• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI

B. Pengembangan Kurikulum Terpadu

1. Pengertian Kurikulum Terpadu

Secara etimologi, krikulum berasal dari bahasa Yunani, yaitu curir

yang artinya berlari dan curere yang berarti tempat berpacu.30 Dalam bahasa Latin, kurikulum berasal dari kata curriculum yang berarti a running course, or race course, especially a chariot race course. Sedangkan dalam bahasa Perancis, kurikulum dikaitkan dengan kata courier yang artinya to run, berlari. Kemudian istilah itu digunakan untuk sejumlah courses atau mata pelajaran yang harus ditempuh guna mencapai suatu gelar atau ijazah.31

Menurut Dakir, kurikulum adalah suatu program pendidikan yang berisikan berbagai bahan ajar dan pengalaman belajar yang diprogramkan, direncanakan dan dirancangkan secara sistemik atas dasar norma-norma yang berlaku yang dijadikan pedoman dalam proses pembelajaran bagi tenaga kependidikan dan peserta didik untuk mencapai tujuan pendidikan.32

Adapun menurut Oemar Hmalik, kurikulum adalah program pendidikan yang disediakan oleh lembaga pendidikan (sekolah) bagi peserta didik. Berdasarkan program pendidikan tersebut, peserta didik melakukan berbagai kegiatan belajar sehingga mampu mendorong perkembangan dan

30

Abdullah Idi, Pengembangan Kurikulum; Teori dan Praktik, Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2007, 183.

31

S. Nasution, Pengembangan Kurikulum, Bandung: Citra Aditya Bakti, 2003, 9. 32

27

pertumbuhan mereka sesuai dengan tujuan pendidikan yang telah ditetapkan. Kurikulum tidak terbatas pada sejumlah mata pelajaran, namun meliputi segala sesuatu yang dapat mempengaruhi perkembangan peserta didik, seperti bangunan sekolah, perpustakaan, karyawan tata usaha, halaman sekolah, dan lain-lain. Curriculum is interpreted to mean all of the organized courses activities, and experience which pupils have under the direction of school, whether in the classrom or not.33

Berdasarkan pendapat yang dikemukakan Oemar Hamalik di atas, kegiatan kurikuler tidak terbatas di dalam ruang kelas, tetapi juga mencakup kegiatan di luar kelas. Definisi kurikulum diatas dapat dijadikan pijakan para guru untuk melakukan kegiatan pembelajaran tidak hanya di dalam kelas tetapi di luar kelas.

Dalam Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional 2003 pasal 1 ayat 19, yang berbunyi: “Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu”.34

Dengan demikian kurikulum dipandang sebagai rencana dan pengaturan kegiatan pembelajaran yang berwujud dokumen tertulis sekaligus sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran.

33

Oemar Hamalik, Manajemen Pengembangan Kurikulum, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2007, 10.

34

Direktorat Jendral Pendidikan Islam Departemen Agama, Undang-undang dan Peraturan Pemerintah RI tentang Pendidikan, Jakarta, 2006,7.

28 2. Konsep Pengembangan Kurikulum

Mengutip pendapat Audrey dan Howard Nichools, Oemar Hamlik mengemukakan bahwa pengembangan kurikulum (curriculum development)

adalah the planning of the learning opportunities intended to bring about certain desired in pupils, and assessment of the extend to which these changes have taken place. Artinya, pengembangan kurikulum adalah perencanaan kesempatan-kesempatan belajar yang dimaksudkan untuk membawa peserta didik ke arah perubahan-perubahan yang diinginkan serta menilai hingga sejauh mana perubahan-perubahan itu terjadi pada diri peserta didik.35 Menurut Zainal Arifin, pengembangan kurikulum adalah sebuah siklus, suatu proses berulang yang tidak pernah berakhir. Proses kurikulum itu sendiri terdiri atas empat unsur, yaitu: tujuan, metode dan material, penilaian (assessment), dan umpan balik (feedback).36

Terdapat lima prinsip umum dalam pengembangan kurikulum.

Pertama, prinsip relevansi. Ada dua macam relevansi yang harus dimiliki kurikulum, yaitu relevansi ke luar dan relevansi di dalam kurikulum itu sendiri. Kedua, prinsip fleksibilitas. Kurikulum hendaknya memilih sifat lentur atau fleksibel. Kurikulum mempersiapkan anak untuk kehidupan sekarang dan yang akan datang, di sini dan di tempat lain, bagi anak yang memiliki latar belakang dan kemampuan yang berbeda.

Ketiga, prinsip kontinuitas atau kesinambungan. Perkembangan dan proses belajar anak berlangsung secara berkesinambungan, tidak

35

Oemar Hamalik, Manajemen Pengembangan..., 96-97. 36

Zainal Arifin, Pengembangan Manajemen Mutu Kurikulum Pendidikan Islam,

29

putus ataupun berhenti-henti. Keempat, prinsip praktis. Kurikulum hendaknya mudah dilaksanakan menggunakan alat-alat sederhana dan biayanya murah. Prinsip ini juga disebut prinsip efisiensi. Kelima, prinsip efektivitas. Walaupun kurikulum tersebut harus murah dan sederhana tetapi keberhasilanya tetap harus diperhatikan.37

Dari uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa pengembangan kurikulum merupakan suatu proses perencanaan kesempatan-kesempatan belajar untuk peseta didik sesuai dengan prinsip-prinsip pengembangan kurikulum agar memperoleh perubahan-perubahan yang diinginkan pada peserta didik.

Pendidikan Islam mempunyai karakteristik tersendiri, dengan adanya pendidikan Islam diharapkan akan mampu membentuk generasimyang memiliki kekuatan iman, ilmu, dan amal yang bisa bersaing di masa mendatang., sebagaimana fungsi penciptaan manusia dalam QS Ad Dzariyat:56, yang berbunyi:















Artinya: Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.38

Dan berakhlak karimah serta mempersiapkan agar siap menjalankan fungsi kekhalifahannya yang menguasai dasar-dasar ilmu pengetahuan, berketeladanan sehingga mampu memimpin dan memelihara sendi-sendi

37

Nana Syaodih S., Pengembangan Kurikulum; Teori dan Praktek, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005, 150-151.

38

Departemen Agama RI, Al Hikmah; Al Qur’an dan Terjemahnya, Bandung: Diponegoro, 2008, 523.

30

kehidupan untuk kemaslahatan kehidupan manusia, sebagaimana misi penciptaan manusia Allah berfirman:

































Artinya: Dan Dia mengajarkan kepada Adam Nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada Para Malaikat lalu berfirman: "Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu mamang benar orang-orang yang benar!" (QS Al Baqarah: 31).39

Keberhasilan pelaksanaan kurikulum ini baik secara kuantitas maupun kualitas. Pengembangan suatu kurikulum tidak dapat dilepaskan dan merupakan penjabaran dari perencanaan pendidikan. Perencanaan di bidang pendidikan juga merupakan bagian yang dijabarkan dari kebijakan-kebijakan pemerintah di bidang pendidikan. Keberhasilan kurikulum akan mempengaruhi keberhasilan pendidikan.

B. Pengembangan Kurikulum Terpadu 1. Pengertian Kurikulum Terpadu

Kurikulum terpadu atau integrated curriculum secara istilah mengandung arti perpaduan, koordinasi, harmoni, kebulatan keseluruhan.

Integrated curriculum meniadakan batas-batas antara berbagai mata pelajaran dan menyajikan bahan pelajaran dalam bentuk unik atau keseluruhan. Dengan kebulatan bahan pelajaran diharapkan kita anak-anak mempunyai pribadi

39

Departemen Agama RI, Al Hikmah; Al Qur’an dan Terjemahnya, Bandung: Diponegoro, 2008, 6.

31

integrated yakni manusia yang sesuai atau selaras hidupnya dengan sekitarnya.40

Intregated curriculum dilaksanakan melalui pengajaran unit. Menurut pendapat Caswell yang dikutip oleh S. Nasution menjelaskan bahwa suatu unit mempunyai tujuan yang bermakna bagi anak yang biasanya dituangkan dalam bentuk masalah. Untuk mencegahkan masalah tersebut anak-anak melakukan serangkaian kegiatan yang saling berkaitan menghadapkan anak kepada masalah berarti merangsangnya untuk berfikir dan ia merasa tidak puas sebelum memecahkan masalah tersebut.41

Sekolah-sekolah yang progresif cenderung meninggalkan kurikulum yang subject centered, karena dianggap tidak menghasilkan pribadi yang harmonis. Karena itu pelajaran disusun sebagai keseluruhan yang disebut

broad unit. Unit ini mengandung suatu soal atau masalah yang dipelajari anak selama beberapa bulan. Adapun beberapa ciri-ciri yang melekat pada unit antara lain:

a. Unit merupakan suatu keseluruhan yang bulat

Menurut definisinya unit itu merupakan suatu keseluruhan bahan pelajaran faktor yang menyatukan adalah masalah atau problem yang terkandung di dalam pokok yang akan diselidiki oleh para peserta didik.

40

S. Nasution, Azas-azas Kurikulum, Jakarta: Bumi Aksara, 2003, 176. 41

32

b. Unit menerobos batas-batas mata pelajaran

Unit tidak terbatas pada suatu atau beberapa mata pelajaran, melainkan menggunakan segala macam bahan untuk mencegah soal-soal yang terkandung dalam unit itu, batas-batas antara mata pelajaran sebenarnya diadakan oleh sarjana-sarjana dalam usaha mereka untuk menyusun ilmu pengetahuan.42

c. Unit didasarkan atas kebutuhan anak

Kebutuhan itu bersifat pribadi dan sosial ada kebutuhan anak yang timbul berkenaan dengan pertumbuhan jasmaniah dan perkembangan rohaniah di samping itu ada pula kebutuhan yang ditentukan oleh masyarakat dan kebudayaan tempat ia hidup.

d. Unit didasarkan pada pendapat-pendapat moderen mengenai cara belajar.

Belajar menurut cara unit sesuai dengan teori-teori yang pada saatnya moderen tentang belajar yakni berdasarkan minat dan kebutuhan anak. Unit senangtiasa dihubungkan dengan pengalaman-pengalaman anak.43

e. Unit memerlukan waktu yang panjang

Waktu yang cukup banyak diperlukan benar, bila kita ingin memperdalam pengertian dalam suatu hal.

42

S. Nasution, Azas-azas..., 198. 43

33 f. Unit itu life centered

Dalam unit digunakan setiap kesempatan untuk menghubungkan pelajaran disekolah dengan kehidupan sehari-hari, dengan pengalaman-pengalaman anak. Tentu saja masalah-masalah itu disesuaikan dengan kematangan anak dan kesanggupannya untuk memahaminya

g. Unit menggunakan dorongan-dorongan yang sewajarnya pada anak-anak

Dalam unit ini anak diberi kesempatan untuk berbuat, membentuk, bergerak, menyatakan perasaan dan pikirannya dengan bebas menyelidiki hal-hal yang sesuai dengan dorongan yang wajar, sehingga mereka belajar dengan gembira dan penuh minat.44

h. Dalam unit anak-anak dihadapkan pada situasi-situasi yang mengandung problema.

Anak-anak harus memecahkan masalah-masalah dengan menggunakan metode ilmiah seperti telah diuraikan di atas, yakni merumuskan masalah, menganalisisnya, mencari hipotesis kemudian mengumpulkan keterangan dan buku-buku, pengamatan sendiri atau percobaan-percobaan, kemudian mengambil kesimpulan.

i. Unit dengan sengaja memajukan perkembangan sosial pada anak-anak Siswa mendapat banyak kesempatan untuk bekerja sama dalam kelompok, misalkan dalam diskusi, membuat rencana mengumpulkan

44

34

bahan, dan sebagainya mereka belajar menerima dan memberi kecaman dalam suasana hormat menghormati.

j. Unit direncanakan bersama oleh guru dengan murid

Dalam pengajaran unit biasanya terdapat kerja sama antara guru dengan murid dalam membantu pokok untuk unit tersebut.45

Dari keterangan yang telah dipaparkan tersebut di atas, maka bisa ditarik kesimpulan bahwa kurikulum terpadu (terintegrasi) adalah kurikulum perpaduan antara beberapa jenis kurikulum yang dilaksanakan dalam satu jenjang jenis pendidikan. Perpaduan beberapa jenis kurikulum tersebut di antaranya kurikulum Kemendikbud, kurikulum Kemenag, kurikulum yayasan dan kurikulum murid.

2. Konsep Dasar Kurikulum Terpadu

Kurikulum terpadu pada hakekatnya bukan merupakan istilah tersendiri, tetapi ia juga merupakan bagian dari model konsep kurikulum. Dalam konteks ini para pakar kurikulum memiliki pandangan yang berbeda terhadap kurikulum terpadu, ada yang memandang hanya senbgai satu bentuk organisasi materi (content) kurikulum, sedangkan pakar lain ada pakar lain ada yang melihatnya sebagai suatu konsep kurikulum yang tidak sekedar peraturan isi/materi tersebut tetapi merupakan konsep kurikulum yang utuh. Menurut pendapat Kniep, Feige, dan Soodak yang dikutip oleh Syaifuddin Sabda mengemukakan sebagai berikut:

45

35

During the progressive education era, several educators proposed that curriculum integration was more than a sparated or union of conseptual and and organizational arrangements. Rather they considered it in relation to essential questions of knowledge and meaning that were belived relevant and essential to the learner.

Pada perkembangan awal, konsep kurikulum tepadu hanya merupakan bagian dari kurikulum sebagai sebuah rencana, yakni sekedar sebuah bentuk desain content/materi pelajaran, seperti istilah: integration, correlation, interdisciplinary, unit, fusi, broad filed, dan lain-lain. Perkembangan selanjunya konsep kurikulum tepadu telah dipandang bukan hanya sekedar pengaturan materi/content pelajaran dan bagian dari perencanaan, tetapi telah menjadi suatu model konsep kurikulum yang memiliki konsep yang utuh (baik sebagai ide, rencana, proses maupun hasil). Ia juga memiliki desain yang lebih lengkap (mulai dari rumusan tujuan, materi, strategi pembelajaran, dan evaluasi).46

Forgarty dalam Syaifuddin Sabda mendefinisikan kurikulum terpadu

(integrated curriculum) sebagai suatu model kurikulum yang dapat mengintegrasikan skills, themes, concepts, and topics secara inter dan antar disiplin atau penggabungan keduanya. Maurer dalam Syaifuddin Sabda mendefinisikan kurkulum terpadu (interdisciplinary curriculum) sebagai: “the organization and tarnfer of knowledge under a united or interdisciplinary theme”. Beane dalam Syaifuddin Sabda mendefinisikannya

46

36

sebagai model kurikulum yang menawarkan sejumlah kemungkinan tentang kesatuan dan keterkaitan antara kegiatan sehari-hari dengan pengalaman di sekolah atau pengalaman pendidikan.47

Konsep kurikulum berkembang sejalan dengan perkembangan teori dan praktik pendidikan, juga bervariasi sesuai dengan aliran atau teori yang dianutnya. Menurut pandangan lama, kurikulum merupakan kumpulan mata-mata pelajaran yang harus disampaikan guru atau siswa.48

Istilah kurikulum terpadu yang mereka gunakan berbeda, namun umumnya banyak menggunakan istilah integrasi (integrated curriculum) dan kurikulum antar dan interdisiplin (interdisciplinary curriculum). Kurikulum

interdisipliner menunjuk pada suatu pola pemanduan anatar dan inter bidang studi, baik dua atau lebih bidang studi. Adapun kurikulum integrasi memiliki

pola yang lebih terbuka dan luas. 3. Model dan Desain Kurikulum Terpadu

a. Pengembangan Kurikulum Model Maurer

Mengutip pendapat Maurer, Syaifuddin Sabda mengemukakaan enam unsur yang harus ada dalam sebuah desain kurikulum terpadu, yaitu: (1) tujuan umum (common objectives), (2) tema umum (common theme), (3) kerangka waktu (common ime frame), (4) pola sequen materi (diverse sequencing pattern), (5) strategi aplikasi pembelajaran (applied learning strategies), dan (6) bentuk pengukuran (varied assessment).49

47

Syaifuddin Sabda, Model Kurikulum...., 29-28. 48

Robert S. Zais, Curriculum Principles and Foundations, New York: Harper and Row Publisher, 1976, 7.

49

37 1) Tujuan Umum

Dalam konteks teori dan praktik pengembangan kurikulum istilah tujuan sering menggunakan beberapa istilah yang menunjukkan makna dan penggunaaan yang berbeda, yakni “objectives, aims, dan goals”. Mengutip pendapat Zais, istilah “objectives” berarti “as the

most immediate specific outcomes of classroom instruction”. Dalam hal ini tujuan memiliki pengertian tujuan atau bentuk keluaran langsung dan bersifat spesifik dari sebuah dari kegiatan dikelas.oleh karena itu menurutnya “in general, they refer to the everyday business

of the operative curriculum”, yakni secara umum tujuan dalam trem

objective merujuk kepada kegiatan opersional kurikulum sehari-hari. Jika istilah-istilah yang dipakai di atas dikaitkan dengan istilah “aims”, “goals”, dan “objectives”, maka istilah tujuan pendidikan nasional dan tujuan institusional dapat dikategorikan sebagai “aims”. Sedangkan tujuan kurikuler sebagai “goals” dan tujuan instruksional sebagai “objectives”.

2) Tema Umum

Tema umum (Common Theme) sering juga disebut sebagai “tema sentral”, yakni sesuatu yang dijadikan sebagai pengikat pembahasan bagi semua bidang yang ingin dipadukan.sebagai tema umum atau sentral, maka ia adalah sesuatu yang selanjutnya dapat dijabarkan oleh semua bidang studi yang ingin dipadukan.50

50

38

Tema umum dapat juga diambil berdasarkan kesamaan atau keterkaitan ttujuan atau materi bahasan pada beberapa mata pelajaran yang ingin dipadukan.

3) Kerangka Waktu Umum

Penentuan kerangka waktu umum sangat penting dalam sebuah kurikulum terpadu. Penetuan kerangka waktu ini berkaitan dengan upaya mengorganisir kegiatan dimana materi-materi pada masing-masing mata pelajaran terkait disajikan dalam waktu yang telah ditentukan.51

4) Ragam Sekuen Materi

Sekuen adalah merupakan organisasi materi dalam bentuk pengaturan urutan materi-materi yang terkait dalam sebuah kurikulum terpadu.52

5) Strategi Aplikasi Kurikulum

Dalam pendidikan, khususnya dalam aplikasi kurikulum perlu diatur dalam pemilihan strategi. Strategi aplikasi kurikulum meliputi: pengaturan guru, pengaturan siswa, struktur peristiwa belajar mengajar, dan pola pengolahan pesan.

b. Pengembangan Kurikulum Model Taba

Menurut Ella, modifikasi Taba terhadap model Tyeler terutama pada penekanan yang merumuskan perhatian kepada grur. Teori Taba mempercayau peran guru sebagai pengembang utama kurikulum. Pada

51

Syaifuddin Ssbda, Model Kurikulum..., 74-77. 52

39

model Tyler, guru dapat merupakan objek, penerima dan pelaksana dari kurikulum, sedangkan pada model Taba, guru merupakan subjek aktif yan terlibat penuh dalam pengembangan kurikulum.53

Dalam pengembangan kurikulum model Hilda Taba, ada tujuh langkah yang perlu diperhatikan, sebagaimana diuraikan di bawah ini. 1) Diagnosis of Needs (Diagnosis Kebutuhan Peserta Didik)

Taba berpendapat bahwa kurikulum disusun agar peserta didik dapat belajar. Karena latar belakang peserta didik yang beragam, maka perlu dilakukan diagnosis tentang gaps, berbagai kkekurangan (deficiencies) dan latar belakang peserta didik (variations in these background). Langkah pertama dalam diagnosis ini adalah menentukan kurikulum apa yang harus diberikan kepada peserta didik.54

2) Formulation of Objectives (Merumuskan Tujuan Pendidikan)

Menurut Taba yang dikutip Syaifuddin Sabda, diagnosis kenutuhan peserta didik dapat menggambarkan dan memberikan petunjuk dalam merumuskan tujuan pendidikan. Dalam merumuskan tujuan pendidikan, ada empat area yang perlu diperhatikan. Pertama, konsep atau ide-ide yang akan dipelajari (concepts or ideas to be learned). Kedua, sikap, sensitivitas, dan perasaan yang akan dikembangkan (attitudes, sensitivities, and feeling to be developed). Ketiga, pola pikir yang akan ditekankan, dikuatkan, atau dimulai/dirumuskan (wayss of thinking to be

53

Ella Yulaelawati, Kurikulum dan Pembelajaran, Bandung: Pakar Raya, 2004, 31. 54

40

reinforced, strengthened, or initated). Keempat, kebiasaan dan kemampuan yang akan dikuasai (habits and skills to be mastered).55

3) Selection of The Content (Seleksi Isi)

Menurut Taba dalam Syaifuddin Sabda, isi (materi) yang akan diajarkan kepada peserta didik harus memenuhi kriteria sebagai berikut:

a) Isi harus valid dan signifikan (validity and significnce of content).

b) Isi harus relevan dengan kenyataan sosial agar peserta didik mampu memahami dunia mereka (consistency with social realities).

c) Isi harus mengandung keseimbangan antara keluasan dan kedalaman (balance of breadth and depth).

d) Isi harus mencakup berbagai tujuan (provision for wide range of objectives).

e) Isii harus dapat disesuaikan dengan kemampuan peserta didik untuk mempelajarinya dan bisa dihubungkan dengan pengalaman mereka (learn ability and adaptability to experiences of students).

f) Isi harus sesuai dengan kebutuhan dan minat peserta didik (appropriateness to the needs and interests of the students).56

55

Syaifuddin Sabda, Model Kurikulum..., 65. 56

41

4) Organization of The Content (Organisasi Isi)

Dalam menyusun kurikulum, terutama terkait dengan bentuk penyajian bahan pelajaran (isi) atau organisasi kurikulum (isi),57 ada dua jenis organisasi kurikulum yang bisa menjadi pilihan, yaitu kurikulum berdasarkan mata pelajaran dan kurikulum terpadu.

a) Kurikulum berdasarkan mata pelajaran (subject curriculum)

Berdasarkan mata pelajaran, organisasi kurikulum dibedakan menjadi tiga, yaitu separated subject curriculum, correlated curriculum, dan broad field curriculum.

(1) Separated subject curriculum

Separated subject curriculum adalah kurikulum dalam bentuk mata pelajaran yang terpisah-pisah, yang kurang mempunyai keterkaitan dengan mata pelajaran lain.58

(2) Correlated curriculum

Dalam correlated curriculum, sejumlah mata pelajaran dihubungkan antara satu dengan yang lain, sehingga ruang lingkup bahan yang tercakup semakin luas. Pada saat anak didik mempelajari shalat, dapat dihubungkan dengan pelajaran Al-Qur‟an seperti bacaan surat dan hadis yang dihubungkan dengan shalat dll.59

57

Abdullah Idi, Penegmbangan Kurikulum; Teori dan Praktik, Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2011, 163.

58

Abdullah Idi, Penegmbangan Kurikulum..., 164. 59

42 (3) Broad field curriculum

Menurut Taba yang dikutip Abdullah Idi, the broad curriculum is essenyilly an effort to automatization of curriculum by combining several specific areas large fields (the broad curriculum adalah usaha meningkatkan kurikulum dengan mengkombinasikan beberapa mata pelajaran). Kurikulum

broad field ini merupakan kebalikan dari separated curriculum. Sebagai conntohnya, mata pelajaran sejarah, geografi, ilmu ekonomi, dan ilmu politik disatukan menjadi Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS).60 Mata pelajaran agama di SD juga termasuk contoh broad field, karena merupakan kumpulan dri berbagai mata pelajaran seperti fikih, tauhid, aqidah, akhlak, tarikh, hadits dan mambaca al-Qur‟an.

b) Kurikulum terpadu

Kurikulum terpadu merupakan suatu produk dari usaha pengintegrasian bahan pelajaran dari berbagai macam pelajaran. Integrasi diciptakan dengan memusatkan palajaran pada masalah tertentu yang memerlukan solusinya dengan materi atau bahan dari berbagai disiplin ilmu.61

Menurut Soetopo dan Soemanto, sebagaimana dikutip oleh Abdullah Idi, kurikulum terpadu dikelompokkan menjadi lima macam, yaitu:

60

Abdullah Idi, Penegmbangan Kurikulum..., 166. 61

43

(1) The child centered curriculum (kurikulum yang bepusat pada anak). Maksudnya, dalam perencanaan kurikulum, faktor anak menjadi perhatian utama.

(2) The social function curriculum (kurikulum fungsi sosial). Maksudnya, kurikulum ini mencoba mengeliminasi mata pelajaran sekolah dari keterpisahannya dengan fungsi-fungsi utama kehidupan sosial yang menjadi dasar pengorganisasian pengalaman belajar anak.

(3) The experience curriculm (kurikulum pengalaman). Maksudnya, dalam perencanaan kurikulum, kebutuhan anak merupakan perhatian utama.

(4) Development activity curriculum (kurikulum pengembangan kegiatan). Kurikulum ini sangat tergantung pada tingkat perkembangan anak yang harus dilalui. (5) Core curriculum. Menurut Sailor dan Alexander,

sebagaimana dikutip oleh Abdullah Idi, core curriculum

merujuk pada suatu rencana yang mengorganisasikan dan mengatur (scheduling) bagian terpenting dari program pendidikan umum di sekolah. Pada awalnya, core

dimaksudkan sebagai bahan penting yang harus diketahui oleh setiap peserta didik pada semua tingkatan sekolah (core berarti inti).62

62

44

5) Selection of Learning Experiences (Seleksi Pengalaman Belajar) Ada beberapa prinsip yang harus diperhatikan dalam seleksi pengalaman belajar peserta didik. Pertama, pengalaman peserta didik harus sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai, sebab, setiap tujuan akan menentukan pengalaman pembelajaran. Kedua, setiap pengalaman belajar harus memuaskan peserta didik. Ketiga, setiap rancangan pengalaman belajar sebaiknya melibatkan peserta didik. Keempat, dalam satu pengalaman belajar kemungkinan dapat mencapai tujuan yang berbeda.63

6) Organization of Learning Experiences (Organisasi Pengalaman Belajar)

Menurut Tyler, sebagaimana dikutip Wina Sanjaya, terdapat tiga prisip dalam mengorganisasi pengalaman belajar, yaitu kontinuitas, urutan isi, dan integrasi. Prinsip kontinuitas ada yang bersifat vertikal dan horizontal. Bersifat vertikal artinya bahwa pengalaman belajar yang diberikan harus memiliki kesinambungan yang diperlukan untuk pengembangan pengalaman belajar selanjutnya. Sedangkan bersifat horizontal artinya bahwa suatu pengalaman yang diberikan kepada peserta didik harus memiliki fungsi dan bermanfaat untuk memperoleh pangalaman belajar dalam bidang lain. Adapun prinsip urutan isi artinya

Dokumen terkait