• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN PAI DENGAN METODE

B. Metode Demonstrasi

1. Pengertian Metode Demonstrasi

Istilah metode berasal dari bahasa Yunani yaitu “Metha” dan

“Hodos”. Metha yaitu melalui, Hodos yaitu jalan atau cara, jadi metode merupakan jalan atau cara yang dilalui untuk mencapai tujuan.17

Metode menurut Abdul Aziz dan Abdul Majid dalam kitab At-Tarbiyah wa Turuqu al Tadris:

ﺔﻤﻠﻛ

“Kata metode belajar mempunyai dua arti dalam arti sempit, metode adalah cara menyampaikan pengetahuan, sedang arti yang lebih luas yaitu cara memperoleh pengetahuan, informasi, kebebasan berfikir dan sebagainya.”

Metode menurut Albert H. Shuster, dan Milton E. dalam buku The Emerging Elementary Curriculum- Methods and Procedures adalah:

Methods of teaching is important in the teaching situation because of first, the need in the learning process to arrange in a series certain specifics which result in order and sequace in learning.

Second, the broad meaning of method which utilizes sound psychological, principles which set the tone for classroom organization.19

16 Abdul Majid, dan Dian Andayani, Ibid, hlm 139

17 Armai Arif, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat Pres, 2002), hlm. 40

18 Shaleh A. Azis dan A. Majid, At Tarbiyah Wa Turuqu al Tadris, (Mesir : Al Bairut, 2000), Cet. 1, hlm. 239

19 Albert H. Shulter, dan Milton E. The Emerging Elementary Curriculum –Methods dan Prosedures, (Columbus, Ohio: Charlies E. Merril Book, inc., 2004), hlm 131-133

26

Metode mengajar yang serasi adalah penting sekali di dalam kegiatan pembelajaran karena:

a. Merupakan kebutuhan di dalam proses belajarnya murid-murid, untuk dapat diatur dalam suatu bentuk mengajar secara spesialisasi tertentu yang berhasil di dalam memberikan pelajaran di ruang kelas, serta ada rangkaian di dalam sistem penyajian bahan-bahan materi pelajaran itu.

b. Arti secara luas metode itu, yaitu menggunakan prinsip-prinsip yang bersifat ilmu jiwa secara sehat dan baik, yang mengatur tekanan-tekanan suara dalam penyampaian pelajaran di dalam ruang kelas

Metode mengajar bersifat fleksibel dan sangat tergantung dengan berbagai faktor:

a. Faktor tujuan pembelajaran yang dicapai;

b. Faktor anak didik, yang perlu mendapat perhatian adalah pada bakat, minat, intelegensi, tingkat kematangan, usia, dan jumlah murid per kelas;

c. Faktor situasi yang mencakup tempat belajar dan waktu belajar serta lama belajar;

d. Faktor materi dan fasilitas belajar-mengajar. Materi dilihat dari aspek afektif, kognitif, psikomotorik. Fasilitas dilihat dari segi jenis, kualitas dan kuantitas;

e. Faktor kepribadian guru berkaitan dengan kemampuan profesional guru, kemampuan personal, senioritas dan pengalaman.20

Kegiatan belajar-mengajar memiliki dua pokok kegiatan inti, yaitu kegiatan guru dalam mengajar dan kegiatan siswa dalam belajar.21 Mengajar merupakan suatu proses mentransfer pengetahuan, nilai, keterampilan serta mengembangkan semua potensi anak meliputi:

menciptakan situasi belajar, mengorganisasi lingkungan, menumbuhkan

20 Djamaluddin Darwis, Strategi Belajar Mengajar, (Semarang: Pustaka Pelajar, 2000), hlm. 193

21 Zuhairini, et.al., Metodologi Pengajaran Agama, (Solo: Ramdani, 2000), hlm. 155-158

27

kegiatan belajar, membimbing, mentransfer kebudayaan serta menanamkan nilai-nilai keutamaan.22

Proses belajar-mengajar diharapkan terjadi interaksi antara guru dan siswa dan lingkungannya. Jadi, metode mengajar merupakan salah satu cara yang digunakan guru untuk mengadakan hubungan dengan siswa pada saat pengajaran berlangsung, peranan metode pengajaran adalah alat untuk menciptakan PBM.

Ada banyak metode yang digunakan dalam pembelajaran, di antaranya dan salah satunya metode demonstrasi. Adapun pengertian metode demonstrasi dari beberapa ahli menyebutkan:

1) Metode demonstrasi adalah metode mengajar yang sangat efektif karena dapat membantu siswa untuk melihat secara langsung proses terjadinya sesuatu. Metode demonstrasi yaitu salah satu metode mengajar yang menggunakan peragaan untuk memperjelas suatu pengertian untuk memperlihatkan bagaimana melakukan sesuatu kepada anak didik.23

2) Zakiah Daradjat, metode demonstrasi merupakan metode pengajaran yang menggunakan peragaan untuk menjelaskan sesuatu pengertian/untuk memperlihatkan bagaimana melakukan sesuatu kepada anak didik.24

3) Tayar Yusuf, bahwa pengertian metode demonstrasi ialah cara penyajian pelajaran dengan memperagakan, mempertunjukkan kepada siswa suatu proses, situasi/benda tertentu yang sedang dipelajari, baik sebenarnya atau tiruan yang sering disertai dengan penjelasan lisan.

Pelajaran PAI guru menyajikan materi berupa shalat, puasa, haji dan sebagainya.25

22 Djamaluddin Darwis, op. cit., hlm. 220

23 Proyek Pembinaan Sarana dan Prasarana Perguruan Tinggi Agama/IAIN, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Direktorat Jendral Pembinaan Kelembagaan Agama Islam, 1984), hlm. 232

24 Zakiah Daradjat, dkk., Metode Khusus Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2002), hlm. 296

25 Tayar Yusuf, Op.cit, hlm56

28

4) Muhammad Zein, metode demonstrasi merupakan metode mengajar dimana seorang guru atau orang lain yang sengaja diminta murid sendiri memperlihatkan kepada seluruh kelas tentang sesuatu proses suatu kaifiyah melakukan sesuatu.26

5) Syaiful Bahri Djamarah, metode demonstrasi merupakan cara penyajian bahan pelajaran dengan memperagakan atau mempertunjukkan kepada siswa suatu proses, situasi atau benda tertentu yang sedang dipelajari, baik sebenarnya ataupun tiruan yang sering disertai dengan penjelasan lisan.27

6) Basyirudin Usman, metode demonstrasi merupakan teknik mengajar yang sudah tua dan digunakan sejak lama. Seorang ibu yang mengajarkan cara memasak atau makanan kepada anak-anaknya atau dengan mendemonstrasikan di muka mereka.28

7) Sriyono, metode demonstrasi dimaksudkan sebagai suatu kegiatan memperlihatkan suatu gerak atau proses kerja. Jadi, aktivitas siswa lebih banyak pada mengamati apa yang didemonstrasikan.29

Untuk mempermudah pemahaman bagi umatnya, Rasulullah saw selalu memakai sarana atau media peragaan yang memungkinkan.

ﻦﻋﻭ

“Dan dari Malik bin Al Hawairits: sesungguhnya Nabi SAW telah bersabda: shalatlah kamu sebagaimana kamu melihatku shalat”

(HR Ahmad dan Bukhari).

26 Muhammad Zein, Metodologi Agama, (Yogyakarta: AK Group dan Indra Buana, 2001), hlm 177

27 Syaiful Bahri Djamarah, dkk., Strategi Belajar dan Mengajar , (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), hlm 102

28 Basyirudin Usman, dkk, Media Pembelajaran, (Jakarta: Delia cipta Utama, 2002), hlm. 107.

29 Sriyono, Teknik Belajar Mengajar dalam CBSA, (Jakarta: Rinneka Cipta, 2006, hlm.

116

30 Abi Abdillah Muhammad Ibnu Ismail al Bukhari r.a, Shahih Bukhari , Juz I, (Semarang: Toha Putra t. th), hlm. 155.

29

Untuk menciptakan PBM yang efektif, alat peraga memegang peranan penting sebagai alat bantu. Unsur metode merupakan sebuah unsur dalam PBM yang tidak bisa dipisahkan dari unsur lainnya, proses pendidikan. Metode peraga sering disebut audio visual (metode yang didengar dan dilihat). PBM, metode peraga dipergunakan dengan tujuan membantu guru dan siswa supaya PBM lebih efektif dan efisien, serta alat untuk membekaskan materi pelajaran dalam ingatan siswa, sesuai ungkapan Confusius menyatakan, “apa yang saya dengar, saya lupa, apa yang saya lihat. saya ingat, dan apa yang saya lakukan, maka saya paham.”31

Ada beberapa fungsi pokok dari alat peraga dalam proses pendidikan, yaitu:

a. Mewujudkan serta menciptakan situasi belajar-mengajar yang efektif;

b. Mempercepat PBM dan membantu siswa menangkap pengertian yang diberikan oleh pendidik;

c. Untuk mempertinggi mutu belajar-mengajar karena dengan alat peraga sesuatu yang disampaikan pada peserta didik akan lebih membekas dan tahan lama dalam ingatan;

d. Menarik perhatian siswa. Peragaan, peserta didik akan lebih memperhatikan dalam belajar.32

Metode belajar sebagai tindakan dan langkah konkrit tidak dapat lepas dari filosofi yang mendasarinya. Dasar filosofi ini bersifat lebih abstrak yang melihat totalitas manusia sebagai pelaksana pendidikan baik sebagai pendidik maupun peserta didik. Sebagai pendidik, manusia mempunyai tanggung jawab untuk mentransfer dan mengembangkan ilmu pengetahuan, sikap, nilai serta keterampilan pada peserta didik. Sebagai peserta didik, manusia dilihat sebagai makhluk Tuhan yang mempunyai

31Muhaimin, Arah Baru Pengembangan Islam: Pemberdayaan, Pengembangan Kurikulum, hingga Redifinisi Islamisasi Pengetahuan, (Bandung: Nuansa Cendekia, 2003), Cet I, hlm 135

32 Nana Sudjana, Opcit, hlm. 99-100

30

potensi untuk dikembangkan sumber dayanya, baik aspek penalarannya, aspek sikap hatinya maupun aspek keterampilan perilakunya.

Sebagai khalifah/wakil Allah di muka bumi, manusia harus mencerminkan sifat-sifat Ilahiyah dalam kehidupan dunia di muka bumi ini. Untuk dapat memerankannya manusia harus mengembangkan potensinya baik dari segi intelektualnya, moralnya maupun profesionalnya.

Pengembangan ini tidak lain melalui proses pendidikan.33 Dalam surat An-Nahl ayat 78, Allah berfirman:

ﻪﱠﻠﻟﺍﻭ

“Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun. Dan Dia memberi kamu (potensi) pendengaran, penglihatan dan hati agar kamu bersyukur.” (Q.S.

An-Nahl: 78).

Metode belajar-mengajar merupakan sebuah langkah yang penting untuk proses pendidikan, mempunyai dasar filosofis yang sangat pokok ajaran Islam.

Jadi metode demonstrasi sangat sesuai dengan tujuan pembelajaran yaitu siswa mendapat pengetahuan riil tentang proses pembuat, proses kerja, proses pengaturan, proses penggunaan, fungsi dan jenis komponen/unsur, mengetahui ketepatan, kebenaran, dan sebagainya.

Metode demonstrasi dilaksanakan secara bertahap.

Dokumen terkait