• Tidak ada hasil yang ditemukan

Rencana Peningkatan Pengelolaan Limbah Cair/Domestik

Dalam dokumen BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang (Halaman 159-164)

PENGEMBANGAN SANITASI YANG SEDANG BERJALAN

4.3. Rencana Peningkatan Pengelolaan Limbah Cair/Domestik

1. Penerapan program pemasaran sanitasi / sanitation marketing plan dalam penanganan masalah limbah cair Kab. Bima

2. Pemerintah Kab. Bima perlu membuat off site system (Sewerage System) untuk pengelolaan air limbah.

3. Membangun dan perbaikan MCK Komunal lingkungan dengan basis masyarakat

4. Pemanfaatan tinja sebagai biogas sehingga dapat menjadi sumber energi alternatif pengganti bahan bakar untuk masyarakat

5. Pembangunan Instalasi Pengolahan Limbah terpadu (IPLT) sebagai bagian dari upaya penanganan sanitasi yang aman terhadap lingkungan

6. Pendanaan untuk pengelolaan Lumpur tinja dapat ditingkatkan sehingga bisa diminimalisir permasalahan lingkungan sebagai akibat dari buruknya penanganan limbah cair

4.3.1. Sistem Terpusat (Offsite System)

Sampai saat ini Kabupaten Bima belum memiliki sistim pengolahan limbah cair rumah tangga dengan sistim terpusat (off site). Melihat dari implementasi

Buku Putih Sanitasi Kab. Bima Page 160

Sistim terpusat di kota lain misalnya maka ke depan perlu dipikirkan untuk dapat menyediakan cakupan pelayanan penanganan air limbah rumah tangga maupun air limbah industri dengan Sistim terpusat. Mungkin tidak terpusat pada satu tempat, namun terpusat dalam skala kecamatan atau beberapa kecamatan sebagai percontohan. Sehingga setiap bagian wilayah kota dapat ditempatkan satu Sistim terpusat. Walaupun Sistim ini akan jauh lebih mahal namun Sistim terpusat ini memiliki keunggulan yaitu kemudahan terutama dalam kontrol penanganan, monitor dan evaluasi.

4.3.2. Sistem Sanimas

Sistim sanimas yang dikenalkan pertama-tama di Indonesia ini akan menjadi terkenal ke seluruh dunia karena PBB akan mengadopsi Sistim ini kepada 124 negara anggota-nya, karena dinilai cukup sukses dan mudah untuk replikasi. Sistim ini digunakan untuk pengolahan limbah rumah tangga yang dilakukan oleh masyarakat pada wilayah tertentu, mengelola sanitasi secara bersama-sama. Disebut juga pengolahan limbah yang berbasis pada masyarakat

(SANIMAS) yaitu dengan membuat pengolah limbah rumah tangga secara

komunal.

Meskipun Sistim ini belum pernah diuji coba di Kab. Bima namun pengalaman daerah lain menunjukan bahwa kesulitan implementasi di masyarakat adalah kendala ketersediaan lahan, terutama di permukiman kumuh perkotaan, termasuk pada kawasan pinggiran sungai. Sehingga pilihan strategi untuk meningkatkan kualitas sanitasi, khususnya untuk pengelolaan limbah tinja, memerlukan penanganan yang terpadu, yaitu penataan kawasan. Pada kawasan yang sering tergenang, tidak menutup kemungkinan untuk menyediakan sanimas dua lantai, dimana lantai satu digunakan untuk penempatan tangki septik sedangkan lantai dua untuk fasilitas toilet. Model ini sudah diterapkan di kawasan pesisir pantai di Jakarta.

Buku Putih Sanitasi Kab. Bima Page 161

Pelayanan air limbah di kawasan permukiman akan menggunakan system on-site dengan septic tank, sehingga diperlukan dalam pengelolaannya truk tangki tinja untuk mengangkut lumpur tinja ke instalasi IPLT. Untuk memperkirakan kebutuhan pelayanan air limbah ini dipergunakan beberapa standar sebagai berikut:

- Volume tinja domestik

(perumahan) = 65 ltr/jiwa/thn atau 0,000015 ltr/jiwa/hari

- Daya tampung 1 unit

truk tinja = 8 m

3

- Tingkat pelayanan = 80%

Berdasarkan standar tersebut, maka perkiraan kebutuhan septiktank dan jumlah tangki truk tinja yang diperlukan adalah

Tabel 4.1

Perkiraan Kebutuhan Truk Tangki Tinja untuk Perumahan Swadaya Tahun 2009 dan 2014 No. Kecamatan 2010 2014 Kebutuhan Septiktank Kebutuhan Truk Tinja kapasitas 2m3 Kebutuhan Septiktank Kebutuhan Truk Tinja kapasitas 2m3 1 Wera 735 0 972 0 2 Ambalawi 1.853 0 1.881 1 3 Wawo 3.932 1 4.977 1 4 Sape 3.810 1 3.981 1 5 Lambu 1051 0 1.732 0 6 Langgudu 588 0 978 0 7 Lambitu 3.351 1 4.430 1 8 Belo 1.281 0 1.685 1 9 Palibelo 1.949 1 2.955 1 10 Woha 1.704 0 1.860 1 11 Monta 3.390 1 4.980 1 12 Parado 1.634 1 2.204 1 13 Madapangga 422 0 541 0 14 Bolo 835 1 1.272 0 15 Donggo 541 0 589 0 16 Soromandi 547 0 582 0 17 Sanggar 1.487 0 1.702 1 18 Tambora 1.420 0 1.914 1 Jumlah 22.649 6 28.649 11

Sumber : hasil perhitungan dan analisis, 2007

Dari asumsi-asumsi di atas, maka dapat diperkirakan pula bahwa setiap harinya total volume limbah domestik yang masuk ke IPLT adalah sejumlah volume

Buku Putih Sanitasi Kab. Bima Page 162

lumpur tinja per harinya. Selain itu dapat diperkirakan pula bahwa Kabupaten Bima hingga tahun 2013 membutuhkan 10 unit truk tangki tinja (asumsi truk tangki tinja dapat mengangkut volume 8 m3).

Sistim pembuangan air kotor, pada prinsipnya terbagi atas dua macam Sistim:  pertama Sistim pembuangan mandiri (individual system), yang dikenal dalam

bentuk septic tank dan sejenisnya.

 kedua Sistim pembuangan bersama (communal system), yang dikenal dalam bentuk: WC.Umum (MCK), saluran pembuangan (sewerage system), septic tank individual dengan peresapan ke sumur peresapan dan sejenisnya.

Kondisi yang ada di Ibukota Kabupaten Bima masih menggunakan Sistim yang pertama dan sebagian penduduk juga masih memanfaatkan aliran air yang lain. Rencana penanganan pembuangan air kotor di Ibukota Kabupaten Bima ini bisa dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu:

a. Air Kotor dari Kamar Mandi, Dapur dan Cucian

Besarnya volume buangan diperkirakan sebesar 80% dari kebutuhan air bersih rumah tangga. Dengan demikian dapat diperkirakan volume limbah cair/air kotor di Ibukota Kabupaten Bima adalah sebagai berikut:

Air kotor ini dibuang ke sumur peresapan pada masing-masing rumah, setelah melalui bak pengendap/alat penyaring pada masing-masing rumah. Bak pengendap/alat penyaring ini diperlukan agar bahan-bahan padat/kotoran (sisa-sisa makanan, pasir dan lain-lain) yang terbawa air kotor bisa tertahan di bak pengendap tersebut.

b. Air Kotor dari WC/kakus.

Air kotor ini disalurkan ke tanki septik, kemudian dialirkan ke sumur peresapan. Pada penggunaan sumur peresapan, volume/ukuran dan konstruksi tanki septik harus benar-benar bisa memproses air kotor selama 3 hari sebelum dialirkan ke sumur peresapan. Jarak sumur peresapan dengan sumur sumber air bersih harus dijaga agar air bersih tidak tercemar oleh air

Buku Putih Sanitasi Kab. Bima Page 163

kotor. Jarak ini tergantung pada arah aliran air tanah dan jenis tanahnya, bila arah aliran air kotor dari sumur peresapan menuju ke sumber airbersih maka jarak harus semakin jauh. Untuk tanah yang mengandung pasir jarak antara sumur peresapan dan sumber air bersih relatif bisa lebih dekat. Pada umumnya jarak minimum yang paling aman adalah 10 m. Untuk daerah pemukiman yang sudah padat, nantinya dapat digunakan Sistim peresapan bersama dengan kapasitas pelayanan tiap sumur peresapan untuk 10 keluarga.

Sementara pencanangan pengelolaan limbah cair pada Wilayah Kabupaten Bima dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 4.2

Pencanangan Pengelolaan Limbah Cair Kabupaten Bima

NO. BWK Lingkungan Tahun 2007 Penduduk Limbah Air Pengolahan Bangunan Penampungan Waduk

1 BWK1 1,1 0 - 1,2 3,027 339,024 1,3 6,675 747,600 1,4 13,133 1,470,896 1,5 13,409 1,501,808 1,6 331 37,072 Jumlah 36,575 4,096,400 4 Unit 1.200 m3 2 BWK2 2,1 892 99,904 2,2 4,123 461,776 2,4 4,013 449,456 2,5 2,713 303,856 2,6 3,249 363,888 Jumlah 20,798 2,329,376 2 Unit 700 m3 3 BWK3 3,1 4,857 543,984 3,2 448 50,176 3,3 311 34,832 3,4 2,888 323,456 3,5 - - Jumlah 8,504 952,448 1 Unit 300 m3 Jumlah 65,877 7,378,224 2.200 m3 Sumber :RPIJM,2010-2014

c. Limbah cair dari Industri

Limbah cair yang berasal dari industri diwajibkan untuk menyediakan Sistim pengolahan air limbah sebelum dibuang ke sungai atau saluran yang berada

Buku Putih Sanitasi Kab. Bima Page 164

di wilayah perencanaan. Industri yang berskala besar sebelum beroperasi harus menyertakan dokumen Amdal maupun UKL/UPL, agar tidak terjadi penurunan daya dukung lingkungan di Ibukota Kabupaten Bima.

Dalam dokumen BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang (Halaman 159-164)