• Tidak ada hasil yang ditemukan

TEMU KOORDINASI FLORIKULTURA

9.2. Saran dan Tindak Lanjut

a. Terkait kegiatan 2015 perlu pencermatan kembali POK terkait adanya refocusing bila dipandang perlu dilakukan ralat POK dan setiap ralat POK harus dikoordinasikan dengan Direktorat Budidaya dan Pascapanen Florikultura, agar tidak menyimpang dari sasaran output.

b. Melakukan persiapan CP/CL secara tepat dengan mempertimbangkan aspek teknis dan administratif, serta manfaat bagi petani secara berkelanjutan.

Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 296 c. Daerah mencermati kembali usulan kegiatan Kabupaten per Provinsi dan

usulkan melalui e-proposal dan provinsi agar melakukan verifikasi setiap usulan e-proposal, bagi petugas pusat juga melakukan verifikasi.

d. Usulan kegiatan hendaknya lebih difokuskan pada kebutuhan riil petani dan petani tidak mampu memenuhinya. Fasilitasi diprioritaskan pada kebutuhan yang mendesak sebagai titik ungkit pengembangan florikultura.

e. Perlu pembentukan kelompok tani untuk menampung petani yang belum masuk dalam kelompok tani untuk memudahkan pembinaan, dan diperkuat kelembagaannya dengan sering melakukan pertemuan dan identifikasi permasalahan.

f. Perlu membangun jejaring dengan pelaku tanaman pot dan lansekap di

Jabodetabek, PT. Benara dan kontraktor lansekap lainnya.

g. Perlunya pembinaan dan pendampingan yang intensif pada daerah-daerah sentra produksi tanaman pot dan lansekap termasuk bunga potong agar dapat lebih berkembang.

h. Sosialisasi dari Dinas ke petani tentang peraturan yang berlaku di dalam

pengembangan komoditas hortikultura termasuk florikultura untuk

meningkatkan kapabilitas petani, seperti: penerapan GAP, pengendalian OPT ramah lingkungan, registrasi lahan, dan regulasi terkait usaha florikultura.

i. Perlunya fasilitasi:

1) Pelatihan produk ekonomi kreatif (rangkaian bunga, dekorasi, pembuatan dan perawatan taman) untuk peningkatan kreatifitas diantara anggota kelompok, karena semakin tinggi seni yang ditampilkan maka harga jual tanaman meningkat (ekonomi kreatif).

2) Perlu fasilitasi kemitraan antara pelaku usaha dengan pihak hotel, restauran, perkantoran, dll dalam memasarkan produk tanaman florikultura.

3) Dukungan dana APBN dan APBD untuk mengembangkan kegiatan kelompok tani

Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 297 BIMBINGAN TEKNIS KAWASAN BUDIDAYA DAUN DAN BUNGA POTONG

1. Latar Belakang

Tanaman daun dan bunga potong merupakan salah satu komoditas florikultura yang memiliki potensi besar untuk dikembangkan sebagai upaya penumbuhan perekonomian daerah dan nasional. Berkembangnya industri jasa dekorasi di berbagai wilayah di Indonesia baik untuk acara pernikahan, acara keagamaan seperti natal, tahun baru, lebaran dan tahun baru Cina, meningkatkan permintaan daun dan bunga potong untuk materi dekorasi. Oleh karena itu, beberapa tahun terakhir jumlah pelaku usaha tanaman daun dan bunga potong mulai skala kecil sampai menengah bertambah cukup banyak. Permintaan produk ini terus meningkat baik untuk kebutuhan domestik maupun ekspor. Dengan demikian, tanaman daun dan bunga potong dapat diposisikan sebagai komoditas perdagangan yang penting di dalam negeri maupun pasar global.

Namun perkembangan usaha tanaman daun dan bunga potong masih berjalan relatif lambat. Hal ini terlihat dari skala usaha yang masih kecil, peningkatan produksi yang relatif masih rendah dan belum tertatanya sistem produksi dan pasar. Berbagai upaya perlu dilakukan secara intensif dengan melibatkan seluruh pihak terkait agar usaha atau bisnis tanaman daun dan bunga potong dapat memberikan kontribusi yang lebih besar terhadap perekonomian nasional, dengan menumbuhkan sentra-sentra tanaman florikultura baru dan pengutuhan kawasan yang sudah ada, menuju skala industri melalui pengelolaan kebun yang baik, agar tanaman florikultura Indonesia mempunyai daya saing dan berdampak terhadap peluang kerja, pertumbuhan perekonomian dan pembangunan sektor jasa di daerah

Salah satu upaya penting yang dapat dilakukan adalah dengan menerapkan teknologi inovatif pada budidaya tanaman daun dan bunga potong agar tanaman florikultura Indonesia mempunyai daya saing dan berdampak terhadap peluang kerja, pertumbuhan perekonomian dan pembangunan sektor jasa di daerah. Direktorat Budidaya dan Pascapanen Florikultura telah memfasilitasi kegiatan pengembangan kawasan tanaman daun dan bunga potong di berbagai daerah sentra. Dalam rangka pendampingan kawasan budidaya daun dan bunga potong telah diselenggarakan bimbingan teknis kawasan budidaya daun dan bunga potong.

Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 298 2. Tujuan dan Sasaran

2.1. Tujuan

Melakukan bimbingan teknis kawasan budidaya tanaman daun dan bunga potong di daerah sentra florikultura.

2.2. Sasaran

Terkoordinasinya bimbingan teknis kawasan budidaya tanaman daun dan bunga potong di daerah sentra florikultura.

3. Masukan/Input

3.1. Anggaran Rp. 191.230.000,-

3.2. Realisasi Keuangan : Rp.191.215.944,- 3.3. Informasi Teknologi

4. Pelaksanaan Kegiatan

Tahapan pelaksanaan kegiatan adalah sebagai berikut :

a. Menyediakan konsumsi bimbingan teknis kawasan budidaya daun dan bunga

potong

b. Melaksanakan perjalanan pengawalan dan pendampingan kawasan budidaya

daun dan bunga potong

c. Melakukan penggantian transport bimbingan kawasan budidaya daun dan bunga

potong.

5. Keluaran/Output

5.1. Pertemuan dalam rangka bimbingan teknis kawasan budidaya daun dan bunga potong dilaksanakan di (1) Kabupaten Cianjur Jawa Barat, (2) Kabupaten Tabanan, Bali, (3) Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat, (4) Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan (5) Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, (6) Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat dan (7) Kabupaten Bandung, Jawa Barat.

5.2. Peserta pertemuan dalam bimbingan teknis adalah petani/kelompok tani/gapoktan

daun dan bunga potong, pejabat/petugas Dinas Pertanian Provinsi,

pejabat/petugas Dinas Pertanian kabupaten/kota, Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP), Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih (BPSB), Balai Proteksi Tanaman Pangan dan Hortikultura (BPTPH), PPL, Mantri Tani, KCD serta Penyuluh/petugas BP3K.

5.3. Pertemuan dalam rangka bimbingan teknis kawasan budidaya daun dan bunga potong dilaksanakan dalam bentuk pemaparan, mengidentifikasi permasalahan di lapangan baik melalui tanya jawab serta kunjungan lapangan, agar diperoleh

Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 299 solusi dan pemahaman yang sama dalam mendorong berkembangnya agribisnis florikultura terutama daun dan bunga potong.

5.4. Perjalanan pengawalan dan pendampingan kawasan budidaya daun dan bunga potong dilaksanakan sebanyak 58 OP ke Kabupaten Cianjur, Kabupaten Sukabumi, Kabupaten Bandung dan Bandung Barat (Jawa Barat), Kabupaten Sleman dan Kabupaten Kulonprogo (DIY), Kota Mataram (Nusa Tenggara Barat), Kota Tomohon, (Sulawesi Utara), Kabupaten Gowa (Sulawesi Selatan), Kabupaten Tabanan (Bali), dan Kabupaten Semarang (Jawa Tengah).

5.5. Hasil dari kegiatan bimbingan teknis maupun pengawalan dan pendampingan yang dilakukan di beberapa sentra bunga dan daun potong adalah sebagai berikut :

Tabel 16. Hasil dari kegiatan bimbingan teknis Budidaya Daun dan Bunga Potong

No Kab/Kota Peta Potensi dan Permasalahan Pemecahan untuk Tindak

Lanjut

1 Cianjur Potensi :

- Kompetensi sebagian petani bagus

- Koperasi sudah terbentuk dan mendapat pengawalan dari Dinas Koperasi

- Potensi Lahan sangat luas - Pasar dalam negeri sangat

tersedia

- Sudah ada penangkar benih - Dekat dengan Balithi, UPBS,

dan BBH Pasir Banteng Permasalahan :

- Petani masih belum bersedia

menjadi anggota Koperasi,

karena harus berkomitmen

dengan aturan Koperasi, yaitu

dapat memproduksi bunga

dengan kualitas baik.

- Pengaruh pengepul masih

mendominasi petani, terutama yang tidak memiliki modal usaha

- Cianjur dijadikan

sebagai Model

Pengembangan Bunga dan Daun Potong yang Berdaya Saing sebagai

rintisan untuk pasar

ekspor terutama untuk krisan.

- Pendampingan intensif

baik dari Dinas Pertanian

Kabupaten, Dinas

Koperasi Kabupaten,

Balithi, Dinas Pertanian

Provinsi Jawa Barat

maupun Ditjen

Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 300

2 Bandung Potensi :

- Sebagian petani memiliki

Kompetensi dalam

berbudidaya bunga dan daun potong.

- Ada CD Farm yang telah

membina beberapa petani

plasma untuk menjadi mitra nya.

- Pasar domestik masih terbuka Permasalahan :

- Kelembagaan penangkar benih

belum dapat berkembang,

karena sebagian petani lebih memilih menggunakan benih-nya sendiri.

- Petani masih memasarkan

produknya masing-masing,

karena pembeli langsung

bertransaksi di lahan petani.

- Perlu dikembangkan

kemitraan inti plasma, antara petani dengan CD Farm, baik dalam transfer teknologi, maupun akses pasarnya.

- Perlu pendampingan

intensif dari Dinas

Pertanian Kabupaten,

Dinas Pertanian Provinsi

Jabar, maupun Ditjen

Hortikultura..

3 Bandung

Barat

Potensi :

- Berkembangnya asosiasi

yang dapat berperan aktif mem-bantu anggota dalam

me-ningkatkan agribisnis

flori-kultura.

- Potensi pasar terutama untuk Gerbera sangat baik.

Permasalahan :

- Beberapa petani masih

menggunakan benihnya

sendiri yang kualitasnya

kurang baik (terutama

krisan).

- Pasar bunga yang ada di Kota Bandung masih terbatas

- Meningkatkan kapasitas penangkar benih teru-tama krisan agar dapat

melayani kebutuhan peta-ni. - Mendorong Pemda Ban-dung agar membangun infrastruktur pasar

Bunga yang lebih

Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 301 seperti Wastukencana, belum

ada pasar bunga sebesar Rawa Belong.

4 Tabanan Potensi :

- Agroklimat sesuai untuk

pengembangan kawasan

bunga dan daun potong - Potensi pasar cukup bagus

terutama kemitir (Tagetes)

untuk kebutuhan upacara

keagamaan. Permasalahan :

- Benih masih tergantung dari

luar Bali seperti Malang dan Pasuruan.

- Balai Benih belum mampu

menyediakan Benih Sumber yang bagus.

- Peningkatan kapasitas

Balai Benih dalam

produksi Benih Sumber - Penumbuhan penangkar

benih terutama krisan

agar mampu

menye-diakan kebutuhan kelom-poktani. 5 Mataram Potensi : - Tersedianya RTH sebagai kawasan dalam pengembangan florikultura - Berkembangnya Industri pariwi-sata di Mataram

merupakan peluang pasar bagi florikultura

Permasalahan :

- Lansekap di RTH belum tertata

- Infrastruktur untuk saluran

irigasi maupun pembuangan belum semua tersedia

- Perlu menata lanskap di

RTH agar berfungsi

sebagai agrowisata yang berbasis agribisnis flori-kultura.

- Perlu mempromosikan

RTH dengan

menye-lenggarakan event-event tingkat Kota Mataram maupun Provinsi NTB yang mengundang kha-layak di lingkungan RTH.

6 Gowa Potensi :

- Balai Benih Hortikultura sudah mampu menghasilkan benih krisan melalui kultur jaringan - Lokasinya dekat dengan PT.

- Perlu ada sosialisasi

secara intensif oleh

BBH Bonto-Bonto

melalui kegiatan

Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 302 Bunga Indah Malino yang

dapat memberikan transfer teknologi

- Ada pengawalan dari BPTP Provinsi Sulawesi Selatan Permasalahan :

- Pelaku belum banyak

mengenal produk BBH

- Kompetensi SDM sangat

terbatas

dengan mengundang

petani yang menjadi

pengguna benih dari varietas tersebut.

- Dinas Pertanian Provinsi

Sulsel mengkoordinir

BBH, BPTP, Dinas

Pertanian Kab. Gowa,

dan petani dalam

membuat mapping

kebutuhan benih

- Peningkatan kompetensi petani dapat dilakukan melalui magang ke PT.

BIM yang difasilitasi

oleh Dinas Pertanian

Provinsi atau Dinas

Pertanian Kab. Gowa.

7 Sukabumi Potensi :

- Pencanangan Kecamatan

Sukaraja sebagai Kampung Florikultura dengan dukungan Pemda yang sangat besar. - Kelembagaan Penangkar benih

krisan mulai berkembang. - Potensi pasar masih terbuka

baik domestik maupun ekspor Permasalahan :

- Adanya bencana angin puting beliung yang merusakkan GH krisan, dan petani memiliki

keterbatasan modal dalam

memperbaikinya.

- Keberadaan Asosiasi belum dimanfaatkan sebagian besar petani..

- Pengembangan

kampung flori perlu

mendapat dukungan dari instansi terkait, terutama Dinas PU dan Dinas

Pariwisata, terutama

dalam pengem-bangan

infrastruktur jalan dan fasilitas agrowisata. - Perlu adanya komitmen

dari petani dan pengurus Asosiasi dalam menjalin

kerjasama agribisnis

yang saling

menguntungkan baik

untuk tujuan pasar

Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 303

8 Kulonprogo Potensi :

- Kelembagaan berperan aktif

membantu anggota dalam

mencarikan sumber benih,

mengatur pola tanam dan akses pemasaran.

- Adanya fasilitas sarana packing house dan gerobak motor yang diterima kelompok tahun

2015 membantu dalam

mempermu-dah pengelolaan

pasca panen dan distribusi di sekitar Kulonprogo.

- Pasar masih terbuka di kota-kota lain di luar Jogja, seperti

Solo, Salatiga, Banyumas,

Semarang. Permasalahan :

- Belum tersedianya mobil

berpendingin untuk dapat

menjangkau pasar yang lebih jauh.

- Sumber benih masih

ber-gantung dari Kabupaten lain, seperti Sleman, Semarang dan Cipanas.

- Perluasan areal krisan untuk dapat memenuhi permintaan pasar dengan tetap menjaga kualitas. - Mengakses sumber

pem-biayaan dari lembaga

lainnya (CSR) untuk

pengadaan mobil berpen-dingin agar akses pasar lebih luas, jika areal

tanam sudah dapat

memenuhi permintaan

pasar.

9 Sleman Potensi :

- Agroklimat sesuai untuk

pengembangan krisan.

- Kelompoktani sudah memiliki

pengalaman dalam

berbudidaya krisan Permasalahan :

- Kelembagaan belum berperan dalam mendorong anggotanya

untuk melakukan budidaya

sesuai SOP, sehingga kualitas

- Perlu konsolidasi antara Asosiasi, anggota dan pembina di daerah. - Perlu magang/studi

ban-ding ke Kabupaten lain untuk memberikan moti-vasi petani.

Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 304 kebun dan produksi kurang

baik.

- Pasar banyak yang beralih ke Kulonprogo, karena kualitas lebih bagus.

10 Semarang Potensi :

- Agribisnis krisan telah ber-kembang dan telah memiliki penangkar benih yang ber-kompeten.

- Kemampuan sebagian

kelom-poktani untuk

mengembangkan komoditas

lain terutama gerbera karena memiliki peluang pasar lebih bagus dibanding krisan.

Permasalahan :

- Ada persaingan bisnis antara

kelompoktani satu dengan

lainnya.

- Kelembagaan petani belum dapat berperan dalam mem-bantu anggota untuk akses pasar yang lebih luas terutama krisan, sehingga seolah-olah pasar krisan telah jenuh.

- Konsolidasi dalam

pe-ngembangan

Kelemba-gaan agar dapat lebih berperan dalam

mem-bantu meningkatkan

agribisnis para anggo-tanya.

- Mendorong Pemerintah

Provinsi dalam

membantu fasilitasi

kemitraan untuk

memperluas akses pasar.

Tomohon Potensi :

- Agribisnis bunga dan daun potong terus berkembang - Potensi pasar masih terbuka - Memiliki sumberdaya genetik

yang dapat dikembangkan

secara lebih luas (krisan Kulo dan Ririh)

- Infrastruktur untuk pengem-bangan krisan telah tersedia

- Peningkatan kapasitas

pengelola laboratorium

kultura jaringan melalui

magang/studi banding

seperti ke BBH Pasir Banteng Jabar.

- Penumbuhan penangkar dan peningkatan kapasi-tas penangkar.

Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 305 (laboratorium kultur Jaringan,

GH untuk indukan,

pengakaran stek maupun

produksi bunga potong). Permasalahan :

- Kapasitas SDM pelaksana

terutama untuk mengelola Lab

Kultur Jaringan masih

terbatas.

- Kapasitas penangkar untuk

menghasilkan benih yang

dapat memenuhi kebuthan

kelompok juga masih terbatas.

- Penyediaan Benih Sumber

Kulo dan Ririh masih terbatas.

pendam-pingan dalam

pelaksa-naan

pengelolaan Pusat

Pengembangan Agribis-nis Bunga Potong di

Tomohon (Show

window).

6. Hasil/Outcome

Berkembangnya kawasan daun dan bunga potong di daerah sentra.

7. Manfaat/Benefit

Berkembangnya agribisnis tanaman daun dan bunga potong.

8. Dampak/Impact

Meningkatnya pendapatan petani daun dan bunga potong.

9. Kesimpulan dan Saran 9.1. Kesimpulan

a. Beberapa permasalahan yang dibahas pada saat temu koordinasi antara lain (1) Keterbatasan jumlah penangkar benih yang menyebabkan ketersediaan benih bermutu di lapangan masih kurang, (2) Upaya asosiasi dalam meningkatkan kualitas produk bunga potong, akan tetapi masih banyak terkendala dengan sistem pasar yang belum berpihak kepada petani, seperti sistem pembayaran yang tidak jelas, sehingga sangat menghambat bagi keberlangsungan agribisnis florikultura, (3) Untuk wilayah luar Jawa, seperti kota Tomohon, kebutuhan benih umumnya diperoleh dari penangkar benih di Jawa Barat dan Jawa Timur, meskipun terdapat juga penangkar benih yang

Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 306 merangkap sebagai produsen bunga potong dan (4) DI beberapa daerah masih ditemukan pelaksanaan sekolah lapang belum dimanfaatkan sebaik-baiknya untuk meningkatkan kemampuan petani dalam pengelolaan kebunnya

b. Solusi yang dapat dilakukan untuk memecahkan masalah antara lain :

1. Perlu dilakukan penataan, segmentasi usaha yaitu petani penangkar dan petani produsen bunga potong. Petani penangkar yang belum terdaftar di BPSB agar segera didaftarkan, sehingga produksinya akan mendapat pengawalan dari instansi terkait seperti BPSB.

2. Agar dilakukan mapping kebutuhan benih dan identifikasi kapasitas masing-masing penangkar, sehingga akan diketahui jumlah kebutuhan benih yang dapat dipenuhi oleh penangkar.

3. Untuk mengendalikan OPT, petani harus cermat dalam melakukan teknik budidaya, dimulai dari tahap penyiapan lahan, penggunaan benih sampai tahap pemeliharaan. Untuk mengatasi permasalahan OPT di lapangan, petani dapat meminta bantuan kepada petugas pengawas OPT di tingkat kecamatan.

4. Dukungan BPTPH dan BPTP untuk memberikan demplot penggunaan Trichoderma ataupun agens hayati lainnya sangat diperlukan untuk meningkatkan pemahaman petani mengenai pengendalian OPT sejak awal.

5. Apabila potensi permintaan benih dari luar daerah cukup besar, maka perlu upaya peningkatan kapasitas penangkar yang sudah ada maupun penumbuhan penangkar baru untuk dapat memenuhi kebutuhan benih. 6. Pada saat kunjungan, petani khususnya yang berlokasi di kab Tabanan

dan Buleleng, Bali yang merupakan daerah wisata mengeluhkan permintaan bunga potong yang menurun. Hal ini disebabkan permintaan hotel akan bunga potong juga menurun, seiring dengan diterapkannya kebijakan dari Menpan RB agar instansi pemerintah tidak mengadakan rapat di hotel dan tidak mengirimkan karangan bunga. Bahkan terdapat pengumpul yang membatalkan pembelian bunga potong di salah satu petani krisan di Tabanan, meskipun sudah dilakukan pembayaran uang muka.

7. Inisiatif dari dinas untuk mengadakan pertemuan konsolidasi dalam mencarikan solusi dengan mengundang para decorator dan florist, serta instansi terkait yang memiliki wewenang dalam pendampingan pasar, seperti Direktorat Jenderal PPHP.

Laporan Tahunan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2015 307 8. Upaya memperkuat fungsi Asosiasi dalam membantu kelompok

memberikan pinjaman/ uang jaminan dalam pembelian produk bunga

potong oleh decorator/florist, sehingga tidak menghambat

keberlangsungan usaha petani. 9.2. Saran

a. Pendampingan intensif dan supervisi di lapangan dari Dinas Pertanian provinsi, kabupaten/kota, BPTP, BPTPH, Bakorluh pada kelompok tani yang berkomitmen untuk melaksanakan teknik budidaya sesuai SOP.

b. Dukungan instansi terkait seperti UPBS-Balithi, Badan SDM, BPSB, BBH, BPTP, perguruan tinggi dalam mengatasi permasalahan benih

c. Diperlukan adanya pendampingan secara intensif dari petugas di lapangan untuk dapat mengaplikasikan hasil sekolah lapang

d. Upaya penguatan kapabilitas Balai Benih maupun penangkar di setiap wilayah sentra dalam memproduksi benih sebar