• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

B. Subjek Penelitian

Adapun subjek penelitian yang dikenai tindakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Siswa kelas VIII D SMP N 16 Semarang semester I tahun ajaran 2008-2009.

2. Peneliti sebagai pengamat sekaligus guru di dalam melakukan pembelajaran dengan metode demonstrasi.

53 C. Prosedur Penelitian

Suharsini Arikunto menyatakan “Penelitian tindakan kelas adalah suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama”.

Penelitian tindakan kelas bukan sekedar mengajar seperti biasanya, tetapi harus mengandung suatu pengertian, bahwa tindakan yang dilakukan berdasarkan atas upaya meningkatkan hasil, yaitu lebih baik dari sebelumnya.

Penelitian tindakan kelas (PTK) dalam istilah Inggris adalah Classs Action Research (CAR).1

Tujuan utama penelitian tindakan kelas adalah untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas serta profesionalisme guru dalam menangani proses belajar mengajar, agar tujuan pembelajaran dapat dicapai. Data yang diperoleh berupa data deskriptif dan kuantitatif yang menggunakan perhitungan statistik sederhana.

Pelaksanaan pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan tiga kali putaran dalam tiap putaran terdiri dari empat tahapan yaitu:

(1) Perencanaan, (2) pelaksanaan (3) pengamatan, dan (4) refleksi. Adapun model penjelasan untuk masing-masing tahap adalah sebagai berikut2

1 Suharsimi Arikunto, Penelitian Tindakan Kelas , (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2006), hlm3

2 Ibid hlm.16

54

1. Perencanaan Tindakan

Perencanaan tindakan yang akan peneliti lakukan dengan mempersiapkan hal-hal sebagai berikut.

a. Silabus

Silabus merupakan seperangkat rencana serta pengaturan pelaksanaan pembelajaran dan penilaian secara sistematis, memuat komponen-komponen yang saling berkaitan untuk mencapai penguasaan kompetensi dasar.

b. Rencana pelaksanaan pembelajaran

Rencana pembelajaran adalah perangkat pembelajaran yang dibuat setiap kali pertemuan atau tatap muka. Komponennya terdiri dari identitas, kompetensi dasar dan kegiatan pembelajaran.

c. Lembar observasi

Lembar observasi adalah lembar pengamatan yang harus diisi oleh observer. Lembar observasi berisi tentang kegiatan guru dan aktifitas siswa dalam pembelajaran.

Perencanaan

SIKLUS I

Pengamatan

Perencanaan

SIKLUS II

Pengamatan Refleksi

Refleksi

Pelaksanaan

Pelaksanaan

?

55 d. Instrumen evaluasi

Instrumen evaluasi adalah alat untuk memperoleh hasil yang telah sesuai dengan kenyataan yang dievaluasi.

2. Pelaksanaan Tindakan

Pelaksanaan tindakan yang akan peneliti lakukan dengan tahapan-tahapan tindakan sebagaimana yang tercantum dalam skenario pembelajaran. Adapun tindakan yang akan peneliti lakukan adalah sebagai berikut.

a. SIKLUS I

Sub pokok bahasan : Memahami dan mempraktekkan shalat, meliputi shalat rowatib, shalat dhuha, shalat takhiyatul masjid

1) Kegiatan Awal (20 menit) a) Membagikan materi shalat.

b) Menyiapkan perlengkapan demonstrasi.

c) Membagi siswa menjadi beberapa kelompok secara heterogen Sebanyak 8 kelompok masing-masing kelompok terdiri 4 siswa atau 5 siswa.

d) Menyampaikan tujuan pembelajaran.

e) Memberi motivasi tentang pentingnya materi yang akan di pelajari

f) Apersepsi atau mengingat kembali.

(1) Pertemuan I (memahami shalat rowatib ) siswa diingatkan kembali tentang tata cara melaksanakan shalat rowatib (2) Pertemuan II (memahami shalat dhuha dan takhiyatul

masjid) siswa diingatkan kembali tentang tata cara melaksanakan shalat dhuha dan takhiyatul masjid

2) Kegiatan inti (40 menit) a) Kegiatan Kelas

(1) Pertemuan I (memahami dan mempraktikkan shalat rowatib) siswa mempraktikan tentang shalat rowatib

56 (2) Pertemuan II (memahami dan mempraktikan shalat dhuha

dan takhiyatul masjid ) siswa diingatkan kembali tentang tata cara shalat dhuha dan tahiyatul masjid

b) Kegiatan berpasangan

(1) Pertemuan I (memahami shalat rowatib ) siswa memahami dan mendemonstrasikan hal – hal apa saja yang ada pada shalat rowatib

(2) Pertemuan II (memahami shalat dhuha dan tahiyatul masjid) siswa mempratikkan shalat dhuha dan shalat takhiyatul masjid.

3) Kegiatan penutup

a) Mengarahkan siswa untuk membuat rangkuman tentang materi yang telah dipelajari

b) Siswa mengerjakan kuis.

b. SIKLUS II

Sub pokok bahasan : Tata Cara Melaksanakan Shalat Jenazah 1) Kegiatan Awal (20 menit)

a) Membagikan materi shalat b) Menyiapkan perlengkapan shalat.

c) Membagi siswa menjadi beberapa kelompok secara heterogen sebanyak 10 kelompok masing-masing kelompok terdiri 2 siswa.

d) Menyampaikan tujuan pembelajaran.

e) Memberi motivasi tentang pentingnya materi yang akan di pelajari

f) Apersepsi atau mengingat kembali

(1) Pertemuan I (Tata Cara Melaksanakan Shalat Jenazah) siswa diingatkan kembali tentang bagaimana gerakan dan syarat-syarat shalat jenazah .

57 2) Kegiatan inti (40 menit)

a) Kegiatan Kelas

(1) Pertemuan I (Tata Cara Melaksanakan Shalat Jenazah) siswa diingatkan kembali dan mendemonstrasikan tentang bagaimana gerakan shalat jenazah dan tata tertib serta bacaan shalat jenazah

b) Kegiatan berpasangan

(1) Pertemuan I (Tata Cara Melaksanakan Shalat Jenazah) siswa mendemonstrasikan tentang bagaimana gerakan shalat jenazah dan tata tertib urutan gerakan dan bacaan shalat jenazah.

3) Kegiatan penutup

a) Mengarahkan siswa untuk membuat rangkuman tentang materi yang telah dipelajari

b) Siswa mengerjakan kuis.

c. SIKLUS III

Sub pokok bahasan : Shalat berjamaah.

1) Kegiatan Awal (20 menit) a) Membagikan materi b) Menyiapkan peralatan.

c) Membagi siswa menjadi beberapa kelompok secara hiterogen sebanyak 10 kelompok masing-masing kelompok terdiri 2 siswa.

d) Menyampaikan tujuan pembelajaran.

e) Memberi motivasi tentang pentingnya materi yang akan di pelajari

f) Apersepsi atau mengingat kembali

(1) Pertemuan I (Shalat berjamaah) siswa diingatkan kembali tentang bagaimana ketentuan shalat berjamaah dan menjadi makmum masbuq

58 2) Kegiatan inti (40 menit)

a) Kegiatan kelas.

(1) Pertemuan I (Shalat berjamaah) siswa diingatkan dan mendemonstrasikan shalat berjamaah dan bagaimana menjadi makmum masbuq.

b) Kegiatan berpasangan

(1) Pertemuan I (Shalat bagi Orang Sakit) siswa mendemonstrasikan bagaimana shalat berjamaah dan menjadi makmum masbuq dan mengingatkan imam ketika lupa bacaan rokaat shalat

3) Kegiatan penutup

a) Mengarahkan siswa untuk membuat rangkuman tentang materi yang telah dipelajari.

b) Siswa mengerjakan kuis.

3. Observasi

Observasi adalah suatu aktivitas yang sempit, yakni memperhatikan, melakukan sesuatu dengan menggunakan mata terhadap suatu objek penelitian.3

Observasi adalah mengamati keadaan yang diajar dan sebenarnya tanpa usaha yang disengaja untuk mempengaruhi serta mengamati secara cermat, apa yang diteliti.4

Rochiati Wiriaatmadja, menyebutkan “untuk melakukan pengamatan yang baik harus memperhatikan beberapa hal sebagai berikut:

a. Memperhatikan faktor penelitian yaitu kegiatan yang diamati apakah khusus atau umum.

b. Menentukan kriteria yang diobservasi dengan terlebih dahulu mendiskusikan ukuran-ukuran apa yang digunakan dalam pengamatan.5

3 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian, (Jakarta : PT Rineka Cipta, 2006), hlm 156

4 S. Nasution, Dasar-Dasar Belajar Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2003), hlm. 156

59 Menurut Hopkins sebagaimana yang dikutip Rochiati Wiriaatmadja, mengemukakan metode-metode observasi dalam penelitian tindakan kelas sebagai berikut.

a. Observasi Terbuka

Apabila pengamat atau observe melakukan pengamatan dengan mencatat segala sesuatu kejadian yang terjadi di kelas atau dicatatkan dalam lapangan.

b. Observasi Terfokus

Apabila pengamatan difokuskan kepada permasalahan tertentu dalam sebuah pembelajaran baik itu kepada guru atau siswa.

c. Observasi Terstruktur

Apabila penelitian dengan para mitra telah menyetujui kriteria yang diamati, maka selanjutnya tinggal menghitung berapa kali jawaban, tindakan atau sikap siswa yang sedang diteliti.

d. Observasi Sistematik

Apabila peneliti merancang pengamatan beserta kualifikasinya dengan kreatif, kemudian mendiskusikan untuk mencapai tujuan bersama dengan menggunakan skala tertentu untuk memperoleh data kuantitatif yang dipakai secara terbatas yang digunakan untuk mendukung suatu analisis dalam penelitian tindakan kelas.6

Dari beberapa pendapat tentang observasi dan metode observasi di atas maka penulis kemukakan hal-hal yang akan penulis observasi dan metode-metode yang penulis gunakan sebagai berikut.

a. Observasi terbuka penulis gunakan untuk mengamati semua kejadian pada proses pembelajaran PAI dengan metode demonstrasi. Dengan mencatatkan semua yang terjadi pada kegiatan belajar mengajar dengan mengkhususkan pada hal-hal tertentu pada tabel di bawah ini.

5 Rochiati Wiriaatmadja, Metode Penelitian Tindakan Kelas, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006), hlm 104-105

6 Ibid, hlm 110-115

60 Aspek Penilaian Catatan (Uraian)

1. Kegiatan Awal

- Persiapan alat dan bahan - Apersepsi

2. Jalannya kegiatan inti 3. Kelas yang kondusif

b. Observasi terfokus penulis gunakan untuk mengamati proses interaksi antara guru dengan siswa dan siswa dengan siswa ketika kerja metode demonstrasi sedang berlangsung dengan memberikan tanda dengan memberi tanda pada denah tempat duduk siswa di bawah ini:

Keterangan :

: Tempat duduk siswa

: Kelompok siswa

c. Observasi terstruktur penulis gunakan untuk mengamati siswa dalam menggunakan semua indera yang dimiliki dalam belajarnya pada pembelajaran PAI dengan metode demonstrasi. Dengan memberikan checklist pada tabel sesuai dengan tingkat kecenderungan siswa dalam

Guru

61 menggunakan indera yang dimiliki dalam belajarnya sedangkan data disajikan dalam tabel sebagai berikut:

Penggunaan Indera Penglihatan No.

d. Observasi sistematis penulis gunakan untuk memperoleh data tentang tingkat retensi yang dihasilkan setelah pembelajaran PAI dengan metode demonstrasi. Observasi sistematis ini penulis lakukan dengan memberikan tes formatif kepada siswa setelah satu minggu pembelajaran berlangsung tanpa ada pemberitahuan sebelumnya sehingga dalam tes ini siswa hanya bergantung pada ingatannya tentang pelajaran pada minggu sebelumnya. Materi tes yang diberikan sama seperti konsep yang telah diajarkan sehingga konsep yang masih diingat dan yang dilupakan dapat ditentukan dengan demikian tingkat retensi bisa diketahui, sedangkan data yang didapatkan disajikan dalam tabel sebagai berikut.

No.

62 4. Evaluasi-Refleksi

a. Evaluasi

Edwind Wandt dan Gerald W. Brown sebagaimana dikutip Anas Sudijono, menyebutkan “Evaluation refer to the act or process to determining the value of something”. Menurut definisi ini, maka evaluasi merupakan suatu tindakan atau suatu proses untuk menentukan nilai dari sesuatu.7

Menurut Suharsini Arikunto, menyebutkan evaluasi program adalah suatu rangkaian kegiatan yang dilakukan dengan sengaja untuk melihat tingkat keberhasilan program.8

Dalam evaluasi pada penelitian ini untuk menganalisa dan melihat tingkat keberhasilan tindakan yang telah dilakukan teknik evaluasi yang penulis gunakan dari data yang peroleh dari hasil observasi adalah sebagai berikut.

1) Teknik Evaluasi Non tes

Dari data hasil observasi pada proses kegiatan belajar mengajar yang berupa daftar checklist tentang pengmatan pada kecenderungan siswa menggunakan indera yang dimiliki ketika proses belajarnya yaitu indera penglihatan, pendengaran dan indera sentuh atau motorik siswa. Analisa data yang digunakan untuk evaluasi menggunakan analisis data kuantitatif sederhana yang dipakai secara terbatas. Untuk mengetahui prosentase tingkat kecenderungan siswa dalam menggunakan indera yang dimiliki tersebut dengan tingkat kecenderungan tidak pernah, kadang-kadang, sering, sangat sering digunakan rumus sebagai berikut.

P = jumlahsiswa

Dimana P = prosentase tingkat kecenderungan

7 Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2006), hlm 1

8 Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi pendidikan, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2002), hlm 299

63 2) Teknik Evaluasi Tes

Teknik evaluasi data yang diperoleh dari hasil tes ingatan yang telah dilakukan dan hasil tes tersebut dapat diketahui bahwa konsep yang telah diajarkan terdapat konsep yang dilupakan dan konsep yang masih diingat. Untuk menentukan tingkat retensi yang dihasilkan digunakan metode penghematan. Penghematan yang dimaksud siswa dapat menghemat konsep yang akan ia pelajari untuk menguasai kembali sejumlah konsep yang telah dilupakan dengan menghitung prosentase penghematan sebagai berikut.9

P = jumlahkonsepyangdiajarkan diingat yang

konsep jumlah

x 100%

Dimana P = prosentase penghematan

Kriteria tingkat retensi, jika prosentase penghematan semakin besar maka tingkat retensi semakin tinggi. Tingkat efektivitas prestasi belajar diukur melalui skala sebagai berikut:

No Nilai Indeks Prestasi Keterangan

1 Skala 0-25 Rendah

2 Skala 26-50 Kurang

3 Skala 56-75 Cukup

4 Skala 76-100 Baik

b. Refleksi

Hopkins sebaimana dikutip Suharsimi Arikunto, menyebutkan refleksi dalam PTK mencakup analisis, sintesis, dan penilaian terhadap hasil pengamatan atas tindakan yang dilakukan jika terdapat masalah dalam proses refleksi maka dilakukan proses pengkajian ulang, melalui siklus berikutnya yang meliputi kegiatan perencanaan ulang. Tindakan ulang dan pengamatan ulang hingga permasalahan dapat teratasi.10

9 Verbeek, Ingatan, (Yogyakarta: Kanisius, 2000), hlm 15

10 Suharsimi Arikunto, Ibid, hlm 80

17 BAB II

LANDASAN TEORI

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN PAI DENGAN METODE DEMONSTRASI DALAM MENINGKATKAN RETENSI SISWA

A. PEMBELAJARAN PAI

1. Pengertian Pendidikan Agama Islam

Sebelum penulis menguraikan pengertian pembelajaran PAI, terlebih dahulu akan menguraikan beberapa pengertian tentang belajar.

1) Belajar menurut Henry E. Garret sebagaimana dikutip oleh Syaiful Sagala, sebagai berikut :

Belajar merupakan proses yang berlangsung dalam waktu yang lama melalui latihan maupun pengalaman yang membawa pada perubahan diri dan perubahan cara mereaksi terhadap suatu perangsang tertentu.1

2) Manurut Clifford T. Morgan:

Learning as any relatively permanen change in behaviour wich occurs as result of experience.2

(belajar adalah perubahan tingkah laku yang relatif tetap yang merupakan hasil pengalaman)

3) Menurut Shaleh Abdul Aziz Majid dalam kitab At-Tarbiyatul wa Thuruqut Tadris :

ِﺃﱠﻥ

“Belajar merupakan perubahan tingkah laku pada hati (jiwa) si pelajar berdasarkan pengetahuan yang sudah dimiliki menuju perubahan baru”.

1 H. Syaiful Sagala, Konsep dan Makna Pembelajaran , (Bandung: CV. Alfabeta, 2003), hlm 13

2 Cliffort T. Modgan, Introduction of Psychology, (New York: The Mc. Graw Hill Book Company, 2002), hlm. 63

3 Shaleh Abdul Aziz dan Abdul Aziz Majid, At-Tarbiyah wa Thuruqut Tadris,( Mesir: Al Bairut, 2000), cet 1, hlm 239

18

Belajar sangat penting demi kemajuan peserta didik. Terutama para pendidik untuk berusaha bagaimana anak didiknya mampu berprestasi yang tinggi, ketika di kelas tidak mengalami kejenuhan melainkan mereka menikmati suasana pembelajaran yang menyenangkan dan bermakna bagi mereka.

Belajar berhubungan dengan perubahan tingkah laku seseorang terhadap situasi tertentu yang disebabkan oleh pengalaman berulang-ulang dalam situasi ini, di mana perubahan tingkah laku itu tidak dapat dijelaskan atau dasar kecenderungan respon pembawaan, kematangan atau keadaan seseorang.

Prinsip-Prinsip Belajar

Pengertian belajar di atas, bahwa prinsip-prinsip belajar sebagai berikut :

1) Belajar akan berhasil jika disertai kemauan dan tujuan tertentu.

2) Belajar akan lebih berhasil jika disertai dengan membuat, latihan dan ulangan.

3) Belajar lebih berhasil jika memberi sukses yang menyenangkan.

4) Belajar lebih berhasil jika tujuan belajar berhubungan dengan aktivitas belajar itu sendiri atau berhubungan dengan kebutuhan hidup.

5) Belajar lebih berhasil jika bahan yang dipelajari dipahami, bukan sekedar menghafal fakta.

6) Dalam proses belajar memerlukan dan bimbingan orang lain.

7) Hasil belajar dibuktikan dengan adanya perubahan dalam diri si pelajar 8) Ulangan dan latihan perlu akan tetapi harus didahului dengan

pemahaman.4 a. Pembelajaran

1) E. Mulyasa mengemukakan

Pembelajaran adalah proses interaksi antara peserta didik dengan lingkungannya, sehingga terjadi perubahan perilaku ke arah yang lebih baik. Interaksi tersebut banyak sekali faktor yang

4 Mustaqim, Psikologi Pendidikan, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2001), hlm 69

19

mempengaruhinya, baik faktor internal yang datang dari dalam diri individu, maupun eksternal yang datang dari lingkungan.

2) Menurut S. Nasution

Pembelajaran atau ungkapan yang lebih dikenal sebelumnya dengan pengajaran merupakan proses interaksi yang berlangsung antara guru dan juga siswa atau juga merupakan sekelompok siswa dengan tujuan untuk memperoleh pengetahuan, ketrampilan, sikap serta menetapkan apa yang dipelajari itu.5 3) UU Sisdiknas Tahun 2003 Bab I pasal 1 bahwa “pembelajaran

merupakan proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar”.6

4) Menurut Dimyati dan Mudjiono, sebagaimana dikutip oleh Syaiful Sagala.

Kegiatan guru secara terprogram dalam desain instruksional, untuk membuat siswa belajar aktif, yang menekankan pada penyediaan sumber belajar. Pembelajaran disini sebagai proses belajar yang dibangun oleh guru untuk mengembangkan kreativitas berpikir yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir siswa, serta dapat meningkatkan penguasaan baik terhadap materi pelajaran.7

b. Bidang Study PAI

Bidang Study atau mata pelajaran yaitu pengetahuan dan pengalaman masa lalu yang disusun secara sistematis, logis, melalui proses dan metode keilmuan 8

Beberapa pengertian PAI yang dikemukakan para ahli pendidikan diantaranya:

5 S. Nasutiom, Kurikulum dan Pengajaran, (Jakarta: Bumi Aksara: 2000), hlm. 102.

6 Undang-undang SISDIKNAS, (Sistem Pendidikan Nasional), 2003, (UU RI No. 20.

Tahun 2003), (Jakarta: Sinar Grafika, 2003, hlm. 4.

7 Syaiful Sagala, op, cit, hlm. 62.

8 Nana Sudjana, Dasar-Dasar Belajar Mengajar, (Bandung : Sinar Baru Algensindo, 2002), hlm 36

20

1) Dra. H. Zuharaini

Pendidikan Agama Islam merupakan usaha-usaha sistematis dan pragmatis untuk membantu anak didik supaya mereka hidup sesuai ajaran Islam.9

2) Qodry Azizy

Pendidikan agama Islam mencakup dua hal: (a) mendidik siswa untuk berperilaku sesuai dengan nilai-nilai atau ahklak Islam, (b) mendidik siswa untuk mempelajari materi ajaran –subjek berupa pengetahuan tentang ajaran Islam.10

3) Tayar Yusuf

Pendidikan agama Islam merupakan usaha sadar generasi tua untuk mengalihkan pengalaman, pengetahuan, kecakapan, ketrampilan kepada generasi muda agar kelak menjadi manusia bertakwa kepada Allah SWT.11

Munculnya anggapan-anggapan yang kurang menyenangkan tentang pendidikan agama seperti; Islam diajarkan lebih pada hafalan (padahal Islam penuh dengan nilai-nilai) yang harus dipraktikkan.

Pendidikan agama lebih ditekankan pada formalitas antara hamba dan Tuhan-Nya; penghayatan nilai-nilai agama kurang mendapat penekanan dan masih terdapat sederet respon kritis terhadap pendidikan agama. Hal ini disebabkan penilaian kelulusan siswa dalam agama diukur dengan banyaknya hafalan dan mengerjakan ujian tertulis di kelas didemonstrasikan oleh siswa.

Memang pola pembelajaran tersebut bukan khas pendidikan agama. Pendidikan secara umum pun diakui oleh para ahli dan pelaku pendidikan negara kita yang juga mengidap masalah yang sama.

Masalah besar pendidikan selama ini adalah kuatnya dominasi pusat

9 Zuharaini dkk, Metodik Khusus Pendidikan Agama, (Surabaya: IAIN Sunan Ampel Malang , 2005), hlm 21

10 Qodri Azizy, Pendidikan Agama untuk Membangun Etika Sosial, (Semarang: Aneka Ilmu , 2000), hlm 131

11 Tayar Yusuf, Ilmu Praktek Mengajar, (Bandung: PT Al-Ma’arif, 2003) , hlm 67

21

dalam menyelenggarakan pendidikan sehingga yang muncul uniform–

sentralistik kurikulum, model hafalan dan monolog, materi ajar yang banyak, serta kurang menekankan pada pembentukan karakter bangsa.

Mata pelajaran pendidikan agama Islam secara keseluruhannya terdiri dari lingkup Al-Quran dan al-Hadis, keimanan, akhlak, fiqh/ibadah, dan sejarah, sekaligus menggambarkan bahwa ruang lingkup pendidikan agama Islam mencakup perwujudan keserasian, keselarasan, dan keseimbangan hubungan antara manusia dengan Allah SWT, diri sendiri, sesama manusia, makhluk lainnya maupun lingkungannya.

Arti pendidikan agama Islam merupakan usaha sadar yang dilakukan pendidik dalam rangka mempersiapkan peserta didik untuk meyakini, memahami, dan mengamalkan ajaran Islam melalui kegiatan bimbingan, pengajaran , atau pelatihan yang telah ditentukan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan .

2. Dasar –Dasar Pelaksanaan pendidikan Agama Islam a. Dasar Yuridis /Hukum

Dasar pendidikan agama berasal dari perundang-undangan yang secara tidak langsung dapat menjadi pegangan untuk melaksanakan pendidikan agama di sekolah secara formal. Dasar yuridis formal tersebut terdiri dari tiga macam, yaitu:

1) Dasar ideal, yaitu dasar falsafah negara Pancasila, sila pertama;

Ketuhanan Yang Maha Esa

2) Dasar struktural / konstitusional yaitu UUD’45 dalam Bab XI pasal 29 ayat 1 dan 2, yang berbunyi, :1) Negara berdasar Ketuhanan Yang Maha Esa; 2) Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agama masing-masing dan beribadah menurut agama dan kepercayaannya itu.

22

b. Segi Religius

Yang dimaksud dasar religius adalah dasar yang bersumber dari agama Islam. Menurut ajaran Islam pendidikan agama adalah perintah Tuhan dan merupakan perwujudan ibadah kepada-Nya. Dalam Al-Qur’an banyak ayat yang menunjukkan perintah tersebut , antara lain:

1. Q.S. Al- Nahl :125 :

Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik.

Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk. (Q.S. Al- Nahl:125)

Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkarmerekalah orang-orang yang beruntung.

c. Dasar Psikologis

Psikologis merupakan dasar yang berhubungan dengan aspek kejiwaan masyarakat. Hal ini didasarkan bahwa hidup manusia baik sebagai makhluk individu maupun sebagai anggota masyarakat

23

dihadapkan pada hal-hal yang membuat hatinya tidak tenang dan tidak tenteram sehingga memerlukan pegangan hidup yaitu agama.12

3. Fungsi Pendidikan Agama Islam

Kurikulum pendidikan agama Islam untuk sekolah/madrasah berfungsi untuk:

a. Pengembangan, yaitu meningkatkan keimanan dan ketakwaan peserta didik kepada Allah yang telah ditanamkan dalam lingkungan keluarga.

b. Penanaman nilai, sebagai pedoman hidup untuk mencari kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.

c. Penyesuaian Mental, yaitu untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya baik lingkungan fisik atau social yang dapat mengubah lingkunganya sesuai dengan ajaran Islam.

d. Perbaikan, yaitu memperbaiki kesalahan-kesalahan , kekurangan, dan kelemahan peserta didik dalam meyakini, pemahaman dan pengalaman ajaran agama dalam kehidupan sehari-hari.

e. Pencegahan, yaitu menangkal hal-hal negative dari lingkungan atau budaya yang dapat membahayakan peserta didik dan menghambat perkembangan menuju manusia Indonesia yang utuh.

f. Pengajaran, tentang ilmu pengetahuan keagamaan secara umum, system, dan fungsionalnya.

g. Penyaluran, yaitu untuk menyalurkan anak-anak yang memiliki bakat khusus di bidang agama Islam agar bakat tersebut dapat berkembang secara optimal sehingga dapat dimanfaatkan untuk dirinya sendiri dan orang lain. 13

4. Tujuan Pendidikan Agama Islam

Pendidikan agama Islam di sekolah atau madrasah bertujuan untuk menumbuhkan dan meningkatkan keimanan melalui pemberian dan

12 Zuharaini dkk, Ibid, hlm 21

13 Marasudin Siregar, Metodologi Pengajaran Agama, (Semarang: t. p, 2004), hlm 11

24

pemupukan pengetahuan, penghayatan, pengalaman serta pengalaman peserta didik tentang agama Islam sehingga menjadi manusia muslim yang terus berkembang untuk hal keimanan, ketakwaannya, berbangsa dan bernegara, serta untuk dapat melanjutkan pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi.14

Tujuan pendidikan merupakan hal yang domain untuk pendidikan, sesuai ungkapan Breiter, bahwa” Pendidikan adalah persoalan tujuan dan fokus mendidik anak berarti bertindak dengan tujuan dengan tujuan agar mempengaruhi perkembangan anak sebagai seseorang secara utuh.15

Oleh karena itu berbicara pendidikan agama Islam, baik mana maupun tujuannya haruslah mengacu pada penanaman nilai-nilai Islam dan tidak dibenarkan melupakan etika sosial. Penanaman nilai-nilai itu juga dalam rangka menuai keberhasilan hidup di dunia dan di akhirat bagi peserta didik.

5. Pentingnya Pendidikan Islam bagi Peserta Didik

Seorang bayi yang baru lahir di dunia adalah makhluk Allah yang tidak berdaya dan senantiasa memerlukan pertolongan untuk dapat melangsungkan hidupnya di dunia ini. Maha bijaksana Allah yang telah menganugerahkan rasa kasih saying kepada semua ibu dan bapak untuk

Seorang bayi yang baru lahir di dunia adalah makhluk Allah yang tidak berdaya dan senantiasa memerlukan pertolongan untuk dapat melangsungkan hidupnya di dunia ini. Maha bijaksana Allah yang telah menganugerahkan rasa kasih saying kepada semua ibu dan bapak untuk

Dokumen terkait