• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II PENGARUH HUKUM WARIS ISLAM TERHADAP

C. Pengertian Hukum Patah Titi

Dalam tradisi mayarakat Aceh istilah patah titi yaitu di mana pewaris meninggalkan anak dan cucu-cucu yang orang tuannya terlebih dahulu meninggal dunia dari pewaris, maka cucu-cucu itu (yang berarti cucu-cucu dari pewaris) tidak mendapatkan warisan karena dianggap telah patah titi. Bahkan status cucu tidak

dapat menggantikan posisi orang tuanya yang lebih dulu meninggal dalam hal mewarisi harta kakek atau neneknya.

Hak waris seorang cucu ini akan terhijab oleh keberadaan saudara laki-laki dan perempuan si anak yang meninggal. Istilah ini menurut Tgk Daud Zamzami dikenal dengan istilah Patah Titi atau Putoh Tutu atau Hijab. Di sini, sang ayah berlaku sebagai titi alias jembatan penghubung antara kakek dan cucu. Ketika sang ayah meninggal, terputuslah hubungan (khususnya hubungan penyebab kewarisan) antara kakek dan cucu.78

Patah titi sudah sangat dikenal dalam praktek hukum kewarisan adat Aceh, bahkan telah menjadi istilah “negatif” bagi anak-anak yang orang tuanya lebih dahulu meninggal dunia dari kakeknya. Ungkapan-ungkapan berikut sering terjadi dalam masyarakat adat Aceh berkaitan denganpatah titi:79

1. “Kamu tidak ada hak lagi, karena sudah patah titi”. Maksudnya adalah, seorang paman mengatakan kepada seorang keponakannya bahwa ia tidak mendapatkan hak kewarisan apapun dari harta yang ditinggalkan oleh orang tua pamannya (kakek dari keponakannya sendiri), sebab orang tua (saudara paman) keponakan itu sudah terlebih dulu meninggal dari kakeknya;

78

Hukum Patah Titi Di Aceh, http://www.idlo.int/docNews/214DOC1.pdf, tanggal, 20 maret 2012

79

Patah Titi Dalam Kewarisan Aceh, http://konsultasi-ki.blogspot.com/2012/02/hukum-patah- titi-dalam-kewarisan-adat.html Diakses tanggal, 14 Maret 2012

2. “Kita tidak ada hubungan lagi, karena kita sudahpatah titi”. Ungkapan seperti itu biasa diucapkan oleh seorang keponakan kepada pamannya, namun yang dimaksudkan bukan sekedar tidak ada hubungan hak kewarisan, akan tetapi tidak ada hubungan kekerabatan dengan pamannya, hal itu terjadi lantaran ia tidak mendapatkan hak kewarisan apapun dari harta kakeknya dengan sebab orang tuannya lebih dulu meninggal dari kakeknya;

3. “Kamu tidak bisa menuntut hak kewarisan, karena kamu sudah patah titi”. Maksunya idalah, bahwa seorang cucu tidak boleh menutut hak kewarisan kakeknya, sebab orang tuanya lebih dahulu meninggal dari kakeknya, sedangkan orang tuanya ada saudara laki-laki yang masih hidup.

Ilustrasi di atas menggambarkan bahwa, pelaksanaan patah titidalam hukum kewarisan adat Aceh memunculkan problematika hukum yang membutuhkan penelitian yang lebih mendalam dan sungguh-sungguh, khususnya tentang kenyataan hukum patah titi tersebut dan inplikasinya terhadap penerapan prinsip-prinsip universal hukum kewarisan Islam terhadap hukum partukular.

Salah satu nilai keuniversalan hukum kewarisan Islam adalah, bahwa peralihan hak kewarisan pewaris kepada ahli waris bertujuan untuk menjaga kesinambungan garis nasab (keturunan). Sebaliknya pelaksanaan patah titi dalam hukum kewarisan adat Aceh cenderung memutuskan hubungan kekerabatan di antara ahli waris, terutama ahli waris yang turunan kebawah yaitu cucu-cucu dari pewaris.

Gambar 1 (satu) Patah titiversi 1(satu)

Ayah (pewaris) Ibu

Meninggal 2013

Patah titi

Anak lk Anak lk menantu Pr

Meninggal 2012

Cucu Lk Cucu Pr

Keterangan gambar, 1 (satu)

Seorang anak meninggal dunia terlebih dahulu dari pewaris dan meninggalkan anak laki-laki dan perempuan, harta dari pewaris tidak dapat dibagikan kepada cucunya dikarenakan telah patah titi disebabkan orang tuanya meninggal terlebih dahulu dari kakeknya. Cucu-cucu inilah yang dikatakan patah titi menurut pemahaman masyarakat Gayo selama ini.

Gambar 2 (dua) Patah titiversi 2 (dua)

Ayah (pewaris) Ibu

2013

Patah titi

Anak Lk/Pr Anak Lk Menantu Pr

2012 Keterangan gambar, 2 (dua)

Seorang anak meninggal dunia terlebih dahulu dari pewaris, yang tidak mempunyai anak dan meninggalkan seorang isteri, menurut Tengku Mahmud dan Bapak Nasaruddin bahwa yang dikatakan patah titi adalah menantu dari ayah dan Ibunya tersebutlah yangpatah titi, karena tidak ada lagi hubungan kewarisan dengan harta yang di tinggalkan oleh bapak mertuanya dikarenakan suaminya meninggal terlebih dahulu dari ayah mertuanya.80

Pendapat Tengku Mahmud tersebut sama dengan pendapat Bpak Drs. Nasaruddin kepala Dusun Terminal Takengon, orang yang meninggal masih bujang atau gadis dan orang yang sudah menikah tapi tidak punya anak itulah yang

80

Wawancara dengan Tengku Mahmud Imam Masjid Babut Taubah Kampung Terminal Kec. Bebesen Kabupaten Aceh Tengah, Tanggal 10 November 2012

dinamakanpatah titi yang sebenarnya seperti terlihat dalam gambar 2 dan gambar 3 berikut ini.81

Gambar 3 (tiga) Patah titiversi 3 (tiga)

Ayah (pewaris) Ibu

2013

Patah titi

Anak Lk/Pr Anak Lk/Pr

2012

Keterangan gambar, 3 (tiga)

Seorang anak meninggal dunia tidak mempunyai anak dan dikatakanpatah titi dikarenakan tidak mempunyai keturunan untuk menerima harta yang ditinggalkan ayah atau ibunya oleh karena itu dia dikatakanpatah titi.

Bahkan Tengku Mahmud tersebut mengatakan bahwapatah titiyang sekarang terjadi di masyarakat Gayo adalah peninggalan jaman Belanda dahulu yang ingin

81

Wawan cara dengan Nasaruddin kepala Dusun Terminal kec Bebesen Kab Aceh Tengah Tanggal 11 November 2012

merusak keimanan dan adat istiadat orang Gayo, agar menjauh dari Syariat dan adat istiadat yang kita jalankan dari jaman orang-orang sebelum kita dulu.82

Berikut ini jawaban responden dalam angket yang di sebar, mengenai pendapat responden dengan pertanyaan, Apakah hukum patah titi ini merupakan hukum adat ataau hukum Islam, di tiga desa (desa Bebesen, desa Kemili, desa Belang gele) kecamatan Bebesen Kabupaten Aceh Tengah Provinsi Nangro Aceh Darusalam.

Tabel 2 (dua)

Pendapat responden tentang hukumpatah titi

n = 30 No Nama Desa Jumlah Responden Hukum Adat (responden) Hukum Islam (responden) 1 Bebesen 10 10 0 2 Kemili 10 6 4 3 Belang gele 10 8 2 4 Jumlah 30 24 6 5 Total % = 100% 80% 20%

Dari data tabel diatas menunjukan bahwa 80% (delapan puluh persen) mengatakan bahwa hukumpatah titiitu adalah hukum Adat adapun alasan responden mengatakan:

a. Karena hukum patah titiini mengandung ketidakadilan maka tidak mungkin hukum ini berasal dari hukum Islam.

82

Wawancara dengan Tengku Mahmud Imam Masjid Babut Taubah Kampung Terminal Kec. Bebesen Kabupaten Aceh Tengah, Tanggal, 10 November 2012

b. Didalam waris Islam, kalau kita sedang membagi harta warisan, kalau ada kerabat, anak yatim dan orang miskin yang hadir bagilah mereka dari harta itu, berarti jelas bahwa Islam pun tidak adapatah titi.

c. Patah titiadalah adat istiadat Gayo yang ditafsir ke dalam hukum pembagian harta warisan.

d. Karena didalam perwalian dan nasab tidak ada katapatah titi.

e. Didalam Islam tidak ada hukum patah titi karena hukum perwarisan sama dengan hukum perwalian.

Hanya 20% (dua puluh Persen) responden yang mengatakan bahwa patah titi ini adalah hukum Islam adapun pendapat responden adalah:

a. Patah titi adalah hukum Islam karena harta itu hanya dibagikan kepada pewaris yang masih hidup.

b. Begitulah hukum waris Islam.

c. Karena begitulah ketentuan hukum yang telah Allah tetapkan.

Dari pendapat responden tersebut diatas maka hukum patah titi masyarakat Gayo masih terdapat perbedaan pendapat masalah hukum patah titi ada yang mengatakan bahwa patah titi ini hukum Adat dan sebagian kecil masyarakat mengatakan hukum Islam.

Pendapat responden tersebut dapat disimpulkan bahwa kenapa patah titi ini dianggap hukum adat karena dalam pembagian warisnya, orang yang terkena patah titiini tidak mendapat sedikitpun harta warisan tersebut karena dianggap telah putus hubungan kewarisannya kerena orang tuanya telah meninggal terlebih dahulu. Sedangkan dalam hukum islam tidak dibenarkan memutuskan hubungan apa lagi terhadap anak yatim.

D. Hukum Waris Adat Masyarakat Gayo di Kabupaten Aceh tengah