BAB III : PROGRAM DAN PENGAWASAN BADAN AMIL ZAKAT
A. Tinjauan Umum Tentang Zakat
3. Pengumpulan Zakat
Menurut Pasal 2 Undang-Undang Nomor 38 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat, yang berkewajiban membayar zakat adalah:
a. Setiap WNI yang beragama Islam dan mampu. b. Badan yang dimiliki oleh umat Islam.
Dalam pasal 2 Undang-Undang Nomor 38 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat sebagaimana yang disebutkan di atas, dapat terlihat bahwa penekanan wajib
113
zakat bukan hanya diri pribadi tetapi juga badan hukum yang dimiliki oleh seseorang Islam.
Dalam Undang-Undang Nomor 38 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat Pasal 11 ayat (1) disebutkan bahwa zakat yang dikumpulkan adalah zakat fitrah dan zakat maal. Sedangkan menurut Pasal 11 ayat (2) harta yang wajib dikenai zakat adalah:
1. Emas, perak dan uang. 2. Perdagangan dan perusahaan.
3. Hasil pertanian, hasil perkebunan dan hasil perikanan. 4. Hasil pertambangan
5. Hasil peternakan
6. Hasil pendapatan dan jasa 7. Rikaz
Badan amil zakat di setiap tingkatan dapat membentuk unit pengumpul zakat (UPZ) yang bertugas mengumpulkan zakat, infaq,shadaqah, dan lainnya secara langsung atau melalui rekening pada Bank. Dalam pelaksanaan pengumpulan dapat bekerjasama dengan lembaga keuangan dan perbankan.
Dalam pelaksanaan pengumpulan zakat tidak dapat dilakukan paksaan terhadap
muzakki, melainkan muzakki melakukan perhitungan sendiri hartanya dan kewajiban zakatnya berdasarkan hukum Islam. Dalam hal muzakki tidak dapat menghitung sendiri hartanya dan kewajiban zakatnya, muzakki dapat meminta bantuan kepada badan amil zakat.
1. Zakat Nafs (Jiwa) atau Zakat Fitrah a. Pengertian
Zakat Fitrah adalah suatu zakat yang dikeluarkan oleh orang-orang muslim sebagai pembersih dirinya dan yang menjadi tanggungannya, disamping untuk menghilangkan cela yang terjadi selama puasa pada bulan Ramadhan.114Zakat tersebut wajib atas setiap individu muslim, kecil, besar, laki-laki, wanita, merdeka maupun budak.115
Zakat Fitrah sering disebut sedekah Fitrah. Fitrah sendiri berarti asal kejadian. Abu Muhammad Al-Abruri menyebut, zakat fitrah seolah-olah merupakan zakat bagi badan. Beberapa Ulama lain menyebut zakat fitrah sebagai zakat kepala. Kata fitrah yang ditunjuk para Fuqaha memang terhubung dengan pemaknaan tersebut.116
Makanya kemudian zakat fitrah disepakati merupakan zakat bagi pribadi- pribadi yang berfungsi menyucikan badan dan perbuatan. Ini berbeda dengan zakat lain yang pensyaratannya disebabkan oleh kekayaan.117
b. Dasar Hukum
Salah satu dasar Hukum untuk mengeluarkan zakat fitrah diantaranya pada riwayat Ibnu Abbas yang bersumber dari ajaran Rasulullah SAW, yang artinya : “Rasulullah SAW telah memfardhukan (mewajibkan) zakat fitrah, sebagai pembersih
114
Ahmad Husnan, Zakat menurut Sunnah Dan Zakat Model Baru, Al-Kautsar, Jakarta, 1996, hal. 81
115
Syaikh As-Sayyid Sabiq, Panduan Zakat Menurut Al-Qur’an dan As-Sunah, Pustaka Ibnu Katsir, Jakarta, 2005, hal. 203
116
Aditia, Zakat Fitrah : Makna,Hukum, Hikmah dan Aturannya, Majalah Hidayah, Edisi 52 Tahun V, November 2005, hal. 123
117
bagi orang yang berpuasa dari pembicaraan kotor dan perbuatan dosa, lagi sebagai makanan orang-orang miskin” (HR. Abu Dawud).118
Dari Hadist di atas dapat dipahami bahwa hukum zakat fitrah itu wajib, juga dapat ditangkap bahwa kepentingan zakat fitrah itu untuk membersihkan diri dari pembicaraan kotor dan perbuatan dosa bagi orang-orang muslim yang melakukan ibadah puasa, dan zakat fitrah yang dikeluarkan oleh kaum muslimin adalah sebagai makanan bagi para masakin, khususnya pada hari Raya Idul Fitri, dimana orang tidak boleh menanggung rasa sedih karena tidak memperoleh makanan dan keperluannya untuk ikut berhari raya.
c. Unsur dan Ketentuannya
Menurut Jumhur Ulama, zakat fitrah itu harus dibayarkan dengan makanan pokok setempat dan tidak sah dibayar dengan uang. Kadar wajib yang dibayarkan itu, menurut mereka, sebanyak satu Sha menurut ukuran yang berlaku di Irak, yakni sekitar 2,751 Kg.119
Kadar zakat fitrah diukur dengan takaran, yaitu satu sha bahan makanan pokok masyarakat, atau sekitar 2,25 Kg. Berdasarkan hal ini, seorang muslim wajib mengeluarkan satu sha bahan makanan pokok di negerinya, atau seberat timbangan yang setara dengannya.120
Namun Imam Hanafi membolehkan mengganti nilai satu sha yang berupa makanan itu dengan uang. Karena jika ditarik tujuan zakat fitrah sebagai pemenuhan
118
Ibid. Hal 81
119
Aditia., Op. Cit, hal. 125
120
bagi kebutuhan orang fakir dan miskin di hari raya maka uang dapat memerankan fungsi itu. Jadi umumnya para ulama juga membolehkan membayar zakat fitrah dengan uang seharga makanan pokok itu. Di Indonesia membayar zakat fitrah dengan beras atau uang, mashur adanya.121
Para ulama sepakat bahwa kewajiban zakat fitrah tidak gugur meskipun sudah lewat dari waktunya. Ia tetap merupakan hutang yang menjadi tanggungan orang yang bersangkutan sehingga dia membayarnya, meskipun di akhir umurnya.122
1. Zakat Maal (Harta) a. Pengertian
Zakat maal atau zakat harta adalah zakat yang harus dikeluarkan yang berkaitan dengan pemilikan sejumlah harta yang ada bagi orang Islam, terhadap zakat harta pelaksanaannya didasarkan kepada dua hal, yaitu umur didapatnya harta tersebut (haul) dan ukuran minimal untuk menilai jumlah harta sehingga harta dapat dikeluarkan zakatnya (nishab).
b. Harta Kekayaan yang Wajib Dikeluarkan Zakatnya
Dalam UU Nomor 38 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat Pasal 11 ayat (2) harta yang wajib dikenai zakat adalah :
1. Emas, perak dan uang 2. Perdagangan dan perusahaan
3. Hasil Pertanian, hasil perkebunan dan hasil perikanan
121
Aditia., Op. Cit, hal. 125
122
4. Hasil pertambangan 5. Hasil peternakan
6. Hasil pendapatan dan jasa 7. Rikaz
Di bawah ini akan dijelaskan delapan harta kekayaan yang wajib dikeluarkan zakatnya :
1. Zakat Emas, Perak dan Uang
Emas, perak dan uang wajib dikeluarkan zakatnya apabila telah dipunyai (dimiliki secara pasti) selama satu tahun penuh dan mencapai nishabnya. Nishab untuk emas, perak dan uang adalah sebagai berikut :
a. Emas nishabnya adalah 20 dinar, lebih kurang sama dengan 96 gram emas murni. Setelah dimiliki selama satu tahun, wajib dikeluarkan zakatnya sebesar 2,5 %. b. Perak nishabnya adalah 200 dirham, beratnya sama dengan lebih kurang 672
gram. Setelah dimiliki selama satu tahun, wajib dikeluarkan zakatnya sebesar 2,5 %. Berdasarkan beberapa hadist, emas dan perak yang menjadi perhiasan wanita yang cukup senishab dan dimiliki cukup setahun pula, hendaklah dikeluarkan zakatnya sebanyak 2,5 %.
c. Untuk uang giral maupun kartal, nishabnya adalah sama dengan nilai atau harga 96 gram emas, bila disimpan cukup setahun, zakatnya adalah 2,5 %.123
2. Perdagangan dan Perusahaan
123
Zakat perdagangan yang dimaksud bukanlah zakat profesi sebagai pedagang, melainkan zakat yang dihasilkan dari keuntungan berniaganya selama satu tahun (masa haul) yang dihitung sejak waktu pembelian barangnya. Besarnya nishab barang perniagaan ini sama dengan nishab emas dan perak, senilai 96 gram emas, zakatnya sebesar 2,5%.
Zakat harta kekayaan ini didasarkan atas potensial berkembangnya suatu harta kekayaan (usaha). Segala benda yang dapat dijadikan potensial berkembangnya terhadap suatu harta, maka dapat dikenakan zakat. Tetapi tidak semua benda yang berada dalam suatu tempat perniagaan dapat dikenakan zakat, misalnya : timbangan barang, takaran, etalase tempat penyimpanan barang dagangan atau barang lain yang digunakan sebagai perkakas perniagaan. Sebab tidak berpotensi untuk berkembang, juga sejak semula penjual tidak mempunyai niat untuk menjual perkakas tersebut.124
Ahmad Azhar Basyir dalam bukunya “Hukum Zakat” mensyaratkan harta yang dapat dipandang sebagai barang dagangan yang wajib dizakati. Syarat-syarat tersebut antara lain :
Ada niat yang diikuti dengan usaha berdagang. Tidak berniat untuk dipakai sendiri yang di dalamnya juga terdapat niat apabila ada orang lain yang ingin membelinya dengan mendatangkan keuntungan, maka dijualnya barang tersebut. Barang yang dibeli dengan niat seperti itu tidak wajib dikeluarkan zakatnya.
a. Mencapai waktu satu tahun dihitung dari waktu permulaan usaha berdagang. Meskipun barang-barang dagangannya berganti-ganti di tengah-tengah
124
perjalanan tahun usaha, maka perhitungan tahun usahanya adalah mulai pertama kali berdagang.
b. Mencapai harga nishab zakat emas dan perak dihitung pada akhir tahun tersebut. Nishab tersebut berdasarkan pada perhitungan akhir tahun. Meskipun pada awal bulan pembukuan sampai pertengahan belum mencapai nishab, tetapi pada akhir tutup buku perniagaan tersebut terdapat aktiva yang cukup besar mencapai nishab emas dan perak, maka tetap dikenakan kewajiban untuk membayar zakat. c. Harta dagangan benar-benar telah menjadi hak milik sempurna, telah dibeli
secara tunai ataupun bertangguh. Syarat ini tidak berlaku untuk barang dagangan yang merupakan titipan orang lain, sehingga apabila pedagang itu dapat menjualkan kepada pihak lain akan memperoleh komisi persentase dari penjualan barang tersebut. Tidak berlaku pula bagi harta dagangan yang merupakan warisan sehingga ahli warisnya menerimanya melakukan kegiatan perdagangan sendiri selama satu tahun.
d. Tidak terkait dengan utang orang lain. Biasanya seseorang memulai usaha berdagang dengan meminjam modal pada orang lain, baik dengan menggunakan kredit jangka panjang atau jangka pendek. Biasanya pedagang yang hingga menggunakan kredit tersebut adalah pedagang besar yang pada dasarnya membutuhkan modal besar untuk memperoleh keuntungan yang besar pula. Sehingga pada saat ini dianggap tidak adil bila para pedagang besar tidak dikenakan pajak dengan sebab terkait pada hutang.
Umumnya para pengusaha setiap perusahaan selalu mematok target bisnis tahunan berupa pendapatan dan laba. Namun sedikit para pengusaha yang awal tahun menetapkan berapa jumlah zakat yang akan mereka keluarkan tahun ini. Semakin besar jumlah zakat yang dikeluarkan oleh suatu perusahaan dalam industri, semakin besar pula jumlah keuntungan yang didapatnya dari hasil usaha tersebut.
Para pakar zakat menganalogikan zakat perindustrian sama dengan zakat perdagangan. Sehingga nishabnya juga sama dengan nishab emas yaitu 96 gram emas, kadar zakatnya sebesar 2,5 %. Mencapai nishab pada setiap akhir tahun, atau pada saat Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) bagi para pemegang saham.
Secara umum pola pembayaran dan penghitungan zakat perusahaan adalah sama dengan zakat perdagangan. Sehingga nishab untuk zakat perusahaan menurut Didin Hafidhuddin adalah senilai 96 gram emas.
Pola perhitungan zakat perusahaan, didasarkan pada laporan keuangan (neraca) dengan mengurangkan kewajiban atas aktiva lancar atau seluruh harta (di luar sarana dan prasarana) ditambah keuntungan, dikurangi pembayaran utang dan kewajiban lainnya, lalu dikeluarkan 2,5 % sebagai zakatnya.125
3. Zakat Pertanian, Perkebunan dan Perikanan
Para ahli membuat istilah penyebutan zakat pertanian beraneka ragam. Ada yang menyebutnya zakat hasil bumi, zakat tanaman dan buah-buahan, zakat biji-bijian dan buah-buahan, serta zakat tumbuh-tumbuhan (nabat). Namun dari semua istilah tersebut pada intinya adalah sama, yakni zakat yang dikeluarkan dari hasil bumi. Di
125
tanah air kita, selain hasil bumi juga terdapat hasil laut126 yang perlu dikeluarkan zakatnya.
Untuk menentukan masa wajib zakat pertanian dan masa mengambilnya, beberapa ahli fiqih mempunyai pendapat yang berbeda. Menurut Imam Malik adalah ketika diambil sesudah dituai dan menjadi biji. Menurut Syafi’i masa wajib zakat kurma dan anggur adalah ketika sudah menjadi keras. Sedangkan Ibnu Hazam sesudah kering terhadap buah-buahan dan sesudah dibersihkan terhadap biji-bijian. Misalnya, anggur setelah menjadi kismis, kurma setelah menjadi tamar, padi setelah menjadi beras.127
Menurut Didin Hafidhuddin, pengeluaran zakat hasil bumi tidak harus menunggu satu tahun dimiliki, tetapi harus dilakukan setiap kali panen atau menuai.128
Nisab zakat pertanian adalah mulai 5 wasaq. Hal ini sebagaimana Hadist Nabi Muhammad SAW yang diriwayatkan Al-Jama’ah, dari Said Al-Khudri, Rasulullah SAW bersabda : “Hasil tanaman yang kurang dari lima wasaq tidak dikenai zakat”.129
Untuk menentukan nishab hasil pertanian yang lain, seperti kopi, cengkih, panili, lada, apel, kapas, dan sebagainya, diperhitungkan harga nishab hasil tanaman yang menjadi bahan makanan pokok tersebut. Untuk ukuran di Indonesia yang digunakan sebagai acuan harga nishab adalah beras. Karena semakin besar makanan pokok bangsa Indonesia adalah beras, di samping sagu dan jagung.
126
Ibid., hal.39.
127
Abdul Ghofur Anshori, Op. Cit., hal.63.
128
Didin Hafidhuddin, Op. Cit., hal. 46.
129
Jumhur ulama berpendapat bahwa, hasil lautan baik berupa mutiara, merjan, zabarjad ikan, ikan paus dan lain-lain tidak wajib dizakati kecuali menurut salah satu riwayat Ahmad. Ia berpendapat bahwa hasil lautan wajib dikeluarkan zakatnya, apabila sampai satu nishab.130
Pendapat di atas nampaknya memang wajar, karena hasil ikan yang telah digarap oleh perusahaan-perusahaan besar dengan peralatan modern saat ini memang menghasilkan uang yang sangat banyak.
Bagi para ulama yang berpendapat bahwa ikan harus dikeluarkan zakatnya adalah apabila nishab ikan senilai 200 dirham. Sedangkan hasil laut lain di dalam suatu riwayat pernah disebutkan bahwa ambar dan mutiara laut wajib dizakati sebesar 20 %.131
Mengenai zakat hasil laut ini memang tidak ada landasannya yang tegas, sehingga di antara para ulama sendiri terjadi perbedaan pendapat.
Namun jika dilihat dari surat Al-Baqarah ayat 267 sebagaimana sudah disebutkan di atas, jelas bahwa setiap usaha yang menghasilkan uang dan memenuhi syarat baik nishab dan haulnya wajib dikeluarkan zakatnya. Dan pada umumnya mengenai harta yang diperdagangkan itu nishabnya sama nilainya dengan nishab emas dan perak dan kadar zakatnya juga 2,5 %. Adapun waktu mengeluarkan zakatnya seperti tanaman, yaitu disaat hasil itu diperoleh.
130
Tahir Azhary, et.al, Op.Cit., hal.76.
131
4. Zakat Pertambangan
Zakat pertambangan adalah segala yang dikeluarkan dari hasil bumi yang dijadikan Allah di dalamnya dan berharga, seperti timah, besi dan sebagainya.132
Harta makdin (pertambangan) yang berupa besi, baja, tembaga, kuningan, timah, minyak, batu bara, dan lain-lain di Indonesia dikuasai oleh negara. Adapun yang berupa batu-batuan, emas dan perak, oleh pemerintah, masyarakat masih diperbolehkan menambangnya. Makdin inilah yang dikenakan zakat, ialah dua setengah persen. Adapun nishabnya seharga nishab emas ialah 20 dinar atau 94 gram.133
Zakat Makdin tidak mempergunakan syarat haul.134 Artinya, zakatnya wajib dikeluarkan pada saat didapatkan, seperti zakat hasil pertanian.135
5. Zakat Peternakan
Syarat wajib zakat atas pemilik binatang tersebut antara lain : a. Islam
Orang yang bukan Islam walaupun mempunyai binatang tersebut tidak wajib dikeluarkan zakatnya.
b. Merdeka
Artinya hamba sahaya yang kemerdekaan atas dirinya dipegang oleh orang lain, tidak wajib berzakat
132
Teungku Muhammad Hasbi Ash Shiddieqy., Pedoman Zakat, PT. Pustaka Rizki Putra, Semarang, 2006, hal. 149.
133
Syukri Ghozali, et al., Pedoman Zakat 9 Seri, Proyek Peningkatan Sarana Keagamaan Islam Zakat dan Wakaf, Jakarta, 2001, hal. 149.
134
Ibid.
135
c. Milik Sempurna
Sesuatu yang dimiliki belum sempurna tidak wajib dikeluarkan zakatnya. Misalnya belum dibayar. Meskipun telah mencapai nisab dan masa haulnya, pemegang piutang tidak dapat merasakan penuh keberadaan hartanya, maka dalam keadaan seperti ini dikatakan harta tersebut belum cukup sempurna. d. Cukup Nishab
Nishab zakat peternakan apabila telah mencapai suatu jumlah tertentu sehingga pemilik peternakan wajib mengeluarkan zakatnya. Nishab tersebut antara lain :
Nishab dan Zakat Unta
Tabel 1
Nishab Bilangan dan Jenis Zakat Umur
5 - 9 1 ekor kambing biasa/ 1 ekor kambing domba
2 tahun lebih 1 tahun lebih 10 -14 2 ekor kambing biasa/
2 ekor kambing domba
2 tahun lebih 1 tahun lebih 15 – 19 3 ekor kambing biasa/
3 ekor kambing domba
2 tahun lebih 1 tahun lebih 20 – 24 4 ekor kambing biasa/
4 ekor kambing domba
2 tahun lebih 1 tahun lebih
25 – 35 1 ekor anak unta 1 tahun lebih
36 – 45 1 ekor anak unta 2 tahun lebih
46 – 60 1 ekor anak unta 3 tahun lebih
61 – 75 1 ekor anak unta 4 tahun lebih
91 – 120 2 ekor anak unta 3 tahun lebih
121 - dst 3 ekor anak unta 2 tahun lebih
Sumber data : diperoleh dari Fiqh Islam, H.Sulaiman Rasjid, Sinar Baru Algesindo, Bandung, tahun 2005.
Mulai dari 121 ini, dihitung tiap-tiap 40 ekor unta, zakatnya 1 ekor anak unta yang berumur 2 tahun atau lebih. Tiap-tiap 50 ekor unta zakatnya 1 ekor unta yang berumur 3 tahun lebih. Jadi, 130 ekor unta, zakatnya dua ekor anak unta berumur 2 tahun dan 1 ekor anak unta berumur 2 tahun dan 2 ekor anak unta berumur 3 tahun, dan seterusnya menurut perhitungan di atas. Umur-umur tersebut supaya dilebihkan walau sedikit seperti yang tersebut dalam daftar.
Nishab dan zakat sapi dan kerbau, nishab untuk kerbau sama dengan sapi demikian juga dengan kadar zakatnya.136
Tabel 2
Nishab Bilangan dan Jenis Zakat Umur
30 – 39 1 ekor anak sapi atau seekor kerbau 2 tahun atau lebih 40 – 59 1 ekor anak sapi atau seekor kerbau 2 tahun atau lebih 60 – 69 2 ekor anak sapi atau 2 ekor kerbau 1 tahun lebih
70 – ... 1 ekor anak sapi atau seekor kerbau dan seekor anak sapi atau seekor
2 tahun lebih 1 tahun lebih
Sumber data : diperoleh dari Fiqh Islam,H.Sulaiman Rasjid, Sinar Baru Algesindo, Bandung, tahun 2005.
Seterusnya, tiap-tiap 30 ekor sapi atau kerbau zakatnya 1 ekor anak sapi atau kerbau umur 1 tahun lebih dari tiap-tiap 40 ekor sapi atau kerbau zakatnya 1 ekor
136
anak sapi atau kerbau umur 2 tahun, zakat 100 sapi atau kerbau, 2 ekor umur 1 tahun lebih dan 1 ekor umur 2 tahun.
Sedangkan menurut pedoman perhitungan zakat137, zakat untuk sapi untuk kerbau adalah sebagai berikut:
Tabel 3
Nishab Bilangan dan Umur Keterangan
30 1 ekor umur 1 tahun Setiap bertambah 30 ekor zakatnya tambah 1 ekor umur 1 tahun 40 1 ekor umur 2 tahun Setiap betambah 40 ekor, zakatnya
tambah 1 ekor umur 2 tahun
Sumber data : diperoleh dari Fiqh Islam,H.Sulaiman Rasjid, Sinar Baru Algesindo, Bandung, tahun 2005.
Nishab dan zakat kambing
Tabel 4
Nishab Bialangan dan jenis zakat Umur
40 – 120 1 ekor kambing betina atau 1 ekor kambing domba betina
2 tahun lebih 1 tahun lebih 121 – 200 2 ekor kambing betina atau
2 ekor kambing domba betina
2 tahun lebih 1 tahun lebih 201 – 399 3 ekor kambing betina atau
3 ekor kambing domba betina
2 tahun lebih 1 tahun lebih 400 – ... 4 ekor kambing betina atau
4 ekor kambing domba betina
2 tahun lebih 1 tahun lebih
Sumber data : diperoleh dari Fiqh Islam,H.Sulaiman Rasjid, Sinar Baru Algesindo, Bandung, tahun 2005.
137
Departemen Agama RI., Pedoman Menghitung Zakat Sendiri, Lampiran Peraturan Perundang- Undanngan Pengelolaan Zakat.
Mulai dari 400 kambing, dihitung tiap-tiap 100 kambing zakatnya 1 ekor kambing biasa atau domba umur sebagai tersebut diatas. Seterusnya jadi 500 ekor kambing zakatnya 5 ekor kambing, 599 ekor kambing zakatnya juga 5 ekor, karena belum sampai 600 ekor, 600 zakatnya 6 ekor, bandingkan seterusnya.
Sedangkan menurut pedoman perhitungan zakat, zakat untuk kambing, domba dan kacangan adalah sebagai berikut:
Tabel 5
Nishab Bilangan dan Umur Keterangan
40 – 120 ekor
1 ekor domba umur 1 tahun atau kacangan umur 2 tahun
121 – 200 ekor
1 ekor domba umur 1 tahun atau kacangan umur 2 tahun.
Setiap bertambah 100 ekor, zakatnnya tambah 1 ekor domba umur 1 tahun/kacangan umur 2 tahun
Sumber data : diperoleh dari Fiqh Islam,H.Sulaiman Rasjid, Sinar Baru Algesindo, Bandung, tahun 2005.
e. Sampai setahun lampaunya
Artinya, pemilik ternak telah memiliki binatang ternak tersebut selama 1 tahun.
f. Digembalakan di rumput yang mubah
Artinya, binatang tersebut makan dari makanan rumput liar bukan dari rumput yang dibeli atau sengaja ditanam. Tidak diberi makan oleh pemiliknya sedangkan binatang yang diberi makan (diambil makanannya), tidak wajib dizakati.
g. Anak binatang yang lahir setelah sampai nishabnya menurut tahun ibunya (kelahirannya), apabila ditambah dengan binatang lain dengan jalan dibeli atau dipusakai atau sebagainya, dipisahkan perhitungan tahunnya dari binatang yang telah cukup nishabnya itu.
h. Binatang yang dipakai untuk membajak sawah atau menarik gerobak, tidak wajib dizakati. Sebagaimana juga kain yang dipakai atau perkakas rumah tangga yang sengaja dipakai sendiri.
1.2. Zakat Pendapatan dan Jasa
Zakat profesi (penghasilan) adalah zakat yang dikeluarkan dari hasil profesi (pekerjaan) seseorang, baik arsitek, notaris, ulama/dai, karyawan, guru, dan lain- lain.138
Menurut Yusuf Qardhawi , profesi (pekerjaan) yang menghasilkan uang ada dua macam. Pertama, pekerjaan yang dikerjakan sendiri tanpa tergantung kepada orang lain, berkat kecekatan tangan atau otak. Penghasilan yang diperoleh dengan cara ini merupakan penghasilan profesional, seperti penghasilan seorang dokter, insinyur, advokat, seniman, penjahit, tukang kayu dan lain-lainnya.139
Kedua, pekerjaan yang dikerjakan seseorang buat pihak lain, baik pemerintah, perusahaan, maupun perorangan dengan memperoleh upah, yang diberikan, dengan
138
H. Muhammad Suharsono, Zakat Profesi Dalam Tinjauan Syar’i, www.pkpu.or.id, diakases 12 Juni 2011.
139
tangan, otak, ataupun kedua-duanya. Penghasilan dari pekerjaan seperti itu berupa gaji, upah, ataupun honorarium.140
Yang dimaksud dengan gaji ialah upah kerja yang dibayar di waktu yang tetap. Di Indonesia, umumnya gaji dibayar setiap bulan. Setiap orang yang bekerja pada satu instansi, lembaga milik pemerintah maupun swasta mereka itu biasannya disebut pegawai atau karyawan. Pada tiap-tiap bulan (terutama awal bulan) mereka mendapatkan upah atau bayaran yang lazim disebut gaji.141
Pada masa Rasulullah, zakat profesi/ penghasilan ini memang belum ada karena pada saat itu orang mencari penghasilan dengan pertanian, peternakan dan perniagaan. Namun pada saat ini orang mempunyai penghasilan bukan dari yang tiga hal itu saja, tetapi juga dari profesinya.142
Ada tiga kemungkinan kesimpulan dalam menentukan nishabnya, kadar dan waktu mengeluarkan zakat profesi. Hal ini sangat bergantung pada Qiyasi143(analogi)