• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengembangan Laboratorium HIV dan IMS

Bab 4 Strategi dan Kegiatan

4.2 Kegiatan Utama

4.2.1 Kegiatan utama Strategi-1: Meningkatkan cakupan layanan HIV-AIDS

4.2.1.6 Pengembangan Laboratorium HIV dan IMS

Pemeriksaan laboratorium dilakukan oleh unit laboratorium pemeriksa di fasyankes untuk menegakkan diagnosis dan pemantauan hasil terapi. Setiap pemeriksaan laboratorium harus mengikuti Standar Pemeriksaan yang telah ditetapkan. Pemeriksaan laboratorium HIV sampai dengan saat ini telah dilaksanakan oleh 1.391 fasyankes, meningkat pesat dalam 5 tahun terakhir ini (dari 388 menjadi 1.391). Pemeriksaan laboratorium IMS 1.290 layanan.

Untuk menjaga kualitas pemeriksaan laboratorium, dilakukan Pemantapan Mutu

(quality assurance). Pemantapan mutu laboratorium adalah keseluruhan proses atau semua tindakan yang dilakukan untuk menjamin ketelitian dan ketepatan hasil

pemeriksaan. Kegiatan ini berupa Pemantapan Mutu Internal (PMI), Pemantapan Mutu Eksternal (PME) dan Peningkatan Mutu (quality improvement).

Pengkajian Mutu External (PME) atau External Quality Assessment (EQA) adalah suatu proses yang terencana dan berkesinambungan yang dilakukan oleh laboratorium rujukan yang ditetapkan untuk menilai mutu hasil pemeriksaan laboratorium HIV dan IMS di laboratorium pemeriksa Tiga metode yang dipakai untuk melaksanakan pengkajian mutu external

• Uji silang yaitu pengiriman sediaan dari laboratorium pemeriksa HIV dan IMS ke laboratorium rujukan pertama untuk dibaca ulang .

• Supervisi/ on site evaluation/ pembinaan yaitu pemantauan mutu dan bimbingan teknis kegiatan laboratorium dengan kunjungan lapangan. Pembinaan ini dilakukan berjenjang, baik dalam hal teknis pemeriksaan maupun manajemen laboratorium.

• Tes panel (panel testing/ proficiency testing) yaitu pengiriman sediaan dari laboratorium rujukan yang lebih tinggi ke laboratorium rujukan di tingkat yang lebih rendah dan laboratorium pemeriksa, untuk dibaca ulang

Pemantapan Mutu Eksternal (PME) yang saat ini telah berjalan adalah untuk pemeriksaan diagnosis anti-HIV (PME Imunologi) dan untuk pemeriksaan CD4. PME anti- HIV telah diikuti oleh 519 (49%) dari 1,062 layanan HIV, sementara 543 layanan belum mengikuti (Kemenkes, TW I tahun 2014). Ketersediaan mesin pemeriksaan hitung CD4 masih terbatas di 203 Fasyankes di 189 Kabupaten/Kota, sementara mesin pemeriksaan viral load (V.L) masih terbatas di 15 Fasyankes di 16 Provinsi saja. PME CD4 telah diikuti oleh 166 (66%) Fasyankes (RS pemerintah, RS Swasta, BLK maupun Puskesmas) dari 250 fasyankes memeriksa CD4 (Kemenkes, TW I tahun 2014). Pelaksanaan PME CD4 ini melibatkan peserta baik yang menggunakan metode POCT maupun flowcitometry. PME untuk laboratorium IMS yang telah dilaksanakan adalah 166 Fasyankes karena menjadi satu paket dengan PME HIV.

Selama tahun 2015-2019, jumlah fasilitas kesehatan yang mengikuti PME akan ditingkatkan seiring dengan penambahan sarana pemeriksaan sesuai dengan rencana pengembangan layanan HIV dan IMS, dimana sampai dengan akhir tahun 2019, diharapkan setiap kabupaten/kota telah memiliki minimal 1 mesin CD4, dan di tiap provinsi memiliki minimal 1 mesin VL.

Semua peralatan harus dikelola demikian rupa sehingga penggunaan bisa lebih efektif dan efisien, begitu juga penyimpanan sampel darah serta ketersediaan dan distribusi reagen dengan memperhatikan jenis mesin, metode penggunaan dan rentang kadaluarsa berbagai reagensia, termasuk reagensia untuk CD4 maupun viral load. Pemantapan Mutu Internal (PMI) adalah suatu proses pemantauan yang terencana, sistematik, dan efektif yang dilakukan oleh laboratorium itu sendiri untuk memastikan

bahwa proses pemeriksaan laboratorium dilaksanakan dengan benar dan baik, serta untuk mendeteksi adanya kesalahan dan menganalisis kesalahan yang terjadi. Pemantapan mutu internal pada pemeriksaan laboratorium HIV dan IMS dilaksanakan mulai dari persiapan penderita, pengambilan dan penanganan spesimen, pemeliharaan semua alat yang digunakan, pengujian kualitas reagen, penyusunan protap sampai dengan pencatatan dan pelaporan hasil pemeriksaan laboratorium HIV dan IMS. Selama 5 tahun kedepan (2015 – 2019) akan terus dilakukan PMI di laboratorium yang bersangkutan, dengan pengawasan dan pembinaan berjenjang melalui kegiatan supportive supervision dan mentoring klinis.Jumlah laboratorium pemeriksa HIV dan IMS akan terus ditingkatkan seiring dengan peningkatan jumlah fasilitas pelayanan HIV dan IMS. Mutu pemeriksaan juga akan terus ditingkatkan dengan pemantapan mutu internal dalam fasyankes tersebut, disertai dengan pengembangan jejaring rujukan nasional laboratorium HIV DAN AIDS dan IMS untuk pemantapan mutu ekternalnya. Satu atau beberapa Laboratorium rujukan nasional (National refference laboratory) akan disiapkan, didukung oleh beberapa rujukan regional untuk pemantapan mutu external sebagai pelaksana uji profisiensi. Tahun 2015 Kemenkes akan menunjuk 7 laboratorium rujukan regional dan 1 laboratorium rujukan IMS yang melayani laboratorium pemeriksa di seluruh Indonesia. Selama kurun waktu 2015 - tahun 2019 akan dikembangkan menjadi 4 laboratorium rujukan nasional dan 7 laboratorium rujukan regional yang tersebar di seluruh Indonesia. Laboratorium Rujukan regional dibentuk berdasarkan perhitungan jumlah beban kerja, yang dihitung dari jumlah fasyankes yang memiliki laboratorium pemeriksa HIV dan IMS dan luas wilayah yang dijangkau. Dengan cara perhitungan ini, maka wilayah binaan laboratorium rujukan regional, bisa hanya menjangkau satu provinsi atau beberapa provinsi.

Gambar 8. Skema Sistem Rujukan Laboratorium HIV dan IMS

Jenis jenis pemeriksaan yang akan dilakukan:

1. HIV diagnosis (Antibody/Antigen testing)

1.1. Enzyme Immunoassays (EIAs)

Laboratorium* Rujukan*Nasional

1.2.Rapid test

1.3.Western blot (WB)

2. Early infants diagnosis

2.1.p24

3. Initiation and monitoring of ART

3.1.CD4 3.2.Viral Load

Luaran dari kegiatan penguatan laboratorium HIV dan IMS ini adalah:

1. Meningkatnya jumlah dan mutu pemeriksaan laboratorium HIV dan IMS di laboratorium pemeriksa

2. Terbentuknya jejaring laboratorium HIV dan IMS untuk memastikan bahwa pelayanan laboratorium dilaksanakan dengan berkualitas sesuai standard.

Kegiatan-kegiatan:

1. Review dan update Pedoman dan Standar serta pengembangan Jejaring Nasional Laboratorium HIV dan IMS

1.1Penyusunan standar pemeriksaan reagen tes HIV

1.2Penyusunan petunjuk teknis uji discordan reagen HIV (termasuk uji pendahuluan discordant reagen HIV)

1.3Pengembangan jejaring laboratorium HIV dan IMS

1.3.1 Persiapan pembentukan Laboratorium rujukan nasional. Satu untuk wilayah barat di Jakarta dan satu lagi untuk wilayah timur di Surabaya 1.3.2 Persiapan pembentukan Laboratorium rujukan regional di 6 -8 lokasi 1.3.3 Pengembangan buku pedoman jejaring rujukan laboratorium HIV dan

IMS termasuk pemantapan mutu pemeriksaan HIV dan IMS 1.3.4 Pengadaan peralatan dan bahan habis pakai

1.3.5 Pengembangan modul pelatihan petugas laboratorium rujukan 1.3.6 Penyusunan instrument bimbingan teknis laboratorium HIV dan IMS 1.4Penyusunan Pedoman Pelayanan Laboratorium Drug Resistance (DR) HIV

dan IMS

1.5Penyusunan Pedoman laboratorium pemeriksaan IMS 1.6Review pedoman laboratorium pemeriksa HIV dan IO

1.7Penyusunan instrument bimbingan teknis laboratorium HIV dan IMS

2. Peningkatan kapasitas petugas laboratorium pemeriksa atau petugas kesehatan lain yang menerima pendelegasian wewenang untuk menjalankan tugas sebagai petugas laboratorium HIV dan IMS

2.1Penyusunan modul pelatihan petugas laboratorium pemeriksa HIV dan IMS bagi petugas kesehatan

2.2Pelaksanaan pelatihan bagi petugas laboratorium pemeriksa di Fasyankes primer dan Fasyankes rujukan

3. Pelaksanaan jaminan mutu bagi laboratorium pemeriksa yang memberikan layanan HIV, meliputi CD4, viral load, EID dan IMS meliputi

3.1Evaluasi reagen/ tes kit HIV

3.2Evaluasi reagen post market (discordant >5%)

3.3Pemantapan mutu eksternal Lab pemeriksa HIV dan IMS 3.4Pemantapan mutu eksternal Lab pemeriksa CD4

3.5Pemantapan mutu eksternal Lab pemeriksa Viral Load 3.6Pemantapan mutu eksternal Lab pemeriksa EID 3.7Pemantapan mutu eksternal Lab UTD

4. Peningkatan pelaksanaan pemeriksaan laboratorium HIV dan IMS di fasilitas pelayanan kesehatan, sesuai dengan rencana pengembangan pelayanan HIV dan IMS

4.1Pengembangan laboratorium regional Pemantapan Mutu External terakreditasi SNI ISO 17043 sebagai pelaksana uji profisiensi

4.2Penguatan sarana dan prasarana laboratorium regional

5. Pertemuan koordinasi laboratorium rujukan nasional HIV dan IMS dan evaluasi hasil pelaksanaan Pemantapan Mutu Eksternal (PME)

6. Supervisi, monitoring dan evaluasi pelaksanaan kegiatan Laboratorium pemeriksa HIV dan IMS di RS dan Puskesmas dan fasyankes lainnya oleh Laboratorium rujukan Nasional dan laboratorium rujukan regional.

Dokumen terkait