• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengelolaan Drainase

Dalam dokumen BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang (Halaman 103-109)

PROFIL SANITASI KOTA 3.1. Kondisi Umum Sanitasi Kota

F. Orang dewasa perempuan 414 36,8

3. Prasarana dan Sarana

3.4. Pengelolaan Drainase

Drainase lingkungan direncanakan untuk : Pertama, untuk mengalirkan air hujan dan mencegah genangan yang terlalu lama dan merupakan upaya preventif terhadap banjir. Kedua, mencegah agar air hujan tidak terlalu lama

Buku Putih Sanitasi Kab. Bima Page 104

menggenangi badan jalan yang akan memperpendek umur jalan. Memperlancar pergerakan sehingga menjamin kegiatan ekonomi berjalan sebagaimana mestinya.

Pada dasarnya, sudah banyak pembangunan saluran drainase di Kabupaten Bima yang tersebar di 18 Kecamatan dan 168 Desa. Namun sejalan dengan perkembangan kota dan pemekaran wilayah serta kurangnya kesadaran masyarakat membuat saluran drainase yang telah terbangun menjadi tidak berfungsi, bahkan ada yang beralih fungsi menjadi tempat pembuangan sampah, sehingga kapasitas saluran tidak mampu menampung air limpahan, khususnya pada curah hujan tinggi mengakibatkan terjadinya penyumbatan pada titik – titik tertentu khususnya pada kawasan padat penduduk dan kemiringan (slope) rendah. Disamping itu, permasalahan yang muncul saat ini diakibatkan juga oleh proses sedimentasi yang cukup serius pada sungai sebagai buangan akhir dan sebagian besar saluran belum dilengkapi dengan bangunan tanggul dan yang paling penting faktor tingkat pemeliharaan yang rendah dan sistem pengaliran belum terarah/tidak terpadu (saluran persil–tersier–sekunder hingga ke saluran induk/primer).

Kabupaten Bima pada umumnya memiliki drainase yang baik (tidak tergenang), pengaruh pasang surut hanya seluas 7 Ha (0,002%) dari luas wilayah. Kondisi tergenang terus menerus dijumpai hanya seluas 287 Ha (0,066%), itupun dikarenakan belum tersedianya saluran drainase yang memadai dan merata di seluruh wilayah. (Sumber: RTRW Kabupaten Bima tahun 2005).

3.4.1. Landasan Hukum/Legal Operasional

Pengaturan tentang rencana program investasi infrastruktur Sub Bidang Drainase mengacu kepada Keputusan Menteri Pekerjaan Umum nomor 239/KPTS/1987 tentang Fungsi Utama Saluran Drainase sebagai drainase kota dan fungsi utama sebagai pengendalian banjir. Selain itu harus memperhatikan

Buku Putih Sanitasi Kab. Bima Page 105

keterpaduan pelaksanaannya dengan prasarana dan sarana kota lainnya (persampahan, air limbah, perumahan dan tata bangunan serta jalan kota), sehingga dapat meminimalkan biaya pelaksanaan, biaya operasional dan pemeliharaan. Program dan kegiatan Sub-Bidang Drainase bertujuan untuk mencapai masyarakat hidup sehat dan sejahtera dalam lingkungan yang bebas dari genangan.

Dalam Perencanaan Sistem Drainase Perkotaan, tidak lepas dari perencanaan kota itu sendiri. Beberapa peraturan telah ada dan perlu diperhatikan dalam membuat Rencana Induk, agar tidak timbul hal-hal yang bertentangan. Beberapa peraturan yang yang penting dan telah dibuat di Kabupaten Bima antara lain :

1. Rencana Detail Tata Ruang Ibu Kota ( RDTR ) dan sebagian Rencana Teknik Ruang Ibukota ( RTR ) Kabupaten Bima,

2. Rencana Detail Tata Ruang Ibukota Kecamatan ( RDTRK ) di 4 ( Empat ) Kecamatan yang ada di Kabupaten Bima.

Dalam penyusunan Rencana Induk Drainase haruslah mengacu pada peraturan-peraturan tersebut agar tidak menyimpang atau berbenturan dengan rencana induk lainnya.

Aturan secara umum mengenai AMPL Kabupaten Bima yang di dalamnya juga memuat tentang drainase adalah

1. Peraturan Daerah Kabupaten Bima No.6 Tahun 2011 tentang pengelolaan ar minum dan penyehatan lingkungan berbasis masyarakat (AMPL-BM) 2. Rancangan Peraturan Bupati Bima tentang petunjuk teknis pelaksanaan

Perda Kabupaten Bima No.6 Tahun 2011 tentang pengelolaan AMPL-BM

3.4.2. Aspek Institusional

Penanganan drainase di Kabupaten Bima dikelola oleh Bidang Cipta Karya Dinas pekerjaan Umum

Buku Putih Sanitasi Kab. Bima Page 106

3.4.3. Cakupan Pelayanan

Pertumbuhan penduduk dan kepadatan penduduk dikabupaten Bima yang cepat menimbulkan tekanan terhadap ruang dan lingkungan untuk kebutuhan perumahan kawasan jasa/industri yang selanjutnya menjadi kawasan terbangun. Kawasan perkotaan yang terbangun memerlukan adanya dukungan prasarana dan sarana yang baik yang mejangkau kepada masyarakat berpenghasilan menengah dan rendah.

Perkembangan perumahan dan permukiman yang sangat pesat sering kurang terkendali dan tidak sesuai dengan Rencana Tata Ruang maupun konsep pembangunan yang berkelanjutan, mengakibatkan banyak kawasan-kawasan rendah yang semula berfungsi sebagai tempat parkir air (retarding pond) dan bantaran sungai dihuni oleh penduduk. Kondisi ini akhirnya meningkatkan volume air permukaan yang masuk ke saluran drainase dan sungai.

Hal-hal tersebut di atas membawa dampak rendahnya kemampuan drainase mengeringkan kawasan terbangun, dan rendahnya kapasitas seluruh prasarana pengendali banjir (sungai, polder-polder, pompa-pompa, pintu-pintu pengatur) untuk mengalirkan air ke laut.

Beberapa misi yang di kabupaten Bima ditempuh untuk dapat mewujudkan visi penanganan drainase adalah:

- Membina penyelenggaraan pelayanan prasarana dan sarana drainase untuk meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat

- Membina pelaksanaan pembangunan dan mengembangkan prasarana dan sarana penyehatan lingkungan permukiman mendukung pencegahan pencemaran lingkungan

- Mendorong peningkatan kapasitas kelembagaan pemerintah daerah dan masyarakat yang efektif dan efisien dan bertanggungjawab

- Mendorong terciptanya pengaturan berdasarkan hukum yang dapat diterapkan pemerintah dan masyarakat untuk membangun pengelolaan pembangunan penyehatan lingkungan permukiman

Buku Putih Sanitasi Kab. Bima Page 107

- Mendorong peningkatan kemampuan pembiayaan menuju ke arah kemandirian

- Mendorong peran serta aktif masyarakat dalam proses pembangunan prasarana dan sarana drainase

- Mendorong peningkatan peran dunia usaha, perguruan tinggi melalui penciptaan iklim kondusif bagi pengembangan prasarana dan sarana penyehatan lingkungan permukiman

Secara umum kondisi saluran yang ada di beberapa Desa/Kecamatan di Kabupaten Bima dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 3.17

Kondisi Saluran yang Ada Kabupaten Bima Tahun 2007 No Nama Jalan/Lokasi Saluran Panjang (m)

Dimensi ( m ) Luas Cath ment Area ( Ha ) Jml Pend Konstruksi Saluran Kondisi Ting-gi Lbr Per ma nen Sal. Tana h B S R 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1. Kec.Bolo,Sape& Woha 3850 M 50 60 - - - - - 2. Ds.Mpuri Madapangga 400 M 50 60 - - - - - 3. Ds.Taloko – Sanggar 448 M 50 60 - - - - - 4. Ds.Rade Madapangga 700 M 50 60 - - - - -

5. Ds. Rato Kec. Bolo 509 M 50 60 - - - - -

6. Ds. Ncera Kec. Belo 261 M 50 60 - - - - -

7. Depan Kantor Camat

Bolo 192 M 50 60 - - - - -

8. Ds. Ngali Kec. Belo 336 M 50 60 - - - - -

9. Ds. Wadukopa Kec.

Soromandi 452 M 50 60 - - - - -

10 Ds. Maria Kec. Wawo 131 M 50 60 - - - - -

Sumber Data : RPIJM Kabupaten Bima Tahun 2010-1014

3.4.4. Aspek Teknis dan Operasional

Fungsi Drainase Perkotaan secara umum diuraikan sebagai berikut;

- Mengeringkan bagian wilayah kota dari genangan sehingga tidak menimbulkan dampak negatif.

Buku Putih Sanitasi Kab. Bima Page 108

- Mengalirkan air permukaan ke badan air penerima terdekat secepatnya. - Mengendalikan kelebihan air permukaan yang dapat dimanfaatkan untuk

persediaan air dan kehidupan akuatik.

- Meresapkan air pemukaan untuk menjaga kelestarian air tanah (konservasi air).

- Melindungi prasarana dan sarana yang sudah terbangun

Berdasarkan fungsi layanan sistem drainasi dibagi menjadi 3 yang meliputi; a) Sistem drainase lokal :

Yang termasuk sistem drainase lokal adalah saluran awal yang melayani suatu kawasan kota tertentu seperti komplek permukiman, areal pasar, perkantoran, areal industri dan komersial. Sistem ini melayani areal kurang dari 10 ha. Pengelolaan sistem drainase lokal menjadi tanggung jawab masyarakat, pengembang atau instansi lainnya.

b) Sistem drainase utama :

Yang termasuk dalam sistem drainase utama adalah saluran drainase primer, sekunder, tersier beserta bangunan pelengkapnya yang melayani kepentingan sebagian besar warga masyarakat. Pengelolaan sistem drainase utama merupakan tanggung jawab pemerintah kota.

c) Pengendalian banjir (Flood Control) :

Adalah ruas sungai yang melintasi wilayah kota yang berfungsi mengendalikan aliran air sungai, sehingga tidak mengganggu masyarakat dan dapat memberikan manfaat bagi kegiatan kehidupan manusia. Pengelolaan/pengendalian banjir merupakan tugas dan tanggung jawab dinas pengairan (Sumber Daya Air).

Dan berdasarkan fisiknya sistem drainasi dibagi menjadi: a) Sistem saluran primer :

Adalah saluran utama yang menerima masukan aliran dari saluran sekunder. Dimensi saluran ini relatif besar. Akhir saluran primer adalah badan penerima air.

Buku Putih Sanitasi Kab. Bima Page 109

Adalah saluran terbuka atau tertutup yang berfungsi menerima aliran air dari saluran tersier dan limpasan air dari permukaan sekitarnya, dan meneruskan air ke saluran primer. Dimensi saluran tergantung pada debit yang dialirkan.

c) Sistem saluran tersier :

Adalah saluran drainase yang menerima air dari saluran drainase lokal. Pembangunan sistem drainase perkotaan perlu memperhatikan fungsi drainase sebagai prasarana kota yang dilandaskan pada konsep berwawasan lingkungan. Konsep ini antara lain berkaitan dengan usaha konservasi sumber daya air, yang pada prinsipnya adalah mengendalikan air hujan supaya lebih banyak meresap ke dalam tanah yang dan tidak banyak terbuang sebagai aliran permukaan antara lain dengan membuat bangunan resapan buatan, kolam retensi dan penataan lansekap.

Dalam dokumen BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang (Halaman 103-109)