• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengelolaan Risiko dan Program Pengendalian Risiko Kredit

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN

PENGENDALIAN RISIKO KREDIT DAN PENGGUNAAN ANALISIS KREDIT DALAM PERBANKAN

H. Pengelolaan Risiko dan Program Pengendalian Risiko Kredit

Penyebab utama masalah bank yang serius berkaitan langsung dengan standar pemberian kredit yang lunak atau longgar, Manajemen Portofolio Kredit yang lemah, dan karena kurangnya perhatian terhadap perubahan ekonomi atau kondisi lingkungan lainnya, yang pada giliran berikutnya dapat membuat sebuah kredit kepada counterparty menjadi bermasalah. Terjadinya kredit bermasalah dan kredit macet akan mengikis modal bank, mengurangi pendapatan bank, menjadikan Bank tidak solvent. Oleh karena itu Manajemen Risiko Kredit menjadi fokus utama pada Bank dengan ukuran kegiatan usaha kecil dan sedang124

Suatu kualitas aktiva sebuah Bank disebut baik, apabila jumlah Risiko Kredit atau “ kemungkinan” rugi sebuah portofolio Bank dinilai rendah dan kekuatan proses manajemen dalam mengendalikan Risiko tersebut dinilai tinggi. Bank perlu mengelola Risiko Kredit yang terkandung dalam portofolio maupun risiko dalam kredit atau transaksi secara individual. Bank perlu mempertimbangkan hubungan antara Risiko Kredit dan risiko lainnya

.

125

124

Robert Tampubolon,Risk Management Manajemen Risiko Pendekatan Kualitatif untuk Bank Komersial, Op.Cit,hal.111.

125

Forest. E. Myers, Basics for Bank Directors, (Division of Supervision and Risk Mangement Federal Reserve Bank of Kansas City, 2001),hlm.134.

.

Efektivitas pengendalian eksposur Risiko Kredit Bank tergantung pada sejumlah faktor yang ada dalam program pengendalian Risiko Kreditnya. Faktor-faktor tersebut harus sudah tersedia sebelum sebuah Bank memberikan fasilitas Kredit, dan perlu dikaji ulang secara berkala dalam Manajemen Risiko.

Beberapa aspek kunci dalam perspektif pengendalian Risiko Kredit yang standar dan praktek yang baik (best practises) untuk dimiliki bank adalah sebagai berikut126

1. Menciptakan Lingkungan Risiko Kredit yang Memadai :

a. Pengawasan Aktif Dewan Komisaris dan Direksi

Dewan Komisaris dan Direksi bertanggung jawab sebagai pemberi persetujuan (approval) akhir dan utama atas strategi, kebijakan,prosedur dan limit yang bertalian dengan Risiko Kredit. Komisaris dan Direksi memastikan bahwa semuanya itu sesuai dengan kegiatan usaha Bank, serta melakukan pengkajian berkala (sekurangnya setahun sekali) atas hal-hal tersebut.

Selain memberikan persetujuan dan melakukan pengkajian Dewan Komisaris dan Direksi juga bertanggung jawab untuk mengawasi pengimplementasian strategi, kebijakan, prosedur dan limit yang dimaksud, agar dapat:

1. Diterapkan secara terkonsolidasi melalui penyebarluasan dan diseminasi pengkomunikasian strategi dan kebijakan karena dimengerti oleh semua pihak yang berkepentingan dengan Risiko Kredit.

2. Mendukung diterapkannya standar pemberian kredit yang sehat secara konsisten.

3. Mengutamakan kepatuhan terhadap strategi dan kebijakan kredit dan tidak diperlunak karena alasan adanya tekanan persaingan.

4. Memantau dan mengendalikan Risiko Kredit.

5. Mengidentifikasi dan menangani kredit bermasalah sedini mungkin.

126

Wewenang dan tanggung jawab ini dapat didelegasikan kepada Komite Kredit atau Manajemen Senior di bawahnya. Sedangkan pengawasan aktif terhadap pengelolaan Risiko Kredit tetap berada di tangan Direksi.

Dewan Komisaris dan Direksi harus memastikan adanya pemisahan tugas antara fungsi penganalisa permohonan kredit, pemberi persetujuan kredit dan yang me-review kredit, serta tersedia dan berlakunya fungsi-fungsi kunci yang akan dibahas kemudian.

b. Strategi Kredit

Strategi, kebijakan dan prosedur yang ada harus tertulis dan konsisten dengan tingkat toleransi Risiko, ketersediaan modal yang akan dialokasikan untuk kegiatan perkreditan, dan kecakapan pejabat kredit (management expertise).

Strategi risiko kredit harus mencakup pernyataan bahwa untuk mencapai pertumbuhan usaha yang diharapkan, Bank berminat pada jenis kredit, sektor ekonomi, lokasi geografis, jenis mata uang, jangka waktu, dan keuntungan yang diharapkan, dan kebutuhan untuk memelihara Kualitas Aktiva Produktif (KAP). Harus ditetapkan hubungan yang dapat diterima antara risiko dan imbal hasilnya (risk/reward) dengan memperhatikan sumber daya dan modal yang diperlukan127

c. Strategi Penetapan suku Bunga Kredit

. Strategi dan kebijakan Risiko Kredit ini harus dikomunikasikan ke seluruh pegawai secara efektif, misalnya dengan menggunakan Intranet. Pejabat atau pegawai yang berkepentingan harus memahami pendekatan Bank dalam memberi persetujuan kredit dan mentaati kebijakan dan prosedur yang telah ditetapkan.

127

Bagi sebuah bank, penetapan harga produk secara tepat jauh lebih penting dibandingkan dengan peningkatan volume usaha, khususnya ekspansi kredit.

Michael de Kare-Silver berpendapat “ pricing does not have to be the lowest price; it could be any differentiated or validated pricing proosition, not something short term and tactical. Pricing as strategy is establishing something on a consistent and continuous basis that signals how the customer should perceive what is offered.128

128

Michael de Kare Silver, Strategi in Crisis,( England, Macmilian Press, Ltd.,1997) , hal.117.

Dia menegaskan bahwa dalam jangka panjang penetapan harga sebuah produk yang baik haruslah dapat mendikte konsumen yang membutuhkannya. Misalnya, dengan memberikan bunga kredit yang lebih rendah kepada debitur dan usaha yang risiko kreditnya rendah, akan mengarahkan para Debitur terhadap upaya memperkecil risiko kreditnya. Arus kas mendatang mengandung ketidakpastian dan berisiko gagal. Besarnya nilai sebuah aktiva ditentukan oleh besaran, waktu dan tingkat risiko dari arus kas mendatang tersebut. Semakin tinggi/lama arus kas mendatang semakin rendah nilai (semakin tinggi Risiko Kredit) aktiva tersebut.

Dengan demikian sebuah Bank yang ingin aman terhadap Risiko Kredit menerapkan strategi penetapan suku bunga kredit yang berbeda untuk risiko kredit yang berbeda. Sama halnya dengan penetapan suku bunga obligasi, dimana suku bunganya akan ditetapkan tinggi apabila ratingnya rendah atau risikonya tinggi.

Karena bank beroperasi dengan modal kecil sehingga sangat riskan jika ada kredit yang macet, maka selain memutus kredit secara sangat berhati-hati, bank harus mendapat kompensasi berupa bunga kredit yang memadai. Kebijakan ini memiliki manfaat berganda seperti, pertama akan mendidik debitur untuk memperkecil risikonya dan sebagai alat seleksi untuk mendapat debitur yang baik, karena debitur yang risikonya tinggi dan dikenakan bunga tinggi akan pindah ke Bank lain yang masih bersedia memberikan tingkat bunga lebih rendah. Bahkan dengan formula Internal Credit Rating yang diterapkan secara efektif, Bank akan diizinkan untuk memperkecil kewajiban penyediaan modal minimum (KPMM) pada waktu selanjutnya.

2. Kebijakan dan Prosedur Pemberian Kredit yang Lengkap dan Mutakhir Kebijakan dan prosedur Pemberian kredit harus merupakan artikulasi dari apa yang menjadi tujuan dalam strategi Bank. Kebijakan ini harus pula memberi kontribusi bagi pengelolaan risiko kredit yang efektif dalam benuk menyajikan informasi yang memadai, untuk membantu bank dalam melakukan penilaian secara komprehensif terhadap risiko kredit. Toleransi risiko kredit, yaitu jumlah dan jenis risiko kredit yang siap diserap, harus secara jelas ditegaskan dalam kebijakan kredit. Toleransi risiko ini harus searah dengan tujuan strategik Bank.

Manual kebijakan kredit bank sekurangnya harus memuat alat kontrol antara lain sebagai berikut129

1. Cakupan pemberian Kredit. :

2. Standar penetapan rating Kredit.

129

Robert Tampubolon, Manajemen Risiko (Pendekatan Kualitatif untuk Bank Komersial), Op.Cit, hal. 118

3. Jenis fasilitas yang ditawarkan, masing-masing dengan batas atas (ceilings), penetapan suku bunga, profitabilitas, jangka waktu paling lama, dan debt-servicing ratio untuk seorang Debitur, untuk Debitur Group, atau untuk sebuah industri.

4. Batas atas untuk total portofolio Kredit, seperti antara lain loan-to-deposit ratio (LDR), rasio komitmen yang belum ditarik, persentase basis modal. 5. Pedoman pengeloaan Risiko Kredit, misalnya limit maksimal agregat Kredit

masing-masing per negara atau geografis, industri, kategori dan peminjam (misalnya bank, lembaga keungan non-bank, korporat dan retail), produk (misalnya kredit properti), dan debitur grup. Penetapan limit portofolio ini diukur menurut proporsi Kredit dari total aktiva Bank, porsi Kredit untuk masing-masing jenis indusri dalam portofolio Bank, dan pencegahan konsentrasi Kredit, serta tujuan diversifikasi Kredit.

6. Batas maksimum kewenangan memutus Kredit untuk pejabat Kredit, Direktur Kredit, Komisaris dan Komite Kredit.

7. Limit-limit, persyaratan kredit (terms and conditions), prosedur penilaian dan persetujuan kredit, serta catatan-catatan (records) yang harus disimpan untuk masing-masing pinjaman.

8. Syarat permohonan (dokumen dan informasi yang sekurangnya harus diserahkan kepada Bank, rasio keuangan yang dapat diterima, dan faktor lainnya).

9. Jenis Kredit yang tidak diinginkan Bank

10.Persyaratan atau kriteria jaminan Kredit (guarantees) dan jenis kolateral serta loan-to-value ratios yang dapat diterima.

11.Standar penilaian kolateral dan prasyarat bagi penilai.

12.Stuktur penetapan bunga pinjaman, dan hubungannya dengan Risiko Kredit. 13.Standar analisis kredit dan dokumentasi kredit secara legal.

14.Fungsi Loan Review.

Sedangkan prosedur kredit harus menekankan proses penilaian kredit fokus pada risiko yang terkait antara lain pada jenis usahanya, besarnya limit kredit yang diberikan, dan lamanya jangka waktu pinjaman. Semakin besar limit atau semakin lama jangka waktu kredit, semakin besar pula risiko yang akan terjadi.

Buku manual perkreditan harus menguraikan kriteria dan prosedur untuk130 1. Pemberian/persetujuan kredit baru, perpanjangan kredit yang sudah ada, dan

persetujuan atas penyimpangan yang terjadi.

:

2. Pelaksanaan review berkala secara independen terhadap kredit yang telah disetujui.

3. Kelengkapan administrasi kredit seperti catatan-catatan (records), dokumentasi dan lain-lain dari kredit yang telah mendapat persetujuan. a. Persetujuan Kredit

Mengingat persetujuan atas sebuah fasilitas kredit merupakan separuh dari proses Manajemen Risiko, maka prosedur mulai menganalisis sampai pencairan sebuah permohonan kredit baru atau perpanjangan kredit, harus digambarkan secara jelas dan rinci dalam buku manual prosedur kredit. Misalnya, perlu ditetapkan berapa limit kredit yang dapat diputus oleh seorang Pejabat Kredit dan berapa limit yang harus diputus oleh Komite Kredit.

130

Dalam hal tidak terdapat Komite Kredit, maka kredit yang diputus oleh Pejabat Kredit harus dikaji ulang secara berkala oleh Pejabat Kredit lainnya. Sebelum sebuah permohonan kredit akan dinilai, Pejabat Kredit harus memastikan bahwa permohonan kredit tersebut telah sesuai dengan kebijakan Risiko Kredit. Penilaian kredit harus dilakukan dengan melakukan analisis yang rinci mengenai posisi keuangan dan kemampuan untuk melunasi pinjaman Debitur.

Proses penilaian yang standar tidak boleh dikurangi karena alasan kesulitan mendapatkan informasi yang sebanyak-banyaknya. Proses penilaian juga tidak boleh diintervensi oleh manajemen, pemilik saham, atau pihak lain yang memiliki sangkut paut kepentingan dengan permohonan kredit tersebut. Keputusan persetujuan kredit didasarkan pada analisis yang seteliti dan setepat mungkin. Untuk itu diperlukan informasi yang banyak dan sejujur mungkin dari Debitur.

Informasi mengenai debitur yang sebaiknya dihimpun oleh Bank antara lain131

1. Integritas dari (calon) peminjam. .

2. Kewenangan peminjam untuk mengajukan permohonan kredit. 3. Tujuan kredit yang jelas dan sesuai dengan kebijakan kredit bank.

4. Customer base dan kelangsungan usaha untuk suatu jangkan waktu yang lama.

5. Kemampuan manajemen peminjam untuk melangsungkan usaha. 6. Adanya prospek jangka panjang suatu industri yakni usaha peminjam.

131

7. Syarat pembayaran kembali (cicilan dan jangka waktu). 8. Sumber pembiayaan pelunasan kredit

9. Proyeksi arus kas dan kemampuan untuk melunasi utang, bukan saja pada masa normal, tetapi juga pada kondisi yang buruk dari sebuah siklus ekonomi yang terus mengalami perubahan.

10.Adanya pinjaman dari pihak lain, seperti kredit dan supplier dari bank lain. 11.Pinjaman yang tengah dinikmati oleh anak perusahaan atau perusahaan

afiliasi dari Debitur.

12.Hasil penilaian dari kolateral yang dijaminkan dan keabsahan dari jaminan. 13.Imbal hasil yang diharapkan Bank dari pemberian fasilitas kredit ini.

Faktor yang harus dipertimbangkan dan tercakup dalam persetujuan kredit ini antara lain:

1. Prinsip mengenal nasabah (Know Your Customer) yang harus dipatuhi secara ketat. Bank dilarang memberi kredit kepada Debitur yang latar belakang dan kegiatan usahanya tidak kelas atau meragukan. Prinsip mengenal nasabah ini mencakup juga kemauan (karakter) dan kemampuannya untuk melunasi kredit.

2. Tujuan kredit dan sumber pembayaran. Bank tidak boleh mengandalkan jaminan atau garansi, yang hanya berfungsi sebagai pengaman lapis kedua apabila Debitur gagal melunasi pinjamannya. Oleh karena itu kolateral tidak dapat menggantikan fungsi penilaian kredit yang komprhensif atau sebagai penutup kekurangan informasi yang dipersyaratkan. Bank harus menilai kolateral atau jaminan yang ada secara seksama dengan menerapkan rasio loan-to-value yang memadai. Bank harus mempersyaratkan agar kolateral

yang dijaminkan ditutup asuransi secukupnya. Dalam hal Debitur memberikan jaminan pribadi, maka Bank harus melakukan penilaian atas kemampuan penjamin menunaikan kewajibannya, apabila Debitur gagal melunasi kreditnya.

3. Profil Risiko terkini dari Debitur dan agunan serta tingkat sensitifitasnya terhadap perkembangan kondisi ekonomi dan pasar. Untuk menseleksi transaksi Risiko Kredit perlu diperhatikan:

a. Tingkat probabilitas terjadinya default Debitur sampai diperolehnya pembayaran penuh, serta perhitungan kebutuhan modal.

b. Penetapan harga (pricing) secara konsisten yang memperhitungkan tingkat Risiko dari transaksi (kontrak) yang bersangkutan (punitive pricing) khususnya dengan memperhatikan kondisi Debitur secara keseluruhan serta kualitas marketabiltity agunan Kredit.

c. Tindak koreksi atas pricing dan tindak perbaikan lainnya untuk mencegah memburuknya kondisi keuangan Bank.

4. Analisis kemampuan untukm membayar kembali, yang ditunjukkan oleh perkembangan keuangan historis dan proyeksi arus kas dengan berbagai skenario.

5. Posisi Debitur dalam industri tertentu, serta kemampuan bisnis Debitur maupun kondisi sektor ekonomi Debitur.

6. Persyaratan kredit yang diajukan, termasuk limit dan perjanjian yang dirancang untuk membatasi perubahan eksposur debitur di waktu yang akan datang. Limit harus menggambarkan Risiko yang ada. Oleh karena itu, limit harus menjadi bagian penting dalam sistem Internal Risk Rating yang

diterapkan kepada masing-masing Debitur. Limit ini harus juga diuji dengan stress testing yang hasilnya perlu mendapat perhatian Bank.

Bank perlu menetapkan apakah memberi kewenangan untuk memutus Kredit kepada Kepala cabang (paham generalis) atau menyerahkannya kepada sebuah Satuan Kerja khusus untuk me-review Kredit (credit evaluation) yang bebas dari Satuan Kerja Operasional yang mengembangkan usaha (paham spesialis).

Pendekatan mana pun yang dipilih, sebaiknya Bank menetapkan agar kredit diputus oleh sebuah Komite Kredit di tingkat cabang ataupun Kantor Pusat, sesuai batasan otoritasnya. Untuk menghindari pengaruh Kepala Cabang atau Direktur yang memimpin Kredit Komite dimaksud. Sebaiknya mereka hanya diberi hak prerogatif untuk menolak (negative vote). Persetujuan Kredit harus tetap diputus oleh suara terbanyak.

b. Pencairan Kredit

Setelah sebuah Kredit disetujui, baik sebelum atau sesudah sebuah transaksi pencairan Kredit dilakukan, Pejabat yang terpisah dari satuan kerja pemutus kredit harus melakukan pengkajian ulang (review). Untuk keperluan pengkajian ini, Bank dapat menyusun dan menggunakan check-list khusus untuk keperluan tersebut. Daftar ini tidak perlu panjang, memuat faktor kunci yang perlu diperiksa ulang. Misalnya penstrukturan kredit, jangka waktu, penetapan bunganya, kelengkapan dokumen kredit, keberadaan kolateral, dan syarat-syarat lain yang telah disepakati akan dipenuhi sebelum pencairan kredit, yang belum disediakan pada saat Kredit dianalisis dan harus dipenuhi sebelum memberi persetujuan pencairan Kredit132

132

Ibid.hal.123

c. Pengkajian Ulang Kredit (Internal Credit Review)

Bank membutuhkan fungsi Internal Credit Review (IRC) dan sistem pelaporan yang efisien untuk dapat mengelola berbagai portofolio Kredit yang ada. Fungsi IRC dikenal dengan istilah Loan Review. Fungsi Loan Review harus dilaksanakan oleh pejabat ahli dan independen dari pejabat pemberi Kredit. Untuk itu perlu ditetapkan kewenangan kualifikasi, dan independensi Pejabat Loan Review. Perlu ditetapkan frekuensi pengkajian, kewajiban untuk memberikan rekomendasi, saran dan bahkan tindak penyelamatan kredit yang diperlukan. Tugas pengkajian ulang (review) ini harus dilakukan secara berkala, baik per fasilitas kredit maupun untuk keseluruhan portofolio kredit.

Dalam hal Bank tidak memiliki Pejabat Loan Review yang ahli, fungsinya dapat diperoleh melalui outsourcing yang akan berfungsi sebagai orang dalam. Fungsi utama Loan Review antara lain adalah untuk menilai ulang penetapan kolektibilitas (rating) kredit menurut kualitasnya, memeriksa apakah seluruh proses pemberian Kredit sampai pada pengadministrasiannya telah mematuhi kebijakan dan prosedur Bank serta ketentuan dan perundangan-undangan yang berlaku. Dia juga memberikan pendapat berdasarkan judgment-nya, apakah para account officer telah memantau setiap fasilitas kredit yang menjadi tanggung jawabnya secara cukup.

Pejabat Loan Review memeriksa kelengkapan dokumentasi Kredit, kolateral benar ada, baik fisik maupun nilainya, dan telah diikat secukupnya. Fungsi yang dilakukan secara berkala ini (sekurangnya setahun sekali) akan

mendeteksi adanya kredit bermasalah, berikut saran untuk mengatasinya, sehingga tindak perbaikan dapat segera dilakukan.

Hal-hal yang biasanya diperhatikan adalah sebagai berikut133

1. Mengikuti perkembangan usaha, posisi keuangan dan kebutuhan terkini dari nasabah yang sedang menikmati fasilitas kredit.

:

2. Mempertimbangkan apakah fasilitas kredit yang telah mendapat persetujuan, kreditnya dapat dicairkan, atau fasilitas kredit yang telah sepenuhnya digunakan, memerlukan perpanjangan, penambahan, pengurangan atau bahkan pencabutan keseluruhan kredit. Rekomendasi harus didokumentasikan secukupnya dan ditujukan kepada Direktur Kredit atau Komite Kredit.

3. Mengikuti perkembangan kualitas kredit per fasilitas atau portofolio kredit secara keseluruhan serta mengidentifikasi perkembangan yang tidak normal.

4. Mengkaji reklasifikasi kredit apakah perlu dilakukan dan apakah cadangan kredit macet cukup memadai.

5. Memberi saran untuk memanfaatkan peluang atau menghindari ancaman yang mungkin terjadi, yang diperoleh dari informasi yang ada.

6. Mengusulkan beberapa tindak penyelamatan kredit apabila diperlukan. 7. Memberi masukan mengenai masih memadainya atau tidaknya strategi

dan kebijakan yang ada hubungannya dengan Risiko Kredit, beriku usul perbaikan yang diperlukan.

133

Hasil review-nya harus dilaporkan langsung ke Dewan Direksi, Komite Audit, atau Manajemen Senior yang tidak memiliki kewenangan memutus kredit.

Dalam kebijakan dan prosedur Kredit, harus ditetapkan cakupan Loan Review ini, misalnya kredit-kredit yang limitnya di atas Rp. 5 miliar, yang telah jatuh waktu lebih dari 30 hari, kredit dengan non-accrual basis, kredit kepada afiliasi, kredit yang kolateralnya diambil alih, dan kredit yang tertera dalam “watch-list” akan diperiksa cara 100 % setahun sekali. Sedangkan kredit-kredit di luar kriteria tersebut hanya akan diperiksa secara random, dan bergiliran untuk tahun berikutnya. Hal-hal lain yang bertalian dengan fungsi ini juga dibahas sebelumnya.

d. Pengadministrasian dan File Kredit

Administasi Kredit merupakan komponen kritis dalam memelihara keamanan dan kesehatan sebuah Bank. Fungsi ini mencakup pemeliharaan File Kredit agar tetap mutakhir, mendapat informasi keuangan terkini, mengirimkan pemberitahuan kepada Debitur untuk memperpanjang fasilitas kreditnya dan menyiapkan berbagai dokumen seperti Perjanjian Kredit.

Dalam membangun fungsi adminstrasi Kredit ini, Bank harus memastikan bahwa:134

1. Kegiatan administrasi kredit, termasuk pemantauan dokumentasi, kolateral, dan lain-lain telah efisien dan efektif.

2. Informasi yang disajikan dalam sistem manajemen informasi telah akurat dan tepat waktu.

134

3. Pengendalian atau kontrol atas semua prosedur di back-office telah memadai.

4. Ketentuan hukum, regulasi, kebijakan dan prosedur intern telah dipatuhi. Satuan Kerja Administrasi Kredit, yang bertanggung jawab melakukan fungsi pengendalian dan pengelolaan Risiko Kredit, akan memeriksa semua fasilitas kredit yang baru saja disetujui, antara lain untuk:

a. Memastikan bahwa semua aplikasi kredit baru telah mendapat persetujuan melalui proses yang seharusnya.

b. Memasukkan limit kredit ke dalam sistem komputer sesegera dan seakurat mungkin.

c. Mempersiapkan dokumentasi kredit.

d. Melakukan verifikasi ulang terhadap kewenangan nasabah untuk meminta kredit.

e. Melakukan penilaian kolateral.

f. Melakukan pengikatan atas deposito, bila dijaminkan.

g. Memastikan bahwa nasabah telah memenuhi semua persyaratan kredit. h. Memeriksa syarat pencairan kredit apakah dipenuhi dan jadwal penarikan

kredit telah disetujui.

i. Menyiapkan dana yang diperlukan, bekerja sama dengan bagian Tresuri. j. Memelihara kelengkapan dokumen seperti internal rating, memoranda

internal, surat-surat referensi, hasil penilaian (appraisal), dokumen lainnya.

k. Memantau penerimaan pembayaran cicilan atau pelunasan pinjaman pokok maupun bunga.

l. Mendapatkan informasi keuangan nasabah yang mutakhir berikut analisa keuangannya.

m. Mengidentifikasi sinyal awal adanya gejala macet dan pembayaran kredit. n. Memelihara file kredit secara lengkap dan mutakhir.

o. Menyusun laporan informasi kredit kepada manajemen

Kredit yang telah disetujui dan dicairkan harus dimasukkan dalam file secara sentral dan baik di back office. Semua catatan (records) harus tersedia secara lengkap dan dapat segera diminta oleh yang berwenang untuk melihatnya, seperti Manajer Kredit, dan Auditor.

Informasi yang sebaiknya ada di file kredit, yaitu antara lain135

1. Latar belakang peminjam, alamat, organisasi, sejarah perusahaan, kegiatan usaha utama, akte pendirian perusahaan, SIUP, TDP, surat keterangan domisili, surat keanggotaan asosiasi, kewenangan untuk meminjam/surat kuasa untuk meminjam, surat referensi dari pihak ketiga, kinerja keuangan minimal 2 tahun terakhir, NPWP, asuransi bagi peminjam pribadi.

:

2. Tujuan pengguanan fasilitas kredit.

3. Syarat pelunasan pinjaman pokok dan bunga.

4. Rincian kolateral yang dijaminkan, berikut bukti adanya kolateral (termasuk asuransinya) dan hasil penilaian oleh penilai ahli.

5. Aplikasi kredit dan informasi (laporan keuangan dan lain-lain), proyeksi, dan asumsi yang ada, serta analisis kredit yang dibuat oleh Pejabat yang berwenang untuk itu berikut eksposur, verifikasi atas informasi dan referensi

135

yang diberikan, hasil skenario stress-test, dan rating untuk fasilitas berdasarkan internal credit rating yang ada.

6. Surat persetujuan kredit (fasilitas yang disetujui, imbal hasil yang diharapkan, persyaratan kredit berikut bukti bahwa persyaratan tersebut telah dipenuhi, nama, jabatan serta tanda tangan pemutus kredit.

7. Catatan (diary) mengenai adanya pemutakhiran isi file kredit, termasuk aktivitas rekening, perubahan saldo debet, perubahan kolateral, notulen rapat-rapat intern maupun dengan nasabah, hasil inspeksi, dan lain-lain. 8. Hasil penilaian berkala atas rating (kolektibilitas) kredit, menurut internal

credit rating maupun menurut regulasi, berikut PPAP yang dibutuhkan. 9. Hasil review yang dilakukan Pejabat Loan Review.