• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penguatan Tata Kelola Logistik program HIV-AIDS dan IMS

Bab 4 Strategi dan Kegiatan

4.2 Kegiatan Utama

4.2.2 Kegiatan Utama Strategi 2 : Penguatan Sistem Kesehatan Nasional

4.2.2.5 Penguatan Tata Kelola Logistik program HIV-AIDS dan IMS

Untuk menjamin ketersediaan logistik program HIV-AIDS dan IMS yang terdiri dari obat ARV dan IMS serta komoditas lainnya yakni alat dan bahan terkait diagnostik dan penunjang lainnya yang aman, bermutu, berkhasiat serta terjangkau, perlu dibangun satu sistem manajemen logistik yang kuat dan baik. Pasokan tak terputus obat antiretroviral (ARV) untuk pengobatan HIV-AIDS adalah prasyarat utama dan sekaligus tantangan besar bagi terlaksananya program HIV-AIDS.

Merancang sistem tata kelola logistik program untuk menjaga kesinambungan rantai pasokan yang efektif dan berkelanjutan ini sangat penting artinya bagi implementasi program, terutama dengan meningkatnya jumlah orang yang menjalani pengobatan. Sistem tata kelola ini juga harus memastikan obat dalam kondisi baik, penyimpanan obat yang aman dan memenuhi syarat, distribusi menggunakan transportasi seefisien mungkin, didukung oleh sistem informasi yang kuat.

Sistem tata kelola logistik ini merupakan salah satu pilar utama dari Sistem Kesehatan Nasional. Sistem ini menggunakan pendekatan siklus lima fungsi manajemen logistik yang meliputi perencanaan, pengadaan, penyimpanan, distribusi dan penggunaan, dengan dukungan sistem kesehatan lain yang meliputi organisasi,

pendanaan, sistem informasi, sumber daya manusia, dan jaga mutu. Rangkaian antara siklus dan dukungan manajemen ini dipayungi oleh Kebijakan dan Aspek Hukum yang berlaku.

Gambar 13. Siklus Manajemen Logistik Program

Untuk memastikan ketersediaan logistik program dalam jumlah dan jenis yang cukup, telah terbit Surat Edaran Direktur Jenderal PP & PL no. HK.02.03/D/III.2/823/2013 tentang alokasi pembiayaan logistik program HIV-AIDS dan IMS (lihat table xx) yang mengatur pembagian tanggungjawab pembiayaan obat, alat dan bahan terkait diagnostik dan penunjang lainnya,

Sampai dengan akir tahun 2014, meskipun belum terpenuhi seluruhnya proporsi budget sebagaimana diamanatkan dalam Surat Edaran tersebut, tetapi sudah cukup banyak provinsi dan kabupaten/kota yang telah mendapatkan alokasi anggaran untuk memenuhi kebutuhan logistik tersebut.

Tabel 18. Alokasi Pembiayaan Logistik Program HIV dan AIDS Jenis Obat dan Komoditas

lainnya

Pengadaan oleh Pusat (% dari total kebutuhan)

Pengadaan oleh Daerah (% dari total kebutuhan)

Reagen tes HIV 45 55

Reagen Sifilis 50 50

Reagen Pewarnaan Gram - 100

Reagen CD4 45 55 Reagen VL 45 55 Obat ARV 100 - Obat IO 40 60 Obat IMS 40 60 Metadon 100 - DUKUNGAN*MANJEMEN:* Organisasi* SDM* Pembiayaan* Sistem*Informasi* Jaga*Mutu* DUKUNGAN*MANJEMEN:* Organisasi* SDM* Pembiayaan* Sistem*Informasi* Jaga*Mutu* Perencanaan* Pengadaan* Penggunaan* Distribusi* Penyimpanan* KEBIJAKAN*DAN*PERATURAN*

(Sumber: Surat Edaran Direktur Jenderal PP & PL no. HK.02.03/D/III.2/823/2013)

Perencanaan kebutuhan logistik program akan dilakukan berjenjang dengan

“bottom up planning system” berdasar kebutuhan dan rencana ekspansi. Distribusi dan penyimpanan akan dilakukan secara spesifik tergantung jenis komoditas masing masing. Perluasan desentralisasi layanan akan diikuti dengan desentralisasi tata kelola logistik program. Akan dilakukan penguatan manajemen logistik di Dinas Kesehatan provinsi dan kabupaten / kota untuk mendukung fasyankes dalam memberikan layanan. Penggunaan di fasyankes akan mengikuti rencana ekspansi layanan pemeriksaan KTHIV dan PDP dalam kerangka Layanan Komprehensif Berkesinambungan.

Monitoring dan evaluasi dilakukan terhadap kelima fungsi sistem manajemen logistik termasuk farmakovigilans dan kendali mutu obat. Farmakovigilans sebenarnya merupakan bagian dari jaminan kualitas (Quality Assurance) obat yang dilakukan dengan cara pengumpulan informasi laporan kejadian yang tidak diinginkan (KTD) atau efek samping yang diduga terkait dengan penggunaan obat (ESO). KTD/ESO diperlukan untuk evaluasi keamanan penggunaan obat, dan penting juga untuk diketahui karena dapat mempengaruhi kepatuhan pasien dalam meminum obat yang berpengaruh pada tingkat keberhasilan pengobatan, yang bisa berdampak pada permasalahan lebih serius seperti resistensi. KTD/ESO dicatat dan didokumentasikan, serta dilaporkan ke Badan POM untuk evaluasi dan aksi lebih lanjut. Jaminan kualitas lain yang dilakukan BPOM adalah pengujian laboratorium produk yang beredar dengan inspeksi dan pengambilan sampel sesuai dengan standar metodologi yang ditetapkan.

Luaran dari kegiatan penguatan tata kelola logistik adalah:

1. Terbentuknya sistem manajemen (tata kelola) logistik program HIV-AIDS dan IMS yang mengikuti kebijakan one gate policy dan menjadi bagian / sub- sistem dari Sistem kesehatan Nasional

2. Meningkatnya kemampuan Dinas kesehatan provinsi, kab/kota dan fasyankes dalam pengelolaan obat dan alat kesehatan dalam hal perencanaan, pengadaan, penyimpanan, pendistribusian, pemantauan dan evaluasi.

3. Terjaminnya ketersediaan logistik program yang berkualitas untuk mendukung upaya pengendalian HIV-AIDS dan IMS dan terhindarnya keterlambatan, kekosongan dan kelebihan pasokan, serta kerusakan dan kadaluarsa obat dan komoditas program lainnya

4. Tersedianya sistem informasi rantai pasokan yang terintegrasi antara pusat dan daerah, dan antara fasyankes dan dinas kesehatan provinsi dan kabupaten/kota.

Kegiatan-kegiatan:

1. Penyusunan pedoman sistem pengelolaan logistik program HIV-AIDS dan IMS yang menggunakan pendekatan siklus lima fungsi manajemen logistik dan mengacu pada kebijakan one gate policy.

a. Asesmen situasi pengelolaan logistik termasuk perencanaan, pengadaan, penyimpanan, distribusi, penggunaan di tingkat pusat, propinsi, kabupaten/kota dan layanan. (detail kegiatan)

b. Pertemuan analisa hasil assessment dan pengembangan buku pedoman pengelolaan logistik program HIV-AIDS dan IMS

c. Melakukan kajian implementasi pengelolaan logistik program HIV-AIDS mengacu pada kebijakan one gate policy

d. Evaluasi hasil kajian dan perbaikan sistem pengelolaan logistik program HIV-AIDS dan IMS

e. Sosialisasi sistem pengelolaan logistik program HIV-AIDS dan IMS yang mengacu pada kebijakan one gate policy pada Dinas Kesehatan Propinsi dan Kabupaten/Kota

2. Memperluas desentralisasi logistik ke seluruh provinsi, kabupaten/kota dan fasyankes sesuai dengan tugas dan fungsi masing masing

3. Membangun jaringan distribusi dan penyimpanan / penggudangan logistik program yang memenuhi syarat dan standar yang ditetapkan.

4. Mengembangkan pelatihan sistem manajemen logistik, termasuk modul / materi pelatihan dan manajemen pelatihan

5. Pengadaan dan pemeliharaan alat diagnostik seperti: alat hitung CD4 dan viral load

a. Pengadaan dan pemeliharaan alat hitung CD4 dan viral load b. Mesin viral Load

6. Pengadaan Reagen diagnostik a. Pengadaan reagen CD4 b. Reagen tes viral load c. Pengadaan tes kit HIV d. Pengadaan reagen tes sifilis

7. Mengadakan, menyimpan dan mendistribusikan Obat ARV dan komoditas lainnya sesuai dengan kebutuhan dan sistem yang telah dirancang

a. Obat ARV b. Obat IMS

c. Obat Infeksi Oportunistik d. Metadon

e. Pengadaan kotrimoksasol f. Alat Suntik Steril

g. Kondom

8. Advokasi dan sosialisasi program pengendalian HIV-AIDS dan IMS kepada industri farmasi dan alat kesehatan nasional

9. Memfasilitasi industri farmasi dan alat kesehatan nasional untuk mendapatkan prakualifikasi untuk produk-produk terkait program pengendalian HIV-AIDS dan IMS

10.Menguatkan sistem informasi rantai pasokan yang terintegrasi dalam sistem pengelolaan logistik nasional

a. Menguatkan sistem informasi rantai pasokan yang terintegrasi dalam sistem pengelolaan logistik nasional di tingkat Nasional

b. Menguatkan sistem informasi rantai pasokan yang terintegrasi dalam sistem pengelolaan logistik nasional di tingkat Provinsi

c. Menguatkan sistem informasi rantai pasokan yang terintegrasi dalam sistem pengelolaan logistik nasional di tingkat Kab/ Kota

d. Menguatkan sistem informasi rantai pasokan yang terintegrasi dalam sistem pengelolaan logistik nasional di tingkat Faskes

11.Monitoring dan evaluasi ketersediaan obat dan alat kesehatan yang aman, bermutu, berkhasiat dan terjangkau serta bekerja sama dengan Badan POM untuk pelaksanaan farmakovigilans dan uji kualitas obat yang beredar di pasaran.

12.Produksi, penyimpanan dan distribusi Bahan Cetak KIE

13.Produksi, penyimpanan dan distribusi Bahan Cetak Pedoman terkait program Pengendalian HIV-IMS (28 macam buku Pedoman)

14.Produksi, penyimpanan dan distribusi Bahan Cetak Modul Pelatihan Teknis terkait program Pengendalian HIV-IMS (18 Modul Pelatihan)

Dokumen terkait