BAB II KONSEP CYBER NOTARY DALAM
B. Pengertian Dan Lingkup Transaksi Elektronik
Menurut Pasal 1 UU ITE, yang dimaksud dengan Transaksi Elektronik adalah perbuatan hukum yang dilakukan dengan menggunakan Komputer, jaringan Komputer, dan/atau media elektronik lainnya. Dengan demikian dapat disimpulkan segala perbuatan hukum yang dilakukan dengan menggunakan media elektronik
dapat dikategorikan sebagai transaksi elektronik. Adapun perbuatan hukum itu terdiri dari:45
a. Perbuatan hukum sepihak;
Ialah perbuatan hukum yang dilakukan oleh satu pihak saja dan menimbulkan hak dan kewajiban pada satu pihak pula, contoh:
1. Perbuatan membuat surat wasiat (pasal 875 KUH Perdata); 2. Pemberian hibah sesuatu benda (pasal 1666 KUH Perdata); 3. Dan lain-lain.
b. Perbuatan hukum dua pihak;
Ialah perbuatan hukum yang dilakukan oleh dua pihak dan menimbulkan hak- hak dan kewajiban-kewajiban bagi kedua pihak (timbal balik), Contoh:
1. persetujuan jual beli (pasal 1457 KUH Perdata); 2. perjanjian sewa menyewa (pasal 1548 KUH Perdata); 3. Dan lain-lain.
Untuk adanya suatu perbuatan hukum harus disertai dengan pernyataan kehendak dari yang melakukan perbuatan hukum tersebut dan akibat dari perbuatan itu diatur oleh hukum. Pernyataan kehendak pada asasnya tidak terikat dengan bentuk-bentuk tertentu dan tidak ada pengecualiannya. Oleh karena itu bentuk pernyataan kehendak dapat terjadi dengan:46
1. Pernyataan kehendak secara tegas, dapat dilakukan dengan:
45C. S. T. Kansil,Pengantar Ilmu Hukum Dan Tata Hukum Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta,
cet. ke-12, 2002, hal. 27.
a. Tertulis, yang dapat terjadi antara lain; ditulis sendiri, ditulis oleh pejabat tertentu, ditanda-tangani oleh pejabat itu, disebut juga akta otentik seperti mendirikan PT dan semacamnya.
b. Lisan, pernyataan kehendak ini cukup dengan mengucapkan kata setuju, misalnya dengan mengucapkan ya, dan semacamnya.
2. Pernyataan kehendak secara diam-diam, dapat diketahui dari sikap atau perbuatan, misalnya sikap diam yang ditunjukkan dalam rapat berarti setuju. Hal yang harus diperhatikan dalam peristiwa yang dikatakan perbuatan hukum adalah akibat, oleh karena akibat itu dapat dianggap sebagai kehendak dari si pembuat (pelaku). Jika akibatnya tidak dikehendaki, maka perbuatan itu bukanlah perbuatan hukum. Jadi adanya kehendak agar dikatakan sebagai perbuatan hukum, perlu diperhatikan unsurnya yang esensil (werkelijk = sebenarnya) yang merupakan
hakekat dari perbuatan hukum itu.47 Adapun perbuatan yang akibatnya tidak dikehendari oleh pelaku adalah bukan perbuatan hukum, meskipun perbuatan tersebut diatur oleh peraturan hukum. Jadi dapat dikatakan bahwa kehendak dari yang melakukan perbuatan itu menjadi unsur pokok dari perbuatan tersebut.
Perbuatan hukum yang timbul dalam transaksi elektronik dapat dilaksanakan melalui 2 (dua) konteks, yaitu:48
1. Hubungan penyelenggara negara kepada publiknya (pelayanan publik);
47H. Hilman Hadikusuma,Bahasa Hukum Indonesia, Alumni, Bandung, 2005, hal. 40-41. 48 Edmon Makarim, Tanggung Jawab Penyelenggara Sistem Elektronik, Rajawali Pers,
2. Hubungan perdata para pihak untuk melakukan perikatan atau kontrak elektronik.
Pada dasarnya baik untuk pelayanan publik maupun privat, suatu komunikasi elektronik bersifat privat hanya antara para pihak saja (baik B2B, B2C, C2C, G2C).49 Jenis-jenis transaksi elektronik tersebut antara lain:
a. Bussiness to Bussiness atau yang sering disebut B2B, adalah hubungan
perdagangan antara pebisnis, seperti antara produsen dan grosir, atau antara grosir dan pengecer. Perkembangan B2B lebih pesat jika dibandingkan dengan perkembangan jenis e-commerce yang lainnya. Contohnya adalah
http://www.alibaba.com, http://www.indotrading.com,dan sebagainya.
b. Bussiness to Customer atau yang dikenal dengan B2C, adalah hubungan
perdagangan antara produsen, grosir, atau pengecer ke pengguna akhir. Contohnya adalah http://www.amazon.com, http://www.bhinneka.com, dan
sebagainya.
c. Customer to Customer atau yang dikenal dengan C2C adalah hubungan
perdagangan dimana pengguna akhir saling menjual barang satu sama lain. Contohnya adalah http://www.ebay.com, http://www.olx.com (sebelumnya
http://www.tokobagus.com), dan sebagainya.
d. Government to Citizen atau yang dikenal dengan G2C adalah hubungan
pemerintah kepada warga negaranya dalam hal pemberian informasi, transaksi, ataupun pelayanan publik, serta hal-hal lain yang berkenaan dengan 49Ibid.
pemerintahan. Contohnya adalah http://www.indonesia.go.id,
http://insw.go.id, https://efiling.pajak.go.id, http://ahu.web.id, dan sebagainya.
Menurut Edmon Makarim, transaksi elektronik adalah perikatan ataupun hubungan hukum yang dilakukan secara elektronik dengan memadukan jaringan (networking) dari sistem informasi berbasiskan komputer (computer based
information system) dengan sistem komunikasi yang berdasarkan atas jaringan dan
jasa telekomunikasi (telecommunication based), yang selanjutnya difasilitasi oleh
keberadaan jaringan komputer global internet (network of network).50 Dengan
demikian jika dipandang dari ruang lingkup hukum keperdataan, transaksi elektronik dapat dipandang sebagai bagian dari perikatan para pihak (Pasal 1233 KUH Perdata), Transaksi tersebut akan merujuk kepada semua jenis dan mekanisme dalam melakukan hubungan hukum secara elektronik itu sendiri yang akan mencakup jual beli, lisensi, asuransi, lelang, dan perikatan-perikatan lain yang lahir sesuai dengan perkembangan teknologi dalam lingkungan masyarakat.
Kemudian jika dipandang dalam ruang lingkup hukum dagang, transaksi elektronik dirumuskan definisinya dari terminologi electronic commerce (e-
commerce) yang lazim dipakai dalam perdagangan internasional. Defenisi e-
commerce secara eksplisit disebutkan dalam sub bab ruang lingkup pada United
Nations Commission on International Trade Law (UNCITRAL) Model Law on
50Edmon Makarim, Pengantar Hukum Telematika, Suatu Kajian Kompilasi, Rajawali Pers
Electronic Commerce (1996) with additional article 5 bis as adopted in 1998
(MLEC)51, yang mendefinisikane-commerce, sebagai berikut:
“The title of the Model Law refers to “electronic commerce.” While a definition of “electronic data interchange (EDI)” is provided in article 2, the Model Law does not specify the meaning of “electronic commerce.” In preparing the Model Law, the Commission decided that, in addressing the subject matter before it, it would have in mind a broad notion of EDI, covering a variety of trade-related uses of EDI that might be referred to broadly under the rubric of “electronic commerce” (see A/CN.9/360, paras. 28-29), although other descriptive terms could also be used. Among the means of communication encompassed in the notion of “electronic commerce” are the following modes of transmission based on the use of electronic techniques: communication by means of EDI defined narrowly as the computer-to-computer transmission of data in a standardized format; transmission of electronic messages involving the use of either publicly available standards or proprietary standards; transmission of free-formatted text by electronic means, for example through the INTERNET. It was also noted that, in certain circumstances, the notion of “electronic commerce” might cover the use of techniques such as telex and telecopy.”52
Kemudian melihat pada dokumen kelompok kerja nomor A/CN.9/360 paragraph ke 28-29 disebutkan sebagai berikut:
“As to the specific order in which issues should be discussed at the present session, a suggestion that the discussion generally follow the order in which the issues were presented in the paper before the Working Group was generally accepted, although it was noted that the list was not exhaustive and might require future additions. As to the definition of EDI, there was general agreement that in addressing the subject matter before it the Working Group would not have in mind a notion of EDI that was limited to the electronic exchange of information between closed networks of users that had become party to a communication agreement. Rather, the Working Group would have in mind a notion of EDI encompassing also open networks that allowed EDI users to communicate without having previously adhered to a communication agreement,
51Model hukum yang disarankan untuk diikuti oleh negara-negara anggota UNCITRAL saat
mereka membuat perundangan tentang e-commerce (atau transaksi elektronik secara umum), prinsip- prinsip yang ada didalamnya juga dapat diterapkan untuk transaksi perdagangan elektronik secara umum karena memuat prinsip-prinsip umum yang cukup universal untuk berbagai jenis transaksi elektronik.
52UNCITRAL, Model Law on Electronic Commerce, 1996with additional article 5 bis as
thus covering a variety of trade-related EDI uses that might be referred to broadly under the rubric of "electronic commerce.” Differing views were expressed as to whether the Working Group should attempt at the outset of its discussion to consider a more specific definition of EDI. One view was that such an exercise would usefully set out the scope of the issues to be considered by the Working Group since it might not be immediately clear whether certain methods of communicating information electronically (e.g., facsimile) were to be considered as falling within the notion of EDI. The prevailing view, however, was that, having the above-mentioned general notion of EDI or "electronic commerce" in mind for the purpose of defining the scope of the Working Group's task, it would be best to leave the matter of a specific definition to a later stage. This order of discussion was felt to be particularly appropriate because the question of the definition of EDI might arise repeatedly with respect to various points and in fact might differ with respect to different issues to be considered by the Working Group, and because the panoramic view of the issues involved would place the Working Group in a better position to consider a definition of EDI.”53
Dengan demikian dapat diambil kesimpulan bahwa defenisi e-commerce
berdasarkan MLEC, adalah bentuk pertukaran dengan menggunakan teknik komunikasi secara elektronik dengan sarana EDI, yang dapat juga didefinisikan secara sempit sebagai pertukaran data antara komputer ke komputer dalam format yang ditentukan, pertukaran pesan elektronik tersebut baik yang tersedia untuk umum atau privat; pertukaran bebas dengan format teks secara elektronik, misalnya melalui internet. Oleh karena itu transaksi elektronik dapat ditafsirkan sebagai salah satu bentuk transaksi yang bersifatpaperless(tanpa berbasis kertas), danborderless(tanpa
batas geografis).