• Tidak ada hasil yang ditemukan

Teknologi secara harfiah memiliki arti segala daya upaya yang dapat dilaksanakan oleh manusia untuk mendapatkan taraf hidup uang lebih baik. Dari definisi tersebut diketahui bahwa tujuan akhir dari penggunaan teknologi adalah kesejahteraan hidup, tetapi teknologi juga seringkali berdampak negatif bagi suatu usaha, sistem atau lingkungan. Penggunaan suatu teknologi selalu memiliki trade

off yang harus dipertimbangkan. Memilih suatu teknologi hendaknya berdasarkan trade off yang paling minimal (Sa’id dkk 2004).

Teknologi diperoleh melalui suatu proses yang dikembangkan oleh manusia yang memiliki ilmu pengetahuan dan pengalaman yang cukup. Tjakraatmadja dalam Sa’id dkk (2004) mengumukakan lima sifat pokok teknologi yang perlu dipahami, yaitu :

1) Ilmu pengetahuan dan praktik atau percobaan merupakan prasyarat untuk tumbuh dan berkembang teknologi. Teknologi yang dikuasai akan semakin berkembang jika sudah terbagi dan termanfaatkan. Jika ilmu pengetahuan, seperti biokimia, mikrobiologi, genetika, dan biomolekuler dikuasai dengan baik maka hal tersebut merupakan pintu gerbang menuju penguasaan bioteknologi.

2) Teknologi dapat berupa kompetensi yang melekat pada diri manusia (human

embedded technology), dapat berwujud fisik yang melekat pada mesin dan

peralatan (object embedded technology), serta informasi yang diwadahi oleh sistem dan organisasi (document embedded technology). Teknologi dibutuhkan oleh manusia baik berupa benda fisik, keahlian dan keterampilan, maupun berupa dokumen informasi (seperti buku, jurnal, dan majalah). 3) Teknologi tidak memberikan nilai guna jika tidak diterapkan (tidak terbagi

dan terpakai secara tepat guna). Sebagai contoh pada dekade 1980-an Indonesia pernah mengimpor traktor yang digunakan untuk mengolah sawah yang luas. Setelah tiba di Indonesia, alat tersebut ternyata tidak dapat digunakan karena ukuran lahan sawah di Jawa kecil-kecil, sedangkan lahan sawah di luar pulau Jawa walaupun luas tetapi sangat sedikit jumlahnya.

13

Dengan demikian, traktor dalam kapasitas besar tersebut tidak berdaya guna dan tidak tepat sasaran.

4) Sebagai salah satu aset perusahaan, teknologi dapat ditemukan dikembangkan, dibeli, dijual, dicuri, atau tidak bernilai guna jika teknologi yang dimiliki sudah kadaluarsa. Hal ini menunjukan bahwa teknologi bersifat dinamis dan memiliki siklus hidup yang sama dengan siklus hidup produk. Oleh karena itu, perlindungan yang diberikan terhadap suatu teknologi harus memadai, terutama dalam hal perlindungan paten atau hak cipta.

5) Umumnya teknologi digunakan untuk kesejahteraan masyarakat atau meningkatkan kualitas hidup manusia. Dengan demikian, teknologi merupakan faktor penting dalam pengembangan ekonomi suatu wilayah. 2.2. Pengertian Teknologi Tepat Guna

Teknologi tepat guna dalam konteks negara berkembang dikelompokan ke dalam empat orientasi yang mendasar yaitu :

1) Pertimbangan pilihan teknologi. 2) Pertimbangan kelompok sasaran.

3) Pertimbangan keterbatasan sumberdaya.

4) Pertimbangan perubahan yang evolusioner yang selaras dengan tradisi. Teknologi tepat guna memiliki ciri-ciri skala kecil, padat karya, dan didasarkan pada kebutuhan masyarakat pedesaan. Selain ciri-ciri tersebut teknologi tepat guna juga memerlukan :

1) Konsisten dengan kebudayaan setempat. 2) Menjaga daur ekologi, dan

3) Selaras dengan proses pengambilan keputusan setempat

Pada saat ini masyarakat Indonesia masih berada pada taraf hidup yang masih rendah, dan karenanya perlu dibawa ke taraf hidup yang lebih baik. Salah satu jalur usaha peningkatan itu adalah penyedian dan pemanfaatan masukan instrumental berupa teknologi, baik yang berupa proses teknologi maupun produk. Hal yang menjadi perhatian adalah jalur usaha penyediaan dan pemanfaatan proses dan produk teknologi tertentu, yaitu teknologi yang mempunyai ciri:

1) Dapat dioperasikan dengan mudah oleh anggota masyarakat yang masih rendah taraf keterampilan teknologinya.

14

2) Dapat merangsang pertumbuhan keterampilan berteknologi masyarakat yang bersangkutan dengan mudah.

3) Prasarana dan sarana pendukung bagi pengoperasian teknologi itu dapat disediakan dengan mudah.

4) Dalam penerapannya sangat memperhatikan keseimbangan dan keserasian dengan lingkungan, serta kemampuan ekonomi masyarakatnya.

Teknologi dengan ciri-ciri tersebut merupakan teknologi tepat guna. Jelas bahwa diatas itu semua, teknologi tersebut harus dapat menegaskan fungsi-fungsi kehidupan yang membina kepada membaiknya taraf hidup masyarakat yang menggunakannya ataupun masyarakat yang diperkenalkan kepada teknologi itu. 2.3. Pengertian Manajemen Teknologi

Teknologi merupakan suatu aspek yang berkaitan secara tidak langsung dengan sistem ekonomi, budaya, dan politik. Oleh karena itu, manajemen teknologi diperlukan untuk meminimalkan dampak negatif dan memaksimalkan manfaat yang diperoleh. Menurut Tjakraatmadja dalam Sa’id dkk (2004), manajemen teknologi adalah suatu ilmu pengetahuan yang dibutuhkan untuk memaksimumkan nilai suatu teknologi dengan cara melakukan proses manajemen yang tepat. Manajemen teknologi adalah suatu disiplin akademik yang memainkan peranan yang sangat penting dalam memapankan dasar pengetahuan yang akan memungkinkan suatu industri untuk melakukan pengelolaan teknologi (Sa’id dkk 2004).

Secara harfiah, manajemen teknologi menghubungkan disiplin-disiplin rekayasa, ilmu pengetahuan alam, dan manajemen untuk merencanakan, mengembangkan, dan menerapkan kemampuan tujuan strategik dan operasional dari suatu organisasi (Gaynor 1991). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 2.

15

Gambar 2. Hubungan Antar Rekayasa/Ilmu Pengetahuan, Manajemen Teknologi dan Manajemen

Sumber : NRC diacu dalam Gaynor (1991) 2.4. Pengertian dan Konsep Sistem Agribisnis

Pertanian dalam arti luas adalah seluruh mata rantai proses pemanenan energi surya secara langsung dan tidak langsung melalui fotosintesis dan proses pendukung lainnya untuk kehidupan manusia yang mencakup aspek ilmu pengetahuan dan kemasyarakatan dan mencakup bidang tanaman pangan, hortikultura, peternakan, perikanan, perkebunan, dan kehutanan (IPB dalam Septiyorini dkk 2008).

Agribisnis berasal dari kata Agribusiness, di mana Agri berarti Agriculture artinya pertanian dan Business artinya usaha atau kegiatan yang berorientasi profit. Jadi secara sederhana agribisnis (agribusiness) didefinisikan sebagai usaha atau kegiatan pertanian dan terkait dengan pertanian yang berorientasi profit. Jika didefinisikan secara lengkap agribisnis adalah kegiatan yang berhubungan dengan penanganan komoditi pertanian dalam arti luas, yang meliputi salah satu atau keseluruhan dari mata rantai produksi, pengolahan masukan dan keluaran produksi (agroindustri), pemasaran masukan-keluaran pertanian, dan kelembagaan penunjang kegiatan. Yang dimaksud dengan berhubungan adalah kegiatan usaha yang menunjang kegiatan pertanian dan kegiatan usaha yang ditunjang oleh kegiatan pertanian (Antara 2004).

Konsep agribisnis merupakan suatu konsep pertanian secara utuh, mulai dari proses produksi, mengolah hasil, pemasaran, dan aktivitas lainnya yang berkaitan dengan kegiatan pertanian tersebut (Soekartawi 1991). Namun pada saat ini masih banyak masyarakat dan juga para terdidik yang belum memahami dengan benar tentang konsep agribisnis. Menurut Arsyad dkk diacu dalam

Area yang Langsung Relevansinya dengan Manajemen Teknologi

Rekayasa/ilmu pengetahuan

Manajemen

Teknologi Manajemen

16

Soekartawi (1991) yang dimaksud dengan agribisnis adalah suatu kesatuan kegiatan usaha yang meliputi salah-satu atau keseluruhan dari mata rantai produksi, pengolahan, hasil, dan pemasarannya yang ada hubungannya dengan pertanian secara luas. Termasuk kegiatan usaha yang menunjang kegiatan pertanian dan kegiatan usaha yang ditunjang oleh kegiatan pertanian.

Kegiatan subsistem penunjang memiliki peran yang tidak kalah penting dengan subsistem lainnya dalam pengembangan suatu sistem agribisnis. Subsistem pendukung dapat berupa lembaga-lembaga pendukung maupun pelayanan pemerintah daerah untuk mempermudah aktivitas agribisnis yang dilakukan oleh para pelaku usaha.