• Tidak ada hasil yang ditemukan

Halaman Lampiran 1 Konversi angkutan truk berdasarkan data lembaga uji konstruksi BPPT 1986

D. Pengemasan dan Penyimpanan Dingin

Pengemasan adalah suatu sistem terpadu untuk menyiapkan, menyimpan, dan mengawetkan produk untuk dikirim ke konsumen melalui sistem distribusi dengan aman dan murah (Jaswin 1999). Pengemasan merupakan salah satu proses dalam industri yang memegang peranan penting dalam upaya mencegah terjadinya penurunan mutu produk, karena perlindungan produk dapat dilakukan dengan mengemas produk yang bersangkutan. Pengemasan dilakukan terhadap produk pangan maupun bukan pangan. Pengemasan harus dilakukan dengan benar karena pengemasan yang salah dapat mengakibatkan produk tidak memenuhi syarat mutu seperti yang diharapkan (Buckle et al. 1987).

Pengemasan buah0buahan dan sayuran adalah suatu usaha menempatkan komoditas tersebut ke dalam suatu wadah yang memenuhi syarat, dengan maksud agar mutunya tetap atau hanya mengalami sedikit penurunan, pada akhirnya saat diterima oleh konsumen nilai pasarnya tetap tinggi. Bahan dan bentuk kemasan memberikan peran yang besar terhadap pemasaran buah0 buahan dan sayuran segar apabila mampu menahan kehilangan air (Sacharow dan Griffin 1980).

Beberapa sifat kemasan yang diinginkan selama distribusi adalah yang sesuai dengan sifat produk yang akan dikemas, mempunyai kekuatan yang cukup untuk bertahan dari resiko kerusakan selama pengangkutan dan penyimpanan, memiliki lubang ventilasi yang cukup (bagi

7 produk tertentu yang membutuhkan), menyediakan informasi yang memungkinkan identifikasi produk yang dikemas, tempat produsen dan tujuan pengiriman, serta dapat dibongkar dengan mudah tanpa menggunakan buku penunjuk secara khusus (Paine dan Paine 1983).

Menurut Kusumah (2007), kemasan umum dibagi dalam beberapa klasifikasi: 1. Kemasan transportasi

a. Kemasan rigid (kaku)

Kemasan dengan desain kaku akan memberikan perlindungan yang lebih baik terhadap produk yang dikemas. Kekakuannya tinggi sehingga penumpukan dapat lebih tinggi. Bisa dipakai lebih dari satu kali atau berulang kali. Contohnya peti kayu dan kardus karton. b. Kemasan fleksibel

Kemasan dengan desain fleksibel mempunyai bobot ringan dan volume produk yang terkemas dapat disesuaikan dengan keinginan konsumen. Contohnya plastik dan kantong jaring.

2. Kemasan retail

Kemasan retail merupakan desain kemasan eceran atau kemasan terakhir yang sampai pada konsumen. Contohnya kemasan botol minuman dan makanan.

Berdasarkan fungsinya pengemasan dibagi menjadi dua, yaitu: pengemasan untuk pengangkutan dan distribusi (shipping/delivery package), sering disebut sebagai kemasan distribusi atau kemasan transportasi serta pengemasan untuk perdagangan eceran atau supermarket (retail package) atau kemasan eceran. Kemasan distribusi adalah kemasan yang terutama ditujukan untuk melindungi produk yang dikemas selama pengangkutan dari podusen sampai ke konsumen dan penyimpanan (Paine and Paine 1983). Dalam pemilihan material dan rancangan, kemasan distribusi lebih mengutamakan material dan rancangan yang dapat melindungi kerusakan selama pengangkutan dan distribusi, sedang kemasan eceran diutamakan material dan rancangan yang dapat memikat konsumen (Peleg 1985).

Kemasan untuk produk hasil0hasil pertanian (hortikultura) perlu dilubangi sebagai ventilasi. Adanya ventilasi ini menyebabkan sirkulasi udara yang baik dalam kemasan sehingga akan menghindarkan kerusakan komoditas akibat akumulasi CO2 pada suhu tinggi (Hidayati 1993) di dalam (Aspihani 2006). Pantastico (1975) menyatakan bahwa buah0buahan merupakan produk segar (fresh product) sehingga harus tetap dijaga kesegarannya hingga sampai ke tangan konsumen. Peleg (1985) juga menyatakan bahwa untuk mendesain sebuah kemasan baik untuk penyimpanan maupun distribusi buah (produk hortikultura) perlu diperhatikan sirkulasi udara dengan memberikan ventilasi dengan tujuan mempertahankan kesegaran buah.

Perbedaan desain, bentuk, dan ukuran dari lubang ventilasi biasanya disesuaikan dengan tipe produksi, penyimpanan, dan moda transportasi. Pemotongan lubang ventilasi biasanya dilakukan dibagian samping dari kemasan dengan pemberian lubang ventilasi secara horizontal (Peleg 1985). Menurut New et al. (1978) di dalam (Aspihani 2006) lubang ventilasi pada peti karton biasanya dibuat bulat (circle ventilation) atau celah panjang dengan sudut0sudutnya dibulatkan (oblong ventilation). Silvia (2006) juga menyatakan bahwa bentuk lubang ventilasi yang banyak ditemukan dilapangan untuk kemasan distribusi adalah oblong ventilation dan circle ventilation.

Menurut Triyanto (1991), karton gelombang merupakan bahan kemasan distribusi yang paling umum dan paling banyak digunakan untuk berbagai jenis produk, mulai dari buah0buahan sampai dengan peralatan elektronik atau mesin untuk industri. Hal ini disebabkan oleh harganya yang relatif murah dan daya tahan yang dapat dipilih sesuai dengan jenis produk yang dikemas dan jenis transportasi yang digunakan. Walaupun demikian, agar dapat berfungsi dengan maksimal, pemakaian kotak karton gelombang harus memperhatikan penggunaan bahan baku yang baik, pengendalian mutu yang memadai selama proses pembuatan, spesifikasi kotak yang dibuat, baik dari segi ukuran, berat, dan lain0lain.

Peleg (1985) mengklasifikasikan karton gelombang berdasarkan lapisan kertas (flat sheet) dan flute yang menyusunnya (Gambar 2). Karton gelombang diklasifikasikan menjadi single wall board (flute terletak di tengah0tengah flat sheet), double wall board (dua lapis single wall board yang saling berhadapan satu sama lain), dan triple wall board (terdiri dari 3 flute dan 4 flat sheet).

Gambar 2. Penggolo

Kemasan dari ada tiga tipe yang um Telescopic Container tersebut dapat dilihat digunakan sebagai kem

Tipe kemasan hortikultura. Perbeda dengan tipe produk, p untuk kemasan distrib (penutup) kemasan, kemasan yang lebih (Peleg 1985). Gambar

Gamba Penyimpanan sampai kepada konsu segar yang berada Penyimpanan buah0bu

nggolongan karton gelombang yaitu (a) single face dengan s face dengan single flute, (c) double wall, (d) triple wa n dari karton gelombang memiliki banyak tipe kemasan. D ng umum digunakan. Tiga tipe itu adalah Regular Slotted

iner (HTC), dan Full Telescopic Container (FTC). Gamb ilihat pada Gambar 2. Dari ketiga tipe tersebut, tipe RSC d gai kemasan distribusi produk hortikultura yang ada di Indon masan RSC dan FTC banyak digunakan sebagai kema rbedaan desain, bentuk, dan ukuran dari lubang ventilas duk, penyimpanan, dan moda transportasi. Biasanya pemo distribusi banyak dilakukan dibagian samping kemasan da

san, padahal pemotongan ventilasi di bagian samping dapa lebih besar daripada pemotongan di bagian atas dan bawa

ambar tipe kemasan distribusi disajikan pada Gambar 3.

Gambar 3. Tipe kemasan distribusi (A) RSC, (B) HTC, dan anan adalah kegiatan yang bertujuan untuk memperpa konsumen dan menyediakannya untuk permintaan pasar. U erada dalam kemasan, maka penyimpanan kondusif

buahan dan sayuran segar dapat memperpanjang daya g

8 gan single flute, (b) double le wall

san. Dari sekian banyak tipe, tted Container (RSC), Half . Gambar ketiga tipe kemasan RSC dan FTC paling banyak i Indonesia (Aspihani 2006). kemasan distribusi produk entilasi biasanya disesuaikan pemotongan lubang ventilasi san dan bukan di bagian atas g dapat mengurangi kekuatan awah kemasan peti karton

, dan (C) FTC

perpanjang ketersediaannya sar. Untuk memperoleh buah usif sangatlah dibutuhkan. daya guna dan dalam keadaan

9 tertentu dapat memperbaiki mutu produk segar tersebut. Selain itu penyimpanan juga dapat menghindarkan banjirnya produk ke pasar (mempertahankan harga jual), memberi kesempatan yang luas untuk memilih buah0buahan dan sayuran sepanjang tahun, membantu pemasaran yang teratur, meningkatkan keuntungan produsen, dan mempertahankan mutu produk segar (Pantastico 1986).

Penyimpanan dingin merupakan proses pengawetan bahan pangan dengan cara pendinginan pada suhu di atas suhu pembekuannya. Secara umum pendinginan dilakukan pada suhu 2013 oC tergantung pada masing0masing bahan yang akan disimpan (Poerwanto 2002 di dalam Seesar 2009). Penyimpanan di bawah suhu 15 oC dan di atas titik beku bahan dikenal sebagai penyimpanan dingin (Chilling Storage). Penyimpanan dingin merupakan salah satu cara menghambat turunnya mutu buah0buahan, di samping pengaturan kelembaban dan komposisi udara serta penambahan zat0zat pengawet kimia. Penyimpanan akan mengurangi kelayuan karena kehilangan air. Menurunnya laju reaksi kimia dan laju pertumbuhan mikroba pada bahan yang disimpan (Watkins 1971). Semakin rendah suhu yang digunakan, semakin lambat pula reaksi kimia, aktivitas enzim, dan pertumbuhan mikroba (Frazier dan Westhoff 1978).

Hastuti dan Ari (1988) melaporkan bahwa penyimpanan salak pondoh dalam bentuk tandanan pada suhu dingin (10oC 0 12 oC) dalam keadaan terbuka, dengan kantung plastik berlubang 0.5 % dan 1 % dapat memperpanjang masa simpan salak pondoh menjadi berturut0turut 33 hari, 27 hari dan 33 hari. Hasil pengamatan Indirani (1990) dan Noorhakim (1992) juga menunjukkan bahwa penyimpanan suhu dingin mampu memperpanjang masa simpan salak pondoh. Indirani (1990) melaporkan bahwa salak pondoh dalam bentuk tandanan yang disimpan dalam plastik polietilen pada kondisi atmosfir dan suhu 10oC mempunyai masa simpan 18 hari. Sedangkan menurut Noorhakim (1992) salak pondoh dalam bentuk tandanan yang disimpan pada suhu 10oC dengan kemasan plastik polietilen dalam kondisi atmosfir dan atmosfir termodifikasi mempunyai masa simpan masing0masing 27 hari dan 30 hari.

Dokumen terkait