHP merupakan juga salah satu syarat untuk

kebun-kebun atau lahan usaha yang dapat diregistrasi sebagai syarat penerima fasilitasi bantuan pemerintah.

3. Program pengembangan florikultura di Propinsi Jawa Tengah antara lain adalah ; pengembangan kawasan, bimbingan teknis, penguatan

perbenihan, budidaya berbasis SOP/GAP, registrasi, kemitraan

pemasaran, magang, dan inovasi teknologi.

4. Tujuan dari diadakannya outlet berpendingin dengan solar cell adalah untuk mendekatkan produk florikultura kepada konsumen dengan mutu yang tinggi dan baik serta tersedia secara kontinu. Outlet ini diharapkan berfungsi sebagai outlet penjualan/show window untuk produk daun dan bunga potong serta komoditas florikultura lainnya dari jenis tanaman pot maupun lanskap.

5. Sehubungan dengan hal tersebut diatas diharapkan pelaku usaha tanaman florikultura di kota Semarang dapat berkerjasama dengan pengelola outlet berpendingin tersebut untuk memasarkan produk-produk florikulturanya. Pemasarannya dapat dilakukan dengan cara mendisplay sample produknya serta menyediakan informasi tentang ketersediaan produknya.

6. Komoditas florikultura yang paling banyak dikembangkan di kota Magelang adalah tanaman hias pot dan landskap. Pemasaran untuk tanaman pot dan landskap kota Magelang sebagian besar untuk pasar lokal dan sekitar Jawa Tegah.

7. Benih bermutu merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan dalam budidaya florikultura sehingga produk yang dihasilkan dapat berdaya

Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 329 saing. Untuk itu penggunaan benih bermutu merupakan keharusan dalam pelaksanaan budidaya tanaman florikultura.

8. Pengajuan permohonan bantuan benih termasuk benih florikultura untuk pengembangan tanaman florikultura di daerah dapat diajukan melalui proposal (E proposal) ke Kementerian Pertanian yang permohonan bantuan benih tersebut harus diketahui dan melalui Dinas Pertanian