• Tidak ada hasil yang ditemukan

LANDASAN TEORI

A. Penjelasan Teori

1. Pengertian Teori Van Hiele

Teori Van Hiele merupakan salah satu teori yang dapat mengukur tingkat kemampuan berpikir geometri siswa. Seperti nama teori ini, maka teori dikemukakan oleh Din dan Pierre Van Hiele pada tahun 1986. Sementara itu menurut Keyes & Anne (Abdussakir, 2010) setiap level pada teori van hiele harus dilalui dengan berurutan. Menurut (Husnaeni, 2006) menyatakan bahwa penerapan pembelajaran van hiele efektif untuk peningkatan kualitas berpikir siswa. Ketika siswa berapa level yang lebih tinggi maka level dibawahnya pasti sudah dikuasai. Menurut (Mason & Wilder, 2004) terdapat 5 level berpikir geometri berdasarkan teori van hiele.

Level 0 (Visualisasi)

Pada level ini siswa hanya memperhatikan bangun secara visual saja tanpa mengetahui sifat-sifat bangun tersebut. Misalnya, dengan melihat saja diketahui bahwa dua bangun prisma segitiga adalah yang bentuknya sama, tanpa mengetahui alasannya. Tingkat ini sering disebut tahap pengenalan. Namun bentuk-bentuk geometri yang dikenal anak semata-mata didasarkan pada karakteristik visual atau penampakan bentuknya secara keseluruhan, bukan perbagian. Sebagai contoh, mereka mengatakan bahwa bangun yang diketahui adalah balok, karena seperti kotak. Anak belum menyadari adanya sifat-sifat dari bangun geometri.

Level 1 (Analisis)

Pada level ini kemampuan berpikir siswa bekembang dengan mendeskripsikan suatu bangun menggunakan bahasa sendiri sesuai level sebelumnya. Konsep geometri mulai tertanam dalam benak siswa dengan mulai memperhatikan bagian-bagian dan sifat-sifat suatu bangun. Sebagai contoh, dua buah prisma segiempat dapat dikatakan sama dengan mengenali sifat-sifatnya. Melalui pengamatan, eksperimen, mengukur, menggambar, dan memodel, siswa dapat mengenali dan membedakan karakteristik suatu bangun. Anak-anak melihat bahwa suatu bangun mempunyai bagian-bagian tertentu yang dapat dikenali. Namun demikian

anak-anak belum sepenuhnya dapat menjelaskan hubungan antara sifat yang satu dengan sifat yang lain, anak-anak sama sekali belum bisa melihat hubungan antara beberapa bangun, dan definisi abstrak belum atau tidak dapat mengerti.

Level 2 (Abstraksi)

Pada level ini siswa menggunakan bahasa untuk mengetahui perbedaan dari setiap bangun sesuai dengan level sebelumnya. Siswa secara logis menggolongkan sifat-sifat berdasarkan konsep, membentuk definisi abstrak, dan dapat membedakan antara keperluan dan kecukupan dari kumpulan sifat-sifat untuk menentukan konsep. Pada tahap ini anak sudah mulai mampu untuk melakukan penarikan kesimpulan secara deduktif, tetapi masih pada tahap awal artinya belum berkembang baik.

Level 3 (Deduksi Informal)

Pada tingkat ini siswa mempresepsi diantara sifat-sifat dan diantara gambar-gambar. Pada tahap ini siswa dapat menciptakan definisi yang bermakna dan memberi argument informal untuk membenarkan penalaran mereka. Implikasi logis, inklusi kelas, seperti persegi merupakan bagian dari persegi panjang dapat dipahami. Akan tetapi, peran dalam deduksi formal tidak dipahami.

Level 4 (Deduksi Formal)

Pada tingkat ini, siswa dapat mengkonstruksi bukti, memahami peran aksioma dan definisi, mengetahui makna dari kondisi-kondisi yang perlu dan yang cukup. Dengan menerapkan fase menurut teori van hiele, siswa akan lebih mampu mengembangkan kemampuan berpikir dalam memahami konsep geometri.

Model Van Hiele tidak hanya memuat tingkat-tingkat pemikiran geometri. Menurut Van Hiele (Ismail, 1998) kenaikan dari tingkat satu ke tingkat berikutnya tergantung sedikit pada kedewasaan biologis atau perkembangannya, dan tergantung lebih banyak kepada akibat pembelajarannya. Guru memegang peran penting dan istimewa untuk memperlancar kemajuan, terutama untuk memberi bimbingan mengenai pengharapan.

Walaupun demikian, teori Van Hiele tidak mendukung model dari absorbsi tentang bealajar mengajar. Van Hiele menuntut bahwa tingkat yang lebih tinggi tidak langsung menurut pendapat guru, tetapi melalui pilihan-pilihan yang tepat. Lagi pula, anak-anak sendiri akan menentukan kapan saatnya untuk naik ke tingkat yang lebih tinggi. Meskipun demikian, siswa tidak akan mencapai kemajuan tanpa bantuan guru. Oleh karena itu, maka ditetapkan fase-fase pembelajaran yang menunjukkan tujuan

belajar dari peran guru dalam pembelajaran dalam mencapai tujuan tersebut adalah.

Fase-fase pembelajaran tersebut adalah :

1) Fase informasi 2) Fase orientasi 3) Fase eksplitasi 4) Fase orientasi bebas 5) Fase integrasi

Berikut ini akan dibahas tentang fase-fase pembelajaran dalam teori Van Hiele:

1. Fase 1: Informasi

Pada awal tingkat ini, guru dan siswa menggunakan tanya-jawab dan kegiatan tentang objek-objek yang dipelajari pada tahap berpikir siswa. Dalam hal ini objek yang dipelajari adalah sifat komponen dan hubungan antar komponen bangun-bangun segi empat. Guru mengajukan pertanyaan kepada siswa sambil melakukan observasi. Tujuan kegiatan ini adalah: (1) guru mempelajari pengalaman awal yang dimiliki siswa tentang topik yang dibahas. (2) guru mempelajari petunjuk yang muncul dalam rangka menentukan pembelajaran selanjutnya yang akan diambil. 2. Fase 2: Orientasi

Siswa menggali topik yang dipelajari melalui alat-alat yang dengan cermat telah disiapkan guru. Aktivitas ini akan

berangsur-angsur menampakkan kepada siswa stuktur yang memberi ciri-ciri sifat komponen dan hubungan antar komponen suatu bangun segiempat. Alat atau punbahanbahan dirancang menjadi tugas pendek sehingga dapat mendatangkan respon khusus.

3. Fase 3: Penjelasan

Berdasarkan pengalaman sebelumnya, siswa menyatakan pandangan yang muncul mengenai struktur yang diobservasi. Selain itu, untuk membantu siswa menggunakan bahasa yang tepat dan akurat, guru memberi bantuan sesedikit mungkin. Hal tersebut berlangsung sampai sistem hubungan pada tahap berpikir mulai tampak nyata.

4. Fase 4: Orientasi Bebas

Siswa menghadapi tugas-tugas yang lebih kompleks berupa tugas yang memerlukan banyak langkah, tugas yang dilengkapi dengan banyak cara, dan tugas yang open-ended. Mereka memperoleh pengalaman dalam menemukan cara mereka sendiri, maupun dalam menyelesaikan tugas-tugas. Melalui orientasi di antara para siswa dalam bidang investigasi, banyak hubungan antar objek menjadi jelas.

5. Fase 5: Integrasi

Siswa meninjau kembali dan meringkas apa yang telah dipelajari. Guru dapat membantu siswa dalam membuat sintesis ini

dengan melengkapi survey secara global terhadap apa yang telah dipelajari. Hal ini penting, tetapi kesimpulan ini tidak menunjukkan sesuatu yang baru. Siswa siap untuk mengulangi fase-fase belajar pada taha sebelumya.

Dokumen terkait