2
(STUDI MULTI KASUS DI SD MUHAMMADIYAH 1
ALTERNATIF KOTA MAGELANG, SDIT IHSANUL FIKRI
KOTA MAGELANG DAN SD TERPADU MA’ARIF
GUNUNGPRING MAGELANG)
oleh
LILIES WIDYOWATI
NIM. M1.11.009
Tesis diajukan sebagai pelengkap persyaratan
untuk gelar Magister Pendidikan Islam
PROGRAM PASCASARJANA
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA
iv
Judul Tesis: Pengembangan Kurikulum Terpadu Sistem Full Day School Studi Multi Kasus di SD Muhammadiyah 1 Alternatif Kota Magelang, SDIT Ihsanul Fikri Kota Magelang dan SD Terpadu Ma‟arif Gunungpring Magelang.
Tesis ini bertujuan untuk mengetahui bentuk pengembangan kurikulum terpadu di SD Islam di Magelang dengan menggunakan sistem full day school yang diwakili oleh SD Muhammadiyah 1 Alternatif, SDIT Ihsanul Fikri dan SD Terpadu Ma‟arif Gunungpring. Jenis penelitian ini adalah kualitatif dengan pendekatan fenomenologis. Sumber data yang diperoleh yaitu sumber data primer dan sekunder. Pengumpulan data melalui teknik observasi, interview, dan dokumentasi. Teknik analisis datanya dengan deskriptif analitis dan deskriptif komparatif. Deskriptif analitis cara mereduksi data, display data dan mengambil kesimpulan.
Permasalahan yang dibahas meliputi konsep, model desain dan implementasi pengembangan kurikulum terpadu sistem full day school. Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsep pengembangan kurikulum terpadu merupakan pengintegrasian kurikulum Diknas yang diwarnai dengan nilai-nilai islami dengan penambahan bidang studi keislaman, dan untuk pelaksanaanya dengan menerapkan full day school. Desain kurikulum terpadu berorientasi pada kebutuhan peserta didik, lingkungan, kebutuhan masyarakat dan perkembangan IPTEK yang diorganisasikan dalam sebuah kurikulum. Implementasi kurikulum di sekolah dengan melibatkan peran kepala sekolah sebagai pelaksana kurikulum tingkat lembaga sekolah, guru sebagai pelaksana kurikulum di kelas dan waka kurikulum sebagai perencana kurikulum di sekolah. Implementasi kurikulum merupakan integrasi secara fungsional antara aspek kognitif, afektif dan psikomotor.
v
Title: The Development of Integrated Curriculum Through Full Day School System Multi case study on alternative primary school Muhammadiyah 1, integrated Islamic primary school Ihsanul Fikri, and integrated primary school Ma‟arif Gunungpring.
This paper highlights the form of integrated curriculum development in Islamic primary schools in Magelang which employ full day school system, which comprises concept, design model, and implementation, represented by alternative primary school Muhammadiyah 1, integrated Islamic primary school Ihsanul Fikri, and integrated primary school Ma‟arif Gunungpring. This qualitative research applies phenomenological approach and uses primary and secondary data source. Mean while, data is collected through observation, interview, and documentation. Then, descriptive and descriptive comparative analyses are used as technique of data analysis. Descriptive analysis it self is purposed to reduce and display the data, as well as draw the inference.
The result shows that the concept of integrated curriculum development is a combination between national education department and Islamic values by adding such an Islamic composition that applies full day school. Integrated curriculum design orientates to students‟ need, environment, society‟s demand, and technology and science improvement that are organized into a curriculum. Furthermore, curriculum implementation in the school involves the role of headmaster as the organizer in the level of institution, teacher as the arranger in the class, and curriculum vice principal as the designer of school curriculum. In other word, it is integrated functionally, in the cognitive, affective, and psychomotor aspects.
vi
Alhamdulillah puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menuntaskan penulisan tesis yang berjudul: "PENGEMBANGAN KURIKULUM TERPADU SISTEM FULL DAY SCHOOL (STUDI MULTI KASUS DI SD MUHAMMADIYAH 1 ALTERNATIF KOTA MAGELANG, SDIT IHSANUL FIKRI KOTA MAGELANG DAN SD TERPADU GUNUNGPRING MAGELANG)."
Penulisan tesis ini dimaksudkan untuk memenuhi persyaratan untuk gelar MagisterPendidikan Islam pada Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga.
Terealisasinya penulisan tesis ini tidak terlepas dari bantuan serta dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Dr. Imam Sutomo, M.Ag, selaku ketua STAIN Salatiga.
2. Bapak Dr. H. Sa‟adi, M.Ag. selaku Direktur Program Pascasarjana STAIN Salatiga.
3. Bapak Prof. Dr. H. Mansur, M.Ag. selaku dosen pembimbing I yang telah memberikan bimbingan dan motivasinya.
vii
6. Bapak Salamun, S.Ag, M.Pd.I, selaku Kepala sekolah SD Muhammadiyah 1 Alternatif kota Magelang yang telah memberikan ijin penelitian.
7. Bapak Abdul Rozak Sidik, S.Pd.I, selaku Kepala sekolah SDIT Ihsanul Fikri kota Magelang yang telah memberikan ijin penelitian.
8. Bapak Agus Santosa, S.Pd, selaku Kepala sekolah SDIT Ihsanul Fikri kota Magelang yang telah memberikan ijin penelitian.
9. Bapak Mudakir dan Ibu Suparti tercinta yang telah memberikan doa dan berjuang mengantarkan penulis sampai ke jenjang Perguruan Tinggi.
10.Rekan-rekan semua yang telah membantu dalam penulisan tesis ini.
Penulis berharap semoga tesis ini dapat memberikan tambahan informasi serta masukan yang berharga baik bagi penulis maupun bagi semua pihak yang berkepentingan.
Salatiga, 17 Februari 2014
viii
HALAMAN JUDUL... i
HALAMAN PENGESAHAN... ii
PERNYATAAN KEASLIAN... iii
ABSTRAK... iv
PRAKATA... vi
DAFTAR ISI... viii
DAFTAR TABEL... xi
DAFTAR LAMPIRAN... xiii
BAB I PENDAHULUAN... 1
A. Latar Belakang Masalah... 1
B. Rumusan Masalah... 6
C. Signifikansi Penelitian... 8
D. Kajian Pustaka... 9
E. Metode Penelitian... 14
F. Sistematika Penulisan... 24
BAB II LANDASAN TEORI... 26
A. Pengembangan Kurikulum... 26
1. Pengertian Kurikulum... 26
2. Konsep Pengembangan Kurikulum... 28
B. Pengembangan Kurikulum Terpadu... 30
ix
4. Implementasi Model Kurikulum Terpadu... 45
C. Full Day School... 48
1. Pengertian Full Day School... 48
2. Tujuan Pembelajaran Full Day School... 49
BAB III KONSEP PENGEMBANGAN KURIKULUM TERPADU SISTEM FULL DAY SCHOOL... 51
A. Deskripsi Subyek Penelitian... 51
1. SD Muhammadiyah 1 Alternatif Kota Magelang... 51
2. SDIT Ihsanul Fikri Kota Magelang... 60
3. SD Terpadu Ma‟arif Gunungpring Magelang... 65
B. Konsep Pengembangan Kurikulum Terpadu Sistem Full Day School... 72
1. SD Muhammadiyah 1 Alternatif Kota Magelang... 72
2. SDIT Ihsanul Fikri Kota Magelang... 75
3. SD Terpadu Ma‟arif Gunungpring Magelang... 76
BAB IV MODEL DESAIN DAN IMPLEMENTASI PENGEMBANGAN KURIKULUM TERPADU SISTEM FULL DAY SCHOOL... 79
A. Model Desain Pengembangan Kurikulum Terpadu Sistem Full Day School... 79
1. SD Muhammadiyah 1 Alternatif Kota Magelang... 79
x
School... 137
1. SD Muhammadiyah 1 Alternatif Kota Magelang... 137
2. SDIT Ihsanul Fikri Kota Magelang... 139
3. SD Terpadu Ma‟arif Gunungpring Magelang... 142
C. Pengembangan Kurikulum Terpadu Sistem Full Day School... 144
BAB V PENUTUP... 159
A. Simpulan... 159
B. Saran... 161
DAFTAR PUSTAKA... 163 LAMPIRAN
xi
TABEL 3.1 Data Kepagawaian SD Muhammadiyah 1 Alternatif 69
TABEL 3.2 Keadaan Siswa SD Muhammadiyah 1 Alternatif 70
TABEL 3.3 Sarana Prasarana SD Muhammadiyah 1 Alternatif 71
TABEL 3.4 Inventaris Buku Perpustakaan SD Muhammadiyah 1 Alternatif
72
TABEL 3.5 Data Kepegawaian SDIT Ihsanul Fikri 76
TABEL 3.6 Keadaan Siswa SDIT Ihsanul Fikri 76
TABEL 3.7 Sarana Prasarana SDIT Ihsanul Fikri 77
TABEL 3.8 Data Kepegawaian SD Terpadu Ma‟arif Gunungpring 83
TABEL 3.9 Keadaan Siswa SD Terpadu Ma‟arif Gunungpring 83
TABEL 3.10 Prasarana SD Terpadu Ma‟arif Gunungpring 84
TABEL 4.1 Pembagian waktu kegiatan intrakurikuler di SD Muhammadiyah 1 Alternatif
104
TABEL 4.2 Pembagian waktu kegiatan ekstrakurikuler di SD Muhammadiyah 1 Alternatif
105
TABEL 4.3 Kegiatan Pengembangan Diri SD Muhammadiyah 1 Alternatif
110
xii
TABEL 4.7 Pembagian waktu di SD Terpadu Ma'arif Gunungpring 142
TABEL 4.8 Kegiatan Ekstrakurikuler SD Terpadu Ma'arif Gunungpring Magelang
146
TABEL 4.9 Konsep Pengembangan Kurikulum Terpadu Sistem Full Day School
158
TABEL 4.10 Organisasi Isi Kurikulum 163
TABEL 4.11 Pembagian Waktu Belajar 165
xiii LAMPIRAN 1 Desain Penelitian
LAMPIRAN 2 Panduan Wawancara
LAMPIRAN 3 Panduan Observasi
LAMPIRAN 4 Panduan Dokumentasi
LAMPIRAN 5 Catatan Wawancara dengan Bapak Salamun, S.Ag, M/Pd.I
LAMPIRAN 6 Catatan Wawancara dengan Bapak Mustaqim, S.Pd.I, M.Pd
LAMPIRAN 7 Catatan Wawancara dengan Ibu Herlian Ardivianti, S.S
LAMPIRAN 8 Catatan Wawancara dengan Bapak Abdul Rozak Sidik, S.Pd.I
LAMPIRAN 9 Catatan Wawancara dengan Ibu Rida Rahmawati Rahayu, S.Psi
LAMPIRAN 10 Catatan Wawancara dengan Bapak Erwanto, S.T
LAMPIRAN 11 Catatan Wawancara dengan Bapak Agus Santosa, S.Pd
LAMPIRAN 12 Catatan Wawancara dengan Ibu Weni Masithoh, A.Ma.Pd dan Ibu Sri Wahyuningsih, S.Pd
LAMPIRAN 13 Catatan Wawancara dengan Bapak Saeful Bahri
LAMPIRAN 14 Catatan Wawancara dengan Ibu Weni Masithoh, A.Ma.Pd
xiv
LAMPIRAN 18 Sejarah Singkat dan Perkembangan SD Muhammadiyah 1 Alternatif
LAMPIRAN 19 Struktur Organisasi SD Muhammadiyah 1 Alternatif
LAMPIRAN 20 Daftar Guru SD Muhammadiyah 1 Alternatif
LAMPIRAN 21 Daftar Ujian Akhir SD Muhammadiyah 1 Alternatif
LAMPIRAN 22 Prestasi SD Muhammadiyah 1 Alternatif
LAMPIRAN 23 Silabus Bahasa Indonesia SD Muhammadiyah 1 Alternatif
LAMPIRAN 24 RPP Bahasa Indonesia SD Muhammadiyah 1 Alternatif
LAMPIRAN 25 Nilai Rapot Alfiana Nur Fadhilah SD Muhammadiyah 1 Alternatif
LAMPIRAN 26 Profil Sekolah SDIT Ihsanul Fikri
LAMPIRAN 27 Visi, Misi dan Motto SDIT Ihsanul Fikri
LAMPIRAN 28 Struktur Organisasi SDIT Ihsanul Fikri
LAMPIRAN 29 Daftar Guru SDIT Ihsanul Fikri
LAMPIRAN 30 Daftar Jumlah Siswa SDIT Ihsanul Fikri Tahun Pelajaran 2013/2014
LAMPIRAN 31 Silabus IPA SDIT Ihsanul Fikri
xv
LAMPIRAN 35 Keadaan Ruang SD Terpadu Ma‟arif Gunungpring
LAMPIRAN 36 Prestasi SD Terpadu Ma‟arif Gunungpring
LAMPIRAN 37 Silabus Matematika SD Terpadu Ma‟arif Gunungpring
LAMPIRAN 38 RPP Matematika SD Terpadu Ma‟arif Gunungpring
LAMPIRAN 39 Nilai Rapot Diaz Shintawati SD Terpadu Ma‟arif Gunungpring
LAMPIRAN 40 Lembar Persetujuan Pembimbing
LAMPIRAN 41 Lembar Bimbingan Tesis
LAMPIRAN 42 Lembar Persetujuan Proposal
LAMPIRAN 43 Pengantar Bimbingan Tesis
LAMPIRAN 44 Permohonan Izin Penelitian
LAMPIRAN 45 Surat Keterangan Penelitian
LAMPIRAN 46 Dokumentasi Penelitian
1 A. Latar Belakang Masalah
Berbagai perubahan di era global yang ditandai dengan WTO, AFTA, APEC membuat masyarakat (baca; masyarakat keagamaan) di masa depan akan sangat terbuka disertai ketergantungan kultur yang bersifat global. Tenaga kerja dari luar negeri yang akan masuk ke tanah air tidak dapat dibendung. Kecendrungan ini diperkuat oleh laju perkembangan teknologi informasi yang dengan mudah diakses dan dapat mengubah sikap moral, sosial dan intelektual seseorang dalam waktu cepat.1
Tantangan di era globalisasi menuntut respons tepat dan cepat dari sistem pendidikan Islam secara keseluruhan. Jika kaum Muslimin tidak hanya ingin sekedar bertahan di tengah persaingan global yang semakin tajam dan ketat, tetapi juga mampu tampil di depan, maka reorientasi pemikiran mengenai pendidikan Islam dan rekonstruksi sistem dan kelembagaan merupakan keniscayaan. Umat Islam tidak boleh berpangku tangan dan menonton dari luar seluruh perkembangan yang terjadi.
Sejalan dengan perkembangan pendidikan Islam, khususnya ketika pendidikan Islam dilaksanakan dalam bentuk formal, kurikulum pada lembaga-lembaga pendidikan Islam mengalami perkembangan. Puncak perkembangannya terjadi pada masa kemajuan peradaban Islam klasik pertengahan.
1
2
Ketika Islam memasuki zaman kemundurannya, pandangan monisme terhadap ilmu pengetahuan dalam dunia pendidikan mengalami perubahan dan reduksi. Salah satu perubahan yang sangat mendasar adalah lahirnya pandangan dikotomis, yaitu pandangan yang memisahkan ilmu pengetahuan umum dan pengetahuan keagamaan. Menurut Nasution, sejak kurun itu pengetahuan umum (pengetahuan produk nalar) dianggap terpisah dari pengetahuan keagamaan dan dianggap sebagai pengetahuan pelengkap dan bahkan “dimakruhkan”.2
Di Indonesia telah terjadi dikotomi yang cukup mendasar dan meluas. Dikotomi tersebut terjadi dalam bentuk pemisahan kelembagaan pendidikan umum (nasional) dan lembaga keagamaan (Islam). Begitu juga telah terjadi pemisahan antara mata pelajaran umum dan mata pelajaran agama.
Upaya untuk menyelsaikan persoalan dikotomi bukannya tidak ada. Menurut Fazlur Rahman terdapat dua pola yang pernah dilakukan di berbagai negara muslim. Pertama, dengan menerima pendidikan sekuler moderen sebagaimana telah berkembang secara umum di Barat dan mencoba untuk “mengislamkannya” dengan cara mengisinya konsep-konsep tertentu dari Islam.
Kedua, dengan cara menggabungkan atau memadukan cabang-cabang pengetahuan moderen dengan cabang-cabang pengetahuan keislaman tradisional yang diberikan secara bersama-sama di suatu lembaga pendidikan Islam.3 Pola pendidikan terpadu sebagaimana digambarkan oleh Fazlur Rahman di atas tampaknya hampir mirip dengan apa yang yang telah dilaksanakan pada pendidikan Islam di Indonesia.
2
Syaifuddin Sabda, Model Kurikulum Terpadu IPTEK dan IMTAQ, Ciputat: Ciputat Press Group, 2006, 3.
3
3
Persoalan dikotomi dalam pendidikan Islam, hingga kini masih belum terselesaikan dengan baik, khususnya upaya untuk menciptakan pembelajaran yang dapat mengarah pada upaya pemaduan ilmu pengetahuan umum dan pengetahuan agama. Berdasarkan kondisi yang dialami lembaga pendidikan Islam serta gagasan pengembangan lembaga pendidikan Islam, maka salah satu upaya yang sangat perlu dilakukan adalah rekonstruksi ulang konsep kurikulum mata pelajaran umum yang diterapkan di madrasah selama ini. Dalam kaitan itu pengembangan model kurikulum terpadu sangat perlu diwujudkan.
Mengutip pendapat Audrey dan Howard Nichools, Oemar Hamalik mengemukakan bahwa pengembangan kurikulum (curriculum development)
adalah the planning of learning opportunities intended to bring about certain desired in pupils, and assessment of the extend to which these changes have taken place.4 Artinya, pengembangan kurikulum adalah perencanaan kesempatan-kesempatan belajar yang dimaksudkan untuk membawa peserta didik ke arah perubahan-perubahan yang diinginkan serta menilai hingga sejauh mana perubahan-perubahan itu terjadi pada diri peserta didik.
Kurikulum terpadu pada hakekatnya bukan merupakan istilah tersendiri, tetapi merupakan bagian dari model konsep kurikulum. Mengutip pendapat Fogarty, Syaifuddin Sabda mengemukakan kurikulum terpadu (integrated curriculum) sebagai suatu model kurikulum yang dapat mengintegrasikan skills,
4
4
themes, concepts, and topics secara inter dan antar disiplin atas penggabungan keduanya.5
Sekolah Islam dalam konteks ini adalah sekolah atau lembaga pendidikan umum yang bernapaskan Islam.6 Pada umumnya, model lembaga pendidikan ini diselenggarakan oleh yayasan maupun organisasi Islam, seperti Muhammadiyah, Nahdatul Ulama, Hidayatullah, Al-Irsyad, dan lain-lain. Jika dilihat dari perspektif sejarah, sekolah Islam merupakan perkembangan lebih lanjut dari sistem sekolah Belanda. Sistem tersebut mulai diadopsi pertama kali oleh Muhammadiyah sejak organisasi ini berdiri, dengan mengambil alih sistem sekolah Belanda dan memasukkan agama Islam sebagai mata pelajaran wajib.
Kemunculan sekolah Islam yang paling fenomenal pada orde reformasi adalah sekolah Islam terpadu, mulai dari Sekolah Dasar Islam Terpadu, Sekolah Menengah Pertama Islam Terpadu hingga Sekolah Menengah Atas Islam Teroadu. Dengan adanya sekolah-sekolah terpadu tersebut, kemudian muncullah Jaringan Sekolah Islam Terpadu (JSIT) di seluruh Indonesia.7
Sekolah terpadu dalam praktiknya melakukan pengembangan kurikulum dengan cara memadukan kurikulum Pendidikan Nasional (Kemendiknas), kurikulum pendidikan agama Islam yang ada di Kementrian Agama (Kemenag), dan ditambah dengan kurikulum hasil kajian Jaringan Sekolah Islam Terpadu (JSIT).
5
Syaifuddin Sabda, Model Kurikulum..., 27-28. 6
Zainal Arifin, Pengembangan Manajemen Mutu Kurikulum Pendidikan Islam, Yogyakarta:Diva Press, 2012, 29.
7
5
Bentuk pengembangan waktu belajar di sekolah terpadu menggunakan sistem full day school, di mana sistem ini merupakan ciri khas sekolah terpadu. Pembelajaran dengan sistem full day school mengharuskan sekolah merancang perencanaan pembelajaran dari pagi hingga sore. Full day school adalah sekolah sepanjang hari atau proses belajar mengajar yang dilakukan mulai pukul 06.45-15.00 dengan durasi istirahat setiap dua jam sekali.8
Proses pembelajaran full day school sejalan dengan paradigma baru dalam bidang pembelajaran yaitu dari teaching (mengajar) menjadi learning (belajar). Dengan perubahan ini proses pendidikan menjadi “proses bagaimana belajar
bersama antara guru dan peserta didik”.
Ketertarikan peneliti untuk meneliti pengembangan kurikulum terpadu sistem full day school yaitu pengaplikasian beberapa kurikulum yang mempunyai ciri khas tersendiri menjadi suatu kurikulum yang terpadu yang dapat dikembangkan di sebuah lembaga pendidikan. Di samping itu perkembangan kurikulum yayasan akan memberikan performa yang berbeda. Sistem pembelajaran full day school mengaplikasikan antara kurikulum Diknas, Kemenag, dan Yayasan.
Ada beberapa hal yang menarik peneliti untuk mengadakan penelitian di SD Muhammadiyah 1 Alternatif Kota Magelang, SDIT Ihsanul Fikri Kota Magelang, dan SD Terpadu Ma‟arif Gunungpring Magelang, yaitu (1) adanya perbedaan bentuk pengembangan kurikulum, (2) perbedaan visi dan misi, (3) program pembelajaran full day school. Secara sekilas yang menjadi ukuran
8
6
lembaga ini bermutu, dilihat dari out put sekolah tersebut yang banyak diterima di Sekolah Menengah Pertama favorit dan banyaknya prestasi siswa dalam perlombaan akademik maupun non akademik, mulai tingkat lokal, regional, dan nasional serta terakreditasi A.
B. Rumusan Masalah
Penelitian yang diberi judul “Pengembangan Kurikulum Terpadu Sistem Full Day School” didasarkan pada keinginan untuk menyingkap pengembangan
kurikulum terpadu, khususnya strategi yang dikembangkannya dengan menggunakan sistem full day school dalam meningkatkan kualitas pendidikan. Sehubungan dengan itu, permasalahan yang ada dalam judul tersebut dapat diidentifikasikan sebagai berikut.
Berbagai permasalahan dapat diidentifikasikan berkaitan dengan judul di atas, di antaranya (1) corak kurikulum yang dikembangkan, (2) orientasi pendidikan dalam kaitannya pada upaya pencapaian kualitas pendidikan dengan penerapan penambahan jam belajar, (3) konsep pengembangan kurikulum terpadu, (4) model dan desain kurikulum terpadu, (5) implementasi model kurikulum terpadu, (6) orientasi penyelenggara pendidikan, dan (7) konsep manajemen pendidikan.
Sebagaimana terlihat dalam identifikasi, ternyata banyak masalah yang diungkap dari judul di atas. Tesis ini hanya membatasi masalah kajiannya pada pengembangan kurikulum terpadu dengan menggunakan sistem full day school
7
juga mengungkapkan konsep pengembanga kurikulum terpadu, desain kurikulum terpadu dan implementasi kurikulum terpadu.
Pemilihan masalah ini didasarkan pada pemikiran bahwa kurikulum pada lembaga-lembaga pendidikan Islam mengalami perkembangan ketika pedidikan Islam dilaksanakan dalam bentuk pendidikan formal. Sebagaimana diketahui bahwa pendidikan Islam memiliki corak tersendiri yang berbeda dengan sistem pendidikan lainnya. Salah satu contoh perbedaan yang dapat dilihat adalah muatan muatan pelajaran keagaaman lebih banyak dibandingkan dengan sekolah umum.
Sesuai dengan pembatasan masalah yang telah ditentukan, maka masalah penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Bagaimana konsep pengembangan kurikulum terpadu sistem full day school
di SD Muhammadiyah 1 Alternatif Kota Magelang, SDIT Ihsanul Fikri Kota Magelang dan SD Terpadu Ma‟arif Gunungpring Magelang tahun pelajaran 2013/2014?
2. Bagaimanakah model desain pengembangan kurikulum terpadu sistem full day school di SD Muhammadiyah 1 Alternatif Kota Magelang, SDIT Ihsanul Fikri Kota Magelang dan SD Terpadu Ma‟arif Gunungpring Magelang tahun pelajaran 2013/2014?
3. Bagaimanakah implementasi pengembangan kurikulum terpadu dalam sistem
full day school di SD Muhammadiyah 1 Alternatif Kota Magelang, SDIT Ihsanul Fikri Kota Magelang dan SD Terpadu Ma‟arif Gunungpring
8 C. Signifikansi Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bertujuan untuk menemukan data tentang konsep pengembangan kurikulum terpadu sistem full day school di SD Muhammadiyah 1 Alternatif Kota Magelang, SDIT Ihsanul Fikri Kota Magelang dan SD Terpadu Ma‟arif Gunungpring Magelang.
2. Bertujuan untuk menjelaskan desain pengembangan kurikulum terpadu sistem full day school di SD Muhammadiyah 1 Alternatif Kota Magelang, SDIT Ihsanul Fikri Kota Magelang dan SD Terpadu Ma‟arif Gunungpring Magelang.
3. Bertujuan untuk menjelaskan implementasi pengembangan kurikulum terpadu sistem full day school di SD Muhammadiyah 1 Alternatif Kota Magelang, SDIT Ihsanul Fikri Kota Magelang dan SD Terpadu Ma‟arif
Gunungpring Magelang.
9
meneliti lebih lanjut tentang pengembangan kurikulum terpadu pada kasus lainnya untuk memperkaya, memperkuat dan membandingkan temuannya.
Manfaat praktis yang akan diperoleh dari hasil penelitian ini adalah untuk dijadikan sebagi salah satu alternatif atau solusi pelaksanaan sistem pendidikan saat ini khususnya penerapan kurikulum terpadu akan sangat bermanfaat bagi masyarakat, khususnya bagi penyelenggara pendidikan Islam. Hasil pelenitian ini juga dapat dijadikan sebagai acuan bagi guru-guru lembaga pandidikan Islam dalam mengembangkan kurikulum khususnya tentang bagaimana mendesain dan mengimplementasikan kurikulum dan pembelajaran yang dapat memadukan mata pelajaran umum dan agama., dan dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan bagi lembaga sekolah untuk membuat desain kurikulum yang ideal dan berkualitas.
D. Kajian Pustaka
masing-10
masing guru bidang studi atau mata pelajaran kurikulum yang digunakan tetap mengacu pada kurikulum nasional (Kurikulum Kemendinas & Kemenag).
Pengorganisasian kurikulum sistem full day school di MTsN Malang 1, di bawah koordinasi kepala madrasah dibantu wakil kepala urusan kurikulum MTsN Malang 1, mereka mengatur pembagian tugas mengajar dan menyusun jadwal pelajaran. Dalam bidang implementasi dapat ditunjukan bahwa pembelajaran
full day school menggambarkan bahwa guru mengajar dari jam 6.40 sampai 15.30 karena ada penambahan jam pelajaran, dilaksanakan pada jam regular, program yang utuh, dengan harapan lulusannya berkualitas.
Dalam bidang evaluasi telah dilakukan secara rutin evaluasi kurikulum sistem full day school, evaluasi dilakukan setiap akhir tahun melalui angket untuk melihat informasi dari guru, siswa, orang tua, dan juga dilihat dari nilai siswa dan hasil supervisi kepala madrasah. Evaluasi mempunyai tiga target, yaitu evaluasi untuk mengetahui; keberhasilan pembelajaran, memperbaiki program belajar, dan tingkat pencapaian tujuan pendidikan selanjutnya.9
Wahidun menemukan bahwa pada tahap perecanaan pengembangan kurikulum terpadu dengan sistem full day school di SDIT Luqman Al Hakim meliputi latar belakang pengembangan kurikulum terpadu yang mengacu pada kurikulum terakhir berjalan kemudian dari pihak sekolah melakukan pengembangan–pengembangan. Landasan pengembangan kurikulum terpadu mencakup visi, misi, arah tujuan pengembangan, tujuan institusi, dan tujuan
9
11
operasional. Dalam tahap pengorganisasian pengembangan kurikulum terpadu terdiri dari pengorganisasian tugas mengajar. Implementasi pengembangan kurikulum terpadu meliputi strategi dan media belajar yang diorientasikan dan mendukung kegiatan belajar mengajar termasuk sistem full day school dengan tetap mengunakan misi ke-IT-an. Sedangkan evaluasi pengembangan kurikulum meliputi evaluasi terhadan in put siswa baru dan evaluasi pelaksanaaan hasil belajar.10
Dayun Riadi mengemukakan bahwa dalam peranya sebagai lembaga pendidikan full day school, yaitu dengan memperhatikan, menjaga, dan mengembangkan mutu dari hardware, software, dan brainware. Hal yang menarik dari pengelolaan ini adalah pada segi software dan brainware, dimana SDIT Luqman Al-Hakim menggunakan Integrated Curiculum dengan didukung program everyday with Qur’an, program Tahfidzul Qur’an, dialog Comunicative-intenvetativ, program pengajian khusus untuk orang tua wali murid dalam forum POMG dan program Tahfidzul Qiroati khusus untuk orang tua wali murid (pro TAQOM). Upaya peningkatan mutu secara total di SDIT Luqman al-Hakim meliputi: mutu produk, jasa, proses, SDM dan lingkunganya.11
Asfirotul Qoyimah mengungkapkan bahwa sistem pengembangan full day school sudah banyak diharapkan oleh orang tua pada masa sekarang, apalagi bagi orang tua yang sibuk bekerja di luar rumah. Orang tua akan merasa tenang dengan
10
Wahidun, Manajemen Pengembangan Kurikulum Terpadu dengan Sistem Full Day School (Studi Kasus di SDIT Luqman Al-Hakim Yogyakarta), Tesis, Program Pascasarjanan IAIN Sunan Kalijaga, 2000.
11
12
menyekolahkan anak pada full day school, pendidikan dan pergaulan anak lebih terjamin. Anak akan mendapat lima pendidikan sekaligus yaitu spiritual, kemandirian, sosilisasi, emosional dan intelektual.12
Teguh Pramono menyimpulkan hasil penelitian pengembangan kurikulum yang dilaksanakan SDIT Luqman al-Hakim bermula dari menggabungkan dua buah kurikulum, yaitu kurikulum Sekolah Dasar (SD) dan kurikulum Madrasah Ibtidaiyah (MI) dengan memberikan nuansa Islam dalam setiap mata pelajaran. Inilah yang kemudian disebut pendidikan terpadu. Untuk mengakomodasi kurikulum tersebut SDIT Luqman al-Hakim menggunakan sistem full day school.13
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Akhsanul Fuadi menunjukkan bahwa kurikulum Islam terpadu menurut SMPIT Abu Bakar keterpaduan dalam mengimplementasikan ayat-ayat qauliyah dengan ayat-ayat kauniyah dalam pembelajarannya, agar tidak ada dikotomi dalam ilmu, penilaian sebagai bagian dari evaluasi kurikulum belum sepenuhnya mencerminkan konsep kurikulum Islam Terpadu yang diterapkan di SMPIT Abu Bakar, karena ada beberapa hal yang tidak menjadi bagian dari penelitian, di antaranya adalah kompetensi al-Qur‟an yang dijadikan sebagai program unggulan.14
12
Asfirotul Qoyimah, Konsep Dasar Pemikiran Sistem Pembelajaran Full Day School (Analisis Implementasi terhadap Konsep Dasar Sistem Pembelajaran di TKIT Muadz bin Jabal Kota Gede Yogyakarta), Tesis, Program Pascasarjana IAIN Sunan Kalojaga, 2004.
13
Teguh Pramono, Pengembangan Kurikulum pada Sekolah Dasar Islam Terpadu (SDIT) Luqman al-Hakim Daerah Istimewa Yogyakarta, Tesis, Program Pascasarjana Universitas Islam Malang, 2004.
14
13
Zakiyuddin Baidhawy berpendapat perubahan-perubahan dalam lembaga pendidikan Islam pasca reformasi lebih melukiskan pola kultural dalam perubahan sosial. Perubahan ini dimulai dari upaya penyadaran melalui dua tingkatan: pada tingkatan individu penyadaran dilakukan dengan mengubah cara berpikir masyarakat secara individual, dan pada tingkatan kolektif penyadaran dilakukan dengan perubahan perilaku sosial. Dua upaya penyadaran ini menempatkan agama (baca; Islam) sebagai kekuatan moral, intelektual dan inspirasional bagi perilaku individu dan kolektif.15
Nanang Syafi‟udin berpendapat bahwa aktivitas anak yang kurang produktif diarahkan menjadi lebih produktif dengan menambah jam belajarnya lebih lama dari pada sekolah umum. Anak-anak dididik, diatur dan difasilitasi oleh sekolah, sebagai contoh sekolah yang berlabel Islam dengan model full day school menanamkan nilai-nilai ritual keagamaan dengan salat jama‟ah setiap harinya, dengan adanya pembiasaan akan timbul kesadaran untuk salat berjamaah tanpa di perintah, selain itu banyak pula kegiatan prospektif seperti pembelajaran bahasa asing dan aplikasi computer.16 Sistem full day school merupakan lembaga yang terbukti efektif dalam mengaplikasikan kemampuan siswa dalam segala hal, seperti aplikasi PAI yang mencakup semua ranah baik kognitif, afektif maupun psikomotorik dan juga kemampuan bahasa asing.17
15
Zakiyuddin Baidhawy, Transformasi Pendidikan Islam Pascareformasi: Studi tentang Sekolah Dasar Islam dengan Sistem Integrasi, Jurnal Penelitian Sosial Keagamaan, Inferensi, 2007, 1-17.
16Nanang Syafi‟udin. Menanamkan Nilai-Nilai spiritual Sejak Dini. (Jawa Pos dalam Prokon Aktivis, Sabtu 17 Maret 2007), 4.
17
14
Dari penelitian terdahulu di atas terdapat penelitian yang membahas mengenai manajemen pengembangan kurikulum terpadu dengan menerapkakn sistem full day school disebuah lembaga pendidikan. Dapat dilihat bahwa penelitian tesis ini berbeda dengan penelitian sebelumnya, penelitian ini difokuskan pada pengembangan kurikulum terpadu sistem full day school
meliputi konsep, desain dan implementasi serta penelitian dilakukan di tiga lembaga pendidikan yaitu SD Muhammadiyah 1 Alternatif Kota Magelang, SDIT Ihsanul Fikri Kota Magelang dan SD Terpadu Ma‟arif Gunungpring Magelang dengan menggunakan metode kualitatif.
E. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Menurut jenisnya penelitian ini adalah penelitian lapangan. Yakni suatu penelitian yang bertujuan melaksanakan studi yang mendalam mengenai sesuatu unit sosial sedemikian rupa sehingga menghasilkan gambaran yang terorganisir dengan baik dan lengkap mengenai unit sosial tersebut.18 Sehingga dapat dikatakan bahwa penelitian ini bersifat deskriptif kualitatif. Artinya, penulis menganalisis dan menggambarkan penelitian secara objektif dan mendetail untuk mendapatkan hasil yang akurat.
Sedangkan penelitian deskriptif adalah penelitian yang berusaha menggambarkan kegiatan penelitian yang dilakukan pada objek tertentu
18
15
secara jelas dan sistematis. Dalam penelitian ini mereka melakukan eksplorasi, menggambarkan dengan tujuan untuk dapat menerangkan dan memprediksi terhadap suatu gejala yang berlaku atas dasar data yang diperoleh di lapangan.19
Penelitian kualitatif sifatnya deskriptif karena data yang dianalisis tidak untuk menerima atau menolak hipotesis (jika ada), melainkan hasil analisis itu berupa deskriptif dari gejala-gejala yang diamati.20
Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif deskriptif karena melalui pengamatan partisipatif dengan tujuan untuk menggambarkan apa adanya dan mengungkap bagaimana pengembangan kurikulum terpadu sistem full day school di SD Muhammadiyah 1 Alternatif, SDIT Ihsanul Fikri Kota Magelang, dan SD Terpadu Ma‟arif Gununggpring
Magelang. 2. Subjek Penelitian
Dalam penelitian ini diperlukan subjek penelitian yang dijadikan sebagai informan. Subjek dipilih dan difokuskan pada orang-orang yang kompeten dan paham terhadap data-data yang digali dan diperlukan dalam penelitian ini. Informan dalam penelitian di antaranya adalah kepala sekolah, guru dan para praktisi di lapangan masing-masing.
Tempat penelitian ini adalah SD Muhammadiyah 1 Alternatif Kota Magelang, SDIT Ihsanul Fikri Kota Magelang dan SD Terpadu Ma‟arif
19
Sukardi, Metodologi Penelitian Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara, 2009, 14. 20
16
Gunungpring Magelang. SD Muhammadiyah 1 Alternatif Kota Magelang memiliki berbagai prestasi akademik dan non akademik. Prestasi siswa dalam tiga tahun terakhir nilai Ujian Nasional tertinggi tingkat Kota. Memiliki manajemen yang kokoh dan mampu menggerakan selurh potensi yang mengembangkan kreativitas civitas akademika.
Adapun SDIT Ihsanul Fikri Kota Magelang mempunyai tenaga akademik yang handal dalam pemikiran, memiliki kemampuan antisipasi masa depan yang proaktif, dan banyak memperoleh prestasi baik akademik maupun non akademik.
Sedangkan SD Terpadu Ma‟arif Gunungpring Magelang
17 3. Pendekatan Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif yang lebih menekankan analisisnya pada proses penyimpulan, induktif serta pada analisis terhadap dinamika hubungan antar fenomena yang dicermati, dengan menggunakan logika ilmiyah.21 Data dikumpulkan dengan latar belakang alami (natural setting) sebagai sumber data langsung. Pemaknaan terhadap data tersebut hanya dapat dilakukan apabila diperoleh kedalaman atas fakta yang diperoleh.
Penelitian ini diharapkan dapat menemukan sekaligus mendeskripsikan data secara menyeluruh dan utuh mengenai pengembangan kurikulum terpadu sisitem full day school di SD Muhammadiyah 1 Alternatif Kota Magelang, SDIT Ihsanul Fikri Kota Magelang dan SD Terpadu Ma‟arif Gunungpring Magelang. Menurut Suharsimi, ada tiga macam pendekatan yang termasuk ke dalam penelitian deskriptif, yaitu penelitian kasus atau studi kasus, penelitian kausal komparatif dan penelitian korelasi.22
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan multi kasus karena peneliti memusatkan perhatian pada beberapa kasus secara intensif dan mendetail subyek yang diteliti sebagai kasus. Peneliti berusaha menggambarkan keadaan sebenarnya SD Muhammadiyah 1 Alternatif Kota Magelang, SDIT Ihsanul Fikri Kota Magelang dan SD
21
Syarifuddin Azwar, Metode ...,75. 22
18
Terpadu Ma‟arif Gunungpring Magelang, letak geografis sekolah, keadaan siswa dan guru, serta mengenai pengembangan kurikulum terpadu sistem full day school pada sekolah tersebut.
4. Instrumen Pengumpulan Data
Instrumen yang utama ialah peneliti sendiri. Pada awal penelitian penelitilah alat satu-satunya. Ada kemungkinan hanya dialah merupakan alat sampai akhir penelitian. Adapun instrumen lain yang digunakan dalam penelitian ini antara lain: tape recorder, kamera, alat perekam video, catatan lapangan dan peneliti adalah instrumen itu sendiri.
5. Teknik pengumpulan data
Dalam penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut:
a. Metode observasi
Sesuai dengan setting yang dikehendaki. Teknik ini digunakan dengan tujuan untuk mengetahui bagaimana implementasi pengembangan kurikulum terpadu dan sistem full day school dalam pembelajaran baik di SD Muhammdiyah 1 Alternatif, SDIT Ihsanul Fikri Kota Magelang maupun di SD Terpadu Ma‟arif
Gunungpring.
19
Gunungpring yang kami obsevasi meliputi: kegiatan pembelajaran harian dan kegiatan kediniyahan kelas 1.
b. Metode wawancara
Pertimbangan digunakan teknik ini adalah untuk memperoleh data dari sumbernya secara langsung dengan berbagai pihak yang terlibat langsung dalam pembelajaran di SD Muhammadiyah 1 Alternatif antara lain dengan bapak Salamun, bapak Mustaqim, dan ibu Elin. SDIT Ihsanul Fikri pihak sekolah dengan bapak Abdul Rozak, ibu Rida, dan bapak Erwanto. Sedangkan di SD Terpadu Ma‟arif
Gunungpring pihak pihak sekolah dengan bapak Agus Santosa, ibu Wahyu, bapak Saiful dan ibu Weni.
c. Metode dokumentasi
Metode ini dipergunakan untuk memperoleh data yang berkaitan fokus penelitian. Pengumpulan data dilakukan dengan menyelidiki benda-benda tertulis seperti buku kurikulum, jadwal pelajaran, struktur organisasi, dan dokumen pendukung lainnya.
20 6. Keabsahan Data
Ada tiga kegiatan untuk mengecek keabsahan data dalam penelitian ini, yaitu: kredibilitas (credibility), dependabilitas (dependability) dan konfirmabilitas (confirmability). Kredibiltas data adalah upaya peneliti untuk menjamin kesahihan data dengan mengkonfirmasikan antara data yang diperoleh dengan obyek penelitian. Tujuannya adalah untuk membuktikan bahwa apa yang diamati peneliti sesuai dengan apa yang sesungguhnya ada dan sesuai dengan apa yang sebenarnya terjadi pada obyek penelitian.23
Agar data tetap valid dan terhindar dari kesalahan dalam menformulasikan hasil penelitian, maka kumpulan interpretasi data yang ditulis dikonsultasikan dengan berbagai pihak untuk ikut memeriksa proses penelitian yang dilakukan peneliti, agar temuan peneliti dapat dipertahankan dan dipertanggungjawabkan secara ilmiah.
Konfirmabilitas dalam penelitian ini dilakukan bersamaan dengan dependabilitas, perbedanya terletak pada orientasi penelitiannya. Konfirmabilitas digunakan untuk menilai hasil penelitian, terutama berkaitan dengan deskripsi temuan penelitian dan diskusi hasil penelitian. Sedangkan dependabilitas digunakan untuk menilai proses penelitian, mulai pengumpulan data sampai bentuk laporan yang tersetruktur dengan baik.
23
21
Untuk menetapkan keabsahan data diperlukan teknik pemeriksaan data. Pelaksanaan teknik pemeriksaan data didasarkan pada derajat kepercayaan (kredibilitas). Derajat kepercayaan ini berfungsi untuk: melaksanakan inkuiri sedemikian rupa sehingga tingkat kepercayaan penemuannya dapat dicapai dan untuk mempertunjukkan derajat kepercayaan hasil-hasil penemuan dengan jalan pembuktian oleh peneliti pada kenyataan ganda yang sedang diteliti.24
Berbagai cara dapat dilakukan untuk memenuhi kriteria derajat kepercayaan (kredibilitas) antara lain:25
a. Memperpanjang masa observasi: harus cukup waktu untuk betul-betul mengenal suatu lingkungan, mengadakan hubungan baik dengan orang-orang di sana, mengenal kebudayaan lingkungan dan mengecek kebenaran informasi.
b. Pengamatan yang menerus: dengan pengamatan yang terus-menerus dapat memperhatikan sesuatu secara lebih cermat.
c. Triangulasi: data atau informasi yang telah dikumpulkan dalam suatu penelitian kualitatif perlu diuji keabsahannya melalui teknik triangulasi metode: jika informasi atau data yang berasal dari hasil wawancara misalnya, perlu diuji dengan hasil observasi dan seterusnya. Selain itu juga triangulasi sumber: jika informasi tertentu misalnya ditanyakan kepada responden yang berbeda atau antara
24
Lexy. J. Moleong, Metode Penelitian…, 324. 25
22
responden dan dokumentasi.26 Untuk menguji keakuratan data digunakan trianggulasi metode pengumpulan data yaitu dengan cara menggunakan beberapa cara pengumpulan data seperti observasi, wawancara mendalam dan dokumentasi.27
d. Membicarakan dengan orang lain: diskusi dilakukan dengan orang yang sebaya dengan peneliti, menghindari yang senior agar tidak terpengaruh otoritasnya, dan menghindari yunior karena orang seperti ini enggan memberikan kritik. Orang itu hendaknya tidak terlibat dalam penelitian agar pandangannya lebih netral.
e. Menganalisis kasus negatif: kasus negatif adalah kasus yang tidak sesuai dengan hasil penelitian hingga saat tertentu. Selama masih ada kasus-kasus demikian penelitian harus dilanjutkan sampai kasus ini tuntas tercakup dalam kesimpulan yang diambil.
f. Menggunakan bahan referensi: sebagai bahan referensi untuk meningkatkan kepercayaan akan kebenaran data, dapat digunakan hasil rekaman atau video atau dokumentasi.
g. Mengadakan member check: salah satu cara yang sangat penting melakukan member check dengan cara pada akhir wawancara kita ulangi dalam garis besarnya, berdasarkan catatan kita dengan maksud memperbaiki kekeliruan atau menambah apa yang masih kurang.
26
Hamidi, Metode Penelitian Kualitatif, Malang: Universitas Muhammadiyah Malang, 2004, 83.
27
23 7. Analilsis Data
Analisis data penelitian kualitatif dimulai dengan menyusun fakta-fakta hasil temuan lapangan. Kemudian peneliti membuat diagram-diagram, tabel, gambar-gambar, dan bentuk-bentuk pemaduan fakta lainnya. Hasil analisis data, diagram, bagan, tabel, dan gambar-gambar tersebut diinterpretasikan, dikembangkan menjadi proposisi dan prinsip-prinsip.28
Untuk menganalisa data penulis menggunakan analisis data deskriptif kualitatif dan analisis komparatif. Analisis data deskriptif kualitatif dengan langkah: reduksi data, display data, mengambil kesimpulan. Analisis data deskriptif komparatif dengan membandingkan hasil temuan peneliti.
Adapun langkah-langkah yang peneliti lakukan dalam analisis data antara lain: 29
a. Mengumpulkan dan menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber wawancara, observasi, maupun dokumentasi dan juga foto-foto kegiatan.
b. Mengadakan reduksi data: data yang diperoleh di lapangan ditulis dalam bentuk karangan atau laporan terinci, disusun lebih sistematis,
28
Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2008, 115.
29
24
ditonjolkan pokok-pokok yang penting dan dibuat susunan yang lebih sistematis.
c. Display data: untuk dapat melihat gambaran gambaran keseluruhan atau bagian tertentu dari penelitian diusahakan peneliti membuat tabel atau diagram yang berupa pedoman penelitian baik dokumentasi, wawancara maupun observasi.
d. Membuat kesimpulan dengan menggunakan metode induktif yaitu dengan jalan mengumpulkan fakta-fakta khusus untuk diambil kesimpulan yang bersifat umum.
F. Sistematika Penulisan
Bab I pendahuluan yang berisi tentang: latar belakang masalah, rumusan masalah dan batasan masalah, signifikansi penelitian, kajian pustaka, metode penelitian, dan sistematika penulisan.
Bab II kajian teori yang terdiri atas: (1) pengembangan kurikulum, yang mencakup tentang pengertian kurikulum dan konsep pengembangan kurikulum; (2) pengembangan kurikulum terpadu, meliputi pengertian kurikulum terpadu, konsep dasar kurikulum terpadu, tujuan kurikulum terpadu, model dan desain kurikulum terpadu, dan implementasi kurikulum terpadu; dan (3) full day school meliputi pengertian full day
school dan tujuan pembelajaran full day school. Bab III penyajian data dan temuan hasil penelitian yang mencakup
25
terpadu sistem full day school di SD Muhammadiyah 1Alternatif Kota Magelang, SDIT Ihsanul Fikri Kota Magelang dan SD Terpadu Ma‟arif
Gunungpring Magelang.
Bab IV pembahasan dan analisi penelitian yang meliputi model desain dan implementasi pengembangan kurikulum terpadu sistem full day school di SD Muhammadiyah 1Alternatif Kota Magelang, SDIT Ihsanul Fikri Kota Magelang dan SD Terpadu Ma‟arif Gunungpring
Magelang.
26 A. Pengembangan Kurikulum
1. Pengertian Kurikulum
Secara etimologi, krikulum berasal dari bahasa Yunani, yaitu curir
yang artinya berlari dan curere yang berarti tempat berpacu.30 Dalam bahasa Latin, kurikulum berasal dari kata curriculum yang berarti a running course, or race course, especially a chariot race course. Sedangkan dalam bahasa Perancis, kurikulum dikaitkan dengan kata courier yang artinya to run, berlari. Kemudian istilah itu digunakan untuk sejumlah courses atau mata pelajaran yang harus ditempuh guna mencapai suatu gelar atau ijazah.31
Menurut Dakir, kurikulum adalah suatu program pendidikan yang berisikan berbagai bahan ajar dan pengalaman belajar yang diprogramkan, direncanakan dan dirancangkan secara sistemik atas dasar norma-norma yang berlaku yang dijadikan pedoman dalam proses pembelajaran bagi tenaga kependidikan dan peserta didik untuk mencapai tujuan pendidikan.32
Adapun menurut Oemar Hmalik, kurikulum adalah program pendidikan yang disediakan oleh lembaga pendidikan (sekolah) bagi peserta didik. Berdasarkan program pendidikan tersebut, peserta didik melakukan berbagai kegiatan belajar sehingga mampu mendorong perkembangan dan
30
Abdullah Idi, Pengembangan Kurikulum; Teori dan Praktik, Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2007, 183.
31
S. Nasution, Pengembangan Kurikulum, Bandung: Citra Aditya Bakti, 2003, 9. 32
27
pertumbuhan mereka sesuai dengan tujuan pendidikan yang telah ditetapkan. Kurikulum tidak terbatas pada sejumlah mata pelajaran, namun meliputi segala sesuatu yang dapat mempengaruhi perkembangan peserta didik, seperti bangunan sekolah, perpustakaan, karyawan tata usaha, halaman sekolah, dan lain-lain. Curriculum is interpreted to mean all of the organized courses activities, and experience which pupils have under the direction of school, whether in the classrom or not.33
Berdasarkan pendapat yang dikemukakan Oemar Hamalik di atas, kegiatan kurikuler tidak terbatas di dalam ruang kelas, tetapi juga mencakup kegiatan di luar kelas. Definisi kurikulum diatas dapat dijadikan pijakan para guru untuk melakukan kegiatan pembelajaran tidak hanya di dalam kelas tetapi di luar kelas.
Dalam Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional 2003 pasal 1 ayat 19, yang berbunyi: “Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu”.34
Dengan demikian kurikulum dipandang sebagai rencana dan pengaturan kegiatan pembelajaran yang berwujud dokumen tertulis sekaligus sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran.
33
Oemar Hamalik, Manajemen Pengembangan Kurikulum, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2007, 10.
34
28 2. Konsep Pengembangan Kurikulum
Mengutip pendapat Audrey dan Howard Nichools, Oemar Hamlik mengemukakan bahwa pengembangan kurikulum (curriculum development)
adalah the planning of the learning opportunities intended to bring about certain desired in pupils, and assessment of the extend to which these changes have taken place. Artinya, pengembangan kurikulum adalah perencanaan kesempatan-kesempatan belajar yang dimaksudkan untuk membawa peserta didik ke arah perubahan-perubahan yang diinginkan serta menilai hingga sejauh mana perubahan-perubahan itu terjadi pada diri peserta didik.35 Menurut Zainal Arifin, pengembangan kurikulum adalah sebuah siklus, suatu proses berulang yang tidak pernah berakhir. Proses kurikulum itu sendiri terdiri atas empat unsur, yaitu: tujuan, metode dan material, penilaian (assessment), dan umpan balik (feedback).36
Terdapat lima prinsip umum dalam pengembangan kurikulum.
Pertama, prinsip relevansi. Ada dua macam relevansi yang harus dimiliki kurikulum, yaitu relevansi ke luar dan relevansi di dalam kurikulum itu sendiri. Kedua, prinsip fleksibilitas. Kurikulum hendaknya memilih sifat lentur atau fleksibel. Kurikulum mempersiapkan anak untuk kehidupan sekarang dan yang akan datang, di sini dan di tempat lain, bagi anak yang memiliki latar belakang dan kemampuan yang berbeda.
Ketiga, prinsip kontinuitas atau kesinambungan. Perkembangan dan proses belajar anak berlangsung secara berkesinambungan, tidak
35
Oemar Hamalik, Manajemen Pengembangan..., 96-97. 36
29
putus ataupun berhenti-henti. Keempat, prinsip praktis. Kurikulum hendaknya mudah dilaksanakan menggunakan alat-alat sederhana dan biayanya murah. Prinsip ini juga disebut prinsip efisiensi. Kelima, prinsip efektivitas. Walaupun kurikulum tersebut harus murah dan sederhana tetapi keberhasilanya tetap harus diperhatikan.37
Dari uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa pengembangan kurikulum merupakan suatu proses perencanaan kesempatan-kesempatan belajar untuk peseta didik sesuai dengan prinsip-prinsip pengembangan kurikulum agar memperoleh perubahan-perubahan yang diinginkan pada peserta didik.
Pendidikan Islam mempunyai karakteristik tersendiri, dengan adanya pendidikan Islam diharapkan akan mampu membentuk generasimyang memiliki kekuatan iman, ilmu, dan amal yang bisa bersaing di masa mendatang., sebagaimana fungsi penciptaan manusia dalam QS Ad Dzariyat:56, yang berbunyi:
Artinya: Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.38
Dan berakhlak karimah serta mempersiapkan agar siap menjalankan fungsi kekhalifahannya yang menguasai dasar-dasar ilmu pengetahuan, berketeladanan sehingga mampu memimpin dan memelihara sendi-sendi
37
Nana Syaodih S., Pengembangan Kurikulum; Teori dan Praktek, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005, 150-151.
38
30
kehidupan untuk kemaslahatan kehidupan manusia, sebagaimana misi penciptaan manusia Allah berfirman:
Artinya: Dan Dia mengajarkan kepada Adam Nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada Para Malaikat lalu berfirman: "Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu mamang benar orang-orang yang benar!" (QS Al Baqarah: 31).39
Keberhasilan pelaksanaan kurikulum ini baik secara kuantitas maupun kualitas. Pengembangan suatu kurikulum tidak dapat dilepaskan dan merupakan penjabaran dari perencanaan pendidikan. Perencanaan di bidang pendidikan juga merupakan bagian yang dijabarkan dari kebijakan-kebijakan pemerintah di bidang pendidikan. Keberhasilan kurikulum akan mempengaruhi keberhasilan pendidikan.
B. Pengembangan Kurikulum Terpadu
1. Pengertian Kurikulum Terpadu
Kurikulum terpadu atau integrated curriculum secara istilah mengandung arti perpaduan, koordinasi, harmoni, kebulatan keseluruhan.
Integrated curriculum meniadakan batas-batas antara berbagai mata pelajaran dan menyajikan bahan pelajaran dalam bentuk unik atau keseluruhan. Dengan kebulatan bahan pelajaran diharapkan kita anak-anak mempunyai pribadi
39
31
integrated yakni manusia yang sesuai atau selaras hidupnya dengan sekitarnya.40
Intregated curriculum dilaksanakan melalui pengajaran unit. Menurut pendapat Caswell yang dikutip oleh S. Nasution menjelaskan bahwa suatu unit mempunyai tujuan yang bermakna bagi anak yang biasanya dituangkan dalam bentuk masalah. Untuk mencegahkan masalah tersebut anak-anak melakukan serangkaian kegiatan yang saling berkaitan menghadapkan anak kepada masalah berarti merangsangnya untuk berfikir dan ia merasa tidak puas sebelum memecahkan masalah tersebut.41
Sekolah-sekolah yang progresif cenderung meninggalkan kurikulum yang subject centered, karena dianggap tidak menghasilkan pribadi yang harmonis. Karena itu pelajaran disusun sebagai keseluruhan yang disebut
broad unit. Unit ini mengandung suatu soal atau masalah yang dipelajari anak selama beberapa bulan. Adapun beberapa ciri-ciri yang melekat pada unit antara lain:
a. Unit merupakan suatu keseluruhan yang bulat
Menurut definisinya unit itu merupakan suatu keseluruhan bahan pelajaran faktor yang menyatukan adalah masalah atau problem yang terkandung di dalam pokok yang akan diselidiki oleh para peserta didik.
40
S. Nasution, Azas-azas Kurikulum, Jakarta: Bumi Aksara, 2003, 176. 41
32
b. Unit menerobos batas-batas mata pelajaran
Unit tidak terbatas pada suatu atau beberapa mata pelajaran, melainkan menggunakan segala macam bahan untuk mencegah soal-soal yang terkandung dalam unit itu, batas-batas antara mata pelajaran sebenarnya diadakan oleh sarjana-sarjana dalam usaha mereka untuk menyusun ilmu pengetahuan.42
c. Unit didasarkan atas kebutuhan anak
Kebutuhan itu bersifat pribadi dan sosial ada kebutuhan anak yang timbul berkenaan dengan pertumbuhan jasmaniah dan perkembangan rohaniah di samping itu ada pula kebutuhan yang ditentukan oleh masyarakat dan kebudayaan tempat ia hidup.
d. Unit didasarkan pada pendapat-pendapat moderen mengenai cara belajar.
Belajar menurut cara unit sesuai dengan teori-teori yang pada saatnya moderen tentang belajar yakni berdasarkan minat dan kebutuhan anak. Unit senangtiasa dihubungkan dengan pengalaman-pengalaman anak.43
e. Unit memerlukan waktu yang panjang
Waktu yang cukup banyak diperlukan benar, bila kita ingin memperdalam pengertian dalam suatu hal.
42
S. Nasution, Azas-azas..., 198. 43
33 f. Unit itu life centered
Dalam unit digunakan setiap kesempatan untuk menghubungkan pelajaran disekolah dengan kehidupan sehari-hari, dengan pengalaman-pengalaman anak. Tentu saja masalah-masalah itu disesuaikan dengan kematangan anak dan kesanggupannya untuk memahaminya
g. Unit menggunakan dorongan-dorongan yang sewajarnya pada anak-anak
Dalam unit ini anak diberi kesempatan untuk berbuat, membentuk, bergerak, menyatakan perasaan dan pikirannya dengan bebas menyelidiki hal-hal yang sesuai dengan dorongan yang wajar, sehingga mereka belajar dengan gembira dan penuh minat.44
h. Dalam unit anak-anak dihadapkan pada situasi-situasi yang mengandung problema.
Anak-anak harus memecahkan masalah-masalah dengan menggunakan metode ilmiah seperti telah diuraikan di atas, yakni merumuskan masalah, menganalisisnya, mencari hipotesis kemudian mengumpulkan keterangan dan buku-buku, pengamatan sendiri atau percobaan-percobaan, kemudian mengambil kesimpulan.
i. Unit dengan sengaja memajukan perkembangan sosial pada anak-anak Siswa mendapat banyak kesempatan untuk bekerja sama dalam kelompok, misalkan dalam diskusi, membuat rencana mengumpulkan
44
34
bahan, dan sebagainya mereka belajar menerima dan memberi kecaman dalam suasana hormat menghormati.
j. Unit direncanakan bersama oleh guru dengan murid
Dalam pengajaran unit biasanya terdapat kerja sama antara guru dengan murid dalam membantu pokok untuk unit tersebut.45
Dari keterangan yang telah dipaparkan tersebut di atas, maka bisa ditarik kesimpulan bahwa kurikulum terpadu (terintegrasi) adalah kurikulum perpaduan antara beberapa jenis kurikulum yang dilaksanakan dalam satu jenjang jenis pendidikan. Perpaduan beberapa jenis kurikulum tersebut di antaranya kurikulum Kemendikbud, kurikulum Kemenag, kurikulum yayasan dan kurikulum murid.
2. Konsep Dasar Kurikulum Terpadu
Kurikulum terpadu pada hakekatnya bukan merupakan istilah tersendiri, tetapi ia juga merupakan bagian dari model konsep kurikulum. Dalam konteks ini para pakar kurikulum memiliki pandangan yang berbeda terhadap kurikulum terpadu, ada yang memandang hanya senbgai satu bentuk organisasi materi (content) kurikulum, sedangkan pakar lain ada pakar lain ada yang melihatnya sebagai suatu konsep kurikulum yang tidak sekedar peraturan isi/materi tersebut tetapi merupakan konsep kurikulum yang utuh. Menurut pendapat Kniep, Feige, dan Soodak yang dikutip oleh Syaifuddin Sabda mengemukakan sebagai berikut:
45
35
During the progressive education era, several educators proposed that curriculum integration was more than a sparated or union of conseptual and and organizational arrangements. Rather they considered it in relation to essential questions of knowledge and meaning that were belived relevant and essential to the learner.
Pada perkembangan awal, konsep kurikulum tepadu hanya merupakan bagian dari kurikulum sebagai sebuah rencana, yakni sekedar sebuah bentuk desain content/materi pelajaran, seperti istilah: integration, correlation, interdisciplinary, unit, fusi, broad filed, dan lain-lain. Perkembangan selanjunya konsep kurikulum tepadu telah dipandang bukan hanya sekedar pengaturan materi/content pelajaran dan bagian dari perencanaan, tetapi telah menjadi suatu model konsep kurikulum yang memiliki konsep yang utuh (baik sebagai ide, rencana, proses maupun hasil). Ia juga memiliki desain yang lebih lengkap (mulai dari rumusan tujuan, materi, strategi pembelajaran, dan evaluasi).46
Forgarty dalam Syaifuddin Sabda mendefinisikan kurikulum terpadu
(integrated curriculum) sebagai suatu model kurikulum yang dapat mengintegrasikan skills, themes, concepts, and topics secara inter dan antar disiplin atau penggabungan keduanya. Maurer dalam Syaifuddin Sabda mendefinisikan kurkulum terpadu (interdisciplinary curriculum) sebagai: “the organization and tarnfer of knowledge under a united or interdisciplinary theme”. Beane dalam Syaifuddin Sabda mendefinisikannya
46
36
sebagai model kurikulum yang menawarkan sejumlah kemungkinan tentang kesatuan dan keterkaitan antara kegiatan sehari-hari dengan pengalaman di sekolah atau pengalaman pendidikan.47
Konsep kurikulum berkembang sejalan dengan perkembangan teori dan praktik pendidikan, juga bervariasi sesuai dengan aliran atau teori yang dianutnya. Menurut pandangan lama, kurikulum merupakan kumpulan mata-mata pelajaran yang harus disampaikan guru atau siswa.48
Istilah kurikulum terpadu yang mereka gunakan berbeda, namun umumnya banyak menggunakan istilah integrasi (integrated curriculum) dan kurikulum antar dan interdisiplin (interdisciplinary curriculum). Kurikulum
interdisipliner menunjuk pada suatu pola pemanduan anatar dan inter bidang studi, baik dua atau lebih bidang studi. Adapun kurikulum integrasi memiliki
pola yang lebih terbuka dan luas. 3. Model dan Desain Kurikulum Terpadu
a. Pengembangan Kurikulum Model Maurer
Mengutip pendapat Maurer, Syaifuddin Sabda mengemukakaan enam unsur yang harus ada dalam sebuah desain kurikulum terpadu, yaitu: (1) tujuan umum (common objectives), (2) tema umum (common theme), (3) kerangka waktu (common ime frame), (4) pola sequen materi (diverse sequencing pattern), (5) strategi aplikasi pembelajaran (applied learning strategies), dan (6) bentuk pengukuran (varied assessment).49
47
Syaifuddin Sabda, Model Kurikulum...., 29-28. 48
Robert S. Zais, Curriculum Principles and Foundations, New York: Harper and Row Publisher, 1976, 7.
49
37 1) Tujuan Umum
Dalam konteks teori dan praktik pengembangan kurikulum istilah tujuan sering menggunakan beberapa istilah yang menunjukkan makna dan penggunaaan yang berbeda, yakni “objectives, aims, dan goals”. Mengutip pendapat Zais, istilah “objectives” berarti “as the
most immediate specific outcomes of classroom instruction”. Dalam hal ini tujuan memiliki pengertian tujuan atau bentuk keluaran langsung dan bersifat spesifik dari sebuah dari kegiatan dikelas.oleh karena itu menurutnya “in general, they refer to the everyday business
of the operative curriculum”, yakni secara umum tujuan dalam trem
objective merujuk kepada kegiatan opersional kurikulum sehari-hari. Jika istilah-istilah yang dipakai di atas dikaitkan dengan istilah “aims”, “goals”, dan “objectives”, maka istilah tujuan pendidikan nasional dan tujuan institusional dapat dikategorikan sebagai “aims”. Sedangkan tujuan kurikuler sebagai “goals” dan tujuan instruksional
sebagai “objectives”. 2) Tema Umum
Tema umum (Common Theme) sering juga disebut sebagai “tema
sentral”, yakni sesuatu yang dijadikan sebagai pengikat pembahasan
bagi semua bidang yang ingin dipadukan.sebagai tema umum atau sentral, maka ia adalah sesuatu yang selanjutnya dapat dijabarkan oleh semua bidang studi yang ingin dipadukan.50
50
38
Tema umum dapat juga diambil berdasarkan kesamaan atau keterkaitan ttujuan atau materi bahasan pada beberapa mata pelajaran yang ingin dipadukan.
3) Kerangka Waktu Umum
Penentuan kerangka waktu umum sangat penting dalam sebuah kurikulum terpadu. Penetuan kerangka waktu ini berkaitan dengan upaya mengorganisir kegiatan dimana materi-materi pada masing-masing mata pelajaran terkait disajikan dalam waktu yang telah ditentukan.51
4) Ragam Sekuen Materi
Sekuen adalah merupakan organisasi materi dalam bentuk pengaturan urutan materi-materi yang terkait dalam sebuah kurikulum terpadu.52
5) Strategi Aplikasi Kurikulum
Dalam pendidikan, khususnya dalam aplikasi kurikulum perlu diatur dalam pemilihan strategi. Strategi aplikasi kurikulum meliputi: pengaturan guru, pengaturan siswa, struktur peristiwa belajar mengajar, dan pola pengolahan pesan.
b. Pengembangan Kurikulum Model Taba
Menurut Ella, modifikasi Taba terhadap model Tyeler terutama pada penekanan yang merumuskan perhatian kepada grur. Teori Taba mempercayau peran guru sebagai pengembang utama kurikulum. Pada
51
Syaifuddin Ssbda, Model Kurikulum..., 74-77. 52
39
model Tyler, guru dapat merupakan objek, penerima dan pelaksana dari kurikulum, sedangkan pada model Taba, guru merupakan subjek aktif yan terlibat penuh dalam pengembangan kurikulum.53
Dalam pengembangan kurikulum model Hilda Taba, ada tujuh langkah yang perlu diperhatikan, sebagaimana diuraikan di bawah ini. 1) Diagnosis of Needs (Diagnosis Kebutuhan Peserta Didik)
Taba berpendapat bahwa kurikulum disusun agar peserta didik dapat belajar. Karena latar belakang peserta didik yang beragam, maka perlu dilakukan diagnosis tentang gaps, berbagai kkekurangan (deficiencies) dan latar belakang peserta didik (variations in these background). Langkah pertama dalam diagnosis ini adalah menentukan kurikulum apa yang harus diberikan kepada peserta didik.54
2) Formulation of Objectives (Merumuskan Tujuan Pendidikan)
Menurut Taba yang dikutip Syaifuddin Sabda, diagnosis kenutuhan peserta didik dapat menggambarkan dan memberikan petunjuk dalam merumuskan tujuan pendidikan. Dalam merumuskan tujuan pendidikan, ada empat area yang perlu diperhatikan. Pertama, konsep atau ide-ide yang akan dipelajari (concepts or ideas to be learned). Kedua, sikap, sensitivitas, dan perasaan yang akan dikembangkan (attitudes, sensitivities, and feeling to be developed). Ketiga, pola pikir yang akan ditekankan, dikuatkan, atau dimulai/dirumuskan (wayss of thinking to be
53
Ella Yulaelawati, Kurikulum dan Pembelajaran, Bandung: Pakar Raya, 2004, 31. 54
40
reinforced, strengthened, or initated). Keempat, kebiasaan dan kemampuan yang akan dikuasai (habits and skills to be mastered).55
3) Selection of The Content (Seleksi Isi)
Menurut Taba dalam Syaifuddin Sabda, isi (materi) yang akan diajarkan kepada peserta didik harus memenuhi kriteria sebagai berikut:
a) Isi harus valid dan signifikan (validity and significnce of content).
b) Isi harus relevan dengan kenyataan sosial agar peserta didik mampu memahami dunia mereka (consistency with social realities).
c) Isi harus mengandung keseimbangan antara keluasan dan kedalaman (balance of breadth and depth).
d) Isi harus mencakup berbagai tujuan (provision for wide range of objectives).
e) Isii harus dapat disesuaikan dengan kemampuan peserta didik untuk mempelajarinya dan bisa dihubungkan dengan pengalaman mereka (learn ability and adaptability to experiences of students).
f) Isi harus sesuai dengan kebutuhan dan minat peserta didik (appropriateness to the needs and interests of the students).56
55
Syaifuddin Sabda, Model Kurikulum..., 65. 56
41
4) Organization of The Content (Organisasi Isi)
Dalam menyusun kurikulum, terutama terkait dengan bentuk penyajian bahan pelajaran (isi) atau organisasi kurikulum (isi),57 ada dua jenis organisasi kurikulum yang bisa menjadi pilihan, yaitu kurikulum berdasarkan mata pelajaran dan kurikulum terpadu.
a) Kurikulum berdasarkan mata pelajaran (subject curriculum)
Berdasarkan mata pelajaran, organisasi kurikulum dibedakan menjadi tiga, yaitu separated subject curriculum, correlated curriculum, dan broad field curriculum.
(1) Separated subject curriculum
Separated subject curriculum adalah kurikulum dalam bentuk mata pelajaran yang terpisah-pisah, yang kurang mempunyai keterkaitan dengan mata pelajaran lain.58
(2) Correlated curriculum
Dalam correlated curriculum, sejumlah mata pelajaran dihubungkan antara satu dengan yang lain, sehingga ruang lingkup bahan yang tercakup semakin luas. Pada saat anak didik mempelajari shalat, dapat dihubungkan dengan pelajaran Al-Qur‟an seperti bacaan surat dan hadis yang dihubungkan dengan shalat dll.59
57
Abdullah Idi, Penegmbangan Kurikulum; Teori dan Praktik, Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2011, 163.
58
Abdullah Idi, Penegmbangan Kurikulum..., 164. 59