• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III : PROGRAM DAN PENGAWASAN BADAN AMIL ZAKAT

C. Pengawasan terhadap Badan Amil Zakat Daerah

Pengawasan adalah usaha untuk mencegah terjadinya penyimpangan terhadap pelaksanaan tugas-tugas dari pemerintah untuk tetap berpedoman pada peraturan perundang-undangan yang berlaku, dan melakukan perbaikan atas penyimpangan yang telah terjadi. Dalam kamus besar bahasa Indonesia, pengawasan adalah pemilikan dan penjagaan, yang langsung dilakukan oleh pejabat terhadap bawahannya atas setiap tugas yang menjadi tanggung jawab bawahannya.

Diana Halim Koentjoro menyatakan bahwa pengawasan dapat dilihat dalam tiga rincian, yaitu:

1. Ditinjau dari segi kedudukan badan atau organ yang melaksanakan pengawasan : a. Pengawasan intern adalah pengawasan yang dilakukan oleh satu badan yang

secara organisatoris atau struktural masih temasuk dalam lingkungan pemerintahan sendiri. b. Pengawasan ekstern adalah pengawasan yang dilakukan oleh orang atau lembaga secara organisatoris atau struktural berada di luar pemerintah (dalam arti eksekutif).

2. Ditinjau dari saat atau waktu dilaksanakannya : a. Pengawasan preventif atau a

priori adalah pengawasan yang dilakukan sebelum dikeluarkannya suatu

keputusan atau ketetapan pemerintah. b. Pengawasan represif atau posteriori

adalah pengawasan yang dilakukan sesudah dikeluarkannya keputusan atau ketetapan pemerintah, sehingga bersifat korektif dan memulihkan suatu tindakan yang keliru.

3. Pengawasan dari segi hukum adalah merupakan penilaian tentang sah atau tidaknya suatu perbuatan pemerintah yang menimbulkan akibat hukum. Pengawasan demikian biasanya dilakukan oleh hukum peradilan172.

Dalam hal pelaksanaan tugas-tugas dari petugas Badan Amil Zakat Daerah Sumatera Utara, dalam pelaksanaan program pengelolaan zakat yang telah ditentukan oleh Badan Amil Zakat Daerah Sumatera Utara ditempatnya bertugas, diperlukan adanya juga pengawasan. Dalam suatu oraganisasi pengelolaan zakat oleh Badan Amil Zakat Daerah Sumatera Utara, terdapat pula suatu tugas pengawasan yang dilakukan oleh petugas yang telah ditunjuk dalam melakukan tugas tersebut. Menurut Pasal 6 Undang-Undang Nomor 38 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat

172

Marbun, S.F., dkk. Dimensi-dimensi Pemikiran Hukum Administrasi Negara, UII Press, Yogyakarta, 2004, hlm. 268-273.

menyatakan : ayat (5) “organisasi badan amil zakat terdiri atas unsur pertimbangan, unsur pengawas dan unsur pelaksana”, dan Pasal 18 menyebutkan :

(1) Pengawasan terhadap pelaksanaan tugas badan amil zakat dilakukan unsur pengawas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (5)

(2) Pimpinan unsur pengawas dipilih langsung oleh anggota

(3) Unsur pengawas berkekedudukan disemua tingkatan badan amil zakat, unsur pengawas dapat meminta bantuan akuntan publik.

Praktik dan pelaksanaan program dari Badan Amil Zakat Daerah Sumatera Utara, dalam pengelolaan zakat, dengan tugas pokok adalah pengumpulan dan penyaluran atau pendistribusian zakat, diperlukan sumber daya manusia yang profesional dalam melaksanakan tugas yang diserahkan kepadanya. Namun, dengan praktik dan pelaksanaan dari Badan Amil Zakat Daerah Sumatera Utara, walaupun dilakukan oleh sumber daya manusia yang profesional, tetapi tetap juga harus mendapat pengawasan.

Pengawasan yang dilakukan kepada petugas Badan Amil Zakat Daerah Sumatera Utara, oleh pengawas yang dibentuk oleh intern atau di dalam organisasi pengelolaan zakat dan ekstern atau di luar organisasi pengelolaan zakat (masyarakat), dalam hal pelanggaran pengelolaan zakat, maka akan dikenakan sanksi pidana. Berdasarkan Pasal 21 Undang-Undang Nomor 38 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat menyebutkan:

(1) Setiap pengelolaan zakat yang karena kelalaiannya tidak mencatat atau mencatat dengan tidak benar harta zakat, infaq, shadaqah, hibah, wasiat, waris, dan kafarat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8, Pasal 12 dan Pasal 13 dalam undang- undang ini diancam dengan hukuman kurungan selama-lamanya tiga bulan dan/atau denda sebanyak-banyaknya Rp. 30.000.000,00 (tiga puluh juta rupiah). (2) Tindakan pidana yang dimaksud pada ayat (1) di atas merupakan pelanggaran.

(3) Setiap petugas badan amil zakat dan petugas dan lembaga amil zakat yang melakukan tindakan pidana kejahatan dikenai sanksi sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Kementerian Agama Republik Indonesia , dalam hal ini sebagai lembaga pemerintah yang mengurusi masalah keagamaan warga negara, bahwa Kementerian Agama Republik Indonesia sebagai fasilitator terhadap badan amil zakat dan lembaga amil zakat. Dalam hal pengawasan, Kementerian Agama Republik Indonesia yang dilakukan oleh Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam dan Urusan Haji. Direktorat Pemberdayaan Zakat dan Wakaf, melalui tiga cara yaitu:

1. Dalam bentuk laporan yang diberikan oleh badan amil zakat dan lembaga amil zakat kepada Kementerian Agama;

2. Diundang dalam rapat koordinasi;

3. Pemantauan langsung kepada badan amil zakat dan lembaga amil zakat yang bersangkutan173.

Praktik pengawasan yang dilakukan Badan Amil Zakat Daerah Sumatera Utara, menurut Pasal 18, 20 Undang-Undang Nomor 38 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat, dilakukan dengan dua cara yaitu intern dan ekstern, secara intern pengawasan yang dilakukan oleh komisi pengawas Badan Amil Zakat Daerah Sumatera Utara dengan menunjuk petugas komisi pengawas untuk melakukan pengawasan langsung terhadap kegiatan pengumpulan, pendistribusian dan pendayagunaan zakat oleh badan pelaksana Badan Amil Zakat Daerah Sumatera Utara, sedangkan pengawasan

173

Abdurrahman., Mekanisme Pengawasan BAZ dan LAZ, Direktorat Pemberdayaan Zakat da Wakaf Kementerian Agama RI, Jakarta, 2007.

ekstern dilakukan oleh masyarakat yang beragama Islam baik individu maupun organisasi masyarakat bila ditemukan penyimpangan yang dilakukan oleh petugas amil zakat dan/atau badan pelaksana dapat melaporkan langsung dan/atau melalui ormas kepada komisi pengawas Badan Amil Zakat Daerah Sumatera Utara.174

Pasal 20 Undang-Undang Nomor 38 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat menyebutkan “ masyarakat dapat berperan serta dalam pengawasan badan amil zakat dan lembaga amil zakat”. Pengawasan yang dilakukan oleh masyarakat tertera dalam penjelasan Pasal 20 atas Undang-Undang Nomor 38 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat, menyatakan : “peran serta masyarakat diwujudkan dalam bentuk:

a. Memperoleh informasi tentang pengelolaan zakat yang dikelola oleh badan amil zakat atau lembaga amil zakat.

b. Menyampaikan saran dan pendapat kepada badan amil zakat atau lembaga amil zakat.

c. Memberikan laporan atas terjadinya penyimpangan pengelolaan zakat.”

Peran masyarakat dalam hal pengawasan ekstern, terhadap kinerja petugas amil Badan Amil Zakat Daerah Sumatera Utara dalam menjalankan tugas pengelolaan zakat, selama peneliti berhubungan langsung dengan petugas amil zakat tersebut dalam berbagai kesempatan dengan melakukan wawancara sekaligus diskusi masalah perzakatan, hasilnya adalah telah terjadi pengawasan ekstern oleh masyarakat walaupun dalam presentase yang sangat kecil, tetapi pengawasan yang dilakukan sebatas nasihat dan kritikan langsung kepada petugas amil zakat yang bersangkutan,

174

tidak kepada organisasi Badan Amil Zakat Daerah Sumatera Utara secara keseluruhan, dan hanya bersifat perbaikan pada diri individu-individu itu sendiri sebagai petugas amil zakat dan tidak disampaikan kepada keseluruhan petugas amil zakat yang lain dalam Badan Amil Zakat Daerah Sumatera Utara. Selanjutnya, beberapa dari petugas amil zakat tersebut terkesan menampakkan kebanggan diri sebagai seorang petugas amil zakat yang paling pintar dalam hal perzakatan, sehingga tidak memerlukan masukan lagi dari pihak lain dalam masalah perzakatan.175

Kurangnya pengawasan yang dilakukan masyarakat terhadap Badan Amil Zakat Daerah Sumatera Utara, dengan berbagai alasan yaitu:

1. Masalah pengelolaan zakat sudah ada yang mengerjakannya, sehingga tidak boleh dicampuri atau dipermasalahkan segala hal yang berkenaan dengan hal tersebut.

2. Masyarakat tidak ingin mengetahui atau tidak tertarik dengan segala yang berkenaan dan dikerjakan dalam badan amil zakat dan lembaga amil zakat.

Dengan adanya pengawasan yang dilakukan masyarakat terhadap Badan Amil Zakat Daerah Sumatera Utara, maka segala kekurangan yang dimiliki Badan Amil Zakat Daerah Sumatera Utara tersebut, diharapkan akan ada perubahan yang lebih guna membantu program pemerintah provinsi Sumatera Utara untuk mewujudkan kesejahteraan sosial masyarakat Sumatera Utara, sesuai dengan Pasal 27 Undang- Undang Nomor 11 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial menyebutkan :

175

Hanafi., wawancara dengan penulis, kantor Badan Amil Zakat Daerah Sumatera Utara, Medan, 09 Juni 2011.

“Tanggung jawab pemerintah provinsi dalam menyelenggara kesejahteraan sosial meliputi :

a. Mengalokasikan anggaran untuk penyelenggaraan kesejahteraan sosial dalam anggaran pendapatan dan belanja daerah;

b. Melaksanakan penyelanggaraan kesejahteraan sosial lintas kabupaten/kota, termasuk dekonsentrasi dan tugas pembantuan;

c. Memberikan bantuan sosial sebagai stimulan kepada masyarakat yang menyelenggarakan kesejahteraan sosial.

Berdasarkan uraian dia atas, peranan Badan Amil Zakat Daerah Sumatera Utara dalam mengurangi kemiskinan dan meningkatkan kesejahteraan sosial masyarakat Sumatera Utara adalah peran yang sangat tidak bisa dipungkiri keberadaannya, baik kehidupan masyarakat muslim ataupun dalam kehidupan masyarakat lainnya. Khalayak umum hanya mengetahui bahwasanya tujuan zakat adalah mengentaskan kemiskinan dan juga membantu para fakir miskin, tanpa mengetahui gambarannya secara gamblang.

Kenyataannya zakat dalam pandangan Islam bukanlah satu-satunya cara untuk mengurangi kemiskinan. Masih banyak cara lain yang bisa diupayakan secara individu ataupun pemimpin masyarakat untuk dapat memenuhi dan menutupi kebutuhan seorang fakir dan juga keluarganya, sehingga ia tidak perlu lagi bergantung kepada orang lain. Ada nafkah yang dikeluarkan para kerabat yang mampu untuk membantu kerabat lainnya, dan juga ada kas dibanyak negara Islam yang dikeluarkan untuk hak atas harta yang dimiliki setelah dikeluarkan zakatnya.

Selain itu, juga shadaqah yang disunahkan dan banyak lagi yang lainnya. Kesemuanya itu selain adanya kewajiban zakat bertujuan untuk mengentaskan kemiskinan dan juga melepaskan cengkeramannya.

Sudah semestinya agar seseorang dapat menunaikan zakatnya untuk mengurangi kemiskinan, diketahui penyebab kemiskinan terhadap individu atau kemiskinan yang terjadi pada satu kelompok masyarakat maupun pada suatu daerah. Sesungguhnya setiap penyakit mempunyai obat yang berbeda-beda sesuai dengan penyebab yang menyertainya. Suatu obat tidak akan manjur apabila tidak sesuai dengan spesifikasi yang dibutuhkan.

Dan tidak mungkin membuat spesifikasi suatu obat, apabila tidak diketahui penyebab datangnya penyakit tersebut, sehingga membuat obat itu tidak berfungsi terhadap penyembuhan penyakit yang ada. Karena itu dalam megentaskan kamiskinan yang disebabkan para pengangguran, rasa malas dan kurang upaya dalam mencari pekerjaan, tentu tidak sama formulanya dengan kemiskinan yang disebabkan oleh adanya kelemahan dalam bekerja ataupun kemiskinan yang disebabkan banyaknya anggota keluarga yang ditanggung, sehingga minimnnya pemasukan bulanan, dari sini dapat dibuat poin :

1. Kemiskinan yang disebabkan oleh adanya pengangguran.

Pengangguran merupakan salah satu permasalahan yang berkaitan dengan kegiatan perekonomian, hubungan kemasyarakatan dan juga permasalahan kemanusiaan. Apabila masalah pengangguran ini tidak dapat diselesaikan, maka akan

muncul bahaya yang semakin hari semakin meluas dan berdampak buruk bagi kehidupan individu masyarakat, keluarga dan juga masyarakat secara umum. Pengangguran dibagi atas dua hal : pertama, pengangguran jabariah (karena keterpaksaan) dan kedua, pengangguran Khiyariah (menjadikan satu pilihan).176

Pertama, pengangguran yang terjadi karena suatu keterpaksaan adalah suatu pengangguran dimana seseorang tidak mempunyai hak sedikitpun memilih status ini, dan diharuskan menerimanya. Pada umumnya, pengangguran jabariah merupakan tanggung jawab masyarakat dan pemerintah daerah. Namun hal ini lebih diberatkan pada orang tua dan walinya tidak memperdulikan pengajaran apapun atas dirinya sejak kecil, dengan bekal itu memungkinkan untuk dimanfaatkannya pada masa yang akan datang. Dengan gambaran tersebut, maka peranan zakat sangat signifikan dalam kehidupan manusia. Dimana zakat merupakan suatu penggerak atau motor yang berpotensi memberikan tunjangan kepada para pedagang maupun profesi lain yang membutuhkan modal, yang tidak bisa didapatkan dari jalan lain.

Kedua, pengangguran khiyariyah atau seseorang yang telah memillih untuk menganggur, pada dasarnya adalah orang yang mampu bekerja, namun memilih untuk berpangku tangan dan bermalas-malasan hingga menjadi beban bagi orang lain. Namun, yang menjadi poin penting bagi kita di sini adalah posisi zakat bagi mereka yang bermalas-malasan dalam mencari nafkah, padahal mereka memiliki kekuatan dan juga potensi. Konsep yang ditawarkan Islam adalah konsep yang universal. Islam

176

tidak mengatasi kaum pengemis yang membutuhkan bantuan materi yang sifatnya sementara, seperti yang banyak dilakukan dengan sekedar menasehati mereka dan kemudian lari menghindar darinya, namun yang dilakukan justru mengulurkan tangannya untuk mengatasi permasalahan dengan konsep yang efesien.

2. Kemiskinan yang disebabkan karena ketidakmampuan dalam menutupi dan memenuhi semua kebutuhan hidupnya, dimana ketidakmampuan tersebut disebabkan oleh salah satu dari dua sebab sebagai berikut:

Pertama, kemiskinan yang disebabkan oleh kelemahan fisik yang menjadi penghalang dirinya dalam mendapatkan penghasilan yang besar. Termasuk dalam cakupan lemahnya fisik adalah karena umur yang masih kecil sedang ia tidak mempunyai keluarga seperti yang dialami oleh anak yatim, ataupun umur yang terlalu tua sebagaimana yang dialami oleh kakek tua yang sudah lemah. Selain itu, bisa jadi karena ia kehilangan salah satu anggota tubuhnya atau panca indranya. Orang yang ditimpa kemiskinan karena hal ini tidak bisa mengatasi hal tersebut. Orang yang ditimpa kemiskinan karena hal ini berhak mendapatkan zakat, karena kelemahan fisik yang dideritanya.

Kedua. Kemiskinan yang disebabkan oleh ketidakmampuan untuk mencari pekerjaan, karena ditutupnya pintu-pintu pekerjaan yang halal sesuai dengan keadaan para fakir miskin tersebut. Oleh karena itu, dana zakat yang ada bisa dipergunakan untuk mengajarkan dan melatih keterampilan yang sesuai dengan bakat dan kondisi.

Ketiga, kemiskinan yang ketiga ini bukan disebabkan karena pengangguran atau karena tidak menemukan pekerjaan yang sesuai, tetapi pada kenyataannya ia bekerja dan mendapatkan pengahasilan tetap. Namun sayangnya penghasilan dan pemasukan tidak seimbang dengan pengeluaran. Pendapatannya tidak mampu memenuhi kebutuhan dan tidak mampu mewujudkan kecukupan, sebagaimana yang banyak dialami oleh buruh, petani dan juga pekerja rendahan atau pun wiraswasta kecil, atau seseorang yang sedikit uangnya tetapi mempunyai keluarga yang banyak dimana ia harus menanggung semua penghidupann keluarga tersebut. Mereka yang berada di dalam kondisi tersebut, tiada seorangpun akan menoleh kepadanya dan masyarakat pun tidak akan menggolongkan mereka ke dalam golongan fakir miskin.

Namun perlu digaris bawahi, bahwa peranan Badan Amil Zakat Daerah Sumatera Utara tidak hanya terbatas kepada pengentasan kemiskinan, akan tetapi bertujuan untuk mengatasi pemasalahan-permasalahan kemasyarakatan lainnya. Dapat diketahui, bahwa salah satu peranan Badan Amil Zakat Daerah Sumatera Utara adalah membatu masyarakat muslim lainnya dalam menyatukan hati para warganya untuk dapat loyal kepada Islam dan juga membantu segala permasalahan yang ada di dalamnya. Termasuk permasalahan yang ada dalam tubuh orang Islam itu sendiri, sebagaimana membantu masyarakat muslim lainnya dalam menegakkan kalimatullah

dan memotivasi orang yang berhutang untuk dapat berbuat baik serta membuatnya

Secara garis besar zakat dijadikan sebagai dana santunan tersebut terdiri atas zakat fitrah yang di pungut sekali setahun (selama bulan Ramadhan samapai 1 Syawal). Zakat ini bertujuan konsumtif, khusus untuk sekedar memenuhi kebutuhan konsumsi penduduk miskin pada hari raya. Zakat harta (zakat maal) yang di pungut sepanjang tahun dari orang-orang kaya, setelah zakat-zakatnya dipenuhi. Dengan hanya zakat fitrah kemiskinan penduduk tidak akan teratasi karena cenderung untuk tujuan konsumsi jangka pendek. Namun dengan zakat harta, maka kemiskinan penduduk dapat tertanggulangi dengan baik. Dengan pemungutan zakat yang benar dan penyalurannya yang benar, penduduk miskin dapat diwujudkan kesejahteraan sosial dan diberdayakan dirinya, untuk kemudian menjadi wajib membayar zakat tahun berikut bila usahanya berhasil.

Keberhasilan penduduk miskin dalam mengelola dana zakat yang diserahkan kepadanya juga ditentukan oleh faktor lainnya. Faktor-faktor itu antara lain adalah kesungguhan penduduk miskin itu sendiri dalam mengubah nasibnya, dan pembinaan serta evaluasi badan amil zakat.Jika pembinaan dan evaluasi dilakukan dengan baik, maka penduduk miskin akan lebih bergairah dalam mengelola usaha produktif yang dilaksanakannya, dan jika ada penyimpangan akan segera diketahui dan diluruskan. Secara hirarki, kegiatan pengentasan kemiskinan yang dilakukan meliputi tahapan sebagai berikut177:

177

. H. Hasan Aedy., Peranan Zakat Dan Ulama Dalam Pengelolaan Pajak, Zakat dan Wakaf Unttuk Penanggulan Kemiskinan Dan Peningkatan Ekonomi Umat, Makalah Ikatan Ahli Ekonomi Islam Indonesia, Proceedings Of International Seminar On Islamic Economics As A Solution, Medan, 18-19 September 2005, hal. 99-100

1. Tahap sensus yaitu identifikasi penduduk yang kena wajib zakat dan yang berhak menerima zakat. Pada tahap ini akan diinventarisir dan identifikasi semua penduduk yang berhak menerima zakat. Berapa jumlahnya, di mana mereka berada dan apa yang menjadi kebutuhannya tercatat dengan rapi. Demikian pula penduduk yang wajib membayar zakat dapat diketahui jumlahnya, tempat tinggalnya dan berapa yang harus dikeluarkan sebagai kewajiban zakatnya.

Pada tahap sensus ini, Badan Amil Zakat Daerah Sumatera Utara belum mampu melakukannya, mengingat masih terbatasnya dana zakat yang tersedia. Selain itu kesadaran muzakki untuk mengeluarkan zakat masih jauh dari harapan. Agar dana zakat benar-benar sampai pada pihak yang berhak menerimanya (mustahiq), Badan Amil Zakat Daerah Sumatera Utara melakukan survey langsung di lapangan dengan di bantu badan amil zakat daerah kabupaten/kota petugas amil yang tersebar di beberapa daerah kabupaten/kota; kota Medan,kota Binjai, kabupaten Langkat, kabupaten Deli Serdang, kabupaten Serdang Bedagai, kota Tebing Tinggi, kabupaten Batu Bara, kabupaten Asahan dan kabupaten Labuhan Batu, kabupaten Tapanuli Selatan, kabupaten Mandailing Natal.178

2. Tahap pengumpulan dana yaitu semua yang sudah teridentifikasi sebagai wajib pembayar zakat didatangi oleh petugas amil yang telah dipercayakan oleh pemerintah.Pada tahap ini semua pihak harus jujur dan transparan, baik pelaksana

178

maupun pembayar zakat. Karena itu setiap orang tidak dapat bersembunyi dibalik kewajibannya, karena setiap orang merasa diamati oleh Allah SWT.

Pada tahap pengumpulan dana ini, Badan Amil Zakat Daerah Sumatera Utara baru dapat melakukan pengumpulan dana, apabila pembayar zakat (muzakki) mau membayar zakat pada Badan Amil Zakat Daerah Sumatera Utara baik di antar langsung ataupun petugas Badan Amil Zakat Daerah Sumatera Utara mendatangi para muzakki tersebut.179

3. Tahap pemberdayaan, penyuluhan dan pelatihan mengenai wawasan berpikir dan pelatihan, keterampilan khusus yang sesuai dengan potensi dan kebutuhan penerima zakat untuk memberdayakan diri. Disinilah peran ulama dan kaum profesional milik pemerintah dimaksimalkan. Pada tahap ini, Badan Amil Zakat Daerah Sumatera Utara melakukan pemberdayaan, penyuluhan dan penelitian terlebih dahulu untuk melihat potensi dan kebutuhan penerima zakat.Agar dana yang diberikan benar-benar dapat dimaksimalkan sesuai dengan kebutuhan penerima zakat (mustahiq). Pada saat ini Badan Amil Zakat Daerah Sumatera Utara sedang melakukan penyuluhan dan penelitian di kabupaten Nias dan kabupaten Dairi yang merupakan daerah pegunungan. Kedua daerah tersebut merupakan kantong-kantong kemiskinan. Hal ini dilakukan agar dapat diketahui

179

kebutuhan masyarakatnya, sehingga dapat dilakukan pemberdayaan pada masyarakat tersebut.180

4. Tahap distribusi atau penyaluran dana zakat sesuai dengan hasil identifikasi tahap awal. Pada tahap ini penerima zakat, menerima bagiannya dengan do’a dan penuh syukur kepada Allah SWT, dan berniat untuk mengolah dana dengan berhasil guna memperbaiki ekonominya. Pada tahap ini, distribusi atau penyaluran dana zakat baru dilakukan oleh Badan Amil Zakat Daerah Sumatera Utara, apabila hasil survey dilapangan menyatakan penerima zakat memang berhak menerima zakatnya.181

5. Tahap pembinaan, monitoring dan pengawasan serta evaluasi lengkap dari petugas amil. Pada tahap inilah dapat dilakukan perbaikan bila ternyata terjadi penyimpangan dilapangan. Ada kalanya, dana zakat yang diberikan pada penerima zakat tidak dipergunakan sesuai dengan tujuan awal yakni mendayagunakan dana zakat untuk meningkatkan kebutuhan ekonomi. Dana yang diberikan ada yang dipergunakan untuk kebutuhan konsumtif, sehingga telah terjadi penyimpangan dari pada tujuan awalnya.

Apabila hal ini terjadi Badan Amil Zakat Daerah Sumatera Utara melakukan pendekatan yang lebih intensif pada mustahiq tersebut, agar dapat dilakukan perbaikan.182 180 Ibid. 181 Ibid, 182 Ibid.

6. Tahap Pertanggungjawaban. Tahap yang berkaitan dengan pertanggungjawaban kepada pemberi amanah yang dalam hal ini adalah khalifah atau pemerintah, pada tahap inilah penilaian dilakukan kepada semua aparat pelaksana, apakah mereka jujur atau justru terjadi penyimpangan. Jika terjadi penyimpangan maka mereka yang menjadi pelaksana tidak hanya dipecat melainkan dengan sanksi yang tegas dan dapat membuat mereka yang menyimpang menjadi jera dan kembali ke jalan yang benar.

Pada tahap ini, Badan Amil Zakat Daerah Sumatera Utara telah melakukan pertanggungjawaban atas dana zakat yang telah disalurkan, dengan cara melaporkan pada Gubernur Daerah provinsi Sumatera Utara dan Dewan Perwakilan Rakyat Derah provinsi Sumatera Utara. Selain itu pertanggungjawaban juga dilakukan Badan Amil Zakat Daerah Sumatera Utara pada para muzakki, melalui bulettin zakat Badan Amil Zakat Daerah Sumatera Utara yang terbit sekali dalam sebulan.

Badan Amil Zakat Daerah Sumatera Utara dalam salah satu program prioritas unggulan yakni bina Sumut makmur yang fokus pada manfaat ekonomi, merupakan salah satu upaya dalam mengurangi kemiskinan dan meningkatkan manfaat ekonomi yakni183 :

1. Program Pinjaman Dana Bergulir bagi usaha kecil

Badan Amil Zakat Daerah Sumatera Utara sampai saat ini telah menyalurkan pinjaman dana bergulir bagi usaha kecil kepada 140 orang, dengan masa

183

Armansyah., wawancara dengan penulis, Kantor Badan Amil Zakat Daerah Sumatera Utara, Medan, 6 juni 2011.

pengembalian yaitu satu tahun terhadap kelompok lain. Diharapkan program seperti ini banyak mustahiq yang bisa di bantu karena sifatnya yang produktif.

Dokumen terkait