• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengembangan Sumber Daya Manusia

Bab 4 Strategi dan Kegiatan

4.2 Kegiatan Utama

4.2.2 Kegiatan Utama Strategi 2 : Penguatan Sistem Kesehatan Nasional

4.2.2.3 Pengembangan Sumber Daya Manusia

Pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) kesehatan merupakan salah satu pilar utama sistem kesehatan, yang sekaligus juga merupakan sub-sistem dari Sistem Kesehatan Nasional (SKN) yang ditetapkan pemerintah dengan Peraturan Presiden no. 72 tahun 2012. Sumber daya manusia kesehatan diperlukan dalam jenis dan jumlah yang mencukupi dan kualitasnya memenuhi standar, serta terdistribusi secara adil dan merata, sesuai kebutuhan pembangunan kesehatan. SDM kesehatan merupakan pelaksana upaya kesehatan, dengan dukungan sub-sistem kesehatan lain yang meliputi pendanaan, sistem informasi, logistik, dan dukungan manajemen organisasi yang dipayungi oleh kebijakan dan aspek hukum yang berlaku

Program nasional pengendalian HIV-AIDS dan IMS sebagai salah satu bagian dari upaya kesehatan prioritas, pada pengembangannya memerlukan sumber daya manusia (SDM) kesehatan dalam jumlah, jenis dan kualitas yang mencukupi, serta terdistribusi secara adil dan merata, sesuai standar yang ditetapkan. SDM yang berkualitas diperlukan untuk mengelola program mulai dari Pusat sampai ke kabupaten/kota dan untuk memberikan layanan di fasyankes. Kebutuhan tenaga akan di identifikasi, mengacu pada rencana pengembangan program dan desentralisasi layanan dengan memperhatikan prioritas area dan tingkat epidemi HIV.

Dalam menerapkan kerangka kerja LKB untuk pengendalian HIV-AIDS dan IMS, Kementerian Kesehatan memiliki tugas dan tanggungjawab untuk memfasilitasi pendidikan dan pelatihan petugas meliputi aspek manajemen, teknis dan administrasi yang sifatnya Pelatihan untuk Pelatih = ToT (Traing of the Trainers) untuk mendorong dan menyiapkan kemampuan petugas dan komunitas terutama populasi berisiko.

Kegiatan pengembangan SDM yang telah dilakukan oleh program pengendalian HIV-AIDS dan IMS selama ini sebagaimana tergambar pada tabel tersebut dibawah ini:

Tabel 17. Data Pelatihan terkait Program Pengendalian HIV-AID dan IMS yang pernah dilaksanakan di Pusat tahun 2014

Jenis Pelatihan Jumlah batch Pelatihan Jumlah Tenaga dilatih

TOT KT-HIV 5 129 TOT PDP 5 139 TOT PMTCT 2 65 TOT IMS 5 140 TOT MONEV 2 75 TOT Sentinel 2 49 TOT LKB 5 215 TOT IPP 6 163 TOT Laboratorium 2 60

Mekanisme kolaborasi antara petugas kesehatan, aparat dan masyarakat setempat serta komunitas, populasi kunci dan ODHA harus diperkenalkan sejak awal dengan metode pelatihan yang dibuat satu kelas untuk pengelola program dan petugas layanan yang berasal dari lokasi kota/kabupaten yang sama. Dengan demikian akan didapat pemahaman yang sama bahwa program HIV adalah inklusif dan terintegrasi kedalam semua layanan yang tersedia di fasyankes. Demikian pula dengan pemantauan dan bimbingan teknis pelaksanaan program pengendalian HIV DAN AIDS dan IMS, harus dilakukan secara terpadu dan berjenjang.

SDM kesehatan sebagai pelaksana upaya pengendalian HIV-AIDS dan IMS, secara garis besar terbagi dalam Program Management dan Layanan di Fasyankes, dengan tugas

dan fungsi yang berbeda. Petugas manajemen program secara garis besar menangani perencanaan dan penganggaran program, logistic and supply chain management, suveilans, pengembangan SDM, mengkoordinasikan jejaring kesehatan dan melaksanakan supportive supervision. Petugas layanan di fasyankes secara garis besar, menangani manajemen kasus/pasien dengan tugas utama mendeteksi kasus/menemukan penderita dengan melakukan pemeriksaan dan tes serta memberikan PDP (Perawatan, Dukungan dan Pengobatan).

Tentu saja semua petugas kesehatan dalam melaksanakan tugasnya selalu memperhatikan ke empat unsur pelayanan kesehatan yaitu pencegahan (preventive), peningkatan (promotive), pengobatan (curative) dan pemulihan (rehabilitative). Pengembangan SDM Kesehatan untuk pengembangan program pengendalian HIV-AIDS dan IMS akan dilakukan dengan eskalasi dan ekspansi sesuai dengan rencana pengembangan program dan desentralisasi layanan.

Peningkatan kapasitas petugas dilakukan melalui pelatihan berjenjang mulai dari dibentuknya kelompok pelatih nasional di pusat yang akan bekerja sama dengan pusat pusat pelatihan kesehatan di provinsi dan dinas kesehatan provinsi untuk menyelenggarakan pelatihan ToT. Selanjutnya para ToT ini yang akan melaksanakan pelatihan untuk petugas, baik dalam pelatihan manajemen program maupun pelatihan untuk petugas yang akan memberikan layanan di fasyankes.

Pengembangan sumber daya manusia, merupakan suatu proses yang dipengaruhi oleh beberapa faktor, dan bukan hanya pelatihan. Pelatihan yang berbasis kompetensi tentu saja akan memastikan bahwa petugas mengerti apa tugasnya dan bagaimana melaksanakan tugas sesuai dengan kompetensi yang ditentukan untuk tugas tersebut. Tapi beberapa faktor lain juga memerlukan perhatian para manajer program di semua tingkatan.

Luaran dari kegiatan Penguatan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia

1. Meningkatnya jumlah dan mutu petugas pengelola manajemen program HIV- AIDS dan IMS di Indonesia

2. Meningkatnya jumlah dan mutu petugas pengelola layanan HIV-AIDS dan IMS di Indonesia

3. Meningkatnya mutu upaya pengendalian HIV-AIDS dan IMS

Kegiatan-kegiatan yang dilakukan:

1. Merancang sistem pengembangan sumber daya manusia pengelola program pengendalian HIV-AIDS dan IMS

a. Asesmen situasi ketenagaan, baik jumlah maupun jenis dan kapabilitas di tingkat pusat, propinsi, kabupaten/kota dan layanan (need assessment)

c. Menyusun rancangan pengembangan SDM pengelola program dan layanan HIV-AIDS dan IMS perbaikan sistem pengelolaan logistik program HIV-AIDS dan IMS

d. Melakukan review modul pelatihan manajemen program pengendalian HIV -AIDS dan IMS dan melakukan revisi

2. Melakukan review modul pelatihan teknis tatalaksana HIV-AIDS dan IMS di Faskes dan melakukan revisi modul yang meliputi: Modul Pelatihan Teknis 1) TKHIV, 2) PDP, 3) IMS, 4) PPIA, 5) TB-HIV, 6) Laboratorium, 7) PDBN, 8) Kewaspadaan Standar --> 18 Modul Pelatihan

3. Membentuk sistem pelatihan dan melatih Pelatih, Mentor dan Supervisor untuk melaksanakan peningkatan kapasitas secara berjenjang

a. Membentuk Sistem Pelatihan Teknis

b. Melatih Pelatih (1. TKHIV; 2. PDP; 3. IMS; 4. PPIA; 5. TB-HIV; 6. Laboratorium; 7. PDBN; 8. Kewaspadaan Standar)(1. TKHIV; 2. PDP; 3. IMS; 4. PPIA; 5. TB-HIV; 6. Laboratorium; 7. PDBN; 8. Kewaspadaan Standar; 9. Tatakelola Logistik; termasuk 10. Home Based Care) di Nasional untuk Provinsi

c. Melatih Mentor dan supervisor (1. TKHIV; 2. PDP; 3. IMS; 4. PPIA; 5. TB- HIV; 6. Laboratorium; 7. PDBN; 8. Kewaspadaan Standar; 9. Tatakelola Logistik; termasuk 10. Home Based Care) di Nasional utk 34 Prov

d. Melatih Pelaksana Layanan dan Pelaksana Program (1. TKHIV; 2. PDP; 3. IMS; 4. PPIA; 5. TB-HIV; 6. Laboratorium; 7. PDBN; 8. Kewaspadaan Standar; 9. Tatakelola Logistik; 10 Home Based Care) di Kab/ Kota

4. Meningkatkan kapasitas melalui supervisi berjenjang dan bimbingan di lapangan serta kerja praktik/magang

a. Supervisi nasional ke Provinsi 10% prov / tahun b. Supervisi semua Provinsi ke 5 Kab/ Kota/ th

c. Supervisi semua Kab Kota ke layanan ke 5 Layanan/ th d. Magang petugas teknis 10 orang/kab/ tahun

5. Menyelenggarakan mentoring klinis tatalaksana HIV-AIDS dan IMS di setiap Faskes

6. Mengembangkan kurikulum HIV DAN AIDS dan IMS di insitusi pendidikan kesehatan bekerja sama dan berjejaring dengan institusi pendidikan kesehatan dalam mempersiapkan calon-calon tenaga kesehatan (preservice training) 7. Advokasi dan kerjasama dengan asosiasi profesi

Dokumen terkait