• Tidak ada hasil yang ditemukan

MENGAKIBATKAN KERUGIAN MATERIL DI PROPINSI SUMATERA UTARA

A. Kecelakaan Lalu Lintas

2. Pengertian Kecelakaan Lalu Lintas

Lalu lintas adalah gerak pindah manusia dengan atau tanpa alat penggerak dari satu tempat ke tempat yang lain dengan menggunakan jalan sebagai ruang geraknya. Kecelakaan lalu lintas dapat diartikan sebagai suatu peristiwa yang tidak disengaja terjadi di jalan umum, melibatkan kendaraan dengan atau tanpa pemakai jalan lainnya yang mengakibatkan korban jiwa dan atau kerugian harta benda. Lalu Lintas dan Angkutan Jalan diatur dalam Undang-undang Nomor 22 Tahun 2009 menggantikan Undang-undang Nomor 14 Tahun 1992.

Menurut Undang- undang No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (UULLAJ), Pasal 1 angka 2, yang dimaksud dengan Lalu Lintas adalah gerak Kendaraan dan orang di Ruang Lalu Lintas Jalan. Sedangkan yang dimaksud dengan Ruang Lalu Lintas Jalan adalah prasarana yang diperuntukkan bagi gerak pindah Kendaraan, orang, dan/ atau barang yang berupa Jalan dan fasilitas pendukung.

Kecelakaan lalu lintas adalah suatu peristiwa di Jalan yang tidak diduga dan tidak disengaja melibatkan Kendaraan dengan atau tanpa Pengguna Jalan lain yang mengakibatkan korban manusia atau kerugian harta benda. Dimana unsur-unsur kecelakaan lalu lintas tersebut meliputi pengemudi/pemakai jalan, kendaraan, jalan dan lingkungan. Perkara lalu lintas termasuk jenis perkara pelanggaran. Pelanggaran diatur di dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP), antara lain:

1. Karena kealpaannya menyebabkan matinya orang lain (Pasal 359 KUHP) 2. Karena kealpaannya menyebabkan orang lain luka berat (Pasal 360 KUHP)

Terjadinya kecelakaan lalu lintas disebabkan karena bertambah ramainya pengguna jalan raya, konstruksi jalan yang kurang baik, kendaraan yang tidak memenuhi syarat, rambu-rambu jalan yang tidak jelas dan sebagainya. Selain itu mungkin penyebab utama terjadinya kecelakaan lalu lintas adalah faktor manusianya.

Faktor manusia merupakan penyebab utama terjadinya kecelakaan lalu lintas di jalan raya hal tersebut terjadi karena adanya kecerobohan atau kealpaan pengemudi dalam mengemudikan kendaraannya. Kecerobohan pengemudi tersebut sering menimbulkan korban, baik korban menderita luka berat atau korban meninggal dunia bahkan merenggut jiwa pengemudinya sendiri. Dalam kaitannya dengan kecerobohan pengguna jalan, Wirjono Prodjodikoro menyatakan:

Kesalahan pengemudi mobil sering dapat disimpulkan dengan mempergunakan peraturan lalu lintas. Misalnya, ia tidak memberikan tanda akan membelok, atau ia mengendarai mobil tidak di jalur kiri, atau pada suatu persimpangan tidak memberikan prioritas kepada kendaraan lain yang datang dari sebelah kiri, atau menjalankan mobil terlalu cepat melampaui batas kecepatan yang ditentukan dalam rambu-rambu di jalan yang bersangkutan.

Pernyataan tersebut di atas, adanya kecelakaan merupakan factor kesalahan manusianya. Kesalahan pengemudi adalah tidak adanya rasa hati-hati dan lalai dalam mengemudikan kendaraannya. Salah satu permasalahan yang dihadapi di kota-kota besar adalah masalah lalu lintas. Lalu lintas merupakan salah satu sarana komunikasi masyarakat yang dihadapi di kota-kota besar adalah

masalah lalu lintas. Lalu lintas merupakan salah satu sarana komunikasi masyarakat yang memegang peranan vital dalam memperlancar pembangunan.

Masalah yang dihadapi dewasa ini adalah masih tingginya angka kecelakaan lalu lintas di jalan raya. Keadaan ini merupakan salah satu perwujudan dari perkembangan teknologi modern. Perkembangan lalu lintas itu sendiri dapat memberi pengaruh baik yang bersifat positif maupun yang bersifat negatif bagi kehidupan masyarakat. Sebagaimana yang diketahui sejumlah kendaraan yang beredar dari Tahun ke Tahun semakin meningkat. Hal ini juga memberi pengaruh terhadap keamanan lalu lintas yang semakin sering terjadi, pelanggaran lalu lintas yang menimbulkan kecelakaan lalu lintas dan kemacetan lalu lintas.

Dalam sebuah perkara pidana, sanksi dijatuhkan dalam sebuah proses peradilan, sedangkan yang berwenang untuk itu adalah hakim. Tapi ada perkembangan hukum yang meminta perhatian, tidak sama dengan pelanggaran hukum pidana lain yang harus dijatuhkan sanksi, tapi ada cara lain misalnya dengan berdamai. Hal ini terjadi terhadap perkara kecelakaan lalu lintas, yang mana ada kewenangan diskresi oleh polisi sebagai penyidik perkara tersebut.

konsep dari diskresi adalah wewenang yang diberikan hukum untuk bertindak dalam situasi khusus sesuai dengan penilaian-penilaian dan kata hati instansi atau pengawas itu sendiri. Jadi diskresi merupakan pertimbangan dalam pengambilan keputusan terhadap tindakan yang dianggap tepat sesuai dengan situasi dan kondisi yang dihadapi secara bijaksana. Menurut pandangan teori utilitarisme atau konsekuensialisme dalam Teori Etika tentang Hukuman Legal, suatu tindakan dapat dibenarkan secara moral hanya sejauh konsekuensi-konsekuensinya positif

untuk sebanyak mungkin orang. Hukuman sebagai suatu tindakan terhadap seseorang yang melanggar hukum dapat dibenarkan secara moral bukan terutama karena si pelaku kejahatan atau pelanggaran telah terbukti bersalah melawan hukum, melainkan karena hukuman itu mengandung konsekuensi-konsekuensi positif bagi si terhukum, korban dan juga orang-orang lain dalam masyarakat.

Sebaliknya, berdasarkan pandangan umum masyarakat, bila terjadi pelanggaran, maka hukuman bukan syarat mutlak yang harus dikenakan kepada si pelaku karena ada cara penyelesaian pelanggaran yang hidup di dalam masyarakat yakni upaya damai penyelesaian diluar sidang pengadilan adalah penyelesaian perkara secara kekeluargaan yaitu antara pelaku dengan keluarga korban untuk melakukan perdamaian. Dalam praktek sehari-hari Polisi sebagai penyidik khususnya dalam menangani perkara lalu lintas yang menyebabkan luka-luka maupun meninggal dunia pada diri orang lain dapat menerima penyelesaiannya dilakukan di luar pengadilan meskipun perkara tersebut termasuk delik biasa. Hal ini timbul karena undang-undang tidak dapat menampung semua perbuatan yang ada di masyarakat.Menurut pendapat Iswanto, penyelesaian perkara secara damai perkara tindak pidana lalu lintas jalan yang berakibat korban mati atau luka berat secara yuridis dianggap bertentangan dengan ketentuan hukum pidana dan hukum acara pidana.

Penyelesaian perkara pidana lalu lintas ada yang penyelesaiannya dilakukan diluar pengadilan yang menyangkut kecelakaan lalu lintas yang menyebabkan korban luka ringan yaitu penyelesaian perkara antara pihak-pihak yang terlibat tanpa melalui pengadilan. Proses penyelesaian tersebut dilakukan

oleh para pihak sendiri karena masing-masing pihak sepakat untuk menyelesaikan tanpa melalui proses yang berbelit-belit dan memakan waktu yang lama, adapun hal ini terjadi karena pengadilan akan mempelajari bukti-bukti yang ada guna mencari kebenaran dan keadilan yang dapat diterima kedua belah pihak.

Dalam hal penyelesaian perkara di luar pengadilan tersebut diatas tugas polisi selaku penyidik dan penegak hukum bertugas sebagai penengah dari masing-masing pihak dan apabila masing-masing pihak sudah ada kesepakatan mengenai penggantian biaya apabila sebelum meninggal korban terlebih dahulu dirawat di rumah sakit, menanggung biaya pemakaman, selamatan sampai dengan selesai dan memberikan sejumlah uang sebagai uang duka dan setelah itu membuat surat pernyataan perdamaian yang ditanda tangani oleh para pihak baik pelaku maupun korban yang berisi telah selesainya perkara tersebut dan tidak ada penuntutan kembali dari masing-masing pihak, maka perkara tersebut oleh polisi dinyatakan selesai.

Terjadinya peristiwa kecelakaan lalu lintas yang menyebabkan luka ringan, luka berat bahkan meninggal dunia pada umumnya tidak ada unsur kesengajaan dan yang ada unsur kealpaan, oleh karena itu antara pelaku dan pihak keluarga korban biasanya saling menyadari sehingga dalam menyelesaikan perkara mereka memilih di luar pengadilan atau dengan cara damai. Jadi secara ringkas bentuk penyelesaian perkara lalu lintas di luar pengadilan dengan cara damai maksudnya antara pelaku dan pihak keluarga korban sepakat setelah mengadakan musyawarah untuk menyelesaikan perkara secara kekeluargaan.11 Polisi lalu lintas sebagai penyidik dalam menangani perkara kecelakaan lalu lintas

harus melihat dahulu sebab-sebab terjadinya kecelakaan lalu lintas tersebut, sehingga dapat tidaknya perkara tersebut diselesaikan di luar pengadilan atau harus melalui pengadilanSecara umum kecelakaan dapat diartikan sebagai suatu kejadian yang terjadi dengan tiba-tiba yang dapat mengakibatkan kerugian.

Suma’mur P.K memberikan definisi tentang kecelakaan yang ditulis kembali oleh Azi ali Tjasa dkk adalah sebagai berikut :

Kecelakaan adalah kejadian yang tidak terduga dan tidak diharapkan. Tak terduga karena dibelakang peristiwa itu tidak terdapat unsur kesengajaan, lebih-lebih dalam bentuk perencanaan. Tidak diharapkan oleh karena peristiwa kecelakaan disertai kerugian material maupun penderitaan dari yang paling ringan sampai kepada yang berat. Sedangkan kecelakaan lalu lintas adalah kecelakaan yang berhubungan dengan masalah mengemudikan kendaraan, hubungan mengemudi dapat berarti bahwa kecelakaan bisa dikarenakan oleh mengemudikan atau pada waktu

Pengertian tentang kecelakaan diatas dapat disimpulkan bahwa kecelakaan lalu lintas adalah kecelakaan yang berhubungan dengan pengemudi dalam hal ia mengemudikan kendaraannya. Agar kecelakaan lalu lintas dapat diselesaikan baik secara hukum pidana maupun secara hukum adat, maka kecelakaan tersebut

135 Ali Azi Tjasa, dkk, 1985, Distribusi Penyebab Meningkatnya Kecelakaan Lalu Lintas, Jurnal Penelitian, UNIB, Bengkulu, hlm. 4.

136 W.J.S Poerwadarminta, 1987, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta, hlm. 193.

haruslah memenuhi konstruksi hukum pidana yaitu harus ditimbulkan oleh kelakuan orang dalam hubungan sebab akibat. Apabila tidak ditimbulkan oleh kelakuan orang dalam hubungan sebab akibat kecelakaan lalu lintas tersebut tidak dapat diselesaikan secara hukum pidana. Pernyataan tersebut sesuai dengan yang dikatakan Bambang Poernomo, yaitu : “terjadinya kecelakaan secara konstruksi hukum pidana, haruslah ditimbulkan oleh kelakuan orang dalam hubungan sebab akibat”.137

Kelakuan orang dalam kecelakaan lalu lintas ini sangat erat hubungannya dengan pengemudi kelakuan pengemudi menurut Bambang Poernomo dapat digolongkan menjadi dua macam yaitu: “kelakuan pengemudi yang secara positif dapat menimbulkan akibat yang dilarang, dan kelakuan pengemudi yang tidak berbuat padahal seharusnya wajib berbuat (kelakuan negative). Sehingga menimbulkan akibat yang dilarang hukum pidana.138 Peranan pengemudi dengan kelakuan yang positif dan negatif, sehingga menimbulkan kecelakaan lalu lintas yang dapat diselesaikan secara hukum pidana. Hal ini dikarenakan apabila kecelakaan tersebut tidak disebabkan oleh pengemudi dalam hal ia mengemudikan kendaraannya tidak perlu ada campur tangan hukum pidana, karena kecelakaan tersebut bersifat kemalangan belaka yang dapat dialami oleh siapapun. Kecelakaan lalu lintas disebabkan oleh beberapa faktor salah satunya akibat dilanggarnya peraturan lalu lintas. Sanksi akibat dilanggarnya peraturan lalu lintas adalah berupa pidana kurungan atau denda Sanksi masih mungkin ditambah dengan hukuman tambahan seperti: dicabut haknya untuk

137 Bambang Poernomo, 1982, Hukum Pidana Kumpulan Karangan Ilmiah, Bina Aksara, Jakarta, hlm. 67.

138 Ibid.

mengemudikan kendaraannya selama satu tahun sejak putusan hakim ditetapkan dan apabila pelaku melanggar putusan yang telah dijatuhkan maka hukuman tersebut akan ditambah satu tahun lagi. Apabila pelanggaran lalu lintas ini mengakibatkan kerugian baik harta maupun jiwa manusia, maka pelanggaran ini sudah digolongkan sebagai suatu kejahatan, yang hukumannya ditentukan dalam Pasal 359 dan 360 ayat (1) dan (2) KUHP.

Pasal 359 KUHP berbunyi:

Barang siapa karena kesalahannya (kelalaiannya) menyebabkan orang lain mati, diancam dengan pidana penjara paling lama lima tahun atau pidana kurungan paling lama satu tahun.

Pasal 360 ayat (1) KUHP berbunyi:

Barang siapa karena kesalahannya (kelalaiannya) menyebabkan orang lain mendapat luka-luka berat, diancam dengan pidana penjara paling lama lima tahun atau pidana kurungan paling lama satu tahun.

Pasal 360 ayat (2) KUHP berbunyi:

Barangsiapa karena kesalahannya (kelalaiannya) menyebabkan orang lain luka-luka sedemikian rupa sehingga timbul penyakit atau halangan menjalankan pekerjaan jabatan atau pencarian selama waktu tertentu, diancam dengan pidana penjara paling lama sembilan bulan atau pidana kurungan paling lama enam bulan atau pidana denda paling tinggi empat ribu lima ratus rupiah.

a) Menurut Pasal 1 ayat (24) UULLAJ Tahun 2009 menentukan sebagai berikut :

“Kecelakaan Lalu Lintas adalah suatu peristiwa di Jalan yang tidak diduga dan tidak disengaja melibatkan Kendaraan dengan atau tanpa Pengguna Jalan lain yang mengakibatkan korban manusia dan/atau kerugian harta benda

b) Menurut Pasal 229 UULLAJ Tahun 2009 menentukan sebagai berikut:

1) Kecelakaan Lalu Lintas digolongkan atas : a. Kecelakaan Lalu Lintas ringan

b. Kecelakaan Lalu Lintas sedang c. Kecelakaan Lalu Lintas berat

2) Kecelakaan Lalu Lintas ringan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a merupakan kecelakaan yang mengakibatkan kerusakan Kendaraan dan/atau barang.

3) Kecelakaan Lalu Lintas sedang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b merupakan kecelakaan yang mengakibatkan luka ringan dan kerusakan Kendaraan dan/atau barang.

4) Kecelakaan Lalu Lintas berat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c merupakan kecelakaan yang mengakibatkan korban meninggal dunia atau luka berat.

5) Kecelakaan Lalu Lintas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat disebabkan oleh kelalaian Pengguna Jalan, ketidaklaikan Kendaraan, serta ketidaklaikan Jalan dan/atau lingkungan.

Sebuah kendaraan yang disebut mobil merupakan kendaraan beroda empat atau lebih yang terdapat mesin penggerak sendiri (self-propelled vehicle) dengan pengoperasian oleh seorang sopir (menyupir). Untuk kendaraan roda kurang dari empat itu tidak disebut mobil, biasanya Cuma disebut kendaraan roda tiga (bajaj, bemo) atau kendaraan roda dua saja. Mobil banyak jenisnya mulai dari sedan, van, truk, bus, dan sebagainya.