• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengawasan secara Aktif Oleh Dewan Komisaris dan Direksi Bank.

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN

K. Pengawasan secara Aktif Oleh Dewan Komisaris dan Direksi Bank.

memenuhi salah satu kondisi berikut:

1. Bank yang memiliki total aktiva sebesar Rp. 10.000.000.000.000,00 (sepuluh triliun rupiah);

2. Bank yang aktif secara internasional (internationally active banks), yaitu bank yang memiliki kantor cabang di beberapa negara lain atau bank yang merupakan kantor cabang dari bank yang berkantor pusat di luar negeri; 3. Bank yang memiliki 30 (tiga puluh) kantor cabang atau lebih;

4. Bank yang memiliki 150.000 (seratus lima puluh ribu) nasabah atau lebih; dan atau

5. Bank yang memiliki tingkat keragaman yang tinggi dalam transaksi/produk/jasa.

Sedangkan yang tidak memiliki ukuran dan kompleksitas usaha yang tinggi wajib menerapkan Manajemen Risiko sekurang-kurangnya untuk 4 (empat) jenis risiko22. Sementara dalam hal bank memiliki pengalaman risiko berupa Risiko Hukum, Risiko Reputasi, Risiko Strategik, dan atau Risiko Kepatuhan yang dapat membahayakan kelangsungan usahanya, bank wajib menerapkan Manajemen Risiko terhadap risiko dimaksud23

K. Pengawasan secara Aktif Oleh Dewan Komisaris dan Direksi Bank. .

Dewan Komisaris dan Direksi merupakan garis pertahanan utama untuk mendapat kepastian bahwa Bank yang mereka pimpin berjalan secara sehat dan mematuhi semua ketentuan hukum maupun regulasi yang berlaku secara nasional

22

Pasal 4 ayat (3) PBI No 5/8/PBI/2003 23

maupun internasional. Dewan Komisaris dan Direksi wajib memiliki dasar pengetahuan sebagai penanya yang cerdik (intelligent questioners) terhadap semua risiko yang diambil oleh bank-bank yang mereka pimpin, dan sebagai penilai apakah sistem manajemen risiko yang ada telah memungkinkan mereka menjalankan tugas sebagai pengawas (oversight) atas semua kegiatan bank yang beresiko berikut pengelolaan risiko yang ada secara efektif24

Komisaris dipilih oleh dan bertanggung jawab kepada RUPS. Sebagai salah satu organ perusahaan, Dewan Komisaris harus memiliki tanggung jawab dan wewenang dalam mengawasi tindakan Direksi. Bukan hanya itu, Dewan Komisaris juga berhak memberi nasihat kepada Direksi jika sewaktu-waktu diperlukan. Pendek kata, Dewan Komisaris mengawasi Direksi dalam hal melaksanakan tugas sebaik-baiknya demi kepentingan perusahaan dan pemegang saham, memastikan perusahaan selalu melaksanakan tanggung jawab sosialnya dan memantau efektivitas penerapan GCG yang dilaksanakan perusahaan

.

25

Sementara Direksi adalah organ perusahaan pemegang kekuasaan eksekutif di perusahaan. Direksi mengendalikan operasi perusahaan sehari-hari dalam batas-batas yang ditetapkan oleh UUPT, Anggaran Dasar dan RUPS serta di bawah pengawasan Dewan Komisaris. Tugas dan fungsi utama Direksi adalah menjalankan roda manajemen perseroan secara menyeluruh. Dengan demikian setiap anggota Direksi haruslah orang yang berwatak baik, berpengalaman, mempunyai kompetensi menduduki jabatan tersebut, dan melaksanakan setiap kegiatan semata-mata untuk kepentingan perusahaan

.

26

.

24

Robert Tampubolon, Op.Cit, hal.49. 25

Mas Achmad Daniri, Op.Cit, hal.125 26

1. Kedudukan Direksi & Tanggung Jawabnya dalam Perseroan

Tugas dan fungsi utama Direksi adalah menjalankan roda manajemen perseroan. Dengan demikian, setiap anggota Direksi haruslah orang yang berwatak baik, berpengalaman, mempunyai kompetensi menduduki jabatan tersebut, dan melaksanakan setiap kegiatan semata-mata untuk kepentingan perusahaan. Direksi juga mempunyai tugas utama lain yaitu mengupayakan perusahaan dapat melaksanakan tanggung jawab sosialnya dan juga harus memperhatikan berbagai kepentingan stakeholder. Yang tidak kalah penting adalah senantiasa mendorong penerapan Good Corporate Governance yang dilaksanakan dengan konsisten27

Tanggung jawab Direksi adalah .

28

a. Direksi bertanggung jawab penuh atas pengurusan peseroan untuk kepentingan dan tujuan perseroan serta mewakili perseroan baik di dalam maupun di luar pengadilan (persona standi in judicio).

:

b. Setiap anggota Direksi dengan itikad baik dan penuh tanggung jawab menjalankan tugas untuk kepentingan dan usaha perseroan.

c. Setiap anggota Direksi bertanggung jawab penuh secara pribadi apabila yang bersangkutan bersalah atau lalai menjalankan tugasnya.

Anggota Direksi juga tidak diperkenankan memanfaatkan jabatan pentingnya di Perusahaan untuk mengambil keuntungan pribadi selain dari remunerasi yang diterima mereka sebagai anggota Direksi sesuai standar yang

27

Mas Achmad Daniri,Op.Cit,hal.129. 28

I.G.Ray Widjaja,Hukum Perusahaan Perseroan Terbatas,(Jakarta: Pradnya Paramita.1995) hal.54.

berlaku. Direksi juga harus menetapkan prosedur rapat Direksi dan mencantumkan prosedur tersebut secara jelas dalam risalah rapat29

Selain menjalankan roda manajemen, yang berbeda dengan Dewan Komisaris adalah Direksi harus menetapkan suatu sistem pengawasan internal yang efektif untuk menjaga investor dan aset perusahaan. Direksi juga harus menetapkan suatu sistem pengendalian informasi internal yang memadai, dengan tujuan setiap informasi penting perusahaan dapat dengan cepat disampaikan ke Corporate Secretary dan juga disampaikan ke Dewan Komisaris. Kemudian Direksi wajib memberitahukan Komite Audit jika memerlukan “Second Opinion” mengenai masalah akuntasi yang penting

.

30

Pendelegasian wewenang dan perseroan kepada Direksi untuk mengelola Perseroan lazim disebut sebagai fiduciary duty

.

31

. Menurut pendapat Henry Campbell Black, fiduciary duty merupakan suatu tindakan untuk dan atas nama orang lain, dimana seseorang mewakili kepentingan orang lain yang merupakan standar tertinggi dalam hukum. Pendapat lain menyatakan Perseroan Terbatas (PT) adalah sebab bagi keberadaan (raison d’etre) Direksi. Oleh karena itu, tidak salah bila dikatakan Direksi32

Prinsip fiduciary duties sangat berkaitan erat dengan adanya tanggung jawab Direksi sebagai pelaksana suatu Perseoran, yaitu dalam melaksanakan wewenang dan tugasnya seorang Direksi terkait juga dengan asas kepercayaan yang dibentuk oleh perusahaan tersebut, sehingga Direksi itu harus

.

29

Mas Achmad Daniri,Loc.cit. 30

Ibid,hal.129-130. 31

Try Widiyono, Direksi Perseroan Terbatas (Keberadaan, Tugas, Wewenang & Tanggung Jawab), (Bogor: Ghalia Indonesia, 2005), hal.8.

32

mengutamakan kepentingan Perseroan sebagai prioritas utama dan melaksanakan tanggung jawabnya dengan baik, karena ia dipercayakan untuk itu.

Prinsip fiduciary duty berlaku bagi Direksi dalam menjalankan tugasnya, baik fiduciary duty dalam menjalankan fungsinya sebagai manajemen (tugas memimpin perusahaan) maupun sebagai representasi dari perseroan ( mewakili perusahaan di dalam dan di luar pengadilan). Seseorang mempunyai tugas fiduciary duty manakala ia mempunyai kapasitas fiduciary (fiduciary capacity). Seseorang dikatakan memiliki fiduciary capacity jika bisnis yang ditransaksikannya atau uang /properti yang di handle bukan miliknya atau bukan untuk kepentingannya, melainkan milik orang lain tersebut, dimana orang lain tersebut mempunyai kepercayaan yang besar (great trust) kepadanya. Sementara itu, di lain pihak dia wajib mempunyai itikad baik yang tinggi (high degree of good faith) dalam menjalankan tugasnya33

Tanggung jawab Direksi wajib dilakukan berdasarkan 3 (tiga) prinsip yang terjalin dalam suatu sistem, yaitu prinsip fiduciary duty, prinsip duty of care and skill, dan prinsip standard of care. Prinsip duty of care and skill dan prinsip standard of care hakikatnya merupakan implementasi lebih lanjut dari prinsip fiduciary duty. Ini berarti Direktur harus mempunyai duty of care and skill, itikad baik, kejujuran, dan loyalitas kepada perusahan. Duty of care tersebut mengharuskan Direksi bersikap hati-hati. Artinya, Direksi harus mengikut i prosedur yang berlaku dan dengan pertimbangan yang rasional

.

34

Dengan kata lain, fiduciary duty meliputi: duty of skill and care (prinsip kehati-hatian dalam tindakan Direksi), Duty of Loyalty (itikad baik Direksi yang

.

33

Munir Fuady, Doktrin-Doktrin Modern Dalam Corporate Law & Eksistensinya Dalam Hukum Indonesia (Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2002), hal.32-33.

34

semata demi tujuan Perseroan), No Secret Profit Rule Doctrine of Corporate Oppurtunity (tidak menggunakan kesempatan pribadi atas kesempatan milik atau peruntukan bagi Perseroan)35. Dalam hal ini, pada akhirnya fiduciary juga bermanfaat bagi pemegang saham secara keseluruhan karena kepentingan Perseroan adalah identik dengan kepentingan pemegang saham dan juga termasuk di dalamnya kepentingan pihak kreditor perseroan36

Doktrin fiduciary duty sangat erat dengan prinsip kehati-hatian. Oleh karena itu prinsip kehati-hatian ini merupakan prinsip yang utama dalam mengelola perseroan. Dalam dunia perbankan, prinsip kehati-hatian ini sangat penting yang dikenal dengan prudential banking. Prinsip kehati-hatian atau Prudential Banking ini didasarkan pada Pasal 29 ayat (2) Undang-Undang Perbankan yang menyatakan, bank wajib memelihara tingkat kesehatan Bank sesuai dengan ketentuan kecukupan modal, kualitas aset, kualitas manajemen, likuidasi, rentabilitas, solvabilitas dan aspek lain yang berhubungan dengan usaha bank serta wajib melakukan kegiatan usaha dengan prinsip kehati-hatian

. Sehingga apabila Direksi sungguh-sungguh menjalankan fiduciary duty dengan baik, maka kinerja perseroan tersebut akan terlaksana dengan baik pula, dan akhinrya berdampak positif terhadap para stakeholder dan shareholder.

37

Prinsip kehati-hatian dalam usaha perbankan diatur dalam Peraturan Bank Indonesia No. 6/PBI/10/2004 tanggal 12 April 2004 tentang sistem penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum. Di samping itu, tentunya berkaitan dengan

.

35

Robintan Sulaiman dan Joko Prabowo, Lebih Jauh Tentang Kepailitan (Tanggung Jawab Komisaris, Direksi dan Pemegang Saham Terhadap Perusahaan Pailit): Tinjauan Yuridis, (Jakarta: PT. Deltacitra Grafindo, 2000), hal.8.

36

I.G.Ray Widjaya, Op.Cit,hal.75. 37

Peraturan Bank Indonesia No. 5/8/PBI/2003 tanggal 19 Mei 2003 tentang Penerapan Manajemen Risiko bagi Bank Umum.

Dalam lembaga perbankan, berkaitan dengan tugas dan tanggung jawab Direksi bank, prinsip kehati-hatian yang dilihat dari sisi hasil diwujudkan adanya berbagai ukuran yang berkaitan dengan penilaian kesehatan bank, yaitu: rentabilitas (earning), likuiditas (liquidity), sensitivitas terhadap risiko pasar (sensitivity to market risk) dan bank harus melakukan Manajemen Risiko terhadap 8 aspek risiko. Berdasarkan Pasal 2 PBI tentang Kesehatan Bank, Komisaris, dan Direksi bank wajib memantau dan mengambil langkah-langkah yang diperlukan agar tingkat kesehatan bank sebagaimana tersebut dapat dipenuhi38

Doktrin lain yang penting adalah doctrine business judgement rule, guna mengukur kepercayaan yang diberikan oleh perseroan kepada Direksi, berdasarkan prinsip ficudiary duty, maka sebagai organ perseroan yang menjalankan kegiatan usaha sebagaimana dimaksud dan tujuan perseroan, Direksi tentu dihadapkan kepada risiko bisnis. Risiko itu terkadang berada di luar kemampuan maksimal Direksi. Oleh karena itu, guna melindungi ketidakmampuan yang disebabkan oleh adanya keterbatasan manusia, maka Direksi dilindungi oleh doctrine business judgement rule. Seorang Direksi bagaimanapun tidak mungkin selalu benar dalam manjalankan usahanya, karena error (kekeliruan) adalah kelengkapan manusia. Jadi, sudah sepantasnya jika seorang Direksi perseroan tidak di generalisasi untuk bertanggung jawab atas kesalahan dalam mengambil keputusan (more errors of judgement) tanpa mempertimbangkan unsur manusianya, juga karena kesalahan yang jujur (honest

.

38

mistake) doctrine business judgement rule memberikan perlindungan kepada Direksi Perseroan atas kemungkinan adanya kesalahan yang diakibatkan oleh suatu keadaan yang wajar dan manusiawi39

Doctrine business judgement rule ini pada mulanya terdapat dalam peradilan Amerika/US Jucial Review dimana maksudnya adalah suatu aturan yang melindungi pada Direktur dari tanggung jawab pribadi, bilamana mereka

.

40

a. Bertindak berdasarkan itikad baik (in good faith)

:

b. Telah selayaknya memperoleh informasi yang cukup (well informed), c. Secara masuk akal dapat dipercaya bahwa tindakan yang diambil adalah

yang terbaik untuk kepentingan perseroan (the best interests of the corporate).

Doktrin business judgement rule ini sangat penting bagi Direksi khususnya para Direksi Bank. Hal ini disebabkan bisnis dalam dunia perbankan sering kali harus memilih berbagai risiko bisnis yang tinggi. Doktrin ini dapat dijadikan landasan-landasan Direksi yang baik untuk dengan leluasa melakukan tugas dan tanggung jawabnya dalam mengelola Perseroan, tanpa adanya rasa takut mendapatkan gugatan dari pihak ketiga. Sekalipun perseroan yang dipimpin oleh Direksi tersebut mengalami kerugian, maka berdasarkan doktrin business judgement rule terhadap Direksi tersebut tidak dapat dituntut41

Para Direksi yang akan dimintakan tanggung jawabnya lebih besar terkait dengan doktrin business judgement rule adalah: Direksi Bank, Direksi Perusahaan

.

39

Ibid,hal.46-47 40

I.G.Ray Widjaya,Op.Cit,hal.78. 41

Trust; Direksi Perusahaan Asuransi; Direksi Perusahaan Pengelola Dana, seperti mutual funds; dan Direksi Perusahaan Publik/Perusahaan Terbuka42

Terhadap Direksi-direksi tersebut memang mesti dimintakan pertanggungjawaban hak yang lebih besar ketimbang jenis-jenis Direksi lainnya, dengan berdasarkan kepada argumentasi yuridis sebagai berikut

.

43

a. Para Direksi tersebut mengelola dana masyarakat yang sudah pada tempatnya harus lebih dituntut tingkat kebijaksanaan, kehati-hatian yang lebih tinggi dan putusan yang lebih tepat dan akurat.

:

b. Para Direksi tersebut merupakan Direksi profesional dengan latar belakang, pengalaman, dan pendidikan yang baik dan tingkat gaji yang tinggi serta merupakan Direksi yang bekerja full time untuk perusahaan

2. Kedudukan Dewan Komisaris dan Tanggung Jawabnya dalam Perseroan Sebelum keluarnya Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, keberadaan organ Komisaris pada PT tidak merupakan suatu keharusan atau tidak mutlak harus ada atau bersifat fakultatif. Dengan keluarnya Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, keberadaan Komisaris tidak lagi bersifat fakultatif bahkan sudah merupakan suatu keharusan. Hal ini bisa dilihat di dalam Pasal 4 ayat (1) yang bunyinya sebagai berikut: ”Perseroan memiliki Komisaris yang wewenang dan kewajibannya ditetapkan dalam Anggaran Dasar44

42

Munir Fuady,Op.Cit,hal.203. 43

Ibid,hal.204. 44

Agus Budiarto, Kedudukan Hukum & Tanggung Jawab Pendiri Perseroan Terbatas, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2009), hal.70.

Peran Dewan Komisaris dirasakan semakin penting karena sering terdapatnya peranan dan wewenang Direksi yang melebihi batas tanggung jawabnya, sehingga Dewan Komisaris bersifat “mandul” dan hanya sebagai simbol perseroan semata. Padahal seharusnya terdapat Check and balances antara kedua organ perseroan tersebut dalam pencapaian keberhasilan kinerja suatu perseroan45

Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 menyebutkan fungsi Dewan Komisaris adalah melakukan pengawasan untuk kepentingan perseroan. Pengawasan adalah suatu tindakan yang dilakukan oleh atasan untuk melakukan penilaian terhadap hasil pekerjaan bawahan apakah sesuai dengan suatu pedoman atau kebijaksanaan yang ditetapkan sebelumnya. Jika terjadi penyimpangan perlu dilakukan tindakan untuk memperbaikinya. Penilaian terhadap bawahan hanya dapat dilakukan apbila tersedia informasi yang diperlukan. Sumber informasi yang paling sering digunakan oleh Dewan Komisaris adalah berbagai jenis laporan berkala atau insidentil yang diterima dari Direksi

. Sehingga Dewan Komisaris harus dimaksimalkan, karena Dewan Komisaris juga memiliki andil yang cukup besar demi terlaksananya pengelolaan perseroan dengan baik.

46

Komisaris pada umumnya bertugas untuk mengawasi kebijaksanaan Direksi dalam mengurus perseroan serta memberikan nasehat-nasehat kepada Direksi, dimana tugas pengawasan itu bisa merupakan bentuk pengawasan preventif atau represif. Pengawasan preventif ialah melakukan tindakan dengan menjaga sebelumnya agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan yang akan merugikan perseroan. Sedangkan pengawasan reperesif ialah pengawasan yang dimaksudkan

.

45

Moenaf H. Regar, Dewan Komisaris (Peranannya Sebagai Organ Perseroan), (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2000),hal.61.

46

untuk menguji perbuatan Direksi apakah semuap perbuatan yang dilakukan oleh Direksi itu tidak menimbulkan kerugian bagi perseroan dan tidak bertentangan dengan undang-undang dan anggaran dasar)47

Pengawasan secara umum dan menyeluruh yang dilakukan oleh Dewan Komisaris lazimnya bertitik tolak dari anggaran keuangan atau budget. Anggaran keuangan yang disusun dengan baik merupakan perangkat yang efektif untuk melakukan pengawasan. Semua penyimpangan yang dilaporkan dapat dianalisis dan tindakan perbaikan dapat segera dilakukan sehingga dapat mengurangi atau mencegah timbulnya kerugian

.

48

. Sebagian fungsi Dewan Komisaris tersebut sebenarnya termasuk fungsi manajemen atau fungsi pengambilalihan keputusan yang berada di luar wewenang Direksi atau manajemen perusahaan49

Mengenai tanggung jawab Komisaris dapat dibagi dalam

.

50

a. Tanggung jawab ke luar terhadap pihak ketiga. Tanggung jawab ini tidak sebesar tanggung jawab Direksi, karena Komisaris bertindak ke luar berhubungan dengan pihak ketiga hanya dalam keadaan-keadaan yang sangat istimewa, yaitu dalam hal Komisaris dibutuhkan Direksi sebagai saksi atau pemberi izin dalam hal Direksi menurut Anggaran Dasar terlebih dahulu mendapat izin dari Komisaris dalam perbuatan penguasaan (beschikking), seperti misalnya menjual, menggadaikan, dan lain-lain.

:

b. Tanggung jawab ke dalam terhadap perseroan. Tanggung jawab ke dalam, sama dengan Direksi, pertanggungjawaban itu bersifat kolektif atau majelis.

47

Agus Budiarto,Op.Cit,hal.71 48

Moenaf H. Regar,Op.Cit,hal.66-67. 49

Ibid,hal.68-69. 50

Jika Komisaris ikut serta dalam pengurusan biasanya ia lalu ikut memberikan pertanggungjawaban kepada RUPS bersama-sama dengan Direksi.

Tugas mengawasi dan memberi nasehat tersebut masih ditambah lagi dengan suatu kewenangan yang diberikan kepada Komisaris apabila Anggaran Dasar menentukan hal itu. Sebagaimana dinyatakan di dalam Pasal 100 ayat (1) dan (2) UUPT, kewenangan yang dimaksud adalah:

a. Wewenang memberikan persetujuan atau bantuan kepada Direksi dalam melakukan perbuatan hukum tertentu.

b. Wewenang melakukan tindakan pengurusan perseroan dalam keadaan tertentu untuk jangka waktu tertentu. Hal ini merupakan suatu pengecualian atas pertimbangan tertentu. Dalam hal ini berlaku semua ketentuan mengenai hak, wewenang dan kewajiban Direksi terhadap perseroan dan pihak ketiga.

Dewan Komisaris diharapkan untuk bertindak independen dan kritis, baik antara satu sama lain, maupun terhadap Direksi. Independen di sini berarti Komisaris bukan sekedar rubberstamp dari Direksi tetapi aktif dalam mempertimbangkan (review) bahkan mengkritisi (challenge) kebijakan strategi Direksi; dengan kata lain Komisaris harus mampu untuk memberikan pandangan yang bersifat independen terhadap Direksi51

Dewan Komisaris secara teratur wajib mengikuti perkembangan kegiatan perusahaan dan segera melaporkan kepada RUPS dengan disertai saran langkah perbaikan dalam hal perusahaan menunjukkan gejala kemunduran. Pelaksanaan penerapan Good Corporate Governance wajib pula diawasinya dengan baik dan

.

51

hasil-hasil penerapan tersebut perlu disampaikan kepada RUPS. Mereka juga perlu berhati-hati terhadap berbagai jenis kompensasi baik langsung atau tidak langsung yang dapat mempengaruhi mereka dalam pengambilan keputusan. Sebaiknya diatur agar anggota Dewan Komisaris tidak diperkenankan menerima selain gaji dan fasilitas yang telah diberikan kepadanya sebagai anggota Komisaris Perusahaan yang bersangkutan52

Dengan tugas Komisaris sebagai pengawas kebijaksanaan Direksi serta memberikan nasehat kepada Direksi mengenai pelaksanaan tugas kepengurusan, maka terjadi interaksi antara tugas Direksi dan Komisaris pada saat sebelum dan sesudah menjalankan aktivitas perusahaan. Direksi tidak dapat melaksanakan tugas sekehendak hatinya atau dengan sewenang-wenang karena Komisaris mengawasinya. Sebaliknya Komisaris dapat memberi nasehat kepada Direksi tetapi tidak dapat melakukan pengurusan. Sejauh mana nasehat itu harus diterima oleh Direksi, tergantung pada kepentingan dan tujuan perseroan yang sepenuhnya merupakan tugas dan tanggung jawab Direksi. Nasehat itu dapat saja tidak dituruti apabila bertentangan dengan tujuan dan kepentingan perseroan dalam batas-batas ketentuan undang-uadang dan anggaran dasar

.

53

Pelaporan keuangan yang berkualitas merupakan wujud nyata dari penerapan prinsip akuntabilitas GCG. Adalah sangat penting bagi Direksi dan Dewan Komisaris untuk menjaga hubungan perusahaan dengan seluruh pemangku . Dengan kata lain, harus ada mekanisme check and balance antara Dewan Komisaris dan Direksi dalam upaya pengelolaan suatu bank sehingga dapat terwujud Good Corporate Governance dalam bank tersebut.

52

Ibid, hal.128-129. 53

kepentingan perusahaan dan hal tersebut dapat dilakukan melalui pelaporan keuangan yang berkualitas. Laporan keuangan merupakan salah satu bagian dari komunikasi berkelanjutan dengan para pemangku kepentingan. Dalam hal ini, informasi yang disajikan haruslah merupakan laporan yang berimbang antara penyajian kinerja dan prospek bisnis perusahaan54

Dewan Komisaris dna Direksi juga diharapkan mempunyai kemampuan dan keahlian (skill) yang terus-menerus di–up grade sesuai perkembangan zaman serta lingkungan yang terus berubah. Tambahan pengetahuan dan pendidikan, baik bersifat informasi (seperti seminar, workshop, studi banding) maupun formal (pendidikan bersertifikat, diploma, bahkan jenjang post graduate) perlu dilakukan dalam rangka memenangkan persaingan global

.

55

Terkait dengan masalah governance di perusahaan, setiap anggota Dewan Komisaris dan Direksi sangat perlu memahami pengertian dan prinsip dasar GCG, mekanisme yang dapat mendorong efektivitas GCG di perusahaan, faktor-faktor penghambat penerapan GCG, pilar pendukung suksesnya GCG di perusahaan, implikasi GCG bagi kemajuan usaha, pedoman penerapan GCG, beberapa fungsi dan peranan elemen penting GCG seperti komite-komite dan sekretaris perusahaan, dan pengalaman perusahan lain, baik domestik maupun mancanegara

.

Masalah kemampuan (skill) dari Dewan Komisaris dan Direksi yang harus di-up grade ini merupakan suatu keharusan agar dapat tercipta SDM yang berkualitas dari pihak manajemen Bank dalam pelaksanaan Good Corporate Governance, serta meminimalisir terjadinya berbagai penyimpangan operasional Bank itu sendiri.

54

Mas Achmad Dairi,Op.Cit,hal.145. 55

dalam penerapan GCG secara konsisten dan komprehensif beserta kendala serta cara mereka mengatasinya56

3. Tanggung Jawab Dewan Komisaris dan Direksi dalam Mengelola Risiko pada Ruang Lingkup Manajemen Risiko

.

Dalam ruang lingkup Manajemen Risiko, salah satu aspek yang tercakup dalam Manajemen Risiko adalah adanya pengawasan aktif oleh Dewan Komisaris dan Direksi. Dalam hal ini DewanKomisaris dan Direksi harus57

a. Menimbulkan “selera” perusahaan akan Risiko (risk appetite) yang konsisten dengan strategi usaha. Selera (kemauan yang diikuti kemampuan) ini harus digambarkan secara konservatif, moderat, agresif, atau posisi dalam rentang atau spektrum Risiko yang dapat diterima.

:

b. Mendefenisikan secara spesifik Risiko yang mengancam Bank. Risiko ini harus berada dalam batasan regulasi dan masih punya ruang untuk ditambah atau dikurangi sesuai kebutuhan perusahaan.

c. Mengidentifikasi, memahami dan menilai jenis-jenis Risiko yang melekat pada aktivitas kegiatan Bank yang telah ada maupun produk dan aktivitas baru yang masih akan diluncurkan.

d. Menetapkan strategi Manajemen Risiko.

e. Memberi persetujuan atas kerangkan kerja Manajemen Risiko yang harus konsisten dengan selera dan strategi kegiatan usaha bank.

f. Menetapkan agar kerangka kerja Manajemen Risiko tersebut diterapkan dan dipelihara secukupnya.

56

Ibid.