• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGERTIAN TENTANG TUHAN DI DALAM PEMUJAAN

Dalam dokumen Dewa-Dewi KELENTENG (Halaman 37-49)

KELENTENG

Pengertian Tuhan dalam kepercayaan Tionghoa sebenarnya juga tidak berbeda d e n g a n agama-agama yang lain, dianggap sebagai Pencipta Alam Semesta dan segala isinya. D a l a m kepercayaan kalangan rakyat, Tuhan biasanya disebut sebagai "Tian" (Thian — Hokkian) atau "Shang-di" (Siang Te — Hokkian). T i a n adalah penguasa tertinggi alam semesta ini, sebab itu, k e d u d u k a n N y a berada di tempat yang paling agung, sedang para dewa dan malaikat yang lain adalah para pembantunya dalam menjalankan r o d a pemerintahan di alam semesta ini, sesuai dengan fungsinya masing-masing.

Pemujaan Tian dan Shang Di

Secara u m u m orang beranggapan b a h w a "Tian" dan "Shang-di" adalah tidak b e r b e d a . Sebetulnya kedua istilah ini memiliki kandungan arti yang tidak sama. Orang Tionghoa umumnya percaya bahwa alam semesta ini selalu terdiri dari dua unsur yaitu unsur Negatif dan Positit atau yang secara umum disebut "Yin" d a n Yang (Im-yang — Hokkian). Kepercayaan akan Yin dan Yang ini berlaku untuk s e m u a hal, ter-masuk kepercayaan akan dunia-fana d a n alam-baka, roh jahat (para siluman, iblis, saitan dan lain-lain) dan r o h baik (malaikat, dewata dan lain-lain). Di dalam sistim pemerintahan, hal yang selalu bersifat dua ini tercermin dari adanya pemerintahan di dunia dan pemerintahan surga yang dilakukan oleh para dewata yang dipuncaki oleh Shang-di. Rakyat percaya bahwa pemerintahan surga memiliki struktur yang sama dengan sistim pemerintahan di d u n i a . Kalau pemerintahan dunia terdiri dari kaisar, para keluarganya, perdana-menteri, menteri-menteri sipil dan militer, menteri-menteri bagian upacara, pertanian dan lairi-lain, maka pemerintahan surga pun dipimpin oleh Shang-di dan dibantu p a r a dewa-dewa baik sipil m a u p u n militer u n t u k mengatur tata tertib di alam semesta ini. S e b a b inilah maka p a r a Huang-di

(Kaisar) yang di bumi m e r a s a perlu u n t u k memuja Shang-di (Kaisar yang berkedudukan di a t a s ) untuk m o h o n perlindungan dan berkah serta petunjuk-petunjuk untuk menjalankan roda pemerintahan di mayapada ini agar selalu selaras dengan kehendak Shang-di.

Sebetulnya istilah "Tian" berarti tempat tinggal Shang-di. Tapi karena kebingungan akan m a k n a d a n kekurangan pengetahuan akan bahasa kuno, m a k a tempat tinggal atau benda milik dari roh suci itu seringkali dipersonifikasikan dan d i p u j a sebagai pengganti atau pelengkap roh suci itu sendiri. K a r e n a itulah, m e n u r u t E.T.C. Werner dalam bukunya "Myths adn L e g e n d s of China", Tian kemudian dipuja dan diwujudkan sebagai S h a n g - d i sendiri. J a d i pemujaan Shang-di sudah ada terlebih dulu s e b e l u m hal yang sama dilakukan terhadap "Tian". Pemujaan terhadap S h a n g - d i hanya boleh dilakukan oleh kaisar dan para keluarganya, k a r e n a beranggapan b a h w a Shang-di adalah leluhur mereka dan m e m b e r i k a n mandat u n t u k memerintah dibumi ini. Rakyat biasa tidak diperbolehkan m e m u j a Shang-di, karena dengan berbuat begitu, d a p a t dianggap mendudukkan dirinya sebagai keluarga kaisar, suatu pelanggaran yang diancam dengan hukuman mati. Ketaatan pada k a i s a r yang m e n a m a k a n dirinya sebagai wakil Shang-di, dengan m e n g h o r m a t dan m e m a t u h i segala kehendaknya, sudah dianggap sebagai penghormatan d a n pemujaan kepada Shang-di senShang-diri secara tidak langsung. JaShang-di p e m u j a a n t e r h a d a p Shang-Shang-di tidak d a p a t dilakukan s e c a r a resmi dalam suatu upacara seperti yang dilakukan oleh para p e j a b a t kerajaan. Upacara sembahyang kepada Shang-di hanya boleh dilakukan oleh keluarga kerajaan dan dipimpin oleh kaisar sendiri s e b a g a i pendeta a g u n g , dibantu oleh anggota keluarganya dan para petinggi kerajaan y a n g lain. Pada saat ini rakyat jelata tidak d i p e r k e n a n k a n untuk menghadiri ataupun mengadakan sembahyang walau di kediamannya sendiri.

Karena "Tian" yang m e r u p a k a n kediaman para roh-roh suci kemudian juga dipersonifikasi d a n dipuja, maka r a k y a t jelata yang tidak mem-punyai hak untuk m e m u j a Shang-di lalu mengalihkan pemujaan kepada Tian. Walaupun kaisar juga m e m u j a Tian, tapi rakyat jelata tidak dilarang untuk memujanya juga. Sembahyang terhadap Tian

biasanya dilakukan oleh pihak kerajaan di altar kerajaan yang disebut "Tian-tan" yang ada diibukota Beijing. S e d a n g rakyat biasanya meng-adakan dirumahnya masing-masing atau ditepi jalan, di depan pintu. t a n p a upacara macam-macam, cukup d e n g a n sebatang dupa yang disojakan ke arah langit.

Lama-kelamaan, terutama sejak jaman dinasti Song (Masehi 960 — 1280), batasan antara "Tian" dan "Shang-di" menjadi kabur. Arti dari k e d u a istilah itu menjadi tak jelas lagi perbedaannya. Kekaburan-arti ini terus menerus berlangsung sampai sekarang. Apalagi kaisar-kaisar p a d a dinasti yang kemudian tidak begitu ketat lagi dalam memberla-k u memberla-k a n larangan p e m u j a a n Shang-di oleh ramemberla-kyat. Amemberla-kibatnya, orang kebanyakan berkata b a h w a mereka mengadakan persembahan sederhana kepada Shang-di, pada waktu menyalakan dupa dan lilin. Padahal sebetulnya ia tidak berhak berbuat begitu, walaupun sangat menghormatinya. Ia h a n y a tahu bahwa Tian adalah Shang-di dan Shang-di adalah Tian.

Sembahyang untuk menghormati Tian.

Seperti telah dituturkan di atas, akhirnya tidak ada batasan lagi antara istilah Shang-di dan Tian. Sebutan Tian yang kemudian secara lebih a k r a b disebut Tian-gong (Thian-kong — Hokkian) menjadi istilah y a n g umum apabila kita menyebut Shang-di. Pemujaan t e r h a d a p Tian-gong ini kemudian meluas sampai kegolongan masyarakat yang paling bawah seperti p e t a n i dan lain-lain. Bahkan kemudian muncul istilah "chu jiu Tian-gong sheng". Istilah ini sangat populer di propinsi F u j i a n (Hokkian) dan T a i w a n , mempunyai arti bahwa pada tanggal 9 bulan pertama Imlik adalah ulang-tahun Tiang-gong. Sebab itu masyarakat di dua tempat itu mengadakan sembahyang khusus u n t u k menghormat Tian, yang disebut "Jing Tian-gong" (King Thi-kong — H o k k i a n ) Upacara sembahyang ini t e r m a s u k salah satu rangkaian upacara pada pesta menyambut musim semi yang berlangsung selama 15 hari.

P a d a tanggal 9, bulan p e r t a m a Imlik itu, u p a c a r a sembahyang dilaku-k a n mulai dari dilaku-kalangan atas sampai orang-orang misdilaku-kin sedilaku-kalipun.

Penduduk yang miskin c u k u p menempatkan sebuah p e d u p a a n kecil yang digantungkan didepan pintu rumahnya dan menyalakan lidi-dupa dari pagi s a m p a i tengah m a l a m terus menerus. Bagi orang yang berada, acara sembahyang ini merupakan hal yang paling megah dan khusuk. S e b u a h meja besar yang di keempat kakinya diletakkan di atas dua b u a h bangku panjang. Kemudian di atas meja tersebut diatur tiga buah "Shen-wei" (tempat roh) yang terbuat dari k e r t a s warria-warni yang saling dilekatkan. Barulah kemudian di d e p a n shen-wei dijajarkan tiga buah cawan kecil berisi t e h , tiga buah mangkuk yang berisi misoa yang diikat dengan kertas merah. S e s u d a h itu enam macam m a s a k a n vegetarian (tanpa daging) dan lima macam buah diatur dibagian depan. Inilah yang disebut "wu-guo-liu-chai" (ngo ko liok jay — Hokkian) yang berarti 5 macam buah dan 6 macam sayur, yang m e n j a d i dasar utama d a l a m penataan barang sesaji upacara sem-bahyang g a y a Tionghoa. Di bagian paling depan dipasang lilin 2

batang. Di bawah meja utama yang diletakkan di atas b a n g k u panjang ini terdapat sebuah meja kecil. Sesajian yang terdiri dari ikan, ayam dan kepala babi dan lain-lain diletakkan di atasnya. Sesajian yang terdiri dari lima macam hewan ini disebut "wu-xing" (ngo-sing - Hok-kian). K e m u d i a n masih ditambah lagi dengan beberapa benda sesaji seperti arak d a n Kue kura-kura yang berwarna merah. K o n o n sesajian meja bagian bawah ini diperuntukkan para malaikat pengawal Tian-gong.

Sehari s e b e l u m upacara sembahyang dimulai, seluruh penghuni rumah melakukan mandi keramas dan ganti b a j u . Sembahyang dilakukan tepat pukul 12 tengah malam, dimulai dengan anggota keluarga yang paling tua d a l a m urutan generasinya, semuanya m e l a k u k a n "san-gui-jiu-kou" (sam kui kiu khou — Hokkian) yaitu tiga kali berlutut dan sembilan kali menyentuhkan kepala ke tanah. Sesudah selesai baru kemudian kertas emas yang dibuat khusus lalu d i b a k a r bersama dengan t e m p a t roh yang t e r b u a t dari kertas warna-warni. Petasan kemudian dipasang untuk mengantar kepergian para malaikat peng-iring. Di kalangan Tionghoa perantau di Indonesia sembahyang ini dikenal d e n g a n sebutan "Sembahyang Tuhan Allah", d a n dilakukan dengan p e n u h kekhidmatan.

Tak jelas k a p a n masyarakat propinsi Fujian memulai sembahyang ini. Sebuah s u m b e r mengatakan bahwa sembahyang T u h a n Allah baru mulai ada p a d a jaman Dinasti Qing. Seperti diketahui b a h w a Fujian merupakan b a s i s terakhir perlawanan sisa-sisa pasukan yang masih setia pada k e r a j a a n Ming. P a d a waktu pasukan M a n z h u (Qing) memasuki F u j i a n mereka dihadapkan dengan perlawanan gigih dari rakyat s e t e m p a t dan sisa-sisa pasukan Ming. Setelah perlawanan dipatahkan d e n g a n penuh k e k e j a m a n , akhirnya s e l u r u h propinsi Fujian dapat dikuasai oleh pihak Qing. Selama terjadinya kekacauan itu banyak r a k y a t menyembunyikan diri di dalam p e r k e b u n a n tebu yang banyak tumbuh di sana. Di dalam rumpun t e b u itu pulalah mereka m e l e w a t k a n malam t a h u n baru Imlik. Setelah k e a d a a n aman, berbondong-bondong mereka keluar dan kembali kerumahnya masing-masing. Untuk menyatakan rasa syukur karena terhindar dari bahaya m a u t . akibat bencana perang itu mereka lalu mengadakan sembahyang "Jing Tian —gong" pada tanggal 9 bulan I Imlik itu, sebagai u c a p a n rasa terima kasih kepada Tian.

Dari contoh di atas ini jelas b a h w a sebetulnya orang T i o n g h o a percaya akan Tuhan y a n g disebutkan sebagai Shang-di atau T i a n - g o n g , hanya konsepsinya s a j a yang berbeda dengan agama bangsa-bangsa lain. Hanya bagi m e r e k a Tuhan mempunyai p e m b a n t u - p e m b a n t u yang terdiri dari pelbagai dewa yang mempunyai jabatan t e r t e n t u , dan berkewajiban melakukan pengawasan terhadap p e r b u a t a n manusia dalam l i n g k u n g a n kekuasaan dan wilayah masing-masing. 'Maka dengan begitu j i k a ada orang Tionghoa yang bersembahyang di kelen-teng, ini b u k a n disebabkan m e r e k a percaya tahayul, melainkan di-sebabkan k a r e n a ia hendak menghadap kepada salah s a t u diantara sekian banyak pembantu T u h a n di dunia ini untuk k e p e r l u a n tertentu atau sekedar menumpahkan perasaan hatinya." D e m i k i a n dikatakan oleh seorang Sinolog Indonesia kenamaan Yunus Nur A r i f (Nio Yu Lan) dalam bukunya - P e r a d a b a n Tionghoa selayang pandang.

Yu Huang Da Di bukan Tuhan Yang Maha Kuasa.

Umumnya a p a b i l a orang m e n y e b u t Shang-di atau T i a n - g o n g , mereka

mengacu pada satu nama yaitu Yu Huang Shang Di (Giok H o n g Siang Te — Hokkian) yang dianggap sebagai T u h a n sebagaimana halnya orang Israel m e n y e b u t Yehowa. Yu H u a n g Shang Di ini bertahta di langit tingkat ke 33 disebuah istana yang disebut "Ling Xiao Bao Tian yang berarti "Istana halimun mujijat". Biasanya di dalam kelenteng, tidak terdapat g a m b a r atau area pemujaan Yu Huang Shang Di, untuk bersembahyang padanya cukup disediakan sebuah pedupaan besar yang terletak di depan ruang utama. P e d u p a a n ini dinamakan "Tian-Gong-lu". Pada waktu bersembahyang. mula-mula kita harus memba-k a r dupa dan menancapmemba-kan di tempat itu terlebih dahulu sebelum bersembahyang di tempat lain. Ini m e m p u n y a i maksud untuk mohon perkenan Tian a g a r diijinkan menemui pembantunya yang berada di kelenteng tersebut untuk suatu urusan.

T a p i ada pula kelenteng yang khusus m e m u j a Yu H u a n g Da Di, menampilkannya dengan wujud seorang kaisar yang berpakaian kuno, tangannya rnemegang sebilah "hu" (bilah d a r i gading atau sejenisnya yang digunakan oleh menteri-menteri j a m a n kuno untuk menghadiri sidang kerajaan). Timbul suatu p e r t a n y a a n , mengapa Yu Huang Shang Di digambarkan dengan membawa "hu"? Padahal "hu" hanya dibawa oleh p a r a menteri pada saat m e n g h a d a p Kaisar. Apakah ini tidak berarti b a h w a sebetulnya Yu H u a n g masih mempunyai atasan lagi, kepada siapa ia menghadap? A p a k a h masih ada Shang Di lain yang menjadi atasannya? Hal ini memang sangat menggelitik untuk diteliti.

Di kalangan r a k y a t , tidak pelak lagi Yu Huang Shang Di lah yang dianggap penguasa tertinggi alam semesta ini. Menurut E . T . C . Wer-ner dalam "Myths and legends of China", pemujaan Yu H u a n g baru dimulai pada j a m a n Kaisar Zhen-zong d a r i Dinasti Song (10°5 M). T a p i apabila kita menengok dalam kisah yang dianggap sebagai riwayat Yu H u a n g Shang Di, kita akan memperoleh bukti bahwa sesungguhnya Yu Huang Shang Di, kita akan memperoleh bukti bahwa sesungguhnya Yu H u a n g diangkat d a r i kalangan manusia, yang karena mempunyai perilaku sangat l u h u r lalu ditempatkan pada kedudukan yang sekarang. Dalam kisah dikatakan bahwa ia adalah

seorang Pangeran dari negeri yang disebut Guang Yang M i a o Luo G u o yang kemudian meninggalkan tahta k e r a j a a n dan m e n j a d i per-t a p a di gunung Pu Ming Shan sampai memperoleh kesempurnaan. Di dalam kitab suci "Yu Huang dan Di Mu" (Giok Hong dan Te Bo -Hokkian) disebutkan: Tai-ji (Thay-kek — -Hokkian) atau Maha-ada sebagai permulaan langit dan bumi; Wu-ji (Bu-kek - Hokkian) atau Maha-kosong sebagai penghabisannya langit d a n bumi. Tai-ji d a n Wu-ji sama-sama diciptakan oleh Tuhan Yang M a h a Kuasa, m e r u p a k a n m a s a yang tidak selalu kekal. Timbulnya Wu-ji berarti musnahnya Tai-ji, sedangkan timbulnya Tai-ji berarti m u s n a h n y a Wu-ji

Langit bumi adalah unsur m e w u j u d k a n Alam-semesta. dan merupakan p o k o k penciptaan Tuhan Y a n g M a h a Kuasa p a d a Tai-ji Maha-ada. Sebelum menciptakan Langit d a n bumi. T u h a n Yang M a h a Kuasa t e r u t a m a menciptakan Dewa Penguasa atas Langit dan b u m i , sebagai Pengemban tugas besar Alam-semesta dalam mewujud-k a n Sarwa Alam Sempurna. Dalam hal ini Yu Huang adalah sebagai D e w a Yang M a h a Agung Penguasa Langit d a n dipuja sebagai Tian-g o n Tian-g atau Bapak LanTian-git

D a l a m kitab suci "Shen Yan Jue" (yaitu k i t a b doa untuk m e m u j i Yu H u a n g ) juga disebutkan bahwa Yu Huang diangkat menjadi Penguasa Langit setelah semasa hidupnya mengorbankan diri untuk menyela-m a t k a n menyela-manusia dari bencana banjir yang dahsyat. Dari k e d u a kitab suci ini, jelas b a h w a sesungguhnya Yu H u a n g diangkat dari kalangan manusia karena pribadinya yang luhur. Ia adalah Dewata tertinggi sebagai Pelaksana pemerintahan alam s e m e s t a , dan mewakili Tuhan d a l a m memerintah Semesta alam. Sebab itu ia ditampilkan dengan memegang "hu", yang digunakan dalam u p a c a r a menghadap atasannva yaitu Tuhan Y a n g Maha Kuasa.

Berbagai Sebutan Terhadap Shang Di.

Shang-di, Tuhan, Allah atau apalah n a m a n y a adalah sebutan untuk R o h Suci yang mempunyai kedudukan paling tinggi dan m e r u p a k a n Pencipta alam semesta serta semua isinya. D a l a m bahasa Tionghoa

Shang-di berarti Kaisar yang bertahta di atas. Secara ringkas sifat Shang-di dapat dikatakan s e b a g a i berikut: Paling muiia dan paling terhormat, maha pengasih d a n maha penyayang, menguasai yang tidak ada maupun yang ada, menguasai yang bergerak dan yang tidak bergerak. Dua kalimat yang p e r t a m a adalah merupakan penjabaran dari kata "Shang" (atas), sedangkan dua kalimat yang k e d u a me-nerangkan sifat "Di" (Kaisar).

Maha pengasih dan Maha penyayang, berarti j u g a maha pemurah dan pengampun Maha mulia dan p a l i n g tinggi, tidak ada yang lebih tinggi dari Dia. Paling terhormat d a n tidak ada yang lebih terhormat dari dia, dan dia paling abadi. Memerintah atau menguasai yang ada (berarti Tai-ji) dan yang tidak a d a (berarti W u - j i ) . Melihat sifat-sifat Nya yang begini, jelas Yu H u a n g Da Di, atau sering juga disebut Yu H u a n g Shang D i , yang w a l a u p u n memiliki sebutan Shang-di juga, belum pantas mendudukinya. Di dalam cerita-cerita rakyat seringkali Yu Huang Da Di dilukiskan sebagai seorang Kaisar yang kadang-kadang kurang bijaksana dan seringkali bingung dalam menghadapi persoalan-persoalan. Di dalam cerita Xi You Ji misalnya ia digambar-kan sebagai tidak berdaya menghadapi si Kera Sakti Sun Wu Kong, sehingga terpaksa minta b a n t u a n sang Buddha Sakyamuni.

Di dalam buku-buku kuno hal-hal yang menyangkut Shang-di dan sebutan-sebutan kepadaNya m e m a n g banyak disebut. Dalam Yi-jing (Book of chance) ada k a t a - k a t a begini: " . . . kedudukan meningkat karena Shang-di, ... dapat menikmati hidup karena Shang-di ...". Buku dari dinasti Xia terdapat sebutan. "Shang-di yang m a h a mulia". Dari kitab dinasti Zhou d i t e m u k a n kata-kata: "Dengan p e n u h rasa hormat mengabdi kepada Shangdi". Di dalam Zhong-yong disebut-kan: " . . . sebab itu kita harus bersembahyang k e p a d a Shang-di". Kitab Meng-zi mengatakan: "... s e b a b itu kita harus mengabdi p a d a Shang-di...". Di dalam kitab Xiao-ya terdapat sebutan "Ming Ming Shang Di". di dalam Da-ya disebut "Tang Tang Shang Di". Sebutan "Wei H u a n g Shang Di" terdapat d a l a m Tang gao, dan, "Huang Tian Shang Di" disebut di dalam kitab Zhao-gong. Demikianlah dengan jelas telah

kita ketahui bahwa Shang-di d a n penghormatannya sudah dikenal sejak jaman purba.

W a l a u p u n sudah banyak disebut dalam kitab-kitab kuno, tentang siapa yang dianggap sebagai Shang-di di dalam Daoisme pun tidak selalu seragam. Dao-jiao ( A g a m a berdasarkan Daoisme) yang di-dirikan oleh Zhang Dao-ling mula-mulanya m e n y e b u t Lao-zi sebagai yang tertinggi seperti yang dicantumkan dalam "Kisah-kisah dari catatan sejarah". Kaum Tai-ping-dao dan Tian-shi-dao jelas-jelas menyebutnya sebagai Pencipta A l a m semesta, d a n kitabnya dianggap sebagai kitab suci. Sejak itulah L a o Zi anggap sebagai Shang Di. yang punya kedudukan tertinggi, d a n disebut Wu Shang Da Tian-Zun (Yang Maha Mulia dan Tiada y a n g lebih tinggi). Dalam Lao-zi nei-zhuan (Kisah-kisah tentang L a o Z i ) disebutkan: "Tai Shang Lao Jun, aslinya bernama Li Er alias Bo-yang, atau Z'nong-er, berasal dari negeri Chu. Ibunya hamil setelah intisari hati matahari yang berupa bintang memasuki mulutnya. Kehamiiannya berlangsung selama 72 t a h u n . Lao Zi lahir dibawah p o h o n li melewati ketiak kiri ibunya. Ia k e m u d i a n memakai nama keluarga Li. Karena p a d a waktu lahir ia sudah tua, maka disebut Lao Zi (Si anak tua). Karena telinganya b e r l u b a n g tiga sebab itu ia disebut juga Lao D a n . Ia berdarah putih, b e r m u k a warna emas ...".

W a n g Qi dalam "Wen-xian tong-kao-lanjutan" menyebutkan bahwa Ge Z h i Chuan seorang pakar D a o i s m e jaman k u n o berkata: "Lao Zi berkali-kali menjelma ke dunia, d a n tiap kali selalu berganti nama. Pada jaman Kaisar Huang Di ia menjelma sebagai Guang Cheng Zi. J a m a n Kaisar Wen Wang dari D i n a s t i Zhou sebagai Xie Yi Zi seorang p e n g u r u s perpustakaan k e r a j a a n . Kemudian p a d a masa Kaisar Wu W a n g juga Dinasti Zhou ia m e n j e l m a menjadi Yu Cheng Zi seorang menteri pembangunan. Lalu j a m a n Kaisar Kang W a n g (Zhou) men-jadi G u o Shu Zi. P a d a permulaan Dinasti Han ia t u r u n sebagai Huang Shi G o n g , pada masa pemerintahan Kaisar W e n D i , ia menjadi He Shang Gong."

Sesungguhnyalah kedudukan L a o Zi sangat tinggi dan sangat ter-horinat. Masih ada lagi kisah y a n g mengatakan bahwa Lao Zi telah

menciptakan S a n - q i n g (tiga sorga d a l a m kepercayaan Daoisme yaitu Yu qing, Tai-qing d a n Shang-qing). Karena itulah Lao Zi a t a u Tai Shang Lao Jun d i s e b u t sebagai X u a n Yuan H u a n g Di. Tapi setelah munculnya Yuan Shi Tian Zun, p a d a jaman 6 Dinasti, nama L a o Zi mulai menurun..

Yuan Shi Tian Z u n kemudian d i a n g g a p sebagai yang tertinggi, Ke-lihatannya tokoh ini adalah hasil renungan dari para pakar D a o i s m e pada masa itu. M e n u r u t mereka Y u a n Shi tidak mempunyai asal mula dan tidak m e m p u n y a i atasan, dari dialah semua mahluk berasal. Ia dilahirkan dari intisari alarn semesta dan merupakan permulaan dari semua yang ada. Seringkali nama Y u a n Shi (yang berarti yang paling mula-mula dikacau-balaukan dengan Yu Huang Da Di. Tapi sesung-guhnya kedudukan Y u a n Shi adalah lebih tinggi dari Yu H u a n g . Tapi kalau kita telaah riwayat Yuan Shi Tian Zun seperti yang t e r m u a t dalam kitab Z h e n - z h o n g Shu k a r y a Ge H o n g , seorang s a r j a n a Daoisme t e r k e m u k a , bahwa Yuan Shi Tian Zun lah yang k e m u d i a n dipuja sebagai T i a n Fu (Ayahanda Langit). Tapi Tian Fu s a m a k a h dengan Shang D i . hal ini juga t i d a k dapat diketemukan penjelasan yang memuaskan.

Masih ada sebutan lagi yang mengacu pada Penguasa Langit tertinggi, yaitu San Guan Da Di. Sebutan ini muncul pada akhir Dinasti H a n , yang dipopulerkan o l e h kaum Tai P i n g Tao (salah satu sekte D a o - j i a o ) yang dipimpin o l e h Zhang Jiao. T i a n Guan (Penguasa Langit) salah satu dari San G u a n Da Di itu seringkali dikaitkan dengan Yu H u a n g Da Di.

Kong Zi hanya s e d i k i t menyinggung tentang Shangdi. Dalam a j a r a n -nya ia m e n g a n j u r k a n pengikut-nya untuk sepenuh-nya percaya pada Huang Tian S h a n g Di. Kong Zi lah yang mulai menata kembali upacara-upacara sembahyang k e p a d a Shang-di. Pada prinsipnya se-mula yang dipuja adalah semesta alam yang di dalamnya t e r d a p a t tiga unsur. Tiga u n s u r ini yang k e m u d i a n dikenal sebagai Tian H u a n g (Kaisar langit), Ti Huang (Penguasa bumi) dan Ren Huang (Kaisar manusia). Dari istilah Tian H u a n g inilah kemudian Kong Zi meng-anjurkan untuk m e m u j a Huang T i a n Shang Di sebagai T u h a n . Para

kaisar dari berbagai dinasti mengadakan penghormatan k e p a d a Huang Tian Shang Di ini. Di Altar Agung kerajaan di Beijing yang disebut Tian-tan, tempat para kaisar dari Dinasti Ming dan Qing mengadakan puja bhakti kepada Shang-di, yang dianggap sebagai leluhurnya, terdapat sebilah papan suci yang bertuliskan n a m a H u a n g Tian Shang Di. H a n y a itulah yang disebut oleh Kong Zi dalam a j a r a n -nya tentang p e m u j a a n kepada Shang-di. Selanjut-nya ia m e n g a j a r k a n bahwa: Melakukan perintah Tuhan dinamakan "watak-sejati". Ber-buat berdasarkan watak sejati adalah Dao, dan mengajarkan dan mengalami Dao disebut agama.

Tian D a o , suatu aliran agama yang merangkum tiga ajaran yaitu Buddhisme Daoisme d a n Konfusianisme, paling tegas dalam m e n u n j u k -kan nama Shang-di. Menurut m e r e k a , Shang-di atau T u h a n yang Maha Kuasa adalah Ming-Ming Shang Di yang dalam bahasa H i b r a n i disebut Yehowa, d a n Allah dalam bahasa Arab. Alam semesta dibagi tiga lapis, yaitu: Li-tian (Nirwana) yang paling tinggi, lalu k e m u d i a n Qi-tian (Kahyangan) dan yang paling bawah adalahi Xiang-tian ( A l a m rupa) tempat manusia dan yang lain. Ming Ming Shang Di b e r k e d u d u -kan di Li-tian. Sedang-kan Yu Huang Shang Di adalah yang tertinggi di tingkat Qi-tian, ia dibantu para dewa-dewi dan malaikat-malaikat dalam melaksanakan pemerintahan alam semesta. Sebab itu dia adalah menteri dari Ming Ming Shang Di. Kedudukan Yu H u a n g Da Di dijabat secara berganti-ganti dan masa jasa jabatannya t e r b a t a s . Ming Ming Shang Di mengeluarkan firmannya yang disebut D a o . D a n Dao inilah yang m e n j a d i sumber dari segala kebenaran dan s u m b e r kehidupan dari s e m u a makhluk yang ada di dalamnya. Sebab itu di dalam kehidupannya, manusia yang meninggalkan D a o b a g a i k a n

kereta api yang keluar dari rel, atau ikan terpisah dari air. D a o h a r u s disebarluaskan diantara umat manusia, karena dewasa ini m a n u s i a makin cenderung u n t u k berbuat jahat tanpa menghiraukan a j a r a n -ajaran Tuhan. D a o harus diajarkan agar manusia kembali m e n j a d i baik dan kembali ke watak dasarnya yang suci supaya dunia ini k e m -bali tenang dan d a m a i . Sebab itulah kaum Tian Dao sangat aktif dalam menyebarkan ajarannya.

Karena yang akan kita bahas ini terutama adalah asal usul Dewa-dewi kelenteng yang terutama dipuja oleh kalangan a w a m , maka dalam urutan kedewaan, kami tetap menempatkan Yu H u a n g Da Di sebagai yang teratas sesuai dengan kepercayaan rakyat p a d a umumnya.

Dalam dokumen Dewa-Dewi KELENTENG (Halaman 37-49)