• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN

PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO SEHUBUNGAN DENGAN PENGELOLAAN RISIKO KREDIT PADA PT. BANK MANDIRI

L. Risiko Kredit

1. Individual Credit Risk168

a. Kebijakan Perkreditan (Credit Policy)

Untuk mengendalikan kegiatan perkreditan, bank menggunakan pedoman yang disebut dengan Pedoman Pelaksanaan Kredit dan Kebijakan Perkreditan Bank Mandiri. Elemen penting dari kebijakan tersebut antara lain sebagai berikut.

1. Proses Persetujuan Kredit

Persetujuan kredit tetap menggunakan prinsip four-eye principle. Keputusan kredit dibuat bersama (secara independen) oleh unit bisnis dan unit manajemen risiko. Usulan kredit dibahas dan disetujui atau ditolak melalui Rapat Komite Kredit dengan anggota terdiri dari Unit Bisnis dan Unit Manajemen Risiko, sesuai dengan kewenangan yang disusun berdasarkan besar kredit yang diberikan secara grup.

2. Pemegang Kewenangan Memutus Kredit

168

Wewenang pemutusan kredit sebelumnya diatur melekat pada jabatan. Jadi siapa saja yang menduduki jabatan tertentu, secara otomatis diberikan wewenang sesuai jabatan tersebut. Ketentuan ini berubah mulai bulan Juni 2005, di mana kewenangan memutus kredit sekarang diberikan atas dasar individu (atas nama) berdasarkan kompetensi, integritas, dan kemampuan pejabat yang bersangkutan.

3. Kolektibilitas Kredit

Bank Mandiri telah menerapkan Peraturan Bank Indonesia mengenai kolektibilitas kredit (PBI 7/2/2005) dengan menerapkan konsep one entity dan one project dalam penentuan tingkat kolektibilitas kredit. Selain itu, penentuan kolektibilitas kredit ditetapkan atas dari prinsip tiga pilar Bank Indonesia, yaitu dilihat dari kelancaran pembayaran kewajiban, penilaian kondisi keuangan perusahaan, dan prospek usaha.

4. Portofolio Guideline

Bank Mandiri menerapkan sistem Portfolio Guideline yang merupakan bagian dari Pedoman Pelaksanaan Kredit (PPK). Portfolio Guideline merupakan klasifikasi sektor ekonomi yang ditetapkan berdasarkan tingkat risiko dan imbal hasil masing-masing sektor tersebut. Portfolio Guideline dapat digunakan sebagai acuan untuk mendukung proses pemilihan prospek nasabah dan membantu dalam pendalaman analisis kredit proses dan persetujuan kredit. Dengan adanya portfolio guideline ini, bank dapat mengendalikan komposisi portofolio kredit agar dapat menghindarkan bank dari bahaya risiko konsentrasi. Pengendalian risiko konsentrasi

sendiri merupakan syarat yang harus dilaksanakan bank dalam memenuhi ketentuan pilar II dari Basel II.

Selain aplikasi sistem rating untuk menentukan kelas nasabah dari sisi risiko, proses persetujuan kredit juga menggunakan analisis kredit dengan mengimplementasikan prinsip 5-C, yaitu Character (karakter), Capital (modal), Collateral (jaminan), Capacity (kapasitas), dan Condition of the Economy (kondisi ekonomi)

b. Sistem Scoring dan Rating

Pengukuran risiko kredit nasabah Bank Mandiri dilakukan dengan menggunakan sistem yang di dalamnya memuat beberapa parameter, yaitu sistem scoring dan rating. Untuk debitur korporasi dan komersial digunakan Bank Mandiri Rating System (BMRS) untuk mengukur tingkat risiko tiap debitur. Berdasarkan tingkat risikonya, debitur akan digolongkan ke dalam sebelas golongan (rating), yaitu AAA sampai dengan G. Permohonan kredit bagi nasabah baru hanya dapat diberikan pada calon debitur golongan BB ke atas. Proses yang sama dilakukan juga untuk Debitur UKM/Small Medium Enterprise melalui sistem SME Scoring System (SMESS). Melalui BMRS dapat diketahui kemungkinan nasabah mengalami default, besarnya kerugian pada saat nasabah default sehingga dapat diukur tingkat kerugian rata-rata (Expected Loss). Ketiga parameter ini berguna untuk pemberian tingkat suku bunga sesuai risiko (Risk Based Pricing) dan analisis profitabilitas nasabah (Customer Profitability Anlysis).

Bank Mandiri Rating System (BMRS) untuk Debitur Korporasi dan Large Commersial adalah sebagai berikut ini.

No Bank Mandiri Rating Risk Type Definition

1 AAA

Low Risk ( Green )

World Class

2 AA Very Good

3 A Good

4 BBB Average

5 BB Below Average

6 B Medium Risk ( Yellow ) Discernable Risk

7 C

High Risk ( Orange )

Substantial Risk

8 D High Risk

9 E Default

10 F 11 G

Loan Origination System (LOS) yang berbasis web, digunakan untuk memproses permohonan kredit segmen Large Commercial dan Small proses. Melalui LOS, status suatu permohonan kredit dapat dipantau sehingga dapat meningkatkan tingkat efisiensi. Selain itu, database permohonan kredit menjadi lebih akurat dan terhindar dari kemungkinan double entry karena telah terintegrasi di dalam suatu sistem.

Penerapan sistem scoring untuk kredit segmen konsumer memungkinkan bank melakukan proses analisis kredit secara cepat dalam jumlah besar dengan tingkat Non Performing Loan yang relatif rendah

Sistem Scorecard / Scoring Rate untuk Kredit Konsumer Bank Mandiri

No Bank Mandiri Scoring Defenisi 1 2 3 Accept Reject Grey Zone

Credit score > highest cut off score Credit score < lowest cut off score

Lowest cut off score < Credit score < highest cut off score

2. Risk Based Pricing169

Struktur suku bunga Bank Mandiri menggunakan sistem tingkat suku bunga berdasarkaan risiko (risk based pricing) dengan memanfaatkan sistem rating. Pada dasarnya tingkat suku bunga terdiri dari komponen Cost of Funds, Overhead Costs, Cost of Allocated Capital dan Risk Premium. Tingkat Costs of Funds tergantung dari biaya dari seluruh Interest Bearing Liabilities. Sementara itu, tingkat Overhead Cost dibedakan antara aktivitas pengumpulan dana (funding) dan pemberian kredit (lending). Tingkat Cost of Allocated Capital mencerminkan tingkat imbal hasil yang diharapkan dari modal yang dialokasikan untuk meng-cover unexpected loss. Adapun Risk Premium tergantung dari penggolongan debitur atau segmen kredit berdasarkan tingkat risiko masing-masing.

Untuk memantau pemberian suku bunga kepada debitur dilakukan komparasi antara Required Yield dan Portfolio Rate. Required Yield adalah tingkat imbal hasil minimum yang diinginkan bank, sedangkan Portfolio Rate adalah rata-rata tertimbang dari realisasi tingkat suku bunga nasabah.

3. Risiko Portofolio – Analisis dan Guideline170

Pengelolaan risiko portofolio dilakukan untuk menghindari konsentrasi risiko yang terlalu tinggi pada suatu industri, wilayah, segmen kredit, atau segmen ekonomi tertentu. Tiap sektor dianalisis dengan tiga indikator, yaitu leading indicator, coincidence indicator, dan lagging indicator untuk menentukan tingkat risiko dan return masing-masing sektor. Analisis ini sebagai alat atau pedoman yang dapat digunakan unit bisnis dalam merencanakan ekspansinya.

169

Ibid.hal. 415 170

Proses Leading K Indicator L Green A S Coincidence I

Indicator F Yellow Portfolio Guideline I

K

Lagging A

Indicator S Orange I

Melalui Portfolio Guideline, sektor ekonomi digolongkan dalam tiga kategori, yaitu Hijau (untuk sektor ekonomi yang mempunyai tingkat imbal hasil yang tinggi, sedangkan tingkat risikonya rendah), Kuning (untuk sektor ekonomi yang mempunyai tingkat imbal hasil dan tingkat risiko rata-rata), Oranye (untuk sektor ekonomi yang memiliki tingkat imbal hasil yang rendah, sedangkan tingkat risikonya tinggi). Dengan adanya Portfolio Guideline, diharapkan alokasi pada sektor yang prospektif dapat ditingkatkan, sementara alokasi pada sektor yang kurang prospektif dapat dikendalikan pertumbuhannya.

Bank Mandiri menetapkan kebijakan berkenaan dengan batas pemberian kredit, yaitu bahwa total eksposur pada subsektor ekonomi terbesar tidak boleh melebihi 20% dari keseluruhan portofolio. Limit kepada nasabah secara individual terbesar tidak boleh melebihi 5% dari keseluruhan portofolio dan harus lebih kecil dari ketentuan Batas Maksimum Pembelian Kredit (BMPK).

Bank juga menetapkan in-house limit yang merupakan pencerminan level risiko dalam suatu penyediaan dana kepada debitur. Besarnya in-house limit tersebut dibedakan sebagai berikut:

b. In-house limit kepada satu peminjam individual yang bukan merupakan pihak tidak terkait adalah 15% dari modal bank.

c. In-house limit kepada satu kelompok peminjam yang bukan merupakan pihak tidak terkait adalah 20% dari modal bank.

d. In-house limit kepada Badan Usaha Milik Negara (BUMN) untuk tujuan pembangunan dan mepmengaruhi hajat hidup orang banyak 25% dari modal bank.

Secara unit manajemen risiko membuat analisis portofolio (Laporan Portofolio Bulanan, Semesteran, dan Tahunan) yang membahas kinerja portofolio di masa lalu, periode berjalan dan periode mendatang. Sebagai early warning tools, bank menggunakan sistem LMS (Loan Monitoring System) yang tugas utamanya mendeteksi secara dini potensi nasabah menjadi bermasalah sehingga dapat diambil langkah yang diperlukan secara cepat. Selain LMS, bank juga menerapkan analisis stress testing untuk menganalisis pengaruh dari perubahan kondisi ekonomi seperti kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) atu tarif dasar listrik (TDL), maupaun perubahan kurs dan faktor risiko lainnya terhadap kualitas portofolio Bank Mandiri.

Analisis portofolio merupakan masukan bagi Risk and Capital Comitee dalam menetapkan strategi bank untuk ekspansi kredit sehingga ekspansi yang dilakukan akan lebih terarah pada sektor-sektor tertentu untuk mencapai tingkat portofolio yang optimal.

BAB V