• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN

PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO SEHUBUNGAN DENGAN PENGELOLAAN RISIKO KREDIT PADA PT. BANK MANDIRI

J. Persiapan Implementasi Basel II dan Dampaknya

Pada Mei 2006, negara angota Basel mencapai konsensus kerangka baru , yaitu, Basel II yang pada pokoknya157

1. Fokus pada metodologi Internal :

2. Memiliki tingkat sensivitas risiko yang lebih tinggi.

3. Dapat dengan mudah disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing. Oleh karena itu, tujuan dari Basel II ini adalah158

1. Menciptakan stuktur permodalan yang lebih berorientasi pada risiko dalam rangkan menciptakan sistem keuangan yang stabil.

:

2. Memotivasi bank untuk meningkatkan kemampuan manajemen risiko dengan adanya capital incentive dalam hal bank menggunakan pendekatan yang lebih sophistacated.

3. Mengadopsi ruang lingkup yang lebih komprehensif (misalnya, mencakup beberapa pendekatan/metodologi, meng-cover pilar 2 dan pilar 3, teknik mitigasi risiko, dan lain sebagainya.

157

Fundamental Credit Risk Management (Basel II) : Materi Pendidikan LSDP Batch I.

Op.Cit.hal.26. 158

Disadari bahwa implementasi Basel II akan memberikan dampak yang substansial pada institusi-institusi finansial yang berskala internasional dalam memperbaiki dan meningkatkan manajemen risikonya. Melalui tiga pilar dari Basel II, cakupan perhitungan kecukupan modal (Capital Adequacy Ratio-CAR) menjadi lebih luas dengan memasukkan perhitungan risiko operasional, meningkatkan proses manajemen risiko sebagaimana yang diwajibkan regulator dan implementasi prinsip keterbukaan sebagaimana tuntutan pasar. Untuk mempersiapkan implementasi Basel II, Bank Mandiri membentuk Basel II Compliance Comittee, yang menjadi penanggung jawab dari seluruh inisiatif strategis bank dalam upaya mencapai tujuan ini159

Bank juga telah mengimplementasikan sistem yang mendukung proses manajemen risiko, khususnya pada risiko pasar dan risiko kredit. Untuk risiko pasar trading, digunakan suatu sistem yang mengukur semua parameter risiko pasar seperti Value at Risk (VAR) dan ukuran sensitivitas terhadap faktor pasar yang disebut dengan PV01. Pada posisi banking book, pengelolaan risiko bunga

.

Manajemen mengharuskan sistem pengelolaan risiko yang terintegrasi dan sejalan dengan keputusan Bank Indonesia dan ketentuan Basel II sehingga dapat menghasilkan pemetaan yang menyeluruh atas eksposur modal. Basel II Compliance Comittee Bank Mandiri telah melakukan beberapa inisiatif program dalam kerangka kerja Enterprise Risk Management, antara lain membentuk sumber data utama yang disebut dengan enterprise data-warehouse yang akan mengintegrasikan seluruh data yang tidak konsisten dari sumber yang berbeda dapat dihindari.

159

menggunakan sistem manajemen aktiva passiva. Alat ukur risiko bunga banking book menggunakan analisis gap dan analisis skenario, dengan laporan berupa Earning at Risk dan capial at risk160

Untuk risiko kredit, bank mengimplementasikan sistem rating untuk nasabah korporasi dan komersial besar. Sistem rating tersebut dibagi ke dalam financial rating, dan customer rating, serta facility rating. Untuk nasabah kredit menengah, bank menggunakan sistem scoring dan sistem scoring lainnya untuk kelompok nasabah kredit konsumer

.

161

Dalam rangka membangun enterprise risk management systems, Bank Mandiri telah mengumpulkan data historis yang relevan untuk masing-masing jenis risiko pasar, risiko kredit, dan risiko operasional. Pembentukan database ini dilakukan melalui penggabungan dari banking book dan trading book sehingga perhitungan modal dan analisis risiko secara bank-wide dapat dilaksanakan berdasarkan sumber data yang sama. Dari sudut pandang risiko kredit dan operasional, beberapa inisitatif penting yang akan dimplementasikan, termasuk Central Liability System (CLS) yang menyediakan sistem pengawasan limit dalam rangka meningkatkan manajemen risiko

.

162

Dalam rangka implementasi Basel II, bank pada tahap pertama akan menyelesaikan infrastruktur manajemen risiko. Implementasi Basel II akan dilakukan secara bertahap, dimulai dengan Standar Model dan selanjutnya secara bertahap menerapkan Internal Model. Persiapan Bank dalam rangka Basel II meliputi praktik manajemen risiko yang efektif, mempersiapkan sumber daya

. 160 Ibid. 161 Ibid.hal.406. 162 Ibid.

manusia yang kompeten, meng-update teknologi informasi dan sumber data yang dapat diandalkan, dan mempersiapkan elemen-elemen penunjang lainnya, seperti standar akuntansi yang mengacu pada International Accounting Standard (IAS). K. Pengelolaan Risiko Kredit

Untuk mendukung proses pemberian kredit yang sehat, Bank Mandiri terus melakukan kajian dan penyempurnaan terhadap kebijakan, prosedur dan tools secara periodik sesuai dengan perkembangan bisnis terkini. Pada tahun 2008 Bank Mandiri melakukan penyempurnaan tools pengukur risiko kredit lain163 a. Pengembangan rating untuk Financial Institution (Bank Mandiri Financial

Institution Rating-BMFIR), dengan tujuan untuk dapat melakukan identifikasi dan pengukuran besarnya risiko Counterparty yang dapat diberikan toleransi dalam memberikan fasilitas Credit Line.

:

b. Penyempurnaan Rating Tools berupa Bank Mandiri Rating System (BMRS) dan Scoring Tools berupa Micro Banking Scoring System (MBSS) dan Small Medium Enterprise Scoring System (SMESS), serta scoring khusus untuk consumer finance dan credit card.

c. Pengembangan template standar spreadsheet keuangan untuk bidang usaha manufacture & trading, plantation, contractor, project finance dari FI-Bank. d. Penyempurnaan Loan Origination System (LOS) untuk segmen Corporate

Banking menjadi Integrated Loan Processing (ILP) sistem yang mencakup Origination System, Spreadsheet data keuangan, Rating System, Nota Analisis Kredit (NAK) dan Loan Monitoring System yang dilengkapi dengan Early Warning Signal (Watch List Tool). Penyempurnaan sistem ini

163

One day:Commitment to Service Excellence. (Laporan Tahunan 2008 Bank Mandiri),Op.Cit.hal.177

meningkatkan kehati-hatian dan mempercepat proses (Turn Around Time) pemberian kredit Bank.

1. Pengelolaan Risiko Kredit Segmen Corporate & Commercial

Khusus untuk mengantisipasi dampak krisis finansial global, Bank melakukan beberapa langkah sebagai berikut164

a. Melakukan stress testing untuk menguji elastisitas kualitas portofolio, khususnya tingkat NPL (non performing loan) portfolio terhadap perubahan variabel-variabel ekonomi dengan berbagai skenario. Stress test dilakukan baik secara individual debitur, kelompok debitur besar, segmen bisnis, per industri, jenis produk maupun total portofolio dan dampaknya terhadap kecukupan modal Bank.

:

b. Meningkatkan sensitivitas parameter watch list tool, terutama pada parameter-parameter yang terkait dengan kondisi krisis.

c. Membuat contingency plan khusus bidang perkreditan dengan 3 kategori tertentu (Waspada, Siaga II, Siaga I).

Peningkatan kualitas pengelolaan risiko portofolio kredit dilakukan melalui program Effective Portfolio Management dengan melakukan penyempurnaan Portfolio Guideline yang sudah dilengkapi dengan Industry Classification, Industry Acceptance Criteria dan Industry Limit.

Industry Classification mengklasifikasikan sektor industri menjadi tiga kelompok yaitu165 164 Ibid. 165 Ibid.hal.178.

disarankan, dan 3) sektor industri selektif. Industry Classification membantu bisnis unit dalam menetapkan target market industri dalam ekspansi kredit.

Industry Acceptance Criteria (IAC) merupakan kriteria dasar (kualitatif dan kuantitatif) yang menjadi faktor penentu kesuksesan (key success factors) pada suatu sektor industri tertentu. IAC membantu bisnis unit dalam penetapan targeted customer pada sektor industri prioritas yang telah ditetapkan sebagai target market industri.

Industry Limit memberikan batasan jumlah ekposur maksimal yang dapat diberikan pada sektor industri tertentu. Industry Limit membatasi konsentrasi risiko pada satu sektor industri dengan mempertimbangkan ketersediaan modal dan kondisi (NPL dan Yield) portofolio industri tersebut pada setiap saat. Penetapan limit industri didasarkan pada driven factors antara lain rencana bisnis bank (business plan), prinsip diversifikasi dan toleransi risiko bank (risk appetite). Sektor industri yang mempunyai prospek baik dan secara korelasi memberikan nilai tambah pada portofolio diberikan limit yang lebih besar dibandingkan dengan sektor industri yang kurang prospektif dan secara korelasi meningkatkan risiko portofolio. Dengan demikian keseimbangan alokasi portofolio dapat tetap terjaga pada tingkat yang optimal dan memberikan risk adjusted return maksimal.

Portfolio kredit saat ini tersebar pada berbagai sektor industri dengan konsentrasi tertinggi pada sektor perkebunan sawit dan Pengolahannya dengan share sebesar 12,8 % dari total portofolio. Konsentrasi kedua besar adalah sektor Pertambangan dengan share sebesar 9,1 %.

Untuk memonitor risiko kredit tingkat transaksional, Bank telah mengimplementasikan Loan Monitoring System dengan menggunakan Watch List

Tool (Early Warning Analysis) bagi debitur-debitur performing bisnis. Hal ini dilakukan untuk mengambil tindakan antisipasi dini terhadap debitur-debitur yang berpotensi menjadi NPL.

Pada tingkat portofolio, monitoring dilakukan melalui perhitungan credit risk profile yang menggambarkan potensi inherent risk dan efektivitas risk control system. Bank juga melakukan monitoring perkembangan dan kualitas portofolio berdasarkan konsentrasi, baik per segmen bisnis, 25 debitur besar, sektor industri, jenis produk, jenis valuta serta risk class. Dengan demikian bank dapat mengambil langkah-langkah antisipatif dan mitigasi risiko, baik secara individu maupun secara portofolio.

Guna mengantisipasi dampak langsung maupun tidak langsung yang diakibatkan oleh krisis keuangan global, Bank membangun sistem contingency plan dan mengklasifikasikan suatu kondisi yang berkembang menjadi 3 (tiga ) tahapan yaitu Waspada, Siaga II, Siaga I berdasarkan perkembangan yang terjadi, dan selanjutnya Bank melakukan tindakan yang diperlukan untuk menghadapi situasi tersebut.

2. Pengelolaan Risiko Kredit & Mikro

Dalam rangka menghadapi krisis global untuk meningkatkan ekspansi kredit segmen Consumer dan Mikro yang sehat dan pruden, Bank Mandiri telah melakukan beberapa hal sebagai berikut166

a. Penyempurnaan Risk Acceptance Criteria untuk setiap produk dengan memperhatikan perkembangan bisnis dan risk appetite, yang disesuaikan dengan karakter risiko pada masing-masing produk.

:

166

b. Penerapan Scoring System:

1. Bank telah menetapkan Application Score untuk Consumer Loans, Credit Card dan kredit mikro. Khusus untuk Consumer Loan, Bank telah menerapkan application score yang dibedakan atas dasar produk dan wilayah sesuai jenis karakter risikonya. Sedangkan untuk application scoring kredit Mikro, pada saat ini sedang kalibrasi ulang untuk meningkatkan akurasi dan efektivitas scoring dimaksud. Khusus untuk segmen credit card, selain application store untuk menilai risk level category pemegang kartu (high, Medium, Low) berdasarkan historical transaction pemegang kartu.

2. Bank telah selesai mengembangkan Collection & Recovery Score pada akhir tahun 2008 untuk Consumer Loan dan Credit Card dengan tujuan untuk meningkatkan optimalisasi penagihan consumer credit atau kredit konsumer sehingga lebih efektif dan efisien dalam upaya untuk menjaga kualitas portofolio. Implementasi strategi penagihan berdasarkan Collection & Recovery Score akan dilaksanakan mulai Triwulan I pada tahun 2009.

c. Pengembangan dan Penyempurnaan MIS segmen retail & consumer guna menunjang fungsi portfolio management.

d. Penyempurnaan kebijakan collection yang lebih fokus, sistematis dan agresif, berdasarkan jenis produk serta masing-masing bucket collection. Kebijakan tersebut didukung oleh Automated Collection System yang sifatnya end to end dan dilengkapi dengan collection tools antara lain167

167

Ibid.hal. 180.

1. Call Monitoring System untuk memonitor atau merekam seluruh kegiatan penagihan yang dilakukan melalui telepon guna meminimalisir Reputational Risks dan digunakan sebagai alat training/coaching.

2. Auto Predictive Dialer untuk meningkatkan efisiensi, efektivitas dan produktivitas proses collection.

Untuk menguji sensitivitas portofolio segmen consumer dan retail terhadap perubahan ekonomi makro, Bank telah melakukan stress test dan menetapkan contingency plan, agar kualitas portofolio kredit segmen consumer dan retail tetap dapat terjaga dalam kondisi yang ekstrim.