• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN PAI DENGAN METODE

C. Retensi

6. Pengukuran Tingkat Retensi

Dalam kegiatan belajar mengajar, selalu akan dilakukan usaha untuk menilai sejauh mana siswa yang belajar mencapai kemajuan.

Usaha ini tidak lain merupakan usaha untuk mengukur sejauh mana hasil penguasaan materi atau konsep yang dicapai. Dengan menilai penguasaan materi atau konsep setelah pembelajaran berlangsung, akan dapat diketahui tingkat retensi yang terjadi pada siswa yang ditandai seberapa banyak materi atau konsep tersebut membekas pada ingatan siswa.

Nasution menyebutkan “Pengukuran adalah proses menentukan luas sesuatu dan bersifat kuantitatif”.74

Suharsimi Arikunto menyebutkan “pengukuran adalah membandingkan sesuatu yang sedang diukur dengan suatu alat mengukur secara deskriptif, tidak evaluatif”.75

Jadi dapat disimpulkan pengukuran adalah kegiatan menentukan sesuatu dengan menggunakan suatu alat pengukur dan bersifat kuantitatif.

Untuk mengukur tingkat retensi umumnya suatu tindakan yang berbentuk tes ingatan. Melalui tes ingatan ini dapat diukur tingkat

74 Nasution, Ibid, hlm 53

75 Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 1999), hlm 4

50

retensi siswa setelah mempelajari suatu konsep atau materi setelah pembelajaran berlangsung dalam jangka waktu yang ditentukan.

Secara garis besar pengukuran ingatan dapat dikelompokkan menjadi dua macam yaitu tes ingatan langsung (eksplisit) dan tidak langsung (implisit).

a. Tes Ingatan Langsung (Eksplisit)

Tes ingatan langsung mengacu pada peristiwa-peristiwa. Sasaran dalam sejarah subjek, yang menunjuk pada konteks dan ruang dan waktu. Misalnya tanggal, hari, jam atau tempat dan lingkungan peristiwa. Contoh tes-tes ingatan langsung adalah tes rekognisi dan recall.

b. Tes Ingatan Tidak Langsung (Implisit)

Tes ingatan tidak langsung merupakan tugas-tugas yang mengharuskan subjek melakukan aktivitas-aktivitas kognitif atau motorik. Sementara itu perintah-perintah tes mengacu pada tugas-tugas yang sedang dihadapi dan bukan pada peristiwa sebelumnya.

Contoh tes ingatan tidak langsung misalnya tes pengetahuan konseptual, factual, leksikal, persepsual dan pengetahuan prosedural.

Selain itu suatu pengukuran atau penilaian tidak lepas dari ketentuan-ketentuan tertentu guna memperoleh penilaian yang baik.

Sumadi Suryabrata (1990:327-330) menyebutkan bahwa syarat-syarat tes yang baik adalah sebagai berikut.

a) Tes itu harus reliable

Artinya tes itu memiliki keajegan hasil dimana jika suatu tes itu diberikan kepada sekelompok subjek sekarang, dan diberikan kepada subjek yang sama itu di lain waktu hasilnya sama atau hampir sama.

b) Tes itu harus valid

Artinya tes tersebut mengukur apa yang seharusnya diukurnya.

Misalnya tes untuk mata pelajaran matematika harus benar-benar

51

dan hanya mengukur kepandaian siswa dalam mempelajari matematika. Tidak boleh mata pelajaran yang lain.

c) Tes itu harus objektif

Artinya tes tersebut memberikan hasil yang sama jika sekiranya tes tersebut discore oleh orang yang berlainan dalam waktu yang berbeda. Jadi bagaimana hasil score itu tidak tergantung kepada subjek yang memberikan score.

d) Tes itu harus diskriminatif

Artinya tes itu tersusun sedemikian rupa dapat melacak atau menunjukkan perbedaan-perbedaan yang kecil.

e) Tes itu harus comprehensive

Artinya tes tersebut mencakup segala persoalan yang harus diselidiki. Tes tersebut harus dapat memberikan informasi mengenai seluruh bahan yang telah diajarkan.

f) Tes itu harus mudah digunakan

Artinya tes itu harus mudah digunakan kiranya cukup jelas memanfaatkannya.

Dikaitkan dengan masalah penelitian ini tes yang digunakan untuk mengukur tingkat retensi siswa pada mata pelajaran PAI khususnya pada pokok bahasan shalat digunakan tes tidak langsung karena yang dinilai adalah hasil dari pembelajaran yang telah berlangsung dalam beberapa waktu, apakah konsep-konsep yang telah diajarkan dapat digunakan dalam memecahkan masalah bukan pada proses belajarnya. Selain itu tes diasumsikan memenuhi syarat-syarat di atas. Mengingat butir soal diperoleh dari rencana pembelajaran atau satuan pelajaran dan harus sesuai dengan materi yang telah diajarkan.

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Salah satu tugas sekolah, memberikan pengajaran kepada anak didik.

Mereka harus memperoleh kecakapan dan pengetahuan, di samping mengembangkan pribadinya. Pemberian kecakapan dan pengetahuan kepada peserta didik yang merupakan proses pengajaran (PBM) itu dilakukan guru di sekolah, menggunakan metode-metode tertentu, cara inilah yang sering kita sebut metode pembelajaran.

Kenyataan telah menunjukan bahwa manusia dalam berbagai hal selalu berusaha mencari efisiensi kerja dengan memilih dan menggunakan berbagai metode yang dianggap untuk mencapai tujuan. Demikian pula halnya pembelajaran di sekolah. Para pendidik selalu berusaha memilih metode pembelajaran yang efektif dan efisien.

Jadi jelas bahwa metode cara berfungsi] sebagai alat untuk mencapai tujuan. Makin tepat metode, diharapkan makin efektif pula pencapai tujuan tersebut, khususnya bidang pengajaran di sekolah ada beberapa faktor lain yang ikut berperan menentukan efektifnya metode mengajar, antara lain faktor pendidik, anak, dan lingkungan.

Pengetahuan mengenai metodologi pengajaran ini sangat penting bagi para pendidik dan calon pendidik. Metode pengajaran pada hakikatnya merupakan penerapan prinsip-prinsip psikologi dan prinsip-prinsip pendidikan bagi perkembangan anak didik. Metode pengajaran harus bersifat interaktif edukatif untuk mempertinggi kualitas hasil pendidikan dan pengajaran di sekolah.1

Kegiatan belajar mengajar meliputi dua pokok kegiatan yaitu kegiatan pendidik mengajar dan kegiatan siswa belajar. Mengajar pada umumnya diartikan sebagai usaha pendidik untuk menciptakan

1B.Suryo Subroto, Proses Belajar Mengajar di Sekolah, (Jakarta: RINEKA CIPTA, 2002), cet 1 hlm 149

2

kondisi atau mengatur lingkungan sedemikian rupa sehingga interaksi antara peserta didik, pendidik, peserta didik dan lingkungannya.2

Sebuah metode pengajaran harus mampu diterima siswa dengan baik.

Metode mengajar harus sedemikian rupa disajikan seefektif mungkin agar siswa dapat menerima pelajaran dengan optimal. Metode-metode yang tepat diharapkan dapat mempermudah penerimaan siswa, dan tanpa mempersulit..

Ada beberapa metode, salah satunya metode demonstrasi. Metode demonstrasi merupakan metode mengajar yang sangat efektif, karena dapat membantu siswa untuk memperjelas suatu pengajaran dan membantu peserta didik untuk mempermudah. menerima materi pelajaran dan dapat membekas dalam ingatan, karena belajar melalui melihat, mendengar serta mempraktikkan.

Metode demonstrasi sebagai metode penyajian pelajaran dengan memperagakan dan mempertunjukkan kepada siswa tentang proses situasi tertentu, baik sebenarnya atau hanya sekedar tiruan. Sebagai metode penyajian, metode demonstrasi tidak lepas dari penjelasan secara lisan oleh guru. Walaupun dalam proses demonstrasi peran siswa hanya sekedar memperhatikan, akan tetapi demonstrasi dapat menyajikan bahan pelajaran lebih konkerit. Dalam strategi pembelajaran, demonstrasi dapat digunakan untuk mendukung keberhasilan strategi pembelajaran ekspositori dan inkuiri.3

Proses dan segala macam belajar melibatkan ingatan, jika tidak dapat mengingat atau mengenai pengalaman yang dialami, maka tidak akan belajar apa-apa. Kehidupan hanya merupakan pengalaman sementara yang saling berkaitan satu dengan yang lainnya. Seseorang tidak dapat melakukan percakapan walaupun sangat sederhana sekalipun. Untuk berkomunikasi seseorang harus mengingat pikiran yang akan diungkapkan dan fikiran yang baru disampaikan. Tanpa ingatan seseorang tidak dapat merefleksikan diri sendiri, karena pemahaman diri tergantung kepada suatu kesadaran yang berkesinambungan yang hanya bisa dilaksanakan dengan adanya ingatan.

2 Zuhairini, et. al. , Metode Mengajar Agama, (Solo: Ramdani,2004), hlm 78

3 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran, (Jakarta: Kencana, 2007), hlm 152

3

Peningkatan kemampuan ini banyak tergantung dari perbaikan metode belajar, motivasi untuk belajar dan aktivitas mengingat-ingat itu sendiri.4

Ingatan merupakan elemen dasar mengajar dan belajar. Mengingat berarti menyarap dan melekatkan pengetahuan dengan jalan pengecaman secara aktif. Fungsi ingatan itu sendiri meliputi tiga aktivitas, yaitu:

mencamkan(menangkap atau menerima kesan), menyimpan kesan-kesan, memproduksi kesan-kesan.5

Keseluruan proses pendidikan di sekolah, PBM mengajar merupakan inti dari proses pendidikan. Secara keseluruan guru merupakan pemegang peran utama. Pemahaman akan pengertian dan pandangan akan banyak mempengaruhi peran dan aktifitas guru dalam mengajar.6 Sekali lagi keberhasilan atau tidaknya pencapaian tujuan pendidikan banyak tergantung kepada bagaimana proses pembelajaran yang dialami siswa sebagai peserta didik yang belajar dan guru yang membelajarkan siswa. Dalam hal ini guru mempunyai peran yang penting dalam menentukan kuantitas dan membuat perencanaan secara seksama dalam meningkatkan kesempatan belajar bagi siswanya dan memperbaiki kualitas mengajarnya dan mengembangkan kepribadian.7

Guru berperan sebagai pengelola PBM bertindak selaku fasilitator yang berusaha menciptakan kondisi belajar mengajar, mengembangkan bahan pelajaran dengan baik dan meningkatkan kemampuan untuk menyimak pelajaran-pelajaran dan mengusai tujuan-tujuan pendidikan yang harus dicapai.8 Pembelajaran di harapkan dapat lebih efektif dan efisien dan siswa lebih aktif di dalam kelas.

Sebuah metode pembelajaran ditujukan untuk menciptakan keberhasilan dalam proses pendidikan. Pendidikan merupakan usaha sadar dan

4 Y. B. Sudarmanto, Tuntunan Metodologi Belajar, (Jakarta: PT Gramedia, 2002), cet 4, hlm 66

5 Wasty Soemanto, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: PT RINEKA CIPTA, 2001), cet 4, hlm 28

6 Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: Rosdakarya, 2002), hlm 6

7 Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Perspekif Islam, (Bandung: Rosdakarya, 2004), cet 4 hlm 27

8 Ibid, hlm 12

4

terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara akif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.9 Maka dari sini pendidikan diharapkan mempunyai peranan yang sangat penting untuk menjamin perkembangan dan kelangsungan hidup bangsa.

Pembelajaran merupakan proses interaksi antara peserta didik dan lingkungannya, sehingga terjadi perubahan perilaku kearah yang lebih baik.10 Proses pembelajaran merupakan proses perubahan status siswa lack of knowledge to knowledge. Keberhasilan proses pembelajaran ditujukan dengan terjadinya perubahan sikap dan perilaku serta peningkatan status pengetahuan dan dari hal yang belum tahu menjadi tahu.

Ingatan merupakan mitra untuk mengembangkan semua ketrampilan mental. Kunci untuk belajar adalah kemampuan otak untuk mengubah pengalaman yang ada sekarang menjadi sandi dan menyimpannya agar kemudian hari ingatan tersebut dapat dipanggil kembali demi kepentingan anda.11 Metode demonstrasi mampu membuat arah PBM lebih efektif dan efisien. Hal ini dikarenakan metode demonstrasi melibatkan pendengaran, penglihatan, dan praktik pembelajaran.

Kontek pendidikan agama Islam, metode demonstrasi digunakan untuk memperagakan gerakan shalat, wudhu, haji, sehingga mudah diterima siswa. Pendidikan dan pembelajaran merupakan salah satu wahana yang dapat mempengarui pertumbuhan dan perkembangan potensi peserta didik. Hal ini sesuai fungsi pendidikan nasional, maka peran pendidik tenaga professional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan, serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat.12

9 Djamaluddin Darwis, Srategi Pembelajaran, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1999), hlm 74

10 E Mulyasa, Kurikulum B erbasis Kompetensi, (Bandung: Rosdakarya, 2004), hlm, 100

11 David Gamon, Cara Baru Mengasuh Otak dengan Asysik, terj Ramdani A, (Bandung:

Mizan Pustaka, 2005), hlm 76

12 UU RI No. 20 Tahun 2003, SISDIKNAS, (Bandung : Citra Umbara, 2003), hlm 27

5

Permasalahan gaya mengajar, guru mempunyai peran sebagai pengelola pembelajaran. Untuk mengatasi hambatan belajar, guru melaksanakan manajemen kelas yang baik, di antaranya variasi metode mengajar. Variasi metode mengajar guru yang diharapkan perubahan yang tidak ambisius, tetapi realitis dan sederhana.13

Berawal dari latar belakang, penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul .’ EFFEKTIVITAS PEMBELAJARAN PAI DENGAN METODE DEMONTRASI UNTUK MENINGKATKAN RETENSI SISWA SKKD SHALAT KELAS VIII SEMESTER GANJIL DI SMPN 16 SEMARANG TAHUN AJARAN 2008/2009”

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, maka perumusan masalah pada penelitian ini:

Bagaimanakah efektivitas pembelajaran PAI dengan metode demonstrasi untuk meningkatkan retensi siswa SKKD shalat kelas VIII semester ganjil di SMP N 16 Semarang tahun ajaran 2008-2009?

C. Penegasan Istilah

Sebelum membahas lebih lanjut, penulis akan menjelaskan judul penelitian ini berdasarkan permasalahan yang penulis bahas, dengan harapan agar mudah dipahami dan tidak terjadi kesalahpahaman salah tafsir. Adapun judul skripsi yang penulis bahas yaitu “ Efektivitas pembelajaran PAI dengan metode demonstrasi untuk meningkatkan retensi siswa SKKD shalat siswa kelas VIII semester ganjil di SMP N 16 Semarang tahun ajaran 2008-2009)”.

Untuk itu, penulis menjelaskan istilah-istilah judul tersebut. Adapun istilah-istilah yang terdapat dalam judul sebagai berikut:

1. Efektivitas

Efektivitas merupakan suatu organisasi berhasil mendapat dan memanfaatkan sumber daya dalam usaha mewujudkan tujuan

13 Zainal Aqib, Penelitian Tindakan Kelas, (Bandung : Yrama Widya, 2007), hlm 85

6

operasional.14 Jadi efektivitas berkaitan dengan terlaksananya semua tugas pokok, tercapainya tujuan ketepatan waktu, dan partisipasi akir dari anggota. Jadi efektivitas Pembelajaran yaitu bagaimana program tersebut berhasil melaksanakan semua tugas pembelajaran, memanfaatkan sumber belajar untuk menyukseskan implementasi kurikulum

2. Pembelajaran

Pembelajaran atau ungkapan yang lebih dikenal sebelumnya dengan pengajaran merupakan proses interaksi yang berlangsung antara guru dan juga siswa atau juga merupakan sekelompok siswa dengan tujuan untuk memperoleh pengetahuan, keterampilan, sikap serta menetapkan apa yang dipelajari itu.15

3. Pendidikan Agama Islam

PAI merupakan upaya sadar dan terencana menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati, hingga mengimani ajaran agama Islam, dibarengi dengan tuntunan untuk menghormati penganut ajaran agama lain dalam hubungannya kerukunan antar umat beragama hingga terwujud kesatuan dan persatuan bangsa.16

4. Metode Demonstrasi

Metode merupakan jalan atau cara yang dilalui untuk mencapai tujuan.17

Menurut Zakiah Daradjat dkk, metode demonstrasi yaitu metode pengajaran yang menggunakan peragaan untuk menjelaskan suatu pengertian atau melibatkan bagaimana melakukan sesuatu kepada anak didik18

14E Mulyasa, Implementasi kurikulum 2008, (Bandung: PT Rosda Karya, 2005), hlm 89

15S. Nasutiom, Kurikulum dan Pengajaran, (Jakarta: Bumi Aksara: 2000), hlm. 102.

16Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi Kensep dan Implementasi Kurikulum 2004, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2004), hlm130

17Armai Arief, Pengantar Ilmu Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta : Ciputat Pres, 2002), hlm 40

18 Zakiah Darajat dkk, Metode Khusus Pendidikan Agama Islam, (Jakarta :Bumi Aksara, 1998), hlm 296

7

Jadi metode demonstrasi merupakan metode mengajar yang menggunakan peragaan untuk memperjelas suatu pengertian atau melibatkan bagaimana sesuatu kepada anak didik

5. Retensi

Retensi yaitu apa yang ditinggalkan dan dapat diingat kembali setelah seseorang mempelajari sesuatu, sehingga apa yang dipelajari dapat bertahan atau ditinggalkan lebih lama dalam struktur kognitif dan dapat dingat kembali jika diperlukan.19 Ingatan adalah daya untuk mencamkan, menyimpan dan memproduksi kembali kesan-kesan yang telah dialami dari aktivitas manusia mendapat pengetahuan.20

6. Siswa yaitu peserta didik yang belajar di SMP N 16 Semarang.

D. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Secara umum, penelitian ini bertujuan untuk mencari data dan informasi, kemudian dianalisis untuk menyajikan gambaran yang semaksimal mungkin tentang: efektivitas pembelajaran PAI dengan metode demonstrasi untuk meningkatkan retensi siswa SKKD shalat pada siswa kelas VIII semester ganjil di SMPN 16 Semarang tahun ajaran 2008-2009.

2. Manfaat Penelitian a. Secara Teoritis

Dapat memberikan masukan dan informasi secara teori dan penelitian ini sesuai dengan tema dan judul skripsi, utamanya masalah efektivitas pembelajaran PAI dengan metode demonstrasi meningkatkan retensi siswa pada pokok bahasan shalat pada siswa kelas VIII semester ganjil di SMPN 16 Semarang tahun ajaran 2008-2009.

19 Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2001), hlm 143

20 Baharuddin ,Psikologi Pendidikan ,(Yoyakarta Ar Ruzz Media,2007)cet 1,hal 111

8

b. Secara Praktis 1) Bagi sekolah

Sebagai bahan dan masukan serta informasi bagi pimpinan terutama dalam mengefektifkan pembelajaran PAI dengan metode demonstrasi dalam meningkatkan retensi siswa.

2) Bagi siswa

Diharapkan para siswa dapat menjadikan skripsi ini sebagai wahana informasi dan masukan untuk mengefektifkan pembelajaran PAI dengan metode demontrasi meningkatkan retensi siswa dan mata pelajaran lain pada umumnya.

3) Bagi peneliti

Dapat menambah pengalaman dan pengetahuan baru khususnya dibidang penelitian tindakan kelas ini.

E. Kerangka Teoritik 1. Kerangka Teoritik

Menurut Zakiah Daradjat, metode demonstrasi merupakan salah satu metode pengajaran yang menggunakan peragaan untuk memperjelas sesuatu pengertian untuk memperlihatkan bagaimana melakukan sesuatu kepada anak didik.21 Hal ini dimaksudkan agar siswa mendapat pengetahuan secara riel tentang proses pembuatan, proses kerja, proses pengaturan, fungsi dan jenis unsur mengenai ketepatan, kebenaran, dan sebagainya. Metode demonstrasi dilaksanakan dengan dua indera (penglihatan dan pendengaran) dan diharapkan mampu meningkatkan retensi siswa.

Keseluruan pendidikan sekolah, kegiatan belajar mengajar merupakan kegiatan yang paling pokok ini berarti bahwa berhasil atau tidaknya pencapaian tujuan pendidikan banyak tergantung pada bagaimana proses belajar yang dialami oleh siswa sebagai anak didik. Belajar yaitu tahapan perubahan seluruh tingkah laku individu yang relatif menetap

21 Zakiah Darajat, Op.cit, hlm 296

9

sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang minitik beratkan proses kognitif.22

Banyak metode pengajaran yang digunakan untuk PBM, diantaranya ceramah, drill, pembiasaan, simulasi, demontrasi dan sebagainya, kesemua metode pembelajaran itu mempunyai kelebihan dan kekurangan.

Pendidikan agama Islam, metode demonstrasi digunakan untuk memperagakan gerakan shalat, wudhu, haji, tidak semua materi pelajaran dapat menngunakan metode demonstrasi.

Metode demonstrasi bahan pelajaran lebih konkret dan lebih menarik. Sebab siswa tidak hanya mendengar, tetapi melihat peristiwa yang terjadi. Siswa akan memiliki kesempatan langsung untuk membandingkan teori dan kenyataan. Tujuan utama metode demostrasi yaitu menghilangkan verbalisme, sebab siswa langsung mengamati bahan pelajaran yang disajikan. Di satu sisi metode demonstrasi memerlukan persiapan yan matang. Tanpa persiapan yang memadai, metode demonstrasi bisa gagal, sehingga tidak efektif lagi. Seorang guru menerapkan metode demonstrasi memerlukan kemampuan dan keterampilan khusus untuk bekerja lebih professional. Metode demonstrasi memerlukan kemauan dan motivasi guru untuk keberhasilan proses pembelajaran siswa.23

Metode ceramah dapat diartikan sebagai cara penyajian pelajaran melalui penuturan secara lisan atau penjelasan langsung kepada sekelompok siswa. Metode ceramah merupakan metode yang bisa dikatakan mudah karena tidak memerlukan peralatan yang lengkap seperti metode demonstrasi, sehingga meteri dapat yang dapat dikuasi siswa sebagai hasil ceramah akan terbatas pada apa yang dikuasi guru. Metode ceramah sangat sulit untuk mengetahui apakah seluruh siswa diberi kesempatan bertanya dan tidak ada seorangpun yang bertanya, semua itu tidak menjamin pemahaman seluruh siswa. Metode ceramah menyebabkan verbalisme kerena jika disadari setiap siswa memiliki kemampuan yang tidak sama

22 Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, (Jakarta: Logos, 2006), cet VI, hal 64

23 Wina Sanjaya, Op.Cit, hlm 153

10

termasuk ketajaman menangkap materi pembelajaran melalui pendengaran.24

Proses pembelajaran khususnya dalam meningkatkan retensi, sebuah pembelajaran harus bermakna, konstektual dan mudah diterima siswa

F. Metodologi penelitian

Penelitian yang digunakan penulis yaitu penelititian tindakan kelas (action research). Penelitian tindakan merupakan suatu proses yang memberikan kepercayaan kepada pengembang kekuatan berpikir reflektif, diskusi, penentuan keputusan dan tindakan orang-orang biasa yang berpatisipasi dalam penelitian untuk mengatasi kesulitan-kesulitan yang mereka hadapi dalam kegiatannya.25

Senada dengan Ebbut Penelitian Tindakan Kelas (PTK), yaitu kajian sistematik dari upaya perbaikan pelaksanaan praktek pendidikan oleh sekelompok guru dengan melakukan tindakan-tindakan pembelajaran berdasarkar refleksi mereka mengenai hasil dari tindakan-tindakan tersebut.26 1. Model Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini dipilih model spiral dari Kemmis dan Taggart yang terdiri dari beberapa siklus tindakan pembelajaran berdasarkan refleksi mengenai hasil dari tindakan-tindakan pada siklus sebelumnya.

Setiap siklus tersebut terdiri dari empat tahapan yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, pengamatan (observasi), dan refleksi.

24 Ibid, hlm 147

25 Nana Saodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2005), hlm. 142

26 Ebbut, dikutip dalam Wiriatmacja, Metode Penelitian Tindakan Kelas, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2005), hlm.12

11

Model Spiral dari Kemmis dan Taggart27

Dts.

Prosedur penelitian tindakan kelas ini terdiri dari 4 tahap. Secara rinci prosedur penelitian tindakan ini sebagai berikut:

a. Perencanaan

1) Mengidentifikasi khusus 2) Mengidentifikasi masalah

3) Mencarikan Alternati pemecahan

4) Membuat satuan tindakan (pemberian bantuan) b. Pelaksanaan tindakan

Kegiatan yang dilaksanakan tahap ini yaitu melaksanakan tindakan upaya meningkatkan semangat belajar peserta didik pembelajaran PAI yang telah direncanakan.

c. Observasi

Tahap ini dilaksanakan observasi terhadap pelaksanaan tindakan dengan menggunakan observasi yang telah dipersiapkan.

Peneliti mempersiapkan lembar observasi yang telah disiapkan untuk mengetahui kondisi kelas terutama semangat belajar peserta didik dalam pembelajaran. Penelitian ini hasil pengamatan

27 Rochiati Wiraatmaja, Op.Cit., hlm. 66

Perencanaan

Pelaksanaan Refleksi

Perencanaan Pengamatan

SIKLUS I

SIKLUS II Refleksi

Pengamatan

Pelaksanaan

?

12

kemudian didiskusikan dengan kolaborator yaitu guru bidang study PAI untuk didiskusikan dan dicari solusi dari permasalahan yang ada pada waktu pembelajaran berlangsung.

d. Refleksi

Data-data yang diperoleh melalui observasi dikumpulkan dan dianalisis. Berdasarkan hasil observasi guru dapat merefleksi diri tentang upaya meningkatkan semangat belajar peserta didik untuk pembelajaran PAI. Melihat dan observasi, apakah kegiatan yang telah dilakukan dapat meningkatkan semangat belajar peserta didik dalam belajar PAI

Berdasarkan hasil refleksi ini akan dapat diketahui kelemahan kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh guru sehingga dapat digunakan untuk menentukan tindakan kelas pada siklus berikutnya.

2. Fokus dan Ruang lingkup

Penelitian ini, penulis lebih menfokuskan pada ruang lingkup masalah penelitian yang bertumpu pada upaya menumbuhkan semangat pembelajaran PAI dengan metode demonstrasi untuk meningkatan retensi siswa SKKD shalat siswa kelas VIII di SMP N 16 Semarang.

3. Variabel Penelitian

Variabel indikator yang diamati dalam penelitian ini meliputi:

a. Proses pembelajaran pada bidang studi PAI di kelas VIII SMP N 16 Semarang

b. Kesiapan siswa dalam menerima pelajaran c. Keaktifan siswa dalam pembelajaran d. Hasil Belajar

4. Kolaborator

Kolaborator Penelitian Tindakan Kelas (PTK) merupakan orang yang membantu untuk mengumpulkan data-data tentang penelitian yang sedang di garap bersama-sama dengan peneliti. Kolaborator penelitian ini yaitu guru PAI di SMP N 16 yaitu Ibu Siti Maryam S. Pd. I

13

5. Jadwal Pelaksanaan Penelitian

Berikut ini merupakan jadwal rencana kegiatan penelitian tindakan kelas yang akan dilaksanakan di SMP N 16 Semarang.

Waktu (minnggu) ke- No. Rencana kelas dan alat

X

14

tindakan siklus

tindakan siklus

Dokumen terkait