HAK-HAK PERLINDUNGAN ANAK DALAM PERKAWINAN BEDA AGAMA
1. Pengertian Perlindungan Negara
Sebelum kita memaparkan menegnai prihal perlindungan anak yang diatur oleh negara sangat perlu dirasa untuk menjelaskan maksud dari perlindungan negara terhadap anak. Di kamus bahasa Indonesia dijelaskan bahwa perlindungan hukum merupakan suatu ketentuan perbuatan dalam rangka melindungi pelaku hukum berlandaskan pada ketentuan-ketentuan dari peraturan perundangan yang berlaku84.
Adapaun definisi yang lain disebutkan juga bahwa perlindungan hukum merupakan suatu perbuatan dalam rangka untuk melindungi subyek (pelaku) hukum berdasarkan perundang-undangan yang berlaku dengan disertai adanya hukuman-hukuman jika ditemukan ada yang mengerjakana
84 Depdikbut, 1989, “Kamus Besar Bahasa Indonesia”, Buku Satu, Balai Pustaka Utama, Jakarta. h. 874
69 wanprestasi85.
Menurut Chairul Badriyah pengertian anak adalah manusia yang masih berumur kurang dari delapan belas tahun, namun diberikan juga batasan pengakuan umur yang berbeda yang mungkin diterapkan dalam perundangan nasional86.
Sedangkan perlindungan anak sendiri jika kita melihat kepada ketentuan umum pada pasal (I) ayat (2) UU No. 23 tahun 2002 prihal perlindungan anak ditegaskan: “Perlindungan anak merukapakan segala kegiatan yang menjamin dan melindungi anak dan hak-haknya untuk dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi secara optimal sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari segala kekerasan dan kriminalitas”.
Dalam undang-undang hukum positif dijelaskan secara beragam mengenai tentang karakter anak dan ini disebabkan karena setiap perundangan memiliki aturan khusus dalam mengeatur mengenai tentang anak87. Misalnya disebutkan dalam hukum perdata yang diatur dalam pasal 330 ayat (1) berbunyi: orang belum dewasa adalah mereka yang belum mencapai umur dua puluh satu tahun dan tidak lebih dahulu kawin.
85
Soedikno Mortokusumo, 1991, “mengenal Hukum (Suatu Pengantar)”, Liberty, Yogyakarta, h. 9
86 Chairul Badriyah, “Perlindungan Anak Menurut Konvensi Hak-Hak Anak”,
Makalah, Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, Medan 2001
87 Christiyanti Simanjuntak, “Analisis Yuridis Perlindungan Anak Akibat
Perceraian dari Perkawinan Beda Agama”, Mahasiswi Universitas Tanjung
70
Begitu juga disebutkan mengenai prihal anak dalam ketentuan umum mengenai tentang kesejahtraan anak disebutukan pada pasal 1 ayat (2) UU No. 04 tahun 1979 bahwa: “Anak adalah ia yang belum mencapai umur dua puluh satu tahun dan belum pernah menikah”. Dan ada pula pasal yang menyatakan hal yang serupa dalam prihal perlindungan anak tepatnya pasal 1 ayat (1) UU No. 23 tahun 2002 bahwa “Anak adalah ia yang belum mencapai usia delapan belas tahun dan termasuk anak yang masih dalam janin ibunya.
Dari semua paparan mengenai tentan pengertian anak dari yang sampai umur dua puluh satu dan ada pula yang sampai delapan belas tahun sebagai batas akhir seseorang itu dinamakan masih anak tetap memiliki satu poin yaitu membasah perlindungan anak88.
Dengan berbagai definisi dan pandangan-pandangan pakar hukum positif mengenai tentang perlindungan hak anak yang dimana memiliki suatu tujuan yaitu perlindungan terhadap anak. Perlindungan ini sangat diperhatikan sebab anak merupakan generasi yang akan melanjutkan benang rajut pendahulunya, maka sudah tentu membutuhkan perlindungan atau harus dilindungi baik tindakan kriminalisasi dan lain sebagainya sebab katagori anak adalah masih belum memiliki prinsip kuat, labil, mudah goyah atau pun masih cepat terdoktrin sebagaimana dikatakan oleh Kartini Kartono bahwa anak merupakan manusia normal yang masih muda serta
88 H. Muladi, 2005, “Hak Asasi Manusia”, PT. Refika Aditama, Bandung. h.
71
sedang mencari jati dirinya atau menentukan identiasnya dan masih tergolong labil sehingga mudah terpengaruh dengan lingkungan hidupnya89.
2. Pengertian Hak
Setelah memnyelami definisi dan pemahaman mengenai perlindungan engara atau hukum negara di indonesia maka kita mencoba untuk memahami mengenai tentang hak. Secara etimologi hak berasal dari bahasa arab yang memiliki variasi makna diantaranya kepastian atau ketetapan, kebenaran, dan menjelaskan. Sedangkan hak secara terminologi dalam pandangan Notonegoro bahwa hak adalah adanya kuasa untuk menerima atau memperbuat suatu hal yang semestinya untuk dimiliki oleh pihak tertentu dan tidak dapat diambil oleh pihak lain dengan cara apapun yang pada dasarnya bisa dirampas secara paksa olehnya. Sedangkan menurut Sudarsono hak adalah kewenangan untuk melakukan sesuatu yang telah dilegalkan oleh undang-undang90
Namun, dikarekan anak merupakan calon generasi selanjutnya yang akan melanjutkan perjuangan dan kemajuan suatu negara dan bangsa maka anak perlu mendapatkan perhatian untuk dilindungi. Dan hal itu akan terealisasi dengan adanya pengakuan keeksistensian suatu hukum atas legalitasnya sebagai sarat mutlak dalam mencapai tujuan
89 Kartini Kartono, 1981, “Gangguan-gangguan Psikis”, Sinar Baru, Bandung,
h. 189
90 Teungku Muhammad Hasbi as-Shiddiqey, “Pengantar Fikih Muamalah”,
72
nasional yaitu tegaknya negara hukum yang telah diramu dalam UUD NKRI 1945 melalui proses hukum yang adil maka oleh karena itu anak bangsa perlu mendapatkan perhatian yang sama di depan hukum91
Selain dari pendapat diatas dikatakan juga oleh Satjipto Rahardjo bahwa hak menurutnya adalah hak kekuasaan yang diberikan oleh hukum kepada seorang individu yang bertujuan untuk menjaga kepentikan individu tersebut92.
3. Hak dan perlindungan anak beda agama
Adapun hak-hak yang diberikan kepada anak terkhususnya anak beda agama sudah diselaraskan antara hukum Islam dan hukum yang berlaku di Indonesia sebagaimana yang dijelaskan pada undang-undang nomor 23 tahun 2002 tentang perlindungan anak. Adapun hak-hak itu adalah:
9. Semua anak yang lahir berhak mendapatkan hak untuk hidup, tumbuh dan berkembang bahkan diberikan hak untuk bisa berkonstribusi namun sesuai dengan harkat dan martabat norma kemanusiaan begitu juga seorang anak mendapatkan hak perlindungan dari deskriminasi berupa kekerasan.
10. Semua anak diberikan hak mendapatkan status agar menjadi warga negara.
91 Nyoman Sujana,” Kedudukan Hukum Anak Luar Kawin dalam Perspektif
Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 46/PUU-VII-2010”, (Yogyakarta:
Aswanja Pressindo, 2011) h. 150
73
11. Semua anak berhak melakukan ibadah sesuai kepercayaan yang ia yakini, dan berfikir serta berekspresi sesuai dengan kualitas intelektual dan usianya di bawah arahan orang tua. 12. Semua anak berhak mengetahui siapa orang tuanya dan
dibesarkan oleh orang tuanya.
13. Semua anak berhak mendapatkan pelayanan baik itu keseahatan atau jaminan sosial yang disesuaikan dengan kebutuhannya baik berupa fisik atau mental, spiritual atau pun sosial.
14. Semua anak diberikan hak untuk memperoleh pendidikan untuk mengembangkan dirinya baik itu kecerdasannya atau keahliannya sesuai yang diminatinnya.
15. Semua anak berhak memberikan pendapat dan diperhatikan pendapatnya, dan semua anak pula diberikan hak untuk menerima, mencari bahkan memberikan berita sesuai dengan tingkat kualitas kecerdasannya.
16. Semua anak berhak memperoleh waktu untuk beristirahat, bermain, memanfaatkan waktu luangnya, mengembangkan kekreatifitasannya sesuai dengan bakat dan minatnnya Ini semua merupakan permasalahan mengenai tentang hak bagi seorang anak dalam hukum terkait dengan beda agama yang dijelaskan di dalam undang-undang nomor 23 tahun 2002 tentang perlindungan anak.93 Sedangkan hak-hak beda agama dalam Islam sendiri ada beberapa hak yang diberikan kepada anak yang disebabkan karena pernikahan beda agama yang
93 Darwan Prints, “Hukum Anak Indonesia”, (Bandung: Citra Aditya Bakti, 2003) Cet-2, hl. 150
74
sesuai dengan pasal 1 dan pasal dua undang-undang perkawinan yaitu bisa diklasifikasikan dalam enam aspek yaitu aspek undang-undang dasar NKRI 1945, aspek perkawinan, aspek kesejahtraan, aspek hak asasi manusia (HAM), aspek kewarganegaraan, aspek perlindungan anak94:
C. Implikasi Perkawinan Beda Agama terhadap Perlindungan