• Tidak ada hasil yang ditemukan

STRATEGI PENGEMBANGAN BPT MEKANISASI PERTANIAN JAWA BARAT DENGAN PENDEKATAN PROSES HIRARKI ANALITIK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "STRATEGI PENGEMBANGAN BPT MEKANISASI PERTANIAN JAWA BARAT DENGAN PENDEKATAN PROSES HIRARKI ANALITIK"

Copied!
145
0
0

Teks penuh

(1)

STRATEGI PENGEMBANGAN BPT MEKANISASI

PERTANIAN JAWA BARAT DENGAN PENDEKATAN

PROSES HIRARKI ANALITIK

SKRIPSI

ILVIA RESTU UTAMI H34061775

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2010

(2)

ii RINGKASAN

ILVIA RESTU UTAMI. Strategi Pengembangan BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat dengan Pendekatan Proses Hirarki Analisis. Skripsi. Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor (Di bawah Bimbingan RAHMAT YANUAR).

Reformasi pertanian dalam bidang teknologi merupakan salah satu hal penting yang harus dilaksanakan pemerintah Indonesia untuk menyelesaikan permasalahan pertanian yang ada. Reformasi teknologi yang dilaksanakan adalah teknologi yang sesuai dengan keunggulan komparatif daerah, hal ini diharapkan dapat meningkatkan produktivitas dan efisiensi dari pertanian di Indonesia. Provinsi Jawa Barat merupakan salah satu provinsi yang memiliki keunggulan dalam bidang pertanian terutama tanaman pangan. Dinas Pertanian Tanaman Pangan (Dispertan) Provinsi Jawa Barat sebagai pengatur pertanian di Jawa Barat memiliki Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) yang memiliki konsentrasi khusus dalam bidang teknologi pertanian yaitu BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat. Tujuan Penelitian ini adalah (1) mengidentifikasi pola kerja BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat dalam mengembangkan organisasinya, (2) menganalisis faktor-faktor penyusun strategi pengembangan BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat, serta (3) merumuskan dan merekomendasikan alternatif strategi untuk pengembangan BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat.

Penelitian dilaksanakan di BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat yang berlokasi di Jalan Darmaga Timur Bojongpicung, Cihea, Kabupaten Cianjur. Waktu penelitian dilakukan selama bulan Januari hingga Maret 2010. Responden penelitian ini adalah pihak internal BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat dan pihak dari Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Jawa Barat. Penelitian ini menggunakan Proses Hirarki Analitik.

Prioritas utama dalam faktor pengembangan BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat adalah mengembangkan dan mendiseminasikan teknologi mekanisasi pertanian dengan bobot sebesar 0.313. Pengembangan BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat akan terlaksana dengan baik apabila pengetahuan masyarakat pertanian Jawa Barat tentang pentingnya teknologi pertanian telah cukup baik. Aktor yang paling berpengaruh dalam pengembangan BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat adalah sumberdaya balai dengan bobot sebesar 0.436 dengan tujuan yang paling berpengaruh adalah peningkatan kualitas sumberdaya manusia balai yang memiliki bobot sebesar 0.280. Peningkatan kualitas sumberdaya manusia dapat dilaksanakan dengan pelatihan dan juga motivasi training bagi pegawai BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat dengan bobot sebesar 0.093 dan 0.044. Hal tersebut diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan para pegawai yang selanjutnya akan disampaikan kepada petani pengguna dan juga meningkatkan produktivitas dari pegawai BPT Mekanisasi pertanian. Survei kebutuhan alsintan di setiap kabupaten merupakan alternatif yang memiliki prioritas utama dalam

(3)

iii

aktor petani. Oleh karena itu diperlukan adanya survei kebutuhan alsintan petani sebelum diproduksinya suatu alsintan di BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat agar alsintan yang dihasilkan dapat berfungsi secara maksimal sesuai dengan kebutuhan petani di Jawa Barat.

(4)

iv

STRATEGI PENGEMBANGAN BPT MEKANISASI

PERTANIAN JAWA BARAT DENGAN PENDEKATAN

PROSES HIRARKI ANALITIK

ILVIA RESTU UTAMI H34061775

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada

Departemen Agribisnis

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2010

(5)

Judul Skripsi : Strategi Pengembangan BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat dengan Pendekatan Proses Hirarki Analitik

Nama : Ilvia Restu Utami

NIM : H34061775

Disetujui, Pembimbing

Rahmat Yanuar, SP. MSi NIP. 19760101 200604 1 010

Diketahui

Ketua Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen

Institut Pertanian Bogor

Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS NIP. 19580908 198403 1 002

(6)

vi

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul “Strategi Pengembangan BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat dengan Pendekatan Proses Hirarki Analitik” adalah karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam bentuk daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, Juni 2010

Ilvia Restu Utami H34061775

(7)

vii

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Cianjur pada tanggal 27 April 1988. Penulis adalah anak pertama dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak Iwan Ridwansyah dan Ibunda Lilis Sri Mulyani.

Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SD Negeri Ibu Dewi I Cianjur pada tahun 2000. Pada tahun yang sama, penulis menempuh pendidikan menengah pertama di SMP Negeri 2 Cianjur dan lulus pada tahun 2003. Pendidikan lanjutan menengah atas ditempuh penulis di SMU Negeri 1 Cianjur dan diselesaikan pada tahun 2006.

Penulis diterima pada Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) pada tahun 2006. Kemudian penulis diterima pada Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen dengan sistem mayor minor.

Selama mengikuti pendidikan, penulis tercatat sebagai pengurus Sharia Economics Student Club (SES-C) pada divisi Shar-e periode 2008-2009 dan pada periode 2009-2010 menjadi pengurus SES-C pada divisi Media Ekonomi Syariah (MES). Selain itu, penulis juga aktif di berbagai kegiatan kepanitiaan baik di lingkungan departemen, fakultas, maupun universitas.

(8)

viii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT atas segala berkah dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Strategi Pengembangan BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat dengan Pendekatan Proses Hirarki Analitik”.

Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi pola kerja BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat dalam mengembangkan organisasinya, menganalisis faktor-faktor penyusun strategi pengembangan, serta merumuskan dan merekomendasikan alternatif strategi untuk pengembangan BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat.

Namun demikian, sangat disadari masih terdapat kekurangan karena keterbatasan dan kendala yang dihadapi. Untuk itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun ke arah penyempurnaan pada skripsi ini sehingga dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Bogor, Juni 2010 Ilvia Restu Utami

(9)

ix

UCAPAN TERIMA KASIH

Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala berkah dan karunia-Nya serta jalan dan kemudahan yang diberikan kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Penyelesaian skripsi ini juga tidak terlepas dari bimbingan, bantuan, dukungan, dan doa berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan terima kasih dan penghargaan kepada : 1. Rahmat Yanuar, SP. MSi selaku dosen pembimbing atas bimbingan, arahan,

waktu, motivasi, dan kesabaran yang telah diberikan kepada penulis selama penyusunan skripsi ini. Bapak Iwan Ridwansyah dan Ibu Lilis Sri Mulyani selaku orang tua penulis atas cinta dan kasih sayang, serta dukungan dan doa baik berupa moral maupun material selama ini.

2. Luthfi Muhammad Fiqri dan Agung Aulia Natanegara sebagai adik penulis atas cinta dan kasih sayang, serta dukungan dan semangat yang diberikan kepada penulis selama ini.

3. Ir. Narni Farmayanti, MSc dan Ir. Wahyu Budi Priatna selaku dosen penguji yang telah meluangkan waktunya serta memberikan kritik dan saran demi perbaikan skripsi ini.

4. Ir. Dwi Rachmina, MS selaku dosen pembimbing akademik penulis atas bimbingan dan arahan yang diberikan kepada penulis.

5. Apriliana Utami Hapsari selaku pembahas seminar, terima kasih atas masukan dan dukungan baik di masa perkuliahan maupun saat penyusunan skripsi ini. 6. Bapak Diden Trisnadi selaku responden ahli dari Dinas Pertanian Jawa Barat

atas waktu, kesempatan, dan informasi yang diberikan.

7. Bapak Kusnawan, Bapak Wawan,Bapak Soleh, Bapak Iwan, Bapak Iman, Ibu Irma selaku pihak BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat atas waktu, kesempatan, informasi, dan dukungan yang diberikan.

8. Instansi-instansi terkait atas informasi yang diberikan kepada penulis berkaitan dengan penyusunan skripsi ini.

9. Bapak Unjin, Ibu Yusi Sri Sundari, Urfa, dan Yunan selaku keluarga kedua penulis selama penulis menuntut ilmu di Bogor.

10.Rizal Setyawan atas motivasi, dukungan, kesabaran, dan bantuan yang diberikan selama ini.

(10)

x

11.Teman-teman satu bimbingan skripsi Yuni Alfian dan Ray Sembara atas kerjasama dan dukungan selama penyelesaian skripsi ini.

12.Adik-adik SMKN I Bojong Picung atas bantuannya selama penelitian di BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat

13.Tim Gladikarya Desa Tugu Selatan: Ine, The Shara, Tiara, dan Faisal atas kebersamaan dan pengalaman berharga yang didapat dari kegiatan-kegiatan yang telah dilaksanakan.

14.Teman-teman seperjuangan di Agribisnis 43 dan SES-C atas semangat dan

sharing selama perkuliahan hingga penulisan skripsi ini. Semoga kebersamaan kita terus berlanjut hingga tua nanti.

15.Seluruh staf pengajar Departemen Agribisnis atas ilmu dan pengalaman yang diberikan selama perkuliahan.

16.Ibu Ida dan Mbak Dian serta seluruh staf tata usaha Departemen Agribisnis atas kemudahan dan bantuan selama penyusunan skripsi ini serta masa perkuliahan.

17.Barudak 11, Evi M, Adel, dan Bunbun atas kisah klasik yang akan terus dibina sampai masa depan.

18.Malea Atas Peduli: Dina, Aden, Bunbun, Tami, Iin, Ita, Umul, Kiki, Tutut, Vera, Yessi, Mba Pipit, Yeyen, Mbak Rina, Mbak Endah, Mbak Maria, Nova, dan Mbak Widya yang telah mengisi hari-hari penulis.

19.Seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan penulis satu per satu, terima kasih atas bantuannya.

Bogor, Juni 2010 Ilvia Restu Utami

(11)

x

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

I PENDAHULUAN………. ... 1 1.1. Latar Belakang... 1 1.2. Perumusan Masalah ..……... 5 1.3. Tujuan ……… .……... 10 1.4. Manfaat……….. ……... 11 1.5. Ruang Lingkup………... 11 II TINJAUAN PUSTAKA... 12 2.1. Pengertian Teknologi... 12

2.2. Pengertian Teknologi Tepat Guna………. 13

2.3. Pengertian Manajemen Teknologi... 14

2.4. Pengertian dan Konsep Sistem Agribisnis…... 15

2.5. Manajemen, Teknologi dan Agribisnis……… ……… 16

2.6. Agribisnis dan Agroindustri……….. 16

2.7. Perencanaan Strategi……….. 17

2.8. Kelembagaan Mekanisasi Pertanian……….. 17

2.10. Kajian Penelitian Terdahulu……….. 20

III KERANGKA PEMIKIRAN……… 24

3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis ... 24

3.1.1. Konsep Strategi ... 24

3.1.2. Manajemen Strategis ... 24

3.1.3. Model Manajemen Strategis ... 24

3.1.4. Pengertian Visi, Misi, dan Tujuan... 25

3.1.5. Fungsi Visi, Misi, dan Tujuan ... 26

3.1.6. Faktor Lingkungan Organisasi ... 27

3.1.7. Metode Proses Analisis Hirarki ... 28

3.2. Kerangka Pemikiran Operasional ... 32

IV METODOLOGI PENELITIAN……….. 35

4.1. Lokasi Penelitian ... 35

4.2. Data dan Instrumentasi ... 35

4.3. Metode Pengumpulan Data ... 35

4.4. Metode Pengolahan Data ... 36

4.4.1. Analisis Deskriptif………. 36

V GAMBARAN UMUM BPT MEKANISASI PERTANIAN JAWA BARAT ... 46

5.1. Latar Belakang Berdirinya BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat ... 46

5.2. Sejarah Berdirinya BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat .... 47

(12)

xi

5.4. Motto BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat ... 48

5.5. Organisasi BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat ... 49

5.5.1. Tugas, Pokok, dan Fungsi………. .... 49

5.5.2. Struktur Organisasi………. .. 49

5.6. Prosedur Perancangan Alat Mesin Pertanian dan Ruang Lingkup Pengujian ... 51

5.7. Prosedur Pelayanan ... 52

5.8. Sarana dan Prasarana... 53

5.9. Hasil Kegiatan Rekayasa dan Rancang Bangun…………. .... 53

5.10. Kerjasama Kemitraan ... 53

5.11. Fasilitas BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat…………. .. 54

5.12. Kegiatan Fasilitasi……….. 55

IV HASIL DAN PEMBAHASAN………. 57

6.1. Analisis Identifikasi Faktor, Aktor, Tujuan, dan Alternatif yang Berpengaruh dalam Pengembangan BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat ... 57

6.1.1. Faktor Pengembangan BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat………. ... 58

6.1.2. Aktor Pengembangan BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat………. ... 59

6.1.3. Tujuan Pengembangan BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat………. ... 62

6.1.4. Alternatif Pengembangan BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat………. ... 66

6.1.5. Sub Alternatif Pengembangan BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat………. ... 67

6.2. Pengolahan Horizontal ... 69

6.2.1. Elemen Faktor Pada Pengembangan BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat………. ... 69

6.2.2. Elemen Aktor Pada Pengembangan BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat………. ... 71

6.2.3. Elemen Tujuan Pada Pengembangan BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat………. ... 74

6.2.3.1. Elemen Tujuan Pada Aktor Sumberdaya Balai…. 74 6.2.3.2. Elemen Tujuan Pada Aktor Dinas Pertanian Tanaman Pangan…. ... ………….. 75

6.2.3.3. Elemen Tujuan Pada Aktor UPJA dan Bengkel…. 77 6.2.3.4. Elemen Tujuan Pada Aktor Sumberdaya Balai…. 78 6.2.4. Elemen Alternatif Pada Pengembangan BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat………. ... 79

6.2.4.1. Elemen Alternatif Pada Tujuan Peningkatan Kualitas Sumberdaya Manusia Balai…. ... 79

6.2.4.2. Elemen Alternatif Pada Tujuan Peningkatan Sarana dan Prasarana Balai …. ... ………….. 81

6.2.4.3. Elemen Alternatif Pada Tujuan Pengembangan UPJA ... …. 82

6.2.3.4. Elemen Alternatif Pada Tujuan Pengembangan Bengkel …. ... 84

(13)

xii

6.2.3.5. Elemen Alternatif Pada Tujuan Peningkatan

Pemahaman Tentang Alsintan …... 85

6.2.3.6. Elemen Alternatif Pada Tujuan Inventarisasi Kebutuhan Petani…. ... 86

6.2.5. Elemen Sub Alternatif Pada Pengembangan BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat………. ... 87

6.2.4.1. Elemen Sub Alternatif Pada Alternatif Peningkatan Kompetensi Sumberdaya Manusia Balai…. ... 87

6.2.4.2. Elemen Sub Alternatif Pada Alternatif Peningkatan Motivasi Sumberdaya Balai …. ... ………….. 89

6.3. Pengolahan Vertikal ... 90

6.3.1. Pengolahan Vertikal Elemen Aktor………. . 90

6.3.2. Pengolahan Vertikal Elemen Tujuan………. 92

6.3.3. Pengolahan Vertikal Elemen Alternatif…………. ... 94

6.3.3. Pengolahan Vertikal Elemen Sub Alternatif…………. 97

6.4. Perbandingan Hasil Proses Hirarki Analitik dengan Program BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat Tahun 2009 101

VII KESIMPULAN………. 106

7.1. Kesimpulan ... 106

7.2. Saran ... 107

DAFTAR PUSTAKA ... 109

(14)

xiii

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1 Perkembangan Jumlah Penduduk Indonesia, Jumlah Pekerja di Bidang Pertanian, Kehutanan, Perburuan dan Perikanan Serta

Persentasenya Tahun 2005- 2009... 2

2 Komoditas Impor Indonesia Bulan Agustus-September 2006 . 3

3 Data Luas Panen, Hasil Per hektar dan Produksi Padi tahun 2004-2007 ... 5

4 Data Pengunjung dan Pengujian Alat BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat Tahun 2008-Maret 2010 ... 9

5 Penelitian Terdahulu ... 21

6 Nilai Skala Banding Berpasangan ... 39

7 Matriks Pendapat Individu ... 40

8 Matriks Pendapat Gabungan ... 41

9 Nilai Random Indeks (RI) ... 43

10 Keadaan Pegawai BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat Tahun 2009 ... …. 50

11 Prioritas Elemen Faktor Penyusun Strategi Pengembangan BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat ... …. 69

12 Prioritas Elemen Aktor Penyusun Strategi Pengembangan BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat ... 72

13 Prioritas Elemen Tujuan Pada Aktor Sumberdaya Balai ... 75

14 Prioritas Elemen Tujuan Pada Aktor Dinas Pertanian Tanaman Pangan ... 76

15 Prioritas Elemen Tujuan Pada Aktor UPJA dan Bengkel ... 78

16 Prioritas Elemen Tujuan Pada Aktor Petani ... 79

17 Prioritas Elemen Alternatif Pada Tujuan Peningkatan Kualitas Sumberdaya Balai ... 80

18 Prioritas Elemen Alternatif Pada Tujuan Sarana dan Prasarana Balai ... 82

19 Prioritas Elemen Alternatif Pada Tujuan Pengembangan UPJA 83 20 Prioritas Elemen Alternatif Pada Tujuan Pengembangan Bengkel 84 21 Prioritas Elemen Alternatif Pada Tujuan Peningkatan Pemahaman Petani Tentang Alsintan... 86

22 Prioritas Elemen Alternatif Pada Tujuan Inventarisasi Kebutuhan Petani ... 87

(15)

xiv

23 Prioritas Elemen Sub Alternatif Pada Alternatif

Peningkatan Kompetensi Sumberdaya Manusia Balai ... 88 24 Prioritas Elemen Sub Alternatif Pada Alternatif

Peningkatan Motivasi Sumberdaya Manusia Balai ... 89 25 Hasil Pengolahan Vertikal Elemen Aktor Pengembangan

Balai Mekanisasi Pertanian Jawa Barat ... 91 26 Hasil Pengolahan Vertikal Elemen Tujuan Pengembangan

Balai Mekanisasi Pertanian Jawa Barat ... 92 27 Hasil Pengolahan Vertikal Elemen Alternatif Pengembangan

Balai Mekanisasi Pertanian Jawa Barat ... 95 28 Hasil Pengolahan Vertikal Elemen Sub Alternatif Pengembangan

Balai Mekanisasi Pertanian Jawa Barat ... 98 29 Perbandingan Prioritas Utama Hasil PHA dan Program BPT

Mekanisasi Pertanian Tahun 2009 ... 102

(16)

xv

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1 Hubungan Balai Mekanisasi Pertanian Jawa Barat

dengan Instansi Vertikal ... 7

2 Hubungan Antar Rekayasa/Ilmu Pengetahuan, Manajemen Teknologi dan Manajemen ………..………... 15

3 Model Proses Manajemen Strategi yang Komperhensif ... 25

4 Model Struktur Hirarki ... 31

5 Kerangka Operasional Penelitian ... 34

6 Hirarki Metode Proses Hirarki Analitik ... 37

7 Diagram Alir Proses Hirarki Analitik ... 45

8 Bagan Struktur Organisasi BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat ... 50

9 Peta Penyebaran UPJA di Jawa Barat ... 61

10 Hirarki Analisis Pengembangan BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat ... 68

11 Hasil Analisis Vertikal Strategi Pengembangan BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat ... 100

(17)

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1 Lampiran Peraturan Menteri Pertanian

No : 05/Permentan/OT.140/1/200 ... 112 2 Jumlah Penyebaran Alat Panen dan Pasca Panen Milik Petani,

Pemerintah Maupun Swasta dan Luas Lahan Padi di Setiap

Daerah di Jawa Barat Tahun 2007..……….. 114 3 Kuisioner Penelitian ... 115

(18)

1

I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Indonesia merupakan negara agraris. Hal ini terlihat dari mayoritas penduduk Indonesia yang sebagian besar merupakan petani. Menurut data BPS tahun 2009, jumlah petani mencapai 44 persen dari total angkatan kerja di Indonesia, atau sekitar 46,7 juta jiwa. Lebih dari separuhnya merupakan petani gurem dan buruh tani dengan kepemilikan lahan dibawah 0,5 hektar atau mencapai 38 juta keluarga tani(1). Semakin modernnya masyarakat Indonesia mengakibatkan jumlah lahan pertanian dan sumberdaya manusia di bidang pertanian semakin menurun. Pada saat ini sekitar 2,5 persen lahan pertanian beralih fungsi menjadi perumahan, pabrik, dan industri setiap tahunnya(2). Seperti di daerah Bali dengan alih fungsi lahan sawah untuk kepentingan lain di luar sektor pertanian mencapai 700-1.000 hektar. Hal ini berbanding terbalik dengan jumlah penduduk yang semakin meningkat. Semakin meningkatnya jumlah penduduk menyebabkan kebutuhan akan produk pertanian semakin meningkat.

Pada tahun 2005 persentase jumlah pekerja di bidang agribisnis terhadap jumlah penduduk memiliki persentase sebesar 18,87 persen, namun pada tahun 2008 persentase tersebut berkurang menjadi 17,97 persen. Hal ini mengindikasikan bahwa masyarakat semakin tidak tertarik untuk bekerja di bidang pertanian. Penduduk lebih tertarik untuk bermigrasi ke kota dan mencari pekerjaan di luar bidang pertanian. Perkembangan jumlah penduduk Indonesia, jumlah pekerja di bidang pertanian, kehutanan, perburuan dan perikanan serta perbandingannya dapat dilihat pada Tabel 1.

Penurunan pekerja di bidang pertanian lainnya dapat terlihat pada gambaran migrasi penduduk secara makro pada tahun 1999 sampai 2005 pada tiga provinsi di Indonesia yaitu Lampung, Jawa Tengah, dan Sulawesi Selatan Pada penelitian tersebut disimpulkan bahwa migrasi masuk desa jauh lebih kecil dibandingkan migrasi keluar. Artinya secara konsisten dari waktu ke waktu terjadi perpindahan dari daerah sentra produksi pertanian di pedesaan ke perkotaan.

1 Saragih Henry. 2009. Peringatan Hari Perjuangan Petani Internasional: Legislasi Perlindungan Petani Sebagai Pengakuan dan Pemenuhan hak Asasi Petani. http//www.spi.or.id/?p=915. [13 Januari 2010]

2 HKTI. 8 Juni 2009. Bali Khawatirkan Alih Fungsi Lahan

(19)

2 Tabel 1. Perkembangan Jumlah Penduduk Indonesia, Jumlah Pekerja di Bidang Pertanian, Kehutanan, Perburuan, dan Perikanan Serta Persentasenya Tahun 2005- 2008

Tahun Jumlah Penduduk

Indonesia (Jiwa) Pekerja di Bidang Pertanian, Kehutanan, Perburuan dan Perikanan Persentase (%) 2005 218.237.889 41.309.776 18.93% 2006 222.584.523 40.136.242 18.03% 2007 226.378.807 41.206.474 18.20% 2008 229.904.840 41.331.706 17.97% Sumber : BPS (2008) (Diolah)

Penurunan pekerja di bidang pertanian lainnya dapat terlihat pada gambaran migrasi penduduk secara makro pada tahun 1999 sampai 2005 pada tiga provinsi di Indonesia yaitu Lampung, Jawa Tengah, dan Sulawesi Selatan Pada penelitian tersebut disimpulkan bahwa migrasi masuk desa jauh lebih kecil dibandingkan migrasi keluar. Artinya secara konsisten dari waktu ke waktu terjadi perpindahan dari daerah sentra produksi pertanian di pedesaan ke perkotaan. Terdapat dua pola migrasi pada pedesaan contoh, lahan sawah pola migrasi yang bersifat musiman dan daerah lahan kering dengan pola migrasi cenderung pada pola migrasi tetap. Secara agregat faktor utama pendorong migrasi adalah terbatasnya kesempatan kerja di desa sedangkan faktor penarik di lokasi tujuan bermigrasi adalah ketersediaan kesempatan kerja lebih tinggi (Sinurya dan Saptana 2007).

Kebutuhan masyarakat yang semakin tinggi akan produk pertanian belum dapat dipenuhi oleh hasil pertanian di Indonesia. Hal ini menyebabkan masih tingginya impor beberapa komoditas pertanian. Jumlah impor produk pertanian seperti beras, kedelai, dan gandum masih cukup tinggi (Tabel 2), Hal ini seharusnya tidak terjadi di negara Indonesia yang merupakan negara agraris.

Masih tingginya impor produk pertanian diakibatkan karena sektor pertanian di Indonesia sampai saat ini belum dapat berjalan secara maksimal. Hal ini terlihat dari masih adanya berbagai permasalahan dalam pertanian di Indonesia.

(20)

3 Tabel 2. Komoditas Impor Indonesia Bulan Agustus-September Tahun 2006

No Nama Komoditas Agustus (Ton) Bulan September (Ton)

1 Beras 18.875.606 5.388.120 2 Gandum 523.439.675 101.355.918 3 Jagung 315.711.529 50.342.015 4 Kacang Tanah 12.208.609 4.190.037 5 Kedelai 396.204.369 97.136.975 6 Ubi Jalar 5.752 9.750 7 Ubi Kayu 25.740.696 5.892.528 8 Wijen 2.619.366 376.722

10 Produk Biji Lena 192.893 176.024

11 Sagu 22.062.732 7.142.496

Total Pertanian 1.323.101.922 281.556.217

Sumber : Departemen Pertanian (2006)

Kondisi-kondisi yang menunjukan berbagai permasalahan pertanian dan perlu mendapat perhatian seperti rendahnya produktivitas pengusahaan dan kualitas tanaman pertanaman terutama palawija, kurang bakunya produk pertanian, sulitnya menjaga kontinuitas produksi pertanian, lemahnya kelembagaan yang mengkaitkan sub sistem produksi dengan pengolahan hasil pertanian, serta kurang tersedianya infrastruktur yang mendukung kegiatan pertanian (Elizabeth 2007).

Permasalahan pertanian di Indonesia seperti rendahnya produktivitas pengusahaan dan kualitas tanaman serta sulitnya menjaga kontinuitas produksi pertanian disebabkan karena teknologi yang terbatas dan kurangnya pengolahan. Penggunaan teknologi yang masih sederhana di Indonesia merupakan salah satu permasalahan penting dalam pertanian di Indonesia. Hal ini mengakibatkan

(21)

4 produktivitas pertanian di negara Indonesia masih relatif rendah dibandingkan negara lain dengan teknologi pertanian lebih canggih.

Hal lain yang menjadi permasalahan dalam pertanian di Indonesia adalah aspek pemasaran. Sering sekali aspek pemasaran menjadi hal yang dipermasalahkan dalam pengembangan pertanian. Hal ini karena produk pertanian memiliki karakteristik spesifik seperti bulky (panen dalam jumlah yang banyak),

perishable (mudah rusak), voluminous (membutuhkan ruangan yang besar), pemeliharaan kualitas produk yang sulit dilakukan, faktor risiko tinggi yang dihadapi para pelaku pasar, dan kualitas produk dalam kaitannya dengan pemasaran (Soekartawi 1991). Oleh karena, itu teknologi pertanian pascapanen merupakan hal yang harus semakin dikembangkan di Indonesia.

Untuk memperbaiki permasalahan pertanian tersebut, maka harus dilakukan suatu reformasi dalam pertanian di Indonesia. Salah satu reformasi pertanian yang perlu dilakukan pemerintah Indonesia adalah reformasi dalam kebijakan teknologi. Kebijakan pengembangan industri yang harus dilakukan adalah pengembangan industri yang sesuai dengan keunggulan komparatif (resources based industry). Indonesia yang merupakan negara agraris dan memiliki keunggulan komparatif di bidang agribisnis sudah sepatutnya menjadikan agribisnis sebagai salah satu unggulan teknologi nasional. Pengembangan teknologi di bidang agribisnis diharapkan dapat berperan dalam meningkatkan produktivitas dan efisiensi, mengenalkan teknologi baru yang tepat guna dan tepat sasaran, memberikan nilai tambah produk akhir, dan meningkatkan cadangan devisa (Sa’id dkk 2004)

Aspek lain yang perlu diperbaiki adalah peningkatan peranan ahli teknik dan keterkaitan pertanian untuk menunjang pengembangan pertanian yang mengarah ke agroindustri. Rekayasa infrastruktur pedesaan diharapkan mampu mendorong pembangunan pertanian dan industri-industri, sistem pengairan dan

drainase, serta pembangunan sarana pendukungnya (Elizabeth 2007). Agar reformasi teknologi pertanian dapat terlaksana dengan baik maka dibutuhkan lembaga pemerintah yang memiliki fokus pada pengembangan teknologi pertanian sesuai dengan keunggulan komparatif yang dimiliki daerah.

(22)

5 Provinsi Jawa Barat merupakan salah satu lumbung pertanian di Indonesia. Provinsi ini memiliki visi “Terciptanya Masyarakat Jawa Barat yang Mandiri, Dinamis, dan Sejahtera”, selain itu Provinsi Jawa Barat memiliki tujuan akselerasi peningkatan kesejahteraan masyarakat. Provinsi Jawa Barat memiliki perhatian yang cukup besar atas pertanian di wilayah Jawa Barat. Hal ini dikarenakan Provinsi Jawa Barat memiliki keunggulan komparatif dalam bidang pertanian. Provinsi Jawa Barat memiliki luas panen, hasil per hektar, dan produksi yang cukup baik dalam komoditas pangan utama yaitu padi. Dari tahun ke tahun produksi padi di Jawa Barat memiliki trend yang semakin meningkat. Data luas panen, hasil per hektar dan produksi padi di Jawa Barat tahun 2004-2007 dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Data Luas Panen, Hasil Per Hektar dan Produksi Padi Tahun 2004-2007 Ta

hu n

Padi Sawah Padi Ladang Total Produksi Padi

Luas Panen (Ha) Hasil Per Hektar (Ton/ Ha) Produksi (Ton) Luas Panen (Ha) Hasil Per Hektar (Ton/ Ha) Produksi (Ton) Luas Panen (Ha) Hasil Per Hektar (Ton/Ha ) Produksi (Ton) 2004 1.759.938 52,84 9.299.506 120.204 25,19 302.796 1.880.142 51,07 9.602.302 2005 1.778.583 53,30 9.480.493 116.213 26,39 306.724 1.894.796 51,65 9.787.217 2006 1.687.836 53,94 9.103.490 110.424 28,53 315.082 1.798.260 52,38 9.418.572 2007 1.715.466 55,75 9.562.990 113.619 30,90 351.029 1.829.085 54,20 9.914.019

Sumber : BPS Jawa Barat (2008)

Dari data di atas dapat terlihat bahwa Jawa Barat merupakan provinsi produsen padi dengan produksi yang cukup tinggi dan memiliki peningkatan dari tahun ke tahun. Kecuali pada tahun 2006 dimana Jawa Barat mengalami penurunan produksi padi. Namun dari aspek hasil per hektar Jawa Barat terus mengalami kenaikan setiap tahunnya. Hal ini mengindikasikan bahwa dari tahun ke tahun terdapat perbaikan dalam pengelolaam pertanian khususnya padi sebagai komoditas pangan utama penduduk Jawa Barat.

1.2. Perumusan Masalah

Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Jawa Barat (Dispertan Jabar) merupakan ujung tombak dalam pengembangan pertanian di Jawa Barat. Dinas Pertanian Jawa Barat dalam sistem agribisnis Jawa Barat berada pada subsistem lembaga penunjang dan memiliki peran sebagai lembaga pendukung dalam sistem agribisnis di Jawa Barat. Dinas Pertanian Tanaman Pangan Jawa Barat yang

(23)

6 memiliki visi “Mewujudkan Petani Jawa Barat yang Mandiri, Dinamis, dan Sejahtera” memiliki delapan unit pelaksana teknis dinas (UPTD) sebagai pelaksana tugas pada bidang tertentu. Unit Pelaksana Teknis Dinas tersebut berada di bawah Kepala Dispertan secara langsung, kedelapan UPTD tersebut adalah UPTD Balai Pengembangan Benih Padi, UPTD Balai Pengembangan Benih Hortikultura, UPTD Balai Pengembangan Benih Kentang, Mekanisasi Pertanian, UPTD Balai Pelatihan Pertanian, UPTD Balai Proteksi TPH, serta UPTD Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih TPH.

Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat di Desa Cihea, Cianjur merupakan salah satu UPTD yang berada di bawah Dinas Pertanian Tanaman Pangan Jawa Barat. BPT Mekanisasi Pertanian ini merupakan pelopor pendirian balai di tingkat provinsi yang memiliki konsentrasi khusus dalam pengembangan mekanisasi pertanian. Balai Pengembangan Teknologi Mekanisasi Pertanian mempunyai fungsi melaksanakan teknis operasional perekayasaan dan rancang bangun alat mesin pertanian tepat guna, melaksanakan teknis operasional pengujian dan adaptasi alat mesin pertanian dan melaksanakan teknis operasional bengkel kerja (workshop) dan fasilitasi penggunaan alat dan mesin pertanian di UPTD lingkup dinas dan para petani pengguna. Balai Pengembangan Teknologi Mekanisasi Pertanian Jawa Barat merupakan lembaga sentral dalam bidang teknologi pertanian di Jawa Barat.

Unit Pelakssana Teknis Dinas BPT Mekanisasi pertanian didirikan agar dapat mengatasi permasalahan pertanian di Jawa Barat yakni, permasalahan kekurangan tenaga kerja dalam bidang pertanian, mahalnya mesin-mesin pertanian serta jumlah mesin-mesin pertanian yang tersebar relatif terbatas di pasaran sehingga produktivitas pertanian di Jawa Barat masih relatif rendah, rendahnya kemampuan serta keterampilan teknis ORM (Operation, Repair, and Maintenance) petani atau Unit Pelayanan Jasa Alsintan (UPJA), serta belum adanya lembaga sertifikasi yang terakreditasi di Jawa Barat untuk merekomendasikan kelayakan operasional alat mesin pertanian yang diintroduksikan.

Sebagai lembaga pengembangan mekanisasi pertanian di Jawa Barat, BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat memiliki hubungan vertikal dengan instansi lain

(24)

7 seperti Balai Besar Pengembangan Mekanisasi Pertanian (Puslitbang Deptan) dan Balai Pengujian Mutu Alat Mesin Pertanian (Ditjen P2HP Deptan). Hubungan Balai Mekanisasi Pertanian dan instansi lainnya dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Hubungan Balai Mekanisasi Pertanian Jawa Barat dengan Instansi Vertikal

Sumber: BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat (2008)

Balai Mekanisasi Pertanian Jawa Barat memiliki hubungan dengan instansi Puslitbang Deptan dalam pelaksanaan fungsi rekayasa dan rancang bangun alat mesin pertanian. Hubungan dengan Ditjen P2HP Deptan secara vertikal berhubungan dengan pengujian alat mesin pertanian di Jawa Barat. Sedangkan hubungan antara Puslitbang Deptan dengan Ditjen P2HP Deptan adalah dalam hal penetapan SNI Alsintan hasil rekayasa rancang bangun dan pengujian sebelumnya.

Sesuai dengan SK Permentan Nomor 05/Permentan/OT.104/1/2007 (Lampiran 1) maka BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat merupakan salah satu dari 15 lembaga uji Alsintan yang ada di Indonesia. Pada Norma, Standar, Prosedur, dan Kinerja (NSPK) Departemen Pertanian Republik Indonesia dijelaskan bahwa suatu lembaga yang berada di wilayah provinsi memiliki kewenangan melaksanakan kebijakan alat dan mesin pertanian wilayah provinsi, identifikasi dan inventarisasi kebutuhan alat dan mesin pertanian wilayah provinsi, penerapan standar dan mutu alat dan mesin pertanian, serta pembinaan dan pengawasan standar mutu alat dan mesin pertanian wilayah provinsi (Dinas Pertanian 2009). Adanya surat keputusan Permentan tersebut membuat BPT

BALAI PENGUJIAN MUTU ALAT MESIN PERTANIAN ( DITJEN P2PH, DEPTAN ) BALAI BESAR PENGEMBANGAN MEKANISASI PERTANIAN ( PUSLITBANG DEPTAN ) Rekayasa dan Rancang Bangun BPT MEKANISASI PERTANIAN JAWA BARAT

Pengujian

Penetapan SNI Alsintan

(25)

8 Mekanisasi Pertanian Jawa Barat menjadi salah satu lembaga yang sangat penting dalam pengembangan teknologi pertanian di Provinsi Jawa Barat.

Pada saat ini Balai Pengembangan Teknologi yang telah berdiri dari tahun 2002 berdasarkan Perda No. 5 Tahun 2002 dan Keputusan Gubernur No. 53 Tahun 2002 telah menjadi salah satu lembaga pendukung dalam peningkatan alat dan mesin pertanian di daerah Jawa Barat. Balai yang merupakan sentral pengembangan teknologi pertanian di Jawa Barat ini telah menghasilkan berbagai macam modifikasi alat mesin pertanian. Namun sampai saat ini BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat masih harus menyelesaikan beberapa permasalahan agar dapat mencapai visi dan misinya.

Beberapa permasalahan yang terdapat di BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat adalah masih belum meratanya kepemilikan alat mesin pertanian di Jawa Barat, kurang dikenalnya BPT Mekanisasi sebagai lembaga pemerintah yang dapat melayani dan membantu para petani dalam hal alat mesin pertanian, kurang meratanya informasi tentang alat dan mesin pertanian yang dihasilkan oleh balai, serta alat mesin pertanian yang dihasilkan balai belum dapat sepenuhnya memenuhi kebutuhan petani di Jawa Barat. Kepemilikan alat mesin pertanian di Jawa Barat yang mayoritas penduduknya melakukan usaha cocok tanam masih belum tersebar secara merata. Data jumlah penyebaran alat panen dan pasca panen milik petani, pemerintah maupun swasta, dan luas lahan padi di setiap daerah di Jawa Barat tahun 2007 dapat dilihat pada Lampiran 2.

Berdasarkan lampiran tersebut dapat terlihat bahwa jumlah alat mesin pertanian di Jawa Barat tidaklah merata, beberapa kabupaten memiliki alat mesin pertanian yang cukup banyak, namun beberapa kabupaten lainnya memiliki jumlah alat mesin pertanian yang sangat sedikit. Pada tabel dapat terlihat alat panen padi (reaper) yang dimiliki oleh Kabupaten Ciamis dengan luas lahan padi 101.364 hektar sebanyak 807 sedangkan daerah lain yang merupakan daerah lumbung padi seperti Kabupaten Cianjur yang memiliki luas lahan padi lebih besar yaitu 138.171 hektar hanya memiliki alat panen padi sebanyak 19 buah.

Permasalahan lainnya adalah kurang dikenalnya BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat oleh para petani. Balai yang melayani informasi teknologi pertanian, konsultasi teknik pengoperasian, perawatan dan perbaikan alat mesin

(26)

9 pertanian serta bantuan teknis rekayasan, rancang bangun dan pengujian alat mesin pertanian ini masih sangat jarang dikunjungi petani. Hal tersebut dapat dilihat pada data pengunjung balai dan pengguna jasa pengujian balai tahun 2008, 2009, dan 2010 dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Data Pengunjung dan Pengujian Alat BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat Tahun 2008-Maret 2010

Tahun Pengunjung Balai

(Orang) Pengujian Alat (buah) 2008 2 5 2009 17 8 Maret 2010 13 3

Sumber: BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat (2010)

Pada tabel di atas dapat terlihat bahwa pengunjung BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat masih sangat sedikit, selain itu masih terdapat keterbatasan dalam administrasi pengunjung sehingga tidak seluruh pengunjung dapat terdata. Mayoritas pengunjung BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat adalah lembaga dinas dari daerah lain yang ingin melakukan studi banding ataupun mahasiswa yang melakukan penelitian tentang alat mesin pertanian, namun petani di daerah Jawa Barat sebagai sasaran utama pendirian balai ini sangat jarang mengunjungi balai untuk melakukan konsultasi tentang alat dan mesin pertanian.

Balai Pengembangan Teknologi Mekanisasi Pertanian Jawa barat sebagai lembaga yang telah ditunjuk Departemen Pertanian sebagai salah satu lembaga pengujian alat dan mesin pertanian pascapanen dapat melakukan uji alat terhadap berbagai alat mesin pertanian baik di daerah Jawa Barat maupun di luar Jawa Barat. Namun sampai saat ini pengujian alat masih di daerah Jawa Barat sebagai fokus utama BPT Mekanisasi Pertanian.

Selain permasalahan tersebut permasalahan lainnya adalah alat mesin pertanian yang dihasilkan belum dapat sepenuhnya memenuhi kebutuhan petani di Jawa Barat. Hal ini terjadi karena kurangnya kontribusi petani dalam perancangan alat mesin pertanian yang akan diproduksi(3). Pada pelaksanaan peran UPTD BPT Mekanisasi Pertanian sebagai lembaga yang dapat meningkatkan keterampilan teknis ORM (Operation, Repair and Maintenance) petani atau Unit Pelayanan

(27)

10 Jasa Alsintan (UPJA) masih terdapat beberapa kendala dalam pelaksanaanya sehingga peran UPTD belum terjalin secara maksimal.

Berdasarkan paparan di atas maka dapat disimpulkan bahwa BPT Mekanisasi Pertanian memiliki peran yang penting dalam sistem agribisnis di Jawa Barat, akan tetapi berbagai macam alat dan mesin pertanian yang dihasilkan oleh BPT Mekanisasi Pertanian belum dapat diakses oleh seluruh petani di Jawa Barat secara optimal. Hal ini mengakibatkan perlunya strategi pengembangan bagi BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat agar dapat mengembangkan teknologi pertanian di Jawa Barat dengan lebih baik dan dapat mencapai visi dan misi balai. Sebagai suatu lembaga pemerintahan yang berada di bawah Dispertan perbaikan dan pengembangan lembaga ini sangat diperlukan untuk perbaikan pertanian di Jawa Barat dan akhirnya menuju perbaikan kesejahteraan petani Jawa Barat. Selama ini BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat hanya melaksanakan program setiap tahunnya yang selesai dalam satu tahun. Adanya strategi pengembangan BPT Mekanisasi Jawa Barat ini diharapkan dapat membuat BPT Mekanisasi Pertanian Jaw Barat lebih fokus dalam mencapai tujuan utama sesuai dengan visi dan misi secara berkelanjutan. Maka permasalahan yang akan dianalisis dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut :

1) Peran utama apa yang harus dilakukan oleh BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat dalam mengembangkan organisasinya?

2) Faktor-faktor apakah yang menjadi penyusun pengembangan BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat?

3) Strategi apa yang seharusnya dilaksanakan oleh BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat agar dapat mengembangkan organisasinya?

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan yang telah diuraikan, maka tujuan penelitian yang dilakukan adalah sebagai berikut :

1) Mengidentifikasi pola kerja BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat dalam mengembangkan organisasinya.

2) Menganalisis faktor-faktor penyusun strategi pengembangan BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat.

(28)

11 3) Merumuskan dan merekomendasikan alternatif strategi untuk pengembangan

BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat.

1.4. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, yaitu :

1) Sebagai bahan masukan untuk BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat dalam rangka meningkatkan peran organisasi dalam bidang pertanian.

2) Sebagai pertimbangan bagi pengambil kebijakan pertanian di Jawa Barat dalam rangka membuat kebijakan yang berhubungan dengan pertanian di Jawa Barat.

1.5. Ruang Lingkup dan Batasan Penelitian

Sesuai dengan tujuan penelitian yang hendak dicapai maka penelitian ini mencakup Unit Pengadaan Teknis Terpadu (UPTD) BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat, Unit Pelayanan Jasa Alsintan (UPJA) yang menjadi unit pemasaran BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat, bengkel yang telah bekerjasama dengan BPT Meknisasi Pertanian Jawa Barat, dan Dinas Pertanian Tanaman Pangan yang menjadi pengambil kebijakan agribisnis di Jawa Barat.

(29)

12

II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Teknologi

Teknologi secara harfiah memiliki arti segala daya upaya yang dapat dilaksanakan oleh manusia untuk mendapatkan taraf hidup uang lebih baik. Dari definisi tersebut diketahui bahwa tujuan akhir dari penggunaan teknologi adalah kesejahteraan hidup, tetapi teknologi juga seringkali berdampak negatif bagi suatu usaha, sistem atau lingkungan. Penggunaan suatu teknologi selalu memiliki trade off yang harus dipertimbangkan. Memilih suatu teknologi hendaknya berdasarkan

trade off yang paling minimal (Sa’id dkk 2004).

Teknologi diperoleh melalui suatu proses yang dikembangkan oleh manusia yang memiliki ilmu pengetahuan dan pengalaman yang cukup. Tjakraatmadja dalam Sa’id dkk (2004) mengumukakan lima sifat pokok teknologi yang perlu dipahami, yaitu :

1) Ilmu pengetahuan dan praktik atau percobaan merupakan prasyarat untuk tumbuh dan berkembang teknologi. Teknologi yang dikuasai akan semakin berkembang jika sudah terbagi dan termanfaatkan. Jika ilmu pengetahuan, seperti biokimia, mikrobiologi, genetika, dan biomolekuler dikuasai dengan baik maka hal tersebut merupakan pintu gerbang menuju penguasaan bioteknologi.

2) Teknologi dapat berupa kompetensi yang melekat pada diri manusia (human embedded technology), dapat berwujud fisik yang melekat pada mesin dan peralatan (object embedded technology), serta informasi yang diwadahi oleh sistem dan organisasi (document embedded technology). Teknologi dibutuhkan oleh manusia baik berupa benda fisik, keahlian dan keterampilan, maupun berupa dokumen informasi (seperti buku, jurnal, dan majalah). 3) Teknologi tidak memberikan nilai guna jika tidak diterapkan (tidak terbagi

dan terpakai secara tepat guna). Sebagai contoh pada dekade 1980-an Indonesia pernah mengimpor traktor yang digunakan untuk mengolah sawah yang luas. Setelah tiba di Indonesia, alat tersebut ternyata tidak dapat digunakan karena ukuran lahan sawah di Jawa kecil-kecil, sedangkan lahan sawah di luar pulau Jawa walaupun luas tetapi sangat sedikit jumlahnya.

(30)

13 Dengan demikian, traktor dalam kapasitas besar tersebut tidak berdaya guna dan tidak tepat sasaran.

4) Sebagai salah satu aset perusahaan, teknologi dapat ditemukan dikembangkan, dibeli, dijual, dicuri, atau tidak bernilai guna jika teknologi yang dimiliki sudah kadaluarsa. Hal ini menunjukan bahwa teknologi bersifat dinamis dan memiliki siklus hidup yang sama dengan siklus hidup produk. Oleh karena itu, perlindungan yang diberikan terhadap suatu teknologi harus memadai, terutama dalam hal perlindungan paten atau hak cipta.

5) Umumnya teknologi digunakan untuk kesejahteraan masyarakat atau meningkatkan kualitas hidup manusia. Dengan demikian, teknologi merupakan faktor penting dalam pengembangan ekonomi suatu wilayah.

2.2. Pengertian Teknologi Tepat Guna

Teknologi tepat guna dalam konteks negara berkembang dikelompokan ke dalam empat orientasi yang mendasar yaitu :

1) Pertimbangan pilihan teknologi. 2) Pertimbangan kelompok sasaran.

3) Pertimbangan keterbatasan sumberdaya.

4) Pertimbangan perubahan yang evolusioner yang selaras dengan tradisi. Teknologi tepat guna memiliki ciri-ciri skala kecil, padat karya, dan didasarkan pada kebutuhan masyarakat pedesaan. Selain ciri-ciri tersebut teknologi tepat guna juga memerlukan :

1) Konsisten dengan kebudayaan setempat. 2) Menjaga daur ekologi, dan

3) Selaras dengan proses pengambilan keputusan setempat

Pada saat ini masyarakat Indonesia masih berada pada taraf hidup yang masih rendah, dan karenanya perlu dibawa ke taraf hidup yang lebih baik. Salah satu jalur usaha peningkatan itu adalah penyedian dan pemanfaatan masukan instrumental berupa teknologi, baik yang berupa proses teknologi maupun produk. Hal yang menjadi perhatian adalah jalur usaha penyediaan dan pemanfaatan proses dan produk teknologi tertentu, yaitu teknologi yang mempunyai ciri:

1) Dapat dioperasikan dengan mudah oleh anggota masyarakat yang masih rendah taraf keterampilan teknologinya.

(31)

14 2) Dapat merangsang pertumbuhan keterampilan berteknologi masyarakat yang

bersangkutan dengan mudah.

3) Prasarana dan sarana pendukung bagi pengoperasian teknologi itu dapat disediakan dengan mudah.

4) Dalam penerapannya sangat memperhatikan keseimbangan dan keserasian dengan lingkungan, serta kemampuan ekonomi masyarakatnya.

Teknologi dengan ciri-ciri tersebut merupakan teknologi tepat guna. Jelas bahwa diatas itu semua, teknologi tersebut harus dapat menegaskan fungsi-fungsi kehidupan yang membina kepada membaiknya taraf hidup masyarakat yang menggunakannya ataupun masyarakat yang diperkenalkan kepada teknologi itu.

2.3. Pengertian Manajemen Teknologi

Teknologi merupakan suatu aspek yang berkaitan secara tidak langsung dengan sistem ekonomi, budaya, dan politik. Oleh karena itu, manajemen teknologi diperlukan untuk meminimalkan dampak negatif dan memaksimalkan manfaat yang diperoleh. Menurut Tjakraatmadja dalam Sa’id dkk (2004), manajemen teknologi adalah suatu ilmu pengetahuan yang dibutuhkan untuk memaksimumkan nilai suatu teknologi dengan cara melakukan proses manajemen yang tepat. Manajemen teknologi adalah suatu disiplin akademik yang memainkan peranan yang sangat penting dalam memapankan dasar pengetahuan yang akan memungkinkan suatu industri untuk melakukan pengelolaan teknologi (Sa’id dkk 2004).

Secara harfiah, manajemen teknologi menghubungkan disiplin-disiplin rekayasa, ilmu pengetahuan alam, dan manajemen untuk merencanakan, mengembangkan, dan menerapkan kemampuan tujuan strategik dan operasional dari suatu organisasi (Gaynor 1991). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 2.

(32)

15 Gambar 2. Hubungan Antar Rekayasa/Ilmu Pengetahuan, Manajemen Teknologi

dan Manajemen

Sumber : NRC diacu dalam Gaynor (1991)

2.4. Pengertian dan Konsep Sistem Agribisnis

Pertanian dalam arti luas adalah seluruh mata rantai proses pemanenan energi surya secara langsung dan tidak langsung melalui fotosintesis dan proses pendukung lainnya untuk kehidupan manusia yang mencakup aspek ilmu pengetahuan dan kemasyarakatan dan mencakup bidang tanaman pangan, hortikultura, peternakan, perikanan, perkebunan, dan kehutanan (IPB dalam Septiyorini dkk 2008).

Agribisnis berasal dari kata Agribusiness, di mana Agri berarti Agriculture

artinya pertanian dan Business artinya usaha atau kegiatan yang berorientasi profit. Jadi secara sederhana agribisnis (agribusiness) didefinisikan sebagai usaha atau kegiatan pertanian dan terkait dengan pertanian yang berorientasi profit. Jika didefinisikan secara lengkap agribisnis adalah kegiatan yang berhubungan dengan penanganan komoditi pertanian dalam arti luas, yang meliputi salah satu atau keseluruhan dari mata rantai produksi, pengolahan masukan dan keluaran produksi (agroindustri), pemasaran masukan-keluaran pertanian, dan kelembagaan penunjang kegiatan. Yang dimaksud dengan berhubungan adalah kegiatan usaha yang menunjang kegiatan pertanian dan kegiatan usaha yang ditunjang oleh kegiatan pertanian (Antara 2004).

Konsep agribisnis merupakan suatu konsep pertanian secara utuh, mulai dari proses produksi, mengolah hasil, pemasaran, dan aktivitas lainnya yang berkaitan dengan kegiatan pertanian tersebut (Soekartawi 1991). Namun pada saat ini masih banyak masyarakat dan juga para terdidik yang belum memahami dengan benar tentang konsep agribisnis. Menurut Arsyad dkk diacu dalam

Area yang Langsung Relevansinya dengan Manajemen Teknologi

Rekayasa/ilmu pengetahuan

Manajemen

Teknologi Manajemen

(33)

16 Soekartawi (1991) yang dimaksud dengan agribisnis adalah suatu kesatuan kegiatan usaha yang meliputi salah-satu atau keseluruhan dari mata rantai produksi, pengolahan, hasil, dan pemasarannya yang ada hubungannya dengan pertanian secara luas. Termasuk kegiatan usaha yang menunjang kegiatan pertanian dan kegiatan usaha yang ditunjang oleh kegiatan pertanian.

Kegiatan subsistem penunjang memiliki peran yang tidak kalah penting dengan subsistem lainnya dalam pengembangan suatu sistem agribisnis. Subsistem pendukung dapat berupa lembaga-lembaga pendukung maupun pelayanan pemerintah daerah untuk mempermudah aktivitas agribisnis yang dilakukan oleh para pelaku usaha.

2.5. Manajemen, Teknologi, dan Agribisnis

Manajemen teknologi adalah suatu disiplin akademik yang memainkan peranan penting dalam memapankan dasar pengetahuan yang akan memungkinkan suatu industri untuk melakukan pengelolaan teknologi (Sa’id dkk 2004). Dengan adanya fungsi manajemen tersebut, maka ruang lingkup penerapan manajemen teknologi dalam bidang agribisnis menjadi sangat luas, mulai dari perencanaan teknologi sampai dengan pengawasan teknologi dalam rangka mencapai nilai tambah yang lebih besar untuk memenuhi kebutuhan dan harapan konsumen.

2.6. Agribisnis dan Agroindustri

Kegiatan ekonomi pada sektor pertanian yang terbatas pada usahatani primer harus lebih dipacu pengembangannya menjadi mega sektor yang disebut agribisnis. Kinerja agribisnis yang meliputi tiga kegiatan yaitu subsektor organisasi hulu, subsektor usahatani dan subsektor agribisnis hilir. Pengembangan agribisnis dan agroindustri sangat strategis karena beberapa hal, yaitu:

1) Bersifat resources based yang berarti tidak tergantung pada komponen impor dalam proses produksinya.

2) Kegiatan agroindustri berorientasi ekspor yang dappat meningkatkan devisa negara. Hal ini terbukti dengan kenyataan bahwa agroindustri menyumbang 50 persen ekspor nonmigas dan 30 persen total ekspor Indonesia selama kurun waktu 1981-1995.

(34)

17 3) Memiliki dimensi pemerataan karena memiliki keterkaitan ke depan (forward linkages) dan ke belakang (backward linkages) yang kuat dan digerakan oleh petani dan pengusaha.

Peranan agroindustri untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi dapat dipacu melalui peningkatan produktivitas tenaga kerja, khususnya dalam berbagai pelaksanaan proyek padat karya, peningkatan teknologi budidaya proses hilir agroindustri, serta akumulasi modal melalui ekspor produk aggroindustri yang telah mempunyai nilai tambah yang besar dalam negeri. (Mangunwidjaya dan Sailah 2009).

2.7. Perencanaan Strategi

Perencanaan strategi merupakan salah satu dari sekian banyak konsep perencanaan yang dikembangkan. Perencanaan merupakan suatu proses aktivitas yang berorientasi ke depan dengan memperkirakan berbagai hal agar aktivitas di masa mendatang dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan. Orientasi perencanaan ke masa depan, maka perencanaan bersifat memperkirakan dan memprediksikan berdasarkan pertimbangan rasional, logis, dan dapat dilaksanakan.

Sementara dalam David (2006) perencanaan strategi didefinisikan sebagai rencana permainan (game plan) perusahaan. Perencanaan strategi lebih umum digunakan dalam dunia bisnis. Perencanaan strategi hanya mengacu pada formulasi strategi, berbeda dengan manajemen strategis yang mengacu pada formulasi, implementasi, dan evaluasi strategi. Rencana strategis dihasilkan dari pilihan manajerial yang sulit dari berbagai alternatif yang baik dan tanda komitmen untuk pasar yang spesifik, kebijakan, prosedur, dan opersi menggantikan.

2.8. Kelembagaan Mekanisasi Pertanian

Hal yang perlu mendapatkan perhatian secara khusus, terutama dari pembelajaran evolusi mekanisasi pertanian dari tahun 1950 sampai pada saat sekarang ini adalah masalah lemahnya kelembagaan dalam sistem pengembangan mekanisasi pertanian. Aspek-aspek yang perlu diperhatikan, jika mekanisasi pertanian harus disiapkan sebagai mesin penggerak revitalisasi (engine of revitalization) dalam Deptan (2005) adalah sebagai berikut :

(35)

18 1) Lembaga atau Asosiasi Petani

Lembaga petani perlu dibangun dengan tujuan untuk memberikan pelayanan kepada petani-petani yang merupakan anggotanya, serta melobi pemerintah dalam hal kepentingan usahatani. Melalui lembaga pertanian ini diharapkan dapat tercipta komunikasi antara pemerintah dengan petani sehingga petani dapat menyalurkan aspirasi dan kepentingannya dengan lebih baik. Lembaga seperti ini hendaknya dibangun atas inisiatif petani, bukan dari pemerintah.

2) Kebijakan Perdagangan Alsintan

Pengadaan, distribusi, dan penggunaan alat dan mesin pertanian dipengaruhi oleh kebijakan perdagangan. Pemerintah perlu menciptakan iklim perdagangan yang kondusif dengan menaikkan proteksi terhadap impor alsintan, terutama terhadap negara yang melakukan dumping.

Kebijakan proteksi ini selain dapat mendorong perkembangan industri alsintan dalam negeri juga dapat memberikan proteksi terhadap petani sebagai konsumen. Alsintan produksi luar seringkali tidak sesuai untuk digunakan di Indonesia karena kondisi lahan dan agronomis yang berbeda. Selain itu, pemerintah juga perlu untuk memeratakan distribusi alsintan di seluruh wilayah Indonesia. Salah satu caranya yaitu dengan tidak memberikan bantuan alsintan hanya pada satu jenis alsintan tertentu atau di daerah tertentu saja. Distribusi alsintan harusnya disesuaikan dengan kebutuhan alsintan di tiap wilayah.

3) Penelitian dan pengembangan

Penelitian dan pengembangan yang dilakukan oleh pihak swasta saja tidak cukup. Pemerintah harus meningkatkan riset dan pengembangan yang dilakukan melalui lembaga pemerintah yang ada seperti BBP Mektan dan LIPI serta membina kerjasama antara lembaga riset pemerintah, swasta, universitas dan asing. Dengan demikian, inovasi teknologi dapat lebih ditingkatkan dan menguntungkan semua pihak.

Dalam penelitian dan pengembangan yang dilakukan, perlu juga diciptakan penghubung antara peneliti dengan petani. Penghubung ini selain bertugas untuk mendemonstrasikan teknologi baru kepada petani dan meningkatkan kesadaran petani akan pentingnya teknologi, juga berfungsi sebagai

(36)

19 sarana bagi petani untuk menyampaikan mengenai jenis alsintan apa yang dibutuhkan dan tingkat mekanisasi seperti apa yang diharapkan. Jadi melalui penghubung ini dapat tercipta feed back bagi penelitian selanjutnya.

4) Kredit

Selama ini kesulitan perolehan kredit selalu menjadi kendala bagi petani dalam usaha pengembangan usahatani. Menurut Nuswantara (2003). Untuk mengatasi kendala ini, pemerintah perlu mempersiapkan upaya pembentukan bank pertanian. Bank pertanian hendaknya terletak di daerah-daerah sentra produksi pertanian, terutama di pedesaan dan kota-kota kecil yang mudah dijangkau petani. Melalui bank pertanian diharapkan dapat memberi kemudahan bagi petani dalam memperoleh kredit, baik itu sebagai modal usaha maupun untuk pembiayaan aktivitas pertanian.

Kredit yang diberikan jangan dibatasi pada jenis alsintan tertentu karena ini akan mempengaruhi pilihan petani terhadap alsintan yang akan digunakan. Petani harus diberikan kebebasan dalam memilih alsintan apa yang diinginkan dan yang sesuai dengan kebutuhannya.

5) Lembaga pelatihan dan pendidikan

Petani Indonesia pada umumnya berpendidikan rendah. Untuk mengintroduksi teknologi baru maka diperlukan pelatihan dan pendidikan agar petani mampu mengoperasikan alsintan dengan baik dan aman. Pelatihan dan pendidikan ini juga dimaksudkan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan petani sehingga dapat mengembangkan diri di subsektor lain maupun di bidang agroindustri, serta memajukan cara berpikir petani.

6) Fasilitas produksi dan perbaikan lokal

Kondisi lahan di tiap daerah berbeda-beda. Dengan melakukan produksi lokal maka produksi dapat dilakukan secara spesifik sesuai dengan kondisi lahan setempat dan mengurangi biaya transportasi ke petani. Selain itu, penyerapan tenaga kerja di desa juga dapat ditingkatkan.

7) Penyediaan jasa penyewaan mesin

Dengan penyediaan jasa penyewaan mesin, petani kecil yang tidak sanggup membeli alsintan dapat tertolong. Mereka dapat menggunakan mesin dan mendapatkan manfaat dari mesin tanpa harus mengeluarkan biaya besar untuk

(37)

20 membelinya. Selain itu, petani yang berfungsi sebagai kontraktor dapat mendapatkan manfaat ganda. Mereka dapat memperoleh keuntungan dari pemanfaatan mesin maupun dari penyewaan mesin. Usaha jasa penyewaan alsintan oleh kelompok tani dan KUD kurang menguntungkan karena rendahnya profesionalisme dan pengelolaan yang kurang baik. Karena itu, kemampuan manajemen kelompok tani atau KUD perlu ditingkatkan agar mampu mendapatkan keuntungan dari usaha sewa jasa yang dilakukan.

Untuk mendukung perkembangan lembaga-lembaga tersebut di atas, maka peran pemerintah sangatlah penting. Kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan pemerintah baik itu di bidang mekanisasi pertanian, pertanian secara umum, perdagangan, perindustrian, keuangan, keagrariaan, maupun ketenagakerjaan, dan pendidikan diharapkan dapat diselaraskan dalam mendukung perkembangan mekanisasi pertanian di Indonesia.

2.9. Kajian Penelitian Terdahulu

Mengkaji penelitian terdahulu merupakan salah satu cara untuk mendapatkan informasi tentang penelitian yang telah dilakukan. Penelitian terdahulu dapat dijadikan acuan, terutama yang berkaitan dengan topik penelitian yang sedang dilakukan. Pada Tabel 5 dapat dilihat beberapa penelitian yang terkait dengan penelitian ini.

Wahyudin (2001) menganalisis Unit Pelaksana Teknis Dinas Unit Pelaksana Modernisasi Bertahap (UPT UPMB) yang memiliki tugas pokok melakukan kegiatan penyuluhan, pembinaan, dan bimbingan penangkapan ikan dan salah satu fungsinya adalah melakukan pembinaan dan pelayanan jasa pemeliharaan, perbaikan mesin, dan docking kapal. Menurut hasil analisis, faktor internal strategis yang mempengaruhi keberhasilan UPT UPMB yang merupakan kekuatan adalah Peraturan Daerah DKI Jakarta, lokasi docking yang strategis, ketersediaan lahan untuk pengembangan, dukungan dana dari pemerintah, dan pemberdayaan sektor swasta di lingkup UPT UPMB. Adapun faktor-faktor yang merupakan kelemahan, yaitu sistem insentif, budaya kerja birokrasi, pelayanan perawatan kapal, prosedur standar operasional, kapasitas dan sarana penunjang di Pulau Pramuka masih terbatas, kualitas dan kuantitas SDM, dan kontribusi terhadap PAD masih perlu ditingkatkan.

(38)

21 Tabel 5. Penelitian Terdahulu

No Nama Judul Penelitian Alat Analisis Tahun

1 Wahyudin Perencanaan Strategi UPT UPMB Muara Angke dalam Bidang Pembinaan, Pelayanan Jasa Perawatan Dan Docking Kapal Perikanan

Analisis Matrik IFAS dan EFAS, Matrik IE, dan Analisis SWOT 2001 2 Supena Friyatno, Handewi P Rachman, dan Supriyati

Kelembagaan Jasa Alat dan Mesin Pertanian (Alsintan)

Tabulasi Sederhana dan interpretation analysis

2002

3 Muhammad Aries ZA

Formulasi Strategi Usaha Pelayanan Jasa Alat dan Mesin Pertanian: Studi Kasus Di Kabupaten Sumbawa

Analisis Finansial, Analisis Lingkungan dan Matriks TOWS. 2003 4 Feby Fadilah Rahmat Analisis Strategi Pencapaian Rencana Penerimaan Pajak Bumi, dan Bangunan Sektor Agribisnis Perkebunan Pada Kantor Pelayanan Pajak Bumi, dan Bangunan Cibinong

Analisis Hierarki Proses (AHP)

2009

5 Agung Dwi Lukito

Uji Kinerja Mesin Penghancur Sampah Organik (Crusher) dan Mesin Penghancur Pupuk Kandang (Manure Breaker) di UPTD BPT Mekanisasi Pertanian, Cianjur, Jawa Barat.

Uji Kinerja Mesin, Konsumsi Bahan Bakar, Ukuran Partikel Bahan Hasil Penghancuran dan Loss

2009

Friyanto dkk (2002) melaksanakan dua tahap penelitian pada lima kabupaten yang masing-masing kabupaten mewakili provinsi tertentu yaitu Majalengka, Klaten, Kediri, Agam dan Sidrap untuk tahap pertama dan dua

(39)

22 kabupaten yaitu Indramayu dan Ngawi pada tahap kedua. Penelitian ini menganalisis tiga alat mesin pertanian yaitu traktor, pompa dan thresher. Dari hasil penelitian disimpulkan bahwa penggunaan alsintan yang sudah hampir merata di semua lokasi penelitian adalah traktor, namun ketersediaan sarana pendukung pengembangan traktor seperti bengkel dan suku cadang masih sangat terbatas. implikasi dari hal ini adalah perlu didukungnya kebijakan yang kondusif untuk mengembangkan sarana pendukung traktor tersebut.

Sedangkan pengembangan pompa dan thresher belum merata, hal ini dipengaruhi oleh sistem pemasaran, sistem hubungan kerja, dan budaya setempat. Disimpulkan bahwa perlu adanya dorongan dari pihak pemerintah maupun swasta untuk memecahkan masalah permodalan alsintan berupa bantuan permodalan pengadaan alsintan ditingkat petani dan pengembangan sistem sewa yang adil antara pemilik alsintan dan petani.

Pada penelitian Muhammad Aries ZA (2002) dengan judul Formulasi Strategi Usaha Pelayanan Jasa Alat dan Mesin Pertanian: Studi Kasus Di Kabupaten Sumbawa disimpulkan bahwa terdapat enam pihak yang terlibat langsung dalam proyek pengadaan alsintan di Kabupaten Sumbawa, yakni pimpinan proyek, kontraktor, pabrik alsintan, bupati, kepala subdinas bina usaha pertanian, dan kelompok UPJA.

Pada pelaksanaannya mekanisme pengadaan alsintan terdiri dari lima tahap, antara lain identifikasi calon penerima alsintan, pelelangan dan pengadaan Alsintan, pelaksanaan kegiatan magang untuk manajer dan operator, pelatihan dan pembekalan kelompok UPJA, dan monitoring dan pelaporan. Berdasarkan penelitian disimpulkan bahwa alternatif strategi yang dapat dilaksanakan adalah memperluas pelayanan jasa di luar anggota, mengganti pola kerja sama operasional dengan pola kemitraan lainnya, mengoptimalkan kursus dan pelatihan bagi manajer dan operator, meningkatkan jumlah alsintan yang dikelola kelompok UPJA yang telah ada, peningkatkan kualitas pelayanan, dan meningkatkan pemeliharaan dan perawatan.

Penelitian yang dilakukan oleh Feby Fadilah Rahmat dengan judul “Analisis Strategi Pencapaian Rencana Penerimaan Pajak Bumi, dan Bangunan Sektor Agribisnis Perkebunan Pada Kantor Pelayanan Pajak Bumi, dan Bangunan

(40)

23 Cibinong” bertujuan untuk menganalisis berbagai faktor yang menjadi penyusun rencana penerimaan PBB sektor agribisnis perkebunan, dan merekomendasikan alternatif strategi yang tepat untuk KPPBB Cibinong. Berdasarkan penelitian didapatkan faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan adalah sumber, dan validitas data, pemerintah, dan perilaku wajib pajak. Alternatif pemilihan strategi yang tepat, dan efektif bagi perusahaan berdasarkan prioritasnya pembentukan basis data.

Lukito (2009) dalam penelitiannya yang berjudul “Uji Kinerja Mesin Penghancur Sampah Organik (Crusher) dan Mesin Penghancur Pupuk Kandang (Manure Breaker) di UPTD BPT Mekanisasi Pertanian, Cianjur, Jawa Barat” melaksanakan uji kinerja terhadap alat mesin pertanian yang ada di BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat. Disimpulkan bahwa dibutuhkan modifikasi untuk mesin penghancur sampah organik. Modifikasi dilakukan pada bagian pisau dan penutup pisau yang dibuat lebih rapat agar bahan tidak keluar melalui sela-sela penutup. Sedangkan untuk mesin penghancur kompos dibutuhkan modifikasi di bagian pisau, karena pada kecepatan putaran mesin tinggi pisau dapat bergeser. Selain itu, dibutuhkan adanya penutup untuk pisau agar bahan tidak terlempar jauh dari mesin.

Pada penelitian ini terdapat beberapa perbedaan dengan penelitian terdahulu. Penelitian ini dilakukan di BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat dengan memfokuskan pada strategi pengembangan dari balai. Selama ini banyak penelitian uji kerja alat yang dilaksanakan di BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat, namun penelitian tentang strategi pengembangan balai tersebut belum pernah dilaksanakan. Penelitian ini menggunakan analisis Proses Hirarki Analitik (PHA) untuk menentukan prioritas strategi pemasaran yang akan diterapkan untuk mencapai tujuan yang diharapkan.

(41)

24

III KERANGKA PEMIKIRAN

3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Konsep Strategi

Strategi perusahaan menggambarkan arah perusahaan secara keseluruhan mengenai sikap perusahaan secara umum terhadap arah pertumbuhan dan manajemen berbagai bisnis, dan lini produk untuk mencapai keseimbangan portofolio produk dan jasa. Strategi perusahaan juga merupakan sebuah pola keputusan yang berkenaan dengan tipe-tipe bisnis yang perusahaan sebaiknya terlibat arus keuangan dan lainnya ke dan dari divisi-divisi perusahaan serta hubungan antara perusahaan dengan kelompok-kelompok utama dalam lingkungan perusahaan (David 2006).

3.1.2. Manajemen Strategis

Hax dan Majluf (2003) diacu dalam Yoshida (2006) mendefinisikan manajemen strategik sebagai cara-cara untuk mengelola organisasi dalam rangka mencapai tujuannya dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut : pembangunan nilai budaya organisasi, kemampuan manajerial, tanggung jawab sosial, dan sistem administrasi. David (2006) lebih jauh mengemukakan bahwa manajemen strategis adalah seni dan ilmu untuk memformulasi, mengimplementasi, dan mengevaluasi keputusan lintas fungsi yang memungkinkan organisasi dapat mencapai tujuannya.

Manajemen strategis berfokus pada mengintegrasikan manajemen, pemasaran, keuangan atau akuntansi, produksi atau operasi, penelitian dan pengembangan, serta sistem informasi komputer untuk mencapai keberhasilan organisasi. Tujuan manajemen strategis adalah untuk mengeksploitasi dan menciptakan peluang baru yang berbeda untuk masa mendatang (David 2006).

3.1.3. Model Manajemen Strategis

Model manajemen strategis adalah salah satu model strategi yang dinyatakan oleh David (2006). Dalam model manajemen strategi terdapat kerangka kerja (Gambar 3) yang menampilkan hubungan antar bagian-bagian utama dalam proses manajemen strategi. Proses manajemen strategi yang paling baik dipelajari dan diterapkan adalah dengan menggambarkan suatu proses.

Gambar

Gambar  1.  Hubungan  Balai  Mekanisasi  Pertanian  Jawa  Barat  dengan  Instansi  Vertikal
Gambar 3.  Model Proses Manajemen Strategi yang Komperhensif                     Sumber : David (2006)
Gambar 5. Kerangka Operasional Penelitian
Gambar 6. Hirarki Metode Proses Hirarki Analitik           Sumber: Saaty (1993)
+7

Referensi

Dokumen terkait

DAMPAK INVESTASI SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PEREKONOMIAN KABUPATEN BOGOR.. PROVINSI JAWA BARAT

Strategi pengembangan biodiesel kemiri sunan di Jawa Barat diformulasikan sebanyak 13 strategi dengan tahapan implementasi berdasarkan peran pemerintah,

Tujuan umum dari penelitian ini adalah menyusun strategi pengembangan sumber benih mindi pada hutan rakyat di Jawa Barat, adapun tujuan khusus yang juga menjadi aspek

dalam skripsi yang berjudul “ Analisis Penerapan Sistem Informasi Akuntansi Penggajian Pada Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Jawa Barat”... Pertanian anaman

Kebijakan pengembangan mekanisasi pertanian harus mampu: (a) meningkatkan produktivitas baik pada sumber daya lahan dan tenaga kerja (b) meningkatkan efisiensi

Hasil menunjukkan bahwa: (1) faktor pendorong penerapan mekanisasi pertanian di Desa Sukorejo yakni: tenaga kerja semakin sulit diperoleh, proses produksi usahatani lebih cepat,

Peran Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Jawa Barat sebagai penghasil teknologi pertanian spesifi k lokasi seyogyanya difasilitasi dengan kegiatan perekomendasian

Adapun untuk jadwal pelaksanaan Praktik Kerja Industri di Balai Besar Pengembangan Mekanisasi Pertanian dapat dilihat pada tabel dibawah ini : Hari Jam Kerja Jam Istirahat Senin