• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perbandingan Hasil Proses Hirarki Analitik dengan Program BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat Tahun 2009

JAWA BARAT

Tingkat 5 : Sub Faktor pengembangan Balai Mekanisasi Pertanian Jawa Barat

6.4. Perbandingan Hasil Proses Hirarki Analitik dengan Program BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat Tahun 2009

Hasil pengolahan Proses Hirarki Analisis pada elemen faktor menunjukan bahwa mengembangkan dan mendiseminasikan teknologi mekanisasi pertanian merupakan hal utama yang harus dilaksanakan oleh BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat dengan bobot sebesar 0.313. Pada pelaksanaan program tahun 2009

102

pendiseminasian menjadi program yang menjadi prioritas utama BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat. Program pengembangan dan pendesiminasian mendapatkan proporsi anggaran yang paling besar dalam anggaran BPT Mekanisasi Pertanian tahun 2009. Perbandingan hasil proses hirarki analisis dan program BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat dapat dilihat pada Tabel 29.

Tabel 29. Perbandingan Prioritas Utama Hasil PHA dan Program BPT Mekanisasi Pertanian Tahun 2009

Pembanding Prioritas Utama Hasil Proses Hirarki Analitik

Program BPT Mekanisasi Pertanian Tahun 2009 Faktor Mengembangkan dan Mendiseminasikan Teknologi Mekanisasi Pertanian

- Diseminasi dalam rangka temu konsultasi perbengkelan

- Diseminasi dalam rangka temu teknologi pengoperasian dan perawatan Alsintan UPJA

- Pembinaan perbengkelan dan fabrikasi Alsintan UPJA

- Supervisi pendayagunaan Alsintan petani atau Dinas

- Sosialisasi pemantapan Alsintan Alat Pengolah Pupuk Organik (APPO)

- Pembinaan dan monitoring UPJA, diseminasi pengoperasian dan perawatan APPO.

Aktor Sumberdaya Balai - Perbaikan Website BPT Mekanisasi Pertanian

Tujuan

Peningkatan Kualitas SDM Balai

Perda Pengujian Alsintan

Belum ada Alternatif -Peningkatan Kompetensi SDM Balai -Akreditasi Laboratorium Pengujian -Survei Kebutuhan - Belum ada

- Dalam tahap pengajuan proposal

Sub Alternatif -Pelatihan

-Motivasi training Belum Ada

Terdapat tujuh program BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat yang mendukung pengembangan dan pendiseminasian teknologi mekanisasi pertanian seperti diseminasi dalam rangka temu konsultasi perbengkelan UPJA, diseminasi dalam rangka temu rapat teknologi pengoperasian dan perawatan alsintan UPJA, pembinaan perbengkelan dan fabrikasi alsintan UPJA, supervisi pendayagunaan

103

Alsintan petani atau Dinas, sosialisasi pemantapan alsintan Alat Pengolah Pupuk Organik (APPO), pembinaan dan monitoring UPJA, dan diseminasi pengoperasian dan perawatan APPO.

BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat memiliki tiga program pengembangan dan diseminasi pertanian 2010 yaitu sosialisasi pemantapan alsintan, diseminasi pengoperasian dan perbengkelan UPJA dan diseminasi pengoperasian dan perawatan APPO. Alat Pengolah Pupuk Organik merupakan alsintan yang menjadi fokus pengembangan BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat pada tahun 2009 dan 2010. Hal ini karena kebutuhan pupuk merupakan kebutuhan penting yang sangat dibutuhkan petani Jawa Barat pada saat ini. Semakin berkembangnya APPO diharapkan dapat mencukupi kebutuhan petani akan pupuk secara mandiri tanpa adanya ketergantungan terhadap pupuk impor. BPT Mektan Jabar telah memahami faktor utama dalam pengembangan balai adalah pengembangan dan diseminasi teknologi pertanian kepada masyarakat pertanian Jawa Barat, untuk tahun selanjutnya faktor ini harus terus dikembangkan sehingga teknologi pertanian di Jawa Barat semakin berkembang. Namun, perlu ditambahkan program lain selain dari pelatihan seperti pembuatan demplot di daerah potensial dan promosi balai ke setiap desa atau kecamatan. Hal tersebut diharapkan dapat meningkatkan rasa keingintahuan petani terhadap teknologi pertanian.

Aktor yang paling berpengaruh pada pengembangan BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat dengan bobot sebesar 0.436 adalah sumberdaya balai. Tujuan dari aktor sumberdaya balai yang memiliki prioritas pertama adalah peningkatan kualitas sumberdaya manusia balai dengan bobot sebesar 0.280. Pada program BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat tahun 2009 program yang mendukung peningkatan sumberdaya balai masih sangat kurang. Program untuk sumberdaya balai yang dilaksanakan pada anggaran tahun 2009 adalah pemeliharaan jasa non konstuksi seperti perbaikan website BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat dan modifikasi alsintan. Pada tahun 2009 tidak terdapat program yang dilaksanakan untuk peningkatan kualitas sumberdaya balai seperti pelatihan, pendidikan di perguruan tinggi, studi banding, maupun motivasi training bagi para pegawai.

104

Sumberdaya balai yang terdiri dari sumberdaya manusia balai dan sarana dan prasarana balai merupakan ujung tombak dari pengembangan teknologi mekanisasi pertanian Jawa Barat. semakin berkembangnya dan berkualitasnya sumberdaya balai maka pengembangan teknologi mekanisasi pertanian di Jawa Barat akan semakin baik. Peningkatan kualitas sumberdaya balai sangat dibutuhkan dalam pengembangan BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat sehingga seharusnya diadakan program pelatihan, studi banding, maupun motivasi training yang berkala terhadap para pegawai BPT Mekanisasi Pertanian agar kompetensi maupun motivasi pegawai balai dapat ditingkatkan.

Perda pengujian alsintan merupakan tujuan yang memiliki prioritas utama pada aktor Dinas Pertanian Jawa Barat. Adanya Perda tentang pengujian alsintan di Jawa Barat yang dilaksanakan di BPT Mekanisasi Pertanian diharapkan dapat meningkatkan pelaksanaan pengujian alsintan di BPT Mekanisasi Pertanian sehingga balai dapat memantau alsintan yang ada di Jawa Barat dengan lebih baik. Namun pada saat ini Perda tersebut belum dikeluarkan oleh Dinas Pertanian Jawa Barat.

Alternatif yang memiliki prioritas utama dalam peningkatan sarana dan prasarana balai adalah akreditasi pengujian dengan bobot sebesar 0.046. Akreditasi pengujian didapatkan dari Komite Akreditasi Nasional apabila BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat telah menerapkan ISO/IEC/7025:2005 dalam pengujian alsintan. Penerapan ISO/IEC/7025:2005 merupakan persyaratan umum kompetensi laboratorium pengujian dan laboratorium kalibrasi dalam pengujian alsintan di Indonesia.

Pada program BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat tahun 2010 belum terdapat program akreditasi laboratorium pengujian namun pada saat ini seksi pengujian dan adaptasi sedang melaksanakan pembuatan proposal untuk akreditasi laboratorium pengujian yang rencananya akan dicapai pada akhir tahun 2011. Hal ini dikarenakan dibutuhkan dana yang cukup besar untuk pelaksanaan akreditasi tersebut. Apabila akreditasi tersebut telah didapatkan oleh balai maka alsintan yang diuji oleh BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat akan memiliki kredibilitas yang lebih baik dan dapat menjadi bahan acuan yang terpercaya bagi penggunannya.

105

Alternatif yang menjadi prioritas utama pada aktor petani adalah pelaksanaan survei kebutuhan alsintan di setiap kabupaten. Selama ini pelaksanaan perancangan Alsintan di BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat tidak menghadirkan petani sebagai konsumen dari Alsintan yang dihasilkan. Hal ini mengakibatkan alsintan yang telah diproduksi tidak berfungsi secara maksimal. Oleh karena itu diperlukan survei kebutuhan pertanian di setiap kabupaten sebelum pembuatan alsintan sehingga alsintan yang dihasilkan sesuai dengan kebutuhan daerah pertanian yang ada dan dapat berfungsi secara maksimal.

106

VII KESIMPULAN DAN SARAN

7.1. Kesimpulan

Pada pelaksanaan tugas sebagai unit pelaksana teknis dinas BPT Mekanisasi Pertanian memiliki beberapa tahap prosedur dalam perancangan alsintan yaitu

design requirement, conceptual design, preliminary design, detail design, production design dan quality design. Setelah seluruh prosedur perancangan

tersebut dilaksanakan maka dimulai pembuatan alsintan yang telah sebelumnya ditentukan di bengkel workshop. Setelah alsintan tersebut selesai diproduksi maka dilaksanakan pengujian yang terdiri dari empat tahap. Pengujian dilakukan terhadap prototype alsintan hasil rancang bangun yang meliputi (1) uji fungsional dan verifikasi, (2) uji adaptasi, (3) pengkajian economic engineering, dan (4) uji Petik.

Berdasarkan hasil analisis hierarki strategi pengembangan BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat, dapat disimpulkan bahwa faktor yang berpengaruh dalam pengembangan BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat adalah mendiseminasikan dan mengembangkan teknologi mekanisasi pertanian (0.313). Berdasarkan hasil analisis tersebut maka faktor yang harus mendapatkan perhatian terbesar adalah pendiseminasian dan pengembangan teknologi mekanisasi pertanian di Jawa Barat. Pengembangan BPT Mekanisasi Pertanian sangat dipengaruhi oleh tingkat pemahaman para petani tentang pentingnya teknologi mekanisasi pertanian terhadap usaha pertaniannya.

Aktor yang paling berpengaruh dalam pengembangan BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat adalah aktor sumberdaya balai dengan bobot sebesar 0.436 dengan tujuan utama peningkatan kualitas sumberdaya manusia balai yang memiliki bobot 0.280. Sumberdaya balai sebagai penggerak dalam pengembangan dan pendiseminasian teknologi mekanisasi pertanian harus memiliki kualitas yang baik agar dapat mengembangkan dan mensosialisasikan teknologi mekanisasi pertanian dengan baik kepada seluruh pihak mulai dari petani, UPJA, bengkel, pihak swasta dan pihak dinas lainnya.

Pada peningkatan kualitas sumberdaya manusia balai diperlukan peningkatan kompetensi dan juga peningkatan motivasi yang masing-masing

107

memiliki bobot sebesar 0.172 dan 0.108 dalam elemen alternatif. Peningkatan kualitas sumberdaya manusia balai dilaksanakan dengan pelatihan dan juga motivasi training agar produktivitas pegawai dapat meningkat. Pada Anggaran dan program BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat tahun 2009 tidak terdapat program peningkatan kompetensi maupun motivasi sumberdaya manusia balai seperti pelatihan, studi banding, dan motivasi training. Program di BPT Meknisasi Pertanian Jawa Barat pada tahun 2009 maupun 2010 lebih fokus terhadap diseminasi teknologi pertanian terhadap para petani, UPJA dan bengkel.

Survei kebutuhan alsintan setiap kabupaten merupakan alternatif yang memiliki prioritas utama dalam aktor petani. Pelaksanaan survei ini sangat diperlukan agar alsintan yang dihasilkan oleh BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat dapat berfungsi secara maksimal dan sesuai dengan kebutuhan petani yang ada di setiap kabupaten.

7.2. Saran

Berdasarkan hasil penelitian, terdapat saran yang dapat dijadikan rekomendasi, yaitu :

1) Diperlukan adanya kerjasama yang lebih baik dan terintegrasi dari seluruh aktor dalam hierarki mulai dari sumberdaya balai, Dinas Pertanian Provinsi Jawa Barat, Unit Pelayanan Jasa Alsintan, Bengkel dan Petani.

2) Sumberdaya balai sebagai bagian penting dalam pengembangan teknologi mekanisasi membutuhkan perhatian yang lebih besar agar kualitas dari sumberdaya balai menjadi lebih baik. Dibutuhkan program pengembangan kompetensi dan motivasi bagi para pegawai seperti pelatihan serta motivation

training agar peningkatan produktivitas pegawai dapat tercapai.

3) Pelaksanaan survei kebutuhan petani dalam perancangan suatu alsintan sangat dibutuhkan agar alsintan yang dihasilkan benar-benar sesuai dengan kebutuhan petani. Selain itu, setiap tahunnya diperlukan suatu fokus pengembangan produk alsintan agar alsintan yang telah dihasilkan oleh BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat memiliki manfaat yang maksimal.

108

4) Dibutuhkan penelitian lebih lanjut tentang strategi pengembangan UPJA di Jawa Barat agar teknologi mekanisasi pertanian di Jawa Barat semakin berkembang.

5) Perlu diperbaikinya administrasi dalam pelaksanaan kegiatan BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat agar setiap kegiatan yang telah dilaksanakan memiliki kearsipan yang baik sehingga mudah apabila data tersebut dibutuhkan kembali.

109

DAFTAR PUSTAKA

Antara Made. 2004. Pendekatan Agribisnis dalam PengembanganPertanian Lahan Kering (Kasus Lahan Kering di Kabupaten Buleleng, Bali).

http//ejournal.unud.ac.id/abstrak/(5)%20soca-antara-pendekatan%20agribisnis.pdf . [12 Januari 2010].

Aries ZA, Muhammad. 2003. Formulasi Strategi Usaha Pelayanan Jasa Alat dan Mesin Pertanian: Studi Kasus Di Kabupaten Sumbawa [tesis]. Bogor: Magister Bisnis, Institut Pertanian Bogor.

[BPS] Badan Pusat Statistik. 2009. Penduduk 15 Tahun Ke Atas yang Bekerja

menurut Lapangan Pekerjaan Utama 2004, 2005, 2006, 2007, 2008 dan 2009. Jakarta: Badan Pusat Statistik.

[BPS] Badan Pusat Statistik Jawa Barat. 2008. Luas Panen, Hasil per Hektar, dan

Produksi Padi Jawa Barat Harvested Area, Yield Rate and Production of Paddy in Jawa Barat 2004, 2005, 2006, 2007, 2008. Bandung: Badan Pusat

Statistik Jawa Barat.

David Fred R. 2006. Manajemen Strategi. Prenhallindo: Jakarta.

[DEPTAN] Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. 2005. Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis: Dukungan Aspek Mekanisasi Pertanian. Jakarta: Departemen Pertanian.

Fewidarto Pramono D. 1996. Proses Hierarki Analitik (Analytical Hierarchy

Process). Bogor: Teknologi Industri Pertanian Program Pascasarjana

Institut Pertanian Bogor.

Gaynor G.H. 1991. Achieving the Competitive Edge through Integrated

Technology Management. New York: Mc Graw Hill.

Elizabeth Roosgandha. 2007. Revitalisasi Ketenagakerjaan dan Kesempatan Kerja Terkait Strategi dan Kebijakan Pembangunan Pertanian dan Pedesaan.

Jurnal Sosial Ekonomi Pertanian dan Agribisnis Volume 7 No 3: 222-234.

Hunger, J David dan Thomas L. Wheelen. 2003. Manajemen Strategis. Yogyakarta : Penerbit Andi.

Istyanto Erky. 2009. Pengambilan Keputusan dengan Pendekatan Analytical

Hierarchy Process dalam Penyusunan Strategi Promosi pada CV. Gintera

[skripsi]. Bogor: Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

Lukito Agung. 2009. Uji Kinerja Mesin Penghancur Sampah Organik (Crusher) dan Mesin Penghancur Pupuk Kandang (Manure Breaker) di UPTD BPT Mekanisasi Pertanian, Cianjur, Jawa Barat [skripsi]. Bogor: Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Mangunwidjaya Djumali dan Sailah Ilah. 2009. Pengantar Teknologi Pertanian. Penebar Swadaya: Depok.

110

Rachmina Dwi dan Burhanuddin. 2008. Panduan Penulisan Proposal dan Skripsi. Departemen Agribisnis fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor: Bogor.

Rahmat Feby F. 2005. Analisis Strategi Pencapaian Rencana Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan Sektor Agribisnis Perkebunan Pada Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan Cibinong [skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Raspati Galih Adhie. 2007. Kajian Awal Pemanfaatan Residu Minyak Goreng (Jelantah) Sebagai Sumber Energi Biodisel Alternatif [laporan Praktek Kerja Lapang.]. Bandung: Fakultas Teknologi Industri Pertanian, Universitas Padjajaran.

Ray. 2009. Pengertian Anggaran. http://manskm.blogspot.com/2009/03/pengertian-anggaran.html. [3 Maret 2010].

Saaty Thomas L. 1991. Pengambilan Keputusan Bagi Para Pemimpin. PT Pustaka Binaman Pressindo: Jakarta.

Saaty Thomas L . 1993. Analitik Hieraki Proses (AHP). 1993. PT Pustaka Binaman Pressindo: Jakarta.

Sa’id, dkk. 2004. Manajemen Teknologi Agribisnis (Kunci Menuju Daya Saing

Global Produk Agribisnis). MMA IPB-Ghalia Indonesia. Jakarta.

Saragih Henry. 2009. Peringatan Hari Perjuangan Petani Internasional: Legislasi Perlindungan Petani Sebagai Pengakuan dan Pemenuhan hak Asasi Petani. http//www.spi.or.id/?p=915. [2 Desember 2009].

Septiyorini Nadia, dkk. 2008. Pengembangan Sistem Agribisnis Komoditas Padi Ketan Di Desa Cibeureum Kecamatan Cibeureum Kabupaten Kuningan [laporan gladikarya]. Bogor: Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

Sinuraya Julia Forcina, Saptana. 2007. Migrasi Tenaga Kerja Pedesaan dan Pola Pemanfaatannya. Jurnal Sosial Ekonomi Pertanian dan Agribisnis Volume 7 No 3: 235-244.

Soekartawi Dr. 1991. Agribisnis Teori dan Aplikasinya. Rajawali Pres : Jakarta. Susanto Hadi. 2005. Kajian Strategis Pengembangan Agribisnis Buah Manggis

(Garcinia Mangonstana L) di wilayah Agropolitan Kabupaten Bogor Jawa Barat [skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

UPTD BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat. 2010. Expose UPTD BPT

Mekanisasi Pertanian Jawa Barat. Cianjur: UPTD BPT Mekanisasi

Pertanian Jawa Barat.

UPTD BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat. 2010. Jumlah Penyebaran Alat

Panen dan Pasca Panen Milik Petani, Pemerintah dan Swasta di Jawa Barat Tahun 2008. Cianjur: UPTD BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat.

Wahyudi Imam. 2009. Strategi Bauran Pemasaran dengan Penerapan Metode Hierarki Analitik di Agrowisata Little Farmers Lembang Bandung

111

[skripsi]. Bogor: Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

Wahyudin. 2001. Perencanaan Strategi UPT UPMB Muara Angke Dalam Bidang Pembinaan, Pelayanan Jasa Perawatan dan Docking Kapal Perikanan [tesis]. Bogor: Magister Bisnis, Institut Pertanian Bogor.

Wahyudyono Erick. 2008. Analisis Peran Utaman dan Rancangan Pengembangan Koperasi Mahasiswa Institut Pertanian Bogor dengan Pendekatan Arsitektur Strategi [skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Yoshida Diah. 2006. Arsitektur Strategik: Sebuah Solusi Meraih Kemenangan

dalam Dunia yang senantiasa Berubah. Jakarta: PT Elex Media

112

Lampiran 1. Lampiran 3 Peraturan Menteri Pertanian No. 5/ Permentan/OT. 140/1/2007

LAMPIRAN III PERATURAN MENTERI PERTANIAN

NOMOR :

05/Permentan/OT.140/1/2007 TANGGAL : 16 Januari 2007

DAFTAR LABORATORIUM PENGUJIAN ALSINTAN

NO Lembaga/Laboratorium Alamat Prioritas pengujian

1 Balai Pengujian Mutu Alat Dan Mesin

Tj. Barat, Pasar Minggu, Jakarta Selatan

Alsin Pra dan Pasca Panen

2 Balai Besar Pengembangan Mekanisasi Pertanian

Situgadung, Legok, Tromol Pos 2-Serpong Tangerang Banten

Alsin Pra dan Pasca Panen

3 Pusat Penelitian Kopi Dan Kakao

Jl. PB. Sudirman No.90 Jember 68118 Jawa Timur

AlsinPra Panen, Panen, Dan Pasca Panen Kopi dan Kakao

4 Pusat Penelitian Teh Dan Kina

Gambung, Kotak Pos 1013 Bandung 40010, Jawa Barat

Alsin Pra Panen, Panen, dan Pasca Panen Teh Dan Kina

5 Pusat Penelitian Kelap Sawit

PO. BOX 1103, Medan 2001 Jl. Brigjen

Kataamso No. 51 Medan 20158, Sumatera Utara

Alsan Pra Panen, Panen, Dan Pasca Panen Kelapa Sawit

6 Balai Penelitian Teknologi Karet Bogor

Jl. Salak No. 1 Bogor 16151 Jawa Barat

Alsin Pra Panen, Panen, Dan Pasca Panen Karet

7 Pusat Peneiitlan Perkebunan Gula Indonesia

Jl. Pahlawan 25 Pasuruan 67126 Jawa Timur

Alsin Pra Panen. Panen, Dan Pasca Panen Gula.

113

NO Lembaga/Laboratorium Alamat Prioritas pongujian

8. Balai Penelitian Tanaman Kelapa Dan Palma Lain Mapanget

Kotak Pos 1004, Manado 95001

Alsin Pra Panen dan Pasca Panen Kelapa

9 Balai Pengembangan

Mekanisasi dan Teknologi Pertanian, Cihea, Jabar

Alsin Pra Panen dan Pasca Panen Tanaman Pangan

10 Universitas Gajah Mada, Yogyakarta

Alsin Pasca Panen Tanaman Pangan 11 Institut Pertanian Bogor,

Bogor

12 Balai Penelitian Peternakan, Ciawi

114

Lampiran 2. Jumlah Penyebaran Alat Panen dan Pasca Panen Milik Petani, Pemerintah Maupun Swasta dan Luas Lahan Padi di Setiap Daerah di Jawa Barat Tahun 2007

No Kabupaten / Kotamadya

Penyebaran Jenis Alat (buah) Alat Panen Padi (Reaper) Alat Pengering (Dryer) Luas Lahan Padi (Ha) Banting Bertirai Pedal Threser Power Threser 1 Kab. Bandung 0 0 0 0 0 106.781 2 Kab. Bekasi 18631 6 18637 33 2 96.748 3 Kab. Bogor 1892 4 1896 38 2 77.014 4 Kab. Ciamis 50675 499 51174 807 33 101.364 5 Kab. Cianjur 823 0 823 19 2 138 .171 6 Kab. Cirebon 0 0 0 42 1 71.445 7 Kab. Garut 2953 104 3057 8 0 123.210 8 Kab. Indramayu 96167 0 96167 59 0 195 780 9 Kab. Karawang 0 0 0 0 0 178.582 10 Kab. Kuningan 10832 0 10832 257 0 57.893 11 Kab. Majalengka 37864 3747 41611 96 46 94.032 12 Kab. Purwakarta 0 0 0 26 1 37.852 13 Kab. Subang 0 0 0 0 0 137.824 14 Kab. Sukabumi 0 0 0 0 0 73.170 15 Kab. Sumedang 8465 538 9003 19 5 73.170 16 Kab. Tasikmalaya 0 0 0 0 0 109.376 17 Kotamadya Bandung 0 0 0 0 0 3.133 18 Kotamadya Banjar 8484 0 8484 57 4 6.395 19 Kotamadya Bekasi 2174 0 2174 0 0 1.183 20 Kotamadya Bogor 0 0 0 2 0 1.465 21 Kotamadya Cimahi 0 0 0 0 0 526 22 Kotamadya Cirebon 0 0 0 0 0 502 23 Kotamadya Depok 0 0 0 0 0 959 24 Kotamadya Sukabumi 33 0 33 390 35 1.465 25 Kotamadya Tasikmalaya 2054 0 2054 3 10 12.310 Jumlah : 241047 4898 245945 1856 141 1.798.260 Sumber: UPTD BPT Meknisasi Pertanian Jawa Barat (2008, diolah)

115

KUISIONER PENELITIAN

PEMILIHAN PRIORITAS STRATEGI PENGEMBANGAN BPT MEKANISASI PERTANIAN JAWA BARAT

Judul Penelitian

Strategi Pengembangan BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat

dengan Pendekatan Proses Hirarki Analitik

Identitas Responden

No : ………

Nama : ………

Jabatan : ………

Tanggal Pengisian : ………

Kuisioner ini digunakan sebagai bahan penyusunan skripsi : Strategi Pengembangan BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat oleh Ilvia Restu Utami (H34061775), mahasiswa Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor. KUISIONER PENGISIAN MATRIKS BERPASANGAN PENILAIAN SKALA BANDING Bila A sama pentingnya dengan B = 1 Bila A sedikit lebih penting dibandingkan B = 3

Bila sebaliknya (B sedikit lebih penting dibanding A) = 1/3 Bila A jelas lebih penting dibandingkan B = 5

Bila sebaliknya (B jelas lebih penting dibanding A) = 1/5 Bila A sangat jelas lebih penting dibandingkan B = 7 Bila sebaliknya (B sangat jelas lebih penting dibanding A) = 1/7 Bila A mutlak lebih penting dibandingkan B = 9 Bila sebaliknya (B mutlak lebih penting dibanding A) = 1/9

Nilai-nilai skala banding genap (2,4,6,8 atau 1/2,1/4,1/6,1/8) khusus diberikan untuk nilai skala pembandingan yang nilainya berada diantara dua nilai pembandingan ganjil berurutan. Misalnya pada kasus A dibanding B, nilai A sedikit lebih penting hingga jelas lebih penting dibandingkan B, maka nilai skala banding yang diberikan adalah antara 3 dan 5, yaitu 4 atau 1/4 bila sebaliknya. Lampiran 3. Kuisioner Penelitian

116 Bagian I

Untuk Mengembangkan BPT Mekanisasi Pertanian terdapat beberapa faktor, yaitu : 1. Meningkatkan kemampuan sumberdaya manusia pertanian

2. Lembaga pengujian alat dan mesin pertanian yang terakreditasi dan terstandarisasi

3. Menumbuhkembangkan embrio lembaga pemberdayaan

4. Mengembangkan dan mendiseminasikan teknologi mekanisasi pertanian di Jawa Barat

Instruksi: Bandingkan tingkat seberapa penting faktor-faktor berikut dalam upaya pengembangan BPT Mekanisasi Pertanian

Bagian II

Dari faktor-faktor pengembangan BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat terdapat beberapa aktor yang mempengaruhi yaitu :

1. Sumberdaya BPT Mekanisasi Pertanian Jawa barat 2. Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Jawa Barat 3. UPJA dan Bengkel

4. Petani

1 Meningkatkan kemampuan sumberdaya manusia pertanian dibandingkan