• Tidak ada hasil yang ditemukan

5.4 Komponen Biaya Persediaan Produk Ikan Segar

5.4.1 Biaya Pemesanan Produk Ikan Segar

Biaya pemesanan produk ikan segar Giant Hypermarket Bekasi untuk setiap kali pemesanan meliputi biaya pesan dengan menggunakan email dan fax, biaya administrasi dan biaya tenaga kerja. Rincian biaya pemesanan produk ikan segar Giant Hypermarket Bekasi untuk setiap kali pemesanan dapat dilihat dalam Tabel 4.

Tabel 4. Biaya Pemesanan Ikan Segar Per Pesanan Giant Hypermarket Bekasi Tahun 2007

No Jenis Ikan Biaya Pemesanan (Rp/Pesanan) Total Order by email Order by fax Administrasi Tenaga Kerja Rp/Pesanan 1 Bawal Hitam 22,33 483,14 22.735,79 156,15 23.397,41 2 Kembung Banjar 11,16 241,57 11.367,90 78,08 11.698,70

3 Patin 8,59 185,82 8.744,53 60,06 8.999,00

4 Bandeng Super 14,60 315,90 14.865,71 102,10 15.298,31 5 Tongkol Besar 12,02 260,15 12.242,35 84,08 12.598,60

6 Ayam-ayam 5,67 122,64 5.771,39 39,64 5.939,34 7 Kakap Merah Bulat (K) 13,74 297,31 13.991,26 96,09 14.398,40

Sumber : Data Olahan dari Lampiran 5.

5.4.2 Biaya Penyimpanan Produk Ikan Segar

Biaya penyimpanan produk ikan segar yang dikeluarkan setiap tahun oleh Giant Hypermarket Bekasi karena adanya penyimpanan ikan dalam chiller (ruang inventory) meliputi biaya fasilitas yaitu listrik dan es, biaya sewa tempat, dan biaya tenaga kerja. Keseluruhan biaya penyimpanan dihitung per kilogram selama satu tahun. Rincian biaya penyimpanan produk ikan segar Giant Hypermarket Bekasi dapat dilihat dalam Tabel 5.

Tabel 5. Biaya Penyimpanan Ikan Segar Per Kg Giant Hypermarket Bekasi Tahun 2007

No Jenis Ikan Biaya Penyimpanan (Rp/Kg/Thn) Total

Fasilitas Sewa Tempat Tenaga kerja Rp/Kg/Thn 1 Bawal Hitam 4.843,63 33.461,23 1.037,81 39.342,67 2 Kembung Banjar 4.036,36 27.884,36 864,84 32.785,56 3 Patin 2.421,82 16.730,61 518,91 19.671,34 4 Bandeng Super 4.843,63 33.461,23 1.037,81 39.342,67 5 Tongkol Besar 4.036,36 27.884,36 864,84 32.785,56 6 Ayam-ayam 2.421,82 16.730,61 518,91 19.671,34 7 Kakap Merah Bulat (K) 4.036,36 27.884,36 864,84 32.785,56 Sumber : Data olahan dari Lampiran 6.

5.5 Pengelolaan Persediaan Ikan Segar Optimal

Pengelolaan persediaan ikan segar selalu menginginkan jumlah dan kuantitas pemesanan yang ekonomis yaitu dengan total biaya persediaan yang minimal. Meminimalkan total biaya persediaan yaitu berusaha memperkecil biaya pemesanan dan biaya penyimpanan yang sifatnya saling bertentangan. Sifat yang pertama menekankan agar jumlah pesanan sangat besar sehingga ordering cost menjadi kecil, tetapi sebaliknya carrying costs menjadi sangat besar. Sifat yang lain menekankan agar jumlah pesanan sangat kecil sehingga carrying costs menjadi kecil, tetapi sebaliknya ordering costs menjadi sangat besar selama satu tahun. Perhitungan biaya persediaan ikan segar yang dilakukan Giant

Hypermarket Bekasi Tahun 2007 dapat dilihat pada Tabel 6 di halaman selanjutnya.

Tabel 6. Pengelolaan Persediaan Produk Ikan Segar yang Dilakukan Giant Hypermarket Bekasi Tahun 2007

Jenis Frekuensi Biaya Jumlah Biaya Biaya Total Biaya Total Biaya Total Ikan Pembelian Pemesanan Pemesanan Penyimpanan Pemesanan Penyimpanan Persediaan

(kali/Thn) (Rp/Pesanan) (Kg/Pesanan) (Rp/Kg/Thn) (Rp/Thn) (Rp/Thn) (Rp/Thn) (F) (P) (Q) (C) (PxF) (QxC) (TIC)

Bawal Hitam 43 23.397,41 43,33 39.342,67 997.421,83 1.704.718,00 2.702.139,82 Kembung Banjar 61 11.698,70 21,67 32.785,56 710.937,85 710.463,09 1.421.400,94 Patin 67 8.999,00 16,67 19.671,34 602.172,04 327.921,18 930.093,21 Bandeng Super 36 15.298,31 28,33 39.342,67 553.433,60 1.114.577,91 1.668.011,51 Tongkol Besar 26 12.598,60 23,33 32.785,56 322.028,53 764.887,12 1.086.915,65 Ayam-ayam 42 5.939,34 11,00 19.671,34 251.811,90 216.384,70 468.196,60 Kakap Merah Bulat (K) 13 14.398,40 26,67 32.785,56 192.799,34 874.390,90 1.067.190,23 Sumber : Data olahan.

Berdasarkan Tabel 6, dapat dilihat total biaya persediaan yang dikeluarkan oleh Giant Hypermarket Bekasi tahun 2007 untuk ikan Bawal Hitam yaitu sebesar Rp 2.702.139,82; ikan Kembung Banjar sebesar Rp 1.421.400,94; ikan Patin sebesar Rp 930.093,21; ikan Bandeng Super sebesar Rp 1.668.011,51; ikan Tongkol Besar sebesar Rp 1.086.915,66; ikan Ayam-ayam sebesar Rp

468.196,60; dan untuk ikan Kakap Merah Bulat sebesar Rp 1.067.190,23.

Pada Tabel 6, dapat dilihat juga frekuensi pembelian yang dilakukan Giant Hypermarket Bekasi sepanjang tahun 2007. Dengan mengetahui tingkat penjualan ketujuh jenis ikan segar tersebut sepanjang tahun 2007 (dapat dilihat pada Tabel 3) dan jumlah pemesanan setiap kali melakukan order, maka dapat diketahui frekuensi pembelian tersebut. Pembelian/pemesanan produk ikan segar dilakukan satu minggu sekali. Frekuensi pembelian pada Tabel 6 dengan satuan kali per tahun sama dengan banyaknya minggu pemesanan yang dilakukan selama satu tahun. Pada Tabel 6 terlihat frekuensi pemesanan yang berlebihan pada ikan Kembung Banjar dan ikan Patin yaitu sebanyak 61 kali per minggu per tahun dan 67 kali per minggu per tahun dan ini merupakan salah satu indikator besarnya broken stock pada kedua jenis ikan tersebut yang dialami oleh Giant Hypermarket Bekasi.

5.5.1 Kuantitas Pemesanan Optimal

Kuantitas pemesanan persediaan yang optimal yaitu yang meminimumkan biaya penyimpanan dan biaya pemesanan persediaan diperoleh dengan

menggunakan metode EOQ (Economic Order Quantity). Perbandingan jumlah pemesanan yang dilakukan Giant Hypermarket Bekasi dengan jumlah pemesanan optimal hasil perhitungan metode EOQ dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Perbandingan Kuantitas Pemesanan yang Dilakukan Giant Hypermarket Bekasi dengan Metode EOQ

Jenis Ikan Perhitungan Giant Perhitungan

(Kg/Pesanan) Metode EOQ

(Kg/Pesanan)

Bawal Hitam 43,33 46,87

Kembung Banjar 21,67 30,66

Patin 16,67 31,95

Bandeng Super 28,33 28,23

Tongkol Besar 23,33 21,41

Ayam-ayam 11,00 16,78

Kakap Merah Bulat (K) 26,67 17,71

Sumber : Data diolah dari Tabel 6 dan Tabel 9.

Hasil perhitungan pada Tabel 7 menunjukkan kuantitas pemesanan yang optimal yaitu untuk ikan Bawal Hitam sebesar 46,87 kg; ikan Kembung Banjar sebesar 30,66 kg; ikan Patin sebesar 31,95 kg; ikan Bandeng Super sebesar 28,23 kg; ikan Tongkol Besar sebesar 21,41 kg; ikan Ayam-ayam sebesar 16,78 kg; dan untuk ikan Kakap Merah Bulat sebesar 17,71 kg.

Kuantitas pemesanan optimal ini pada umumnya lebih banyak jika dibandingkan dengan sistem yang dilakukan oleh Giant Hypermarket Bekasi, kecuali untuk ikan Tongkol Besar dan ikan Kakap Merah Bulat Kecil yang ternyata akan lebih optimal dengan kuantitas pemesanan yang lebih sedikit, dan ini merupakan salah satu indikator terjadinya broken stock pada kedua jenis ikan tersebut yang ternyata selama ini kuantitas pemesanannya berlebihan. Kuantitas pemesanan yang lebih banyak memungkinkan Giant Hypermarket Bekasi menjaga ketersediaan stok barang sehingga dapat menyediakan segala jenis produk ikan segar di atas meja display tanpa perlu merasa khawatir gudang pusat Hero tidak dapat mengirimkan jenis produk yang dipesan pada hari-hari yang telah ditentukan.

Kuantitas pemesanan optimal hasil perhitungan dengan metode EOQ tersebut dapat diterapkan oleh Giant Hypermarket Bekasi untuk menghindari atau mengurangi broken stock yang dialami selama ini. Aplikasinya, manajemen pengelolaan produk ikan segar Giant Hypermarket Bekasi dapat melakukan pemesanan dengan kuantitas yang lebih banyak, kecuali untuk ikan Tongkol Besar dan Kakap Merah Bulat Kecil, atau sesuai dengan perhitungan metode EOQ tersebut. Giant Hypermarket Bekasi berupaya menyediakan produk ikan segar sesuai dengan permintaan pelanggan. Namun, kuantitas pemesanan optimal ini tetap bergantung pada ketersediaan barang di gudang pusat Hero Cibitung.

Dengan kapasitas chiller maksimum 2 ton ikan yang dimiliki oleh Giant

Hypermarket Bekasi, maka penambahan kuantitas pemesanan optimal yang lebih banyak sesuai dengan metode EOQ tersebut tidak akan mengalami kesulitan penyimpanan. Apabila kapasitas chiller tersebut masih tidak memungkinkan menyimpan stok ikan, maka Giant Hypermarket Bekasi dapat menyewa chiller di luar area atau gedung Giant Hypermarket Bekasi. Kuantitas pemesanan selama periode pemesanan tersebut (satu minggu) kemudian dialokasikan sesuai hari kedatangan produk yang dikehendaki selama satu minggu yang ditentukan oleh ADH Seafood dan dicantumkan dalam form estimasi pemesanan. Dari hasil perhitungan kuantitas optimal tersebut, rata-rata kuantitas pemesanan optimal per hari untuk ikan Bawal Hitam sebesar 7 kg, ikan Kembung Banjar sebesar 4 kg, ikan Patin sebesar 5 kg, ikan Bandeng Super sebesar 4 kg, ikan Tongkol Besar sebesar 3 kg, ikan Ayam-ayam sebesar 2 kg, ikan Kakap Merah Bulat Kecil sebesar 3 kg.

Perhitungan dengan metode EOQ juga menghasilkan perhitungan frekuensi pemesanan yang optimal. Perbandingan frekuensi pemesanan yang dilakukan Giant Hypermarket Bekasi dengan jumlah pemesanan optimal hasil perhitungan metode EOQ dapat dilihat pada Tabel 8 di halaman selanjutnya.

Tabel 8. Perbandingan Frekuensi Pemesanan yang Dilakukan Giant Hypermarket Bekasi dengan Metode EOQ

Jenis Ikan Perhitungan Giant Perhitungan

(Kali/Thn) Metode EOQ

(Kali/Thn)

Bawal Hitam 43 39

Kembung Banjar 61 43

Patin 67 35

Bandeng Super 36 36

Tongkol Besar 26 28

Ayam-ayam 42 28

Kakap Merah Bulat (K) 13 20

Sumber : Data diolah dari Tabel 6 dan Tabel 9.

Tabel 8 menunjukkan frekuensi pembelian yang optimal untuk ketujuh jenis ikan tersebut selama satu tahun yaitu untuk ikan Bawal Hitam sebesar 39 kali, ikan Kembung Banjar sebesar 43 kali, ikan Patin sebesar 35 kali, ikan Bandeng Super sebesar 36 kali, ikan Tongkol Besar sebesar 28 kali, ikan Ayam-ayam sebesar 28 kali dan untuk ikan Kakap Merah Bulat sebesar 20 kali.

Frekuensi pemesanan optimal ini pada umumnya lebih kecil jika dibandingkan dengan sistem yang dilakukan oleh Giant Hypermarket Bekasi, kecuali untuk ikan Tongkol Besar dan ikan Kakap Merah Bulat Kecil yang ternyata akan lebih optimal dengan frekuensi pemesanan yang lebih besar karena kuantitas pemesanan optimalnya lebih kecil. Frekuensi pemesanan yang lebih kecil dilakukan karena kuantitas pemesanan optimal yang dihasilkan lebih banyak jumlahnya.

Ikan Tongkol Besar dan ikan Kakap Merah Bulat Kecil memiliki kombinasi kuantitas dan frekuensi pemesanan optimal yang berbeda dari jenis ikan lainnya. Kedua jenis ikan tersebut akan lebih optimal jika pemesanan

dilakukan dengan kuantitas yang lebih sedikit dan frekuensi yang lebih besar. Hal ini dilakukan untuk menghindari penumpukan produk dalam ruang inventory sehingga mengurangi broken stock.

Frekuensi pemesanan optimal hasil perhitungan dengan metode EOQ tersebut dapat diterapkan oleh Giant Hypermarket Bekasi untuk menghindari atau mengurangi broken stock yang dialami selama ini. Aplikasinya, manajemen pengelolaan persediaan produk ikan segar Giant Hypermarket Bekasi dapat melakukan pemesanan yang lebih sedikit atau sesuai dengan hasil perhitungan dengan metode EOQ. Ini berarti, dalam satu tahun ada beberapa pemesanan yang dilakukan satu kali untuk dua minggu pemesanan atau kuantitas untuk satu kali pemesanan dialokasikan untuk dua minggu pemesanan dengan kuantitas dan frekuensi yang lebih kecil pada tiap-tiap minggu pemesanannya. Pengalokasian ini dapat dilakukan oleh ADH Seafood pada musim-musim sulit ikan atau musim permintaan yang sedikit terhadap ikan segar yang dapat diperkirakan oleh ADH Seafood berdasarkan pengalamannya menaksir musim-musim tersebut.

Frekuensi pembelian optimal yang lebih kecil seimbang dengan kuantitas pemesanan yang lebih banyak, begitu pula sebaliknya, karena dapat mencegah

terjadinya penimbunan produk dalam chiller. Kombinasi ini dapat meminimalkan total biaya persediaan karena dengan frekuensi pembelian yang lebih kecil maka dapat menekan biaya pemesanan menjadi lebih rendah.

Perhitungan biaya persediaan ikan segar optimal berdasarkan metode EOQ secara keseluruhan dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9. Pengelolaan Persediaan Produk Ikan Segar Berdasarkan Metode EOQ Giant Hypermarket Bekasi Tahun 2007

Jenis Frekuensi Biaya Jumlah Biaya Biaya Total Biaya Total Biaya Total

Ikan Pembelian Pemesanan Pemesanan Penyimpanan Pemesanan Penyimpanan Persediaan (Kali/Thn) (Rp/Pesanan) (Kg/Pesanan) (Rp/Kg/Thn) (Rp/Thn) (Rp/Thn) (Rp/Thn)

(F) (P) (Q) (C) (PxF) (0,5QxC) (TIC)

Bawal Hitam 39 23.397,41 46,87 39.342,67 922.042,01 922.042,01 1.844.084,02 Kembung Banjar 43 11.698,70 30,66 32.785,56 502.541,09 502.541,09 1.005.082,19

Patin 35 8.999,00 31,95 19.671,34 314.217,25 314.217,25 628.434,50 Bandeng Super 36 15.298,31 28,23 39.342,67 555.357,93 555.357,93 1.110.715,86

Tongkol Besar 28 12.598,60 21,41 32.785,56 350.938,37 350.938,37 701.876,74

Ayam-ayam 28 5.939,34 16,78 19.671,34 165.057,93 165.057,93 330.115,87 Kakap Merah Bulat (K) 20 14.398,40 17,71 32.785,56 290.329,11 290.329,11 580.658,22

Sumber : Data diolah dari Lampiran 8.

Efisiensi biaya pengelolaan persediaan produk ikan segar dapat diketahui dengan membandingkan biaya total persediaan yang dilakukan oleh Giant Hypermarket Bekasi dengan biaya total persediaan yang dihasilkan dari perhitungan metode EOQ. Perhitungan efisiensi biaya pengelolaan persediaan produk ikan segar tersebut dapat dilihat pada Tabel 10 di halaman berikutnya.

Tabel 10. Efisiensi Biaya Pengelolaan Persediaan Produk Ikan Segar Giant Hypermarket Bekasi Tahun 2007

Jenis Ikan Perhitungan Giant Perhitungan Efisiensi Biaya (Rp/Thn) Metode EOQ

(Rp/Thn) (Rp/Thn) Bawal Hitam 2.702.139,82 1.844.084,02 858.055,80 Kembung Banjar 1.421.400,94 1.005.082,19 416.318,75

Patin 930.093,21 628.434,50 301.658,71

Bandeng Super 1.668.011,51 1.110.715,86 557.295,65 Tongkol Besar 1.086.915,65 701.876,74 385.038,92

Ayam-ayam 468.196,60 330.115,87 138.080,73

Kakap Merah Bulat (K) 1.067.190,23 580.658,22 486.532,01

Jumlah 9.343.947,97 6.200.967,40 3.142.980,58

Sumber : Data diolah dari Tabel 6 dan Tabel 9.

Pada Tabel 10, dapat dilihat besarnya biaya pengelolaan persediaan produk ikan segar yang dapat dihemat oleh Giant Hypermarket Bekasi periode tahun 2007 jika menggunakan metode EOQ adalah untuk ikan Bawal Hitam sebesar Rp 858.055,80; ikan Kembung Banjar sebesar Rp 416.318,75; ikan Patin sebesar Rp 301.658,71; ikan Bandeng Super sebesar Rp 557.295,65; ikan Tongkol Besar sebesar Rp 385.038,92; ikan Ayam-ayam sebesar Rp 138.080,73; dan untuk ikan Kakap Merah Bulat Kecil sebesar Rp 486.532,01. Total biaya yang dapat dihemat oleh Giant Hypermarket Bekasi untuk ketujuh jenis ikan tersebut adalah sebesar Rp 3.142.980,58 per tahun.

5.5.2 Persediaan Pengaman Optimal

Persediaan pengaman merupakan persediaan tambahan yang diadakan untuk melindungi atau menjaga kemungkinan terjadinya kekurangan barang (stock out). Kekurangan persediaan harus dihindari karena dapat mengakibatkan biaya tinggi, baik biaya eksternal maupun biaya internal. Biaya eksternal misalnya pelanggan tidak puas sehingga dapat mengakibatkan penurunan penjualan di kemudian hari, dan biaya internal misalnya mesin dan pekerja yang menganggur, sedangkan biaya dan gajinya harus tetap dibayar.

Giant Hypermarket Bekasi melakukan pemesanan satu kali untuk tujuh hari penjualan yang berarti satu waktu pesan dengan waktu tunggu dan waktu kedatangan barang yang berbeda-beda. Untuk menjamin ketersediaan barang, Giant Hypermarket Bekasi mengadakan persediaan pengaman yang dilakukan sebanyak dua kali rata-rata penjualan harian. Persediaan pengaman ini

menimbulkan tambahan biaya. Perhitungan kuantitas dan biaya penyimpanan persediaan pengaman berdasarkan sistem yang dilakukan Giant Hypermarket Bekasi dapat dilihat pada Tabel 11.

Tabel 11. Kuantitas dan Biaya Penyimpanan Persediaan Pengaman Produk Ikan Segar yang Dilakukan Giant Hypermarket Bekasi Tahun 2007

Jenis Ikan Jumlah Rata-rata Persediaan Biaya Biaya Penyimpanan Penjualan Penjualan Pengaman Penyimpanan Persediaan Pengaman (Kg/Tahun) (Kg/Hari) (Kg/Minggu) (Rp/Kg/Tahun) (Rp/Tahun)

Bawal Hitam 1.847,14 5,44 10,88 39.342,67 428.048,28 Kembung Banjar 1.316,90 4,21 8,42 32.785,56 276.054,42

Patin 1.115,48 3,62 7,24 19.671,34 142.420,47

Bandeng Super 1.024,87 3,46 6,92 39.342,67 272.251,29 Tongkol Besar 596,33 2,55 5,10 32.785,56 167.206,36

Ayam-ayam 466,37 2,58 5,16 19.671,34 101.504,10 Kakap Merah Bulat (K) 357,12 1,89 3,78 32.785,56 123.929,42

Sumber : Data olahan.

Kuantitas persediaan pengaman optimal dihitung dengan menggunakan metode EOQ. Perhitungan ini diharapkan dapat meminimumkan biaya tambahan yang ditimbulkan akibat adanya persediaan pengaman. Perhitungan kuantitas dan biaya penyimpanan persediaan pengaman berdasarkan perhitungan dengan menggunakan metode EOQ dengan memperhitungkan tingkat pelayanan (level service) dan standar deviasi waktu pelindung yang dimiliki Giant Hypermarket Bekasi dapat dilihat pada Tabel 12.

Tabel 12. Kuantitas dan Biaya Penyimpanan Persediaan Pengaman Produk Ikan Segar Giant Hypermarket Bekasi Dengan Metode EOQ Tahun 2007

Jenis Ikan Policy St. Deviasi Persediaan Biaya Biaya Penyimpanan Factor Waktu Pelindung Pengaman

(Kg/Minggu) Penyimpanan Persediaan Pengaman (Rp)

Ayam-ayam 0,25 5,98 1,49 19.671,34 29.387,70

Kakap Merah Bulat (K) 0,25 7,45 1,86 32.785,56 61.059,01 Sumber : Data diolah dari Lampiran 11 dan 12.

Jika dibandingkan dengan perhitungan Giant Hypermarket Bekasi, dari hasil perhitungan tingkat persediaan pengaman optimal dengan menggunakan metode EOQ diperoleh kuantitas persediaan pengaman yang lebih besar untuk ikan Bawal Hitam, Kembung Banjar, Patin, dan Bandeng Super. Untuk ikan Tongkol Besar, Ayam-ayam, dan ikan Kakap Merah Bulat Kecil didapatkan hasil perhitungan tingkat persediaan pengaman berdasarkan metode EOQ yang lebih kecil. Persediaan pengaman optimal yang lebih kecil ini sebanding dengan kuantitas pemesanan optimal yang lebih banyak sehingga tingkat persediaan yang harus diadakan tidak perlu terlalu banyak. Tingkat persediaan pengaman optimal

yang lebih kecil dapat mengurangi biaya tambahan yang ditimbulkan karena pengadaan persediaan pengaman serta menghindari kelebihan stok barang dalam ruang inventory yang beresiko terhadap kerusakan produk.

Efisiensi biaya yang dapat diperoleh diketahui dengan membandingkan biaya penyimpanan persediaan pengaman berdasarkan sistem Giant Hypermarket Bekasi dan biaya penyimpanan persediaan pengaman hasil perhitungan metode EOQ. Perhitungan efisiensi biaya persediaan pengaman dapat dilihat pada Tabel 13.

Tabel 13. Efisiensi Biaya Penyimpanan Persediaan Pengaman Produk Ikan Segar Giant Hypermarket Bekasi Tahun 2007

Jenis Ikan Perhitungan Perhitungan Efisiensi Biaya Giant Hypermarket Metode EOQ Persediaan Pengaman

(Rp/Thn) (Rp/Thn) (Rp/Thn)

Bawal Hitam 428.048,28 643.838,28 -215.790,01 Kembung Banjar 276.054,42 306.174,93 -30.120,52

Patin 142.420,47 258.494,23 -116.073,76

Bandeng Super 272.251,29 308.829,11 -36.577,82 Tongkol Besar 167.206,36 144.941,00 22.265,36

Ayam-ayam 101.504,10 29.387,70 72.116,40

Kakap Merah Bulat (K) 123.929,42 61.059,01 62.870,41 Sumber : Data diolah dari Tabel 11 dan 12.

Dari Tabel 13 terlihat hasil yang berbeda pada efisiensi biaya

penyimpanan persediaan pengaman ikan Bawal Hitam, Kembung Banjar, Patin, dan Bandeng Super . Hasil perhitungan ini, dengan hasil tingkat persediaan pengaman optimal yang lebih besar tenyata justru meningkatkan biaya penyimpanannya selama satu tahun. Hal ini menunjukkan bahwa jika dibandingkan dengan metode EOQ, persediaan pengaman untuk ikan Bawal Hitam, Kembung Banjar, Patin, dan Bandeng Super yang selama ini dilakukan Giant Hypermarket Bekasi sudah efisien.

5.5.3 Titik Pemesanan Kembali Optimal

Titik pemesanan kembali adalah batas dari jumlah persediaan yang ada pada suatu saat dimana pesanan harus diadakan kembali. Titik pemesanan

kembali didapatkan dengan menjumlahkan besar penggunaan bahan-bahan selama bahan-bahan yang dipesan belum datang dan besarnya persediaan

minimum/persediaan pengaman. Untuk mengatasi fluktuasi permintaan konsumen terhadap ikan segar pada Giant Hypermarket Bekasi, metode EOQ dengan

asumsi-asumsinya yang konstan diatasi dengan titik pemesanan kembali optimal.

Perhitungan titik pemesanan kembali dengan menggunakan metode EOQ dapat dilihat pada Tabel 14.

Table 14. Titik Pemesanan Kembali Produk Ikan Segar Giant Hypermarket Bekasi Tahun 2007

Jenis Ikan Waktu Rata-rata Persediaan Titik Pemesanan Tunggu Penjualan Pengaman Kembali

Berdasarkan Tabel 14, apabila Giant Hypermarket Bekasi melakukan pemesanan kembali kurang dari titik pemesanan kembali optimal maka persediaan produk akan habis sebelum persediaan pengganti diterima sehingga permintaan konsumen tidak dapat terpenuhi. Sebaliknya jika pemesanan kembali dilakukan melebihi titik optimal maka persediaan baru sudah datang di saat persediaan dalam ruang inventory masih banyak. Hal ini beresiko kerusakan barang akibat barang menumpuk dalam ruang inventory.

Tabel 14 dapat menjadi acuan bagi Giant Hypermarket Bekasi dalam melakukan pemesanan kembali. Batas dari jumlah persediaan yang ada pada suatu periode penjualan ketika produk yang dipesan belum datang dimana pesanan harus diadakan kembali untuk ikan Bawal Hitam sebesar 52,88 kg, untuk ikan Kembung Banjar sebesar 41,26 kg, untuk ikan Patin sebesar 34,75 kg, untuk ikan Bandeng Super sebesar 34,81 kg, untuk ikan Tongkol Besar sebesar 23,72 kg,

untuk ikan Ayam-ayam sebesar 21,28 kg, dan untuk ikan Kakap Merah Bulat Kecil sebesar 17.10 kg.

Sistem pemesanan sesuai dengan titik pemesanan kembali optimal ini yaitu perusahaan baru memesanan kembali produk yang dibutuhkan setelah stok barang mencapai titik pemesanan kembali optimal tidak dapat diterapkan pada Giant Hypermarket Bekasi yang pola pemesanan produk ikan segarnya dilakukan satu minggu sekali. Maka untuk mengatasi hal tersebut, Giant Hypermarket Bekasi dapat melakukan order tambahan, jika diperlukan, untuk mengantisipasi kekurangan produk ikan segarnya.

Hasil perhitungan persediaan produk ikan segar optimal pada Giant Hypermarket Bekasi, jika dibandingkan dengan hasil penelitian sebelumnya yang sejenis yaitu penelitian yang dilakukan oleh Dini Wulansari (2002) pada Pasar Swalayan Hero, Ciledug, diperoleh hasil diantaranya; jenis ikan segar yang paling diminati konsumen dan memiliki tingkat penjualan tinggi di Giant Hypermarket Bekasi adalah ikan Bawal Hitam, Kembung Banjar, Patin, Bandeng Super, Tongkol Besar, Ayam-ayam, dan Kakap Merah Bulat Kecil, sedangkan di Pasar Swalayan Hero, Ciledug adalah ikan Mas, Gurame, Kembung, Tongkol, dan Kakap; ikan segar pada Pasar Swalayan Hero, Ciledug dipesan setiap hari, sedangkan pada Giant Hypermarket Bekasi ikan segar dipesan satu minggu sekali dengan hari kedatangan yang berbeda-beda sesuai dengan estimasi; besarnya kuantitas pemesanan optimal yang dicari dengan menggunakan metode EOQ pada Pasar Swalayan Hero, Ciledug mencapai dua kali lipat lebih banyak dari yang dilakukan sebelumnya, sedangkan pada Giant Hypermarket Bekasi didapatkan hasil kuantitas optimal yang juga lebih banyak, namun untuk beberapa item (ikan Tongkol Besar dan Kakap Merah Bulat Kecil) kuantitas pemesanan optimalnya lebih sedikit; secara keseluruhan dari hasil perhitungan yang diperoleh dapat diketahui bahwa sistem pengelolaan persediaan produk ikan segar pada Pasar Swalayan Hero, Ciledug belum optimal, sedangkan pada Giant Hypermarket Bekasi sebagian sudah optimal dan sebagian besar lainnya perlu peninjauan kembali (dapat dilihat pada hasil dan pembahasan).

Dari semua hasil perhitungan di atas, solusi yang dapat diberikan kepada manajemen persediaan produk ikan segar Giant Hypermarket Bekasi dalam

pengelolaan persediaannya adalah manajemen pengelolaan persediaan produk ikan segar dapat melakukan pemesanan dengan kuantitas yang lebih banyak dan frekuensi yang lebih sedikit, kecuali untuk ikan Tongkol Besar dan Kakap Merah Bulat Kecil, atau sesuai dengan perhitungan metode EOQ. Namun, kuantitas pemesanan optimal ini tetap bergantung pada ketersediaan barang di gudang pusat Hero Cibitung sehingga dibutuhkan sharing informasi ketersediaan dan kebutuhan barang antara gudang pusat dengan Giant Hypermarket Bekasi agar masing-masing pihak dapat melakukan sistem pengeloaannya dengan baik. Dengan kapasitas chiller (maksimal 2 ton ikan) yang dimiliki oleh Giant Hypermarket Bekasi, maka penambahan kuantitas pemesanan tidak akan mengalami kesulitan penyimpanan. Namun, apabila kapasitas chiller tersebut masih tidak

memungkinkan menyimpan kelebihan stok barang, maka Giant Hypermarket Bekasi dapat menyewa chiller di luar area toko yang tentu saja menambah beban biaya. Penerapan metode EOQ ini dalam melakukan pemesanan harus

memperhatikan tingkat persediaan pengaman dan titik pemesanan kembali optimal agar ketersediaan produk tetap terjaga, broken stock dapat dikurangi dan biaya persediaan yang dikeluarkan Giant Hypermarket Bekasi akan lebih efisien.

Tentu saja broken stock tersebut juga dapat dikurangi dengan handling produk yang baik.

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

1. Dengan menggunakan metode EOQ dalam pengelolaan persediaan produk ikan segar Giant Hypermarket Bekasi, diperoleh hasil kuantitas pemesanan yang lebih banyak dan frekuensi pemesanan yang lebih kecil, kecuali untuk ikan Tongkol Besar dan Kakap Merah Bulat Kecil yang ternyata akan lebih optimal dengan kombinasi yang sebaliknya. Dengan kuantitas pemesanan yang lebih banyak dan frekuensi yang lebih kecil ataupun

sebaliknya, biaya persediaan dapat ditekan menjadi lebih rendah dan broken stock dapat dikurangi. Giant Hypermarket Bekasi berupaya menyediakan produk ikan segar sesuai dengan permintaan pelanggan.

Namun, kuantitas dan frekuensi pemesanan optimal ini tetap bergantung pada ketersediaan barang di gudang pusat Hero Cibitung.

2. Tingkat persediaan pengaman optimal yang diperoleh dengan menggunakan metode EOQ menghasilkan jumlah yang lebih sedikit daripada jumlah persediaan pengaman yang dilakukan Giant Hypermarket Bekasi kecuali untuk ikan Bawal Hitam, Kembung Banjar, Patin, dan

2. Tingkat persediaan pengaman optimal yang diperoleh dengan menggunakan metode EOQ menghasilkan jumlah yang lebih sedikit daripada jumlah persediaan pengaman yang dilakukan Giant Hypermarket Bekasi kecuali untuk ikan Bawal Hitam, Kembung Banjar, Patin, dan

Dokumen terkait