Reflektif (PPR) Dalam Pembelajaran Prisma Dengan Menggunakan Teori Van Hiele Pada Siswa Kelas VIII D SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta. Skripsi. Yogyakarta: Program Studi Pendidikan Matematika, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma.
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengimplementasikan perangkat pembelajaran yang dapat mengakomodasi tahapan pemikiran Geometri Van Hiele pada materi bangun ruang sisi datar dengan pendekatan PPR pada siswa kelas VIII D SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta.
Peneliti mengimplementasikan perangkat pembelajaran yang sudah dikembangkan peneliti sebelumnya. Perangkat pembelajaran yang dikembangkan adalah silabus, RPP, LKS, bahan ajar, dan penilaian. Perangkat Pembelajaran divalidasi oleh para ahli. Hasil implementasi pendekatan PPR dalam pembelajaran prisma dengan menggunakan teori Van Hiele pada siswa kelas VIII D SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta adalah sebagai berikut. Keterlaksanaan Implementasi dengan pendekatan PPR pada pokok bahasan bangun ruang sisi datar yakni prisma. Berdasarkan hasil yang diperoleh yakni 191,95 dikatakan bahwa penerapan model pembelajaran dengan pendekatan PPR dikategorikan baik di kelas VIII D SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta. Pencapaian kompetensi dalam Implementasi pendekatan PPR pada pembelajaran prisma dengan Teori Van Hiele untuk siswa kelas VIII SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta untuk pencapaian competence sekurang-kurangnya mencapai kategori cukup sedangkan pencapaian conscience sikap percaya diri, sikap teliti, sikap bertanggungjawab, dan sikap bekerjasama sekurang-kurangnya mencapai kategori cukup. pencapaian compassion sikap saling menghargai dan saling membantu sekurang-kurangnya mencapai kategori baik. Berdasarkan data perhitungan kuesioner yang telah diisi oleh siswa, hasil yang diperoleh yakni 127,41 dikatakan bahwa respon siswa terhadap pembelajaran menggunakan pendekatan PPR dikategorikan baik di kelas VIII D SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta.
Bernadeta Raisa Dwi Kalistyani. 2016. The Implementation of Reflective Pedagogy Paradigm Approach in Learning Prism Using Van Hiele Theory for Students of VIII D SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta. Undergraduate Thesis. Yogyakarta: Mathematics Education Study Program, Faculty of Teachers Training and Education. Sanata Dharma University.
This research is a qualitative descriptive research. The objective of this research is to implement learning instruments which accommodate Van Hiele levels of geometric understanding in two dimensional flat shapes topic with reflective pedagogy paradigm approach for students of VIII D Pangudi Luhur 1 Yogyakarta junior high school.
In the present study, the researcher implemented learning instruments which had been designed by another researcher and validated by several experts. The learning instruments consisted of a syllabus, lesson plans, students' worksheets, teaching materials and assessment instruments. The topic of the lesson was two dimensional flat shapes focusing on prism.
The result of the study was 191.95. It indicated that the implementation reflective pedagogy approach in learning prism using Van Hiele theory for students of VIII D SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta was considered good. Moreover, the results of the study showed that the students' achievements on competence category as well as on conscience category, including confidence, carefulness, responsibility and team work, were enough. Meanwhile, the students' achievement on compassion category, including respecting and helping each other, was good. In addition, according to the questionnaires filled out by the students, the result of the calculation of the questionnaires was 127.41. It showed that the students of VIII D SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta gave good response to the learning process.
i
IMPLEMENTASI PENDEKATAN PARADIGMA PEDAGOGI REFLEKTIF (PPR) DALAM PEMBELAJARAN PRISMA DENGAN MENGGUNAKAN TEORI VAN HIELE PADA SISWA KELAS VIII D
SMP PANGUDI LUHUR 1 YOGYAKARTA SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika
Disusun oleh:
Bernadeta Raisa Dwi Kalistyani NIM : 121414036
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN YOGYAKARTA
iv
PERSEMBAHAN
Skripsi ini aku persembahkan untuk :
Tuhan Yesus Kristus
Pak Indar Maryono dan Ibu Mira Kakakku Renat Hascaryo Adi Adikku Rigen Wicakso Sakti Joshua Gugur Prayugo
v
viii ABSTRAK
Bernadeta Raisa Dwi Kalistyani. 2016. Implementasi Pendekatan Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) Dalam Pembelajaran Prisma Dengan Menggunakan Teori Van Hiele Pada Siswa Kelas VIII D SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta. Skripsi. Yogyakarta: Program Studi Pendidikan Matematika, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma.
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengimplementasikan perangkat pembelajaran yang dapat mengakomodasi tahapan pemikiran Geometri Van Hiele pada materi bangun ruang sisi datar dengan pendekatan PPR pada siswa kelas VIII D SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta.
Peneliti mengimplementasikan perangkat pembelajaran yang sudah dikembangkan peneliti sebelumnya. Perangkat pembelajaran yang dikembangkan adalah silabus, RPP, LKS, bahan ajar, dan penilaian. Perangkat Pembelajaran divalidasi oleh para ahli. Hasil implementasi pendekatan PPR dalam pembelajaran prisma dengan menggunakan teori Van Hiele pada siswa kelas VIII D SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta adalah sebagai berikut. Keterlaksanaan Implementasi dengan pendekatan PPR pada pokok bahasan bangun ruang sisi
datar yakni prisma. Berdasarkan hasil yang diperoleh yakni 191,95 dikatakan bahwa penerapan model pembelajaran dengan pendekatan PPR
dikategorikan baik di kelas VIII D SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta. Pencapaian kompetensi dalam Implementasi pendekatan PPR pada pembelajaran prisma dengan Teori Van Hiele untuk siswa kelas VIII SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta untuk pencapaian competence sekurang-kurangnya mencapai kategori cukup sedangkan pencapaian conscience sikap percaya diri, sikap teliti, sikap bertanggungjawab, dan sikap bekerjasama sekurang-kurangnya mencapai kategori cukup. pencapaian compassion sikap saling menghargai dan saling membantu sekurang-kurangnya mencapai kategori baik. Berdasarkan data perhitungan kuesioner yang telah diisi oleh siswa, hasil yang diperoleh yakni 127,41 dikatakan bahwa respon siswa terhadap pembelajaran menggunakan pendekatan PPR dikategorikan baik di kelas VIII D SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta.
ix ABSTRACT
Bernadeta Raisa Dwi Kalistyani. 2016. The Implementation of Reflective Pedagogy Paradigm Approach in Learning Prism Using Van Hiele Theory for Students of VIII D SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta. Undergraduate Thesis. Yogyakarta: Mathematics Education Study Program, Faculty of Teachers Training and Education. Sanata Dharma University.
This research is a qualitative descriptive research. The objective of this research is to implement learning instruments which accommodate Van Hiele levels of geometric understanding in two dimensional flat shapes topic with reflective pedagogy paradigm approach for students of VIII D Pangudi Luhur 1 Yogyakarta junior high school.
In the present study, the researcher implemented learning instruments which had been designed by another researcher and validated by several experts. The learning instruments consisted of a syllabus, lesson plans, students' worksheets, teaching materials and assessment instruments. The topic of the lesson was two dimensional flat shapes focusing on prism.
The result of the study was 191.95. It indicated that the implementation reflective pedagogy approach in learning prism using Van Hiele theory for students of VIII D SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta was considered good. Moreover, the results of the study showed that the students' achievements on competence category as well as on conscience category, including confidence, carefulness, responsibility and team work, were enough. Meanwhile, the students' achievement on compassion category, including respecting and helping each other, was good. In addition, according to the questionnaires filled out by the students, the result of the calculation of the questionnaires was 127.41. It showed that the students of VIII D SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta gave good response to the learning process.
x
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur yang terhingga kepada Tuhan Yang Maha Esa atas kesempatan,
karunia dan berkat yang dilimpahkan kepada peneliti dalam penyusunan skripsi
yang berjudul IMPLEMENTASI PENDEKATAN PARADIGMA PEDAGOGI
REFLEKTIF (PPR) DALAM PEMBELAJARAN PRISMA DENGAN
MENGGUNAKAN TEORI VAN HIELE PADA SISWA KELAS VIII D SMP
PANGUDI LUHUR 1 YOGYAKARTA dari awal hinggga akhir. Sungguh
anugrah yang luar biasa bagi penulis dan semua ini tak lepas dari bantuan
beberapa pihak baik materi, dukungan, masukan, dan doa. Oleh karena itu peneliti
dengan tulus berterima kasih kepada:
1. Bapak Rohandi, Ph.D., selaku dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
2. Bapak Dr. Hongki Julie,M.Si,. selaku Ketua Program Studi Pendidikan
Matematika.
3. Bapak Beni Utomo, M.Sc., selaku Wakil Ketua Program Studi Pendidikan
Matematika.
4. Ibu Dra.Haniek Sri Pratini,M.Pd. selaku dosen pembimbing yang telah
memberikan dukungan dan bimbingan dengan baik dari awal penulisan
skripsi hingga selesai.
5. Ibu Veronika Fitri Rianasari,M.Sc., dan Ibu Niluh selaku dosen ahli yang
telah validator perangkat pembelajaran dan instrumen penelitian.
6. Kedua orang tua tercinta, Bapak Indar Maryono dan Ibu Mira yang tak
xi
7. Kakakku Renat Hascaryo Adi serta Adikku Rigen Wicakso Sakti yang
selalu memberikan dukungan dan semangat bagi penulis.
8. Kekasihku tercinta, Joshua Gugur Prayugo yang selalu memberi perhatian,
dukungan dan doa bagi penulis.
9. Sahabat sejatiku, Irma Zevrina, Shahnaz Hazbiyah, Rosi Andriani,
Melyani Lestari, Vivi Ova, Rhenny Widjaya, Lusia Devi Astuti, Lorensia
Wuri Pratiwi yang selalu memberikan dukungan dan semangat bagi
penulis dan selalu mengingatkan penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.
10.Teman-teman satu bimbingan skripsi : Agnes, Vita, Galuh, Ela, Asih,
Bebi, Pepe, dan Dian.
11.Br. Yosep Anton Utmiyadi FIC,S.S. selaku Kepala Sekolah SMP Pangudi
Luhur 1 Yogyakarta yang telah bersedia memberikan ijin untuk
mengadakan penelitian.
12.Ibu C.Peni Suryaningtyas,S.Pd. selaku guru matematika kelas VIII SMP
Pangudi Luhur 1 Yogyakarta yang telah bersedia membantu penelitian
dari awal hingga akhir.
13.Teman-teman Pendidikan Matematika angkatan 2012 yang telah
memberikan bantuan dan dukungan bagi peneliti.
14.Semua pihak yang telah membantu dalam melancarkan penulisan skripsi
ini.
Peneliti menyadari bahwa skripsi ini masih terdapat kekurangan. Oleh karena
itu, peneliti menerima saran dan kritikan yang bersifat membangun. Akhir kata,
peneliti berharap semoga skripsi yang jauh dari sempurna ini bermanfaat bagi
xii DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL... ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
PERSEMBAHAN... ... iv
MOTTO... ... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA... ... vi
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI... ... vii
ABSTRAK... ... viii
ABSTRACT... ... ix
KATA PENGANTAR ... x
DAFTRAR ISI... ... xi
DAFTAR TABEL ... xii
DAFTAR LAMPIRAN ... .. xiii
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH... ... 1
B. RUMUSAN MASALAH ... 4
xiii
D. PEMBATASAN MASALAH... 6
E. TUJUAN PENELITIAN ... ... 7
F. MANFAAT PENELITIAN ... 7
BAB II LANDASAN TEORI A. PENJELASAN TEORI... ... 9
B. PENELITIAN YANG RELEVAN ... 24
C. KERANGKA BERPIKIR ... . 26
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. JENIS PENELITIAN... ... 27
B. LANGKAH-LANGKAH PENELITIAN ... 30
C. TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN ... ... 30
D. SUBJEK PENELITIAN... ... 30
E. OBJEK PENELITIAN ... 30
F. PENGELOMPOKAN DATA ... ... 31
G. METDE PENGUMPULAN DATA... ... 31
H. TEKNIK ANALISIS DATA ... 48
BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. PELAKSANAAN PENGUMPULAN DATA... 42
a. ANALISIS DATA PEMBELAJARAN DENGAN PPR... . 51
xiv
c. ANALISIS DATA RESPON SISWA... ... 54
d. DATA PENILAIAN CONSCIENCE... ... 59
e. DATA PENILAIAN COMPASSION... ... 62
B. PEMBAHASAN 1. IMPLEMENTASI PARADIGMA PEDAGOGI REFLEKTIF... ... 61
2. PENCAPAIAN KOMPETENSI DALAM PPR... ... 71
3. RESPON SISWA DALAM PEMBELAJARAN PPR... ... 74
BAB V PENUTUP A. KESIMPULAN... ... 280
B. SARAN ... 283
DAFTAR PUSTAKA ... 284
xv DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 3.1 Kriteria Penilaian Produk Pengembangan ... 31
Tabel 3.2 Kisi-kisi Lembar Wawancara ... 32
Tabel 3.3 Penskoran Observasi Keterlaksanaan pendekatan PPR ... 33
Tabel 3.4 Kisi-kisi Lembar Observasi... ... 34
Tabel 3.5 Panduan Pemberian Skor Kuesioner Respon Siswa ... 39
Tabel 3.6 Penskoran Kuesioner Respon Siswa ... 40
Tabel 4.1 Daftar Pembagian Kelompok Asal ... 45
Tabel 4.2 Daftar Pembagian Kelompok Ahli ... 46
Tabel 4.3 Data Keterlaksanaan Pembelajaran dengan pendekatan PPR... ... 52
Tabel 4.4 Kriteria Skor Keterlaksanaan Pembelajaran dengan pendekatan PPR... .... 52
Tabel 4.5 Hasil Perhitungan Skor Respon Siswa... ... 54
Tabel 4.6 Kriteria Skor Respon Siswa terhadap pembelajaran... ... . 54
Tabel 4.7 Daftar Nilai Ulangan Siswa... ... 56
Tabel 4.8 Hasil Nilai Analisis Ulangan Prisma... ... 57
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Surat Keterangan dari Sekolahan... 79
Lampiran 2 Lembar Observasi ... 80
Lampiran 3 Pedoman Wawancara... 92
Lampiran 4 Nilai Tugas Siswa... 97
Lampiran 5 Nilai Ulangan Siswa... 99
Lampiran 6 Transkrip Pertemuan 1,2,dan 3... 101
Lampiran 7 Transkrip Wawancara Siswa ... 114
Lampiran 8 Silabus... 132
Lampiran 9 Bahan Ajar... 135
Lampiran 10 Kisi-kisi Ulangan dan Soal Ulangan... 145
Lampiran 11 Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran... 155
Lampiran 12 Lembar Kerja Siswa 1 dan 2... 172
Lampiran 13 Lembar Respon Siswa...193
Lampiran 14 Kertas Refleksi Siswa... ...204
Lampiran 15 Lampiran Penilaian 2C...206
Lampiran 16 Lembar Jawaban Ulangan Siswa... 215
1 BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Ilmu matematika memiliki peran penting dalam memajukan daya
pikir manusia. Begitu pentingnya membangun kemampuan berpikir
matematika, maka matematika diberikan kepada semua siswa mulai dari
sekolah dasar untuk membekali siswa dengan kemampuan berpikir logis,
sistematis dan kreatif. Menurut hasil wawancara dengan siswa SMP
Pangudi Luhur 1 Yogyakarta beranggapan bahwa matematika terkadang
sulit dipahami dikarenakan oleh beberapa faktor sebagai contoh metode
pembelajaran yang monoton dan tidak tersedianya alat peraga. Padahal
kehidupan manusia tidak terlepas dari matematika sebagai contoh ketika
kita ingin membeli sesuatu secara tidak langsung kita melakukan transaksi.
Kegiatan transaksi tersebut termasuk dalam ilmu matematika yaitu aljabar.
Dapat disimpulkan bahwa matematika berkaitan dengan berbagai aspek
kehidupan manusia dan ada disekitar kehidupan sehari-hari. Dari
permasalahan metode yang monoton dan tidak tersedianya alat peraga
menjadi suatu tantangan tersendiri bagi tenaga pengajar, yaitu guru
matematika dapat tersampaikan dengan baik dan dipahami oleh para
siswa.
Matematika memiliki berbagai cabang ilmu salah satunya adalah
Geometri. Geometri dapat membantu siswa memahami cabang lain
dalam matematika sebagai contoh pada zaman pertengahan, ahli
matematik muslis banyak menyumbangkan mengenai perkembangan
geometri aljabar dan aljabar geometri. Al-Mahani (1853) mendapat ide
menguraikan masalah geometri seperti menyalin kubus kepada
masalah dalam aljabar . Konsep-konsep dalam matematika, meskipun
tampak abstrak, banyak yang dapat ditunjukkan atau diterangkan
dengan reprenstasi geometris (Suwarsono, 1982). Ide-ide dari konsep
juga sudah dikenal oleh siswa sebelum masuk sekolah melalui hal-hal
yang ada dikehidupan sekitarnya. Geometri telah diajarkan mulai dari
sekolah dasar hingga sekolah menengah atas di dalam pendidikan
formal di sekolah. Menurut (Suwarsono, 1990) geometri perlu
diajarkan kepada siswa sekolah karena alasan-alasan sebagai berikut.
1. Geometri mempunyai kegunaan-kegunaan praktis yang dapat
diterapakan dalam kehidupan sehari-hari, dalam berbagai kegiatan
profesi, dan dalam berbagai ilmu yang lain termasuk cabang-cabang
yang lain dari ilmu matematika.
2. Geometri mempunyai potensi untuk melatih daya tanggap keruangan
agar siswa memiliki pemahaman yang memadai mengenai lingkungan
tempat mereka hidup.
3. Geometri mempunyai potensi untuk melatih kemampuan menalar
secara logis pada diri siswa dan memberikan penyadaran mengenai
keterbatasan pengamatan dan daya tanggap keruangan pada manusia.
Pada Sekolah Menengah Pertama (SMP) khususnya kelas VIII,
terdapat materi yang membahas materi geometri yaitu bangun ruang
sisi datar. Menurut hasil wawancara dengan siswa SMP Pangudi Luhur
1 Yogyakarta ditemukan beberapa permasalahan yang sering dialami
dalam proses pembelajaran khususnya dalam pembelajaran geometri
yaitu mengenai pelaksanaan pembelajaran yang menggunakan metode
ceramah dan memperbanyak latihan soal.
Untuk meningkatkan kualitas pembelajaran khususnya pada materi
geometri peneliti menggunakan cara dengan mengembangkan
perangkat pembelajaran matematika. Perangkat pembelajaran yang
dikembangkan meliputi Silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP), Materi yang akan disampaikan, Lembar Kerja Siswa (LKS)
dan Soal Ulangan. Peneliti mengimplementasikan produk hasil
pengembangan yang sudah dilakukan oleh (Astuti, 2016) yaitu
perangkat pembelajaran prisma yang mengakomodasi teori Van Hiele
dengan menggunakan pembelajaran kooperatif Jigsaw tipe II. Pembelajaran dilaksanakan menggunakan Teori Van Hiele biasanya
geometri. Dalam pembelajaran menggunakan teori Van Hiele terdapat
5 tahap belajar anak dalam geometri, yaitu tahap 0 (visualisasi), tahap 1 (analisis), tahap 2 (deduksi informal), tahap 3 (deduksi), dan tahap 4 (rigor). Dengan menggunakan teori pembelajaran Van Hiele dalam pembelajaran geometri seorang guru dapat melihat tahap
perkembangan berpikir siswa. Tahap perkembangan berpikir siswa itu
yang menjadikan acuan bagi guru untuk dapat melanjutkan
pembelajaran ketahap selanjutnya sesuai dengan tahap perkembangan
berikir siswa dalam belajar geometri menurut teori Van Hiele.
Berdasarkan fakta permasalahan penulis tertarik untuk melakukan
penelitian mengenai pengembangan perangkat pembelajaran
matematika pada pokok bahasan bangun ruang sisi datar khususnya
bangun prisma dengan menggunakan model pembelajaran Kooperatif
Jigsaw Tipe II dan pendekatan PPR. Oleh karena itu, peneliti mengajukan judul penelitian yang akan dilakukan adalah
Implementasi Pendekatan Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) Dalam Pembelajaran Prisma Dengan Menggunakan Teori Van Hiele Pada Siswa Kelas VIII D SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka peneliti mencoba
1. Bagaimanakah Implementasi Pendekatan PPR dalam pembelajaran
prisma dengan menggunakan teori Van Hiele pada siswa kelas VIII D
SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta?
2. Bagaimanakah Pencapaian Kompetensi dalam Implementasi
Pendekatan PPR pada pembelajaran prisma dengan Teori Van Hiele
untuk siswa kelas VIII SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta?
3. Bagaimanakah respon siswa terhadap pembelajaran prisma dengan
Teori Van Hiele untuk siswa kelas VIII SMP Pangudi Luhur 1
Yogyakarta.
C. Batasan Istilah
Berdasarkan latar belakang diatas, untuk menghindari kesalahpahaman dalam
memahami hasil penelitian ini, maka diperlukan batasan istilah sebagai
berikut.
1. Teori Van Hiele adalah teori yang mengenai tingkat kualitas berpikir
siswa dalam mempelajari geometri, dimana siswa dapat naik ke tingkat
yang lebih tinggi dengan melewati tingkat yang lebih rendah terlebih
dahulu. Dalam geometri, menurut Van Hiele terdapat lima tingkat
berpikir siswa yang utama yaitu: tahap 1 (visualisasi), tahap 2 (analisis), tahap 3 (abtraksi), tahap 4 (deduksi formal) dan tahap 5 (rigor atau keakuratan).
2. Fase pembelajaran Van Hiele adalah fase dalam pembelajaran
berpikir yang lebih tinggi melibatkan 5 fase, yaitu: informasi
(information), orientasi terpadu (directed orientation), penjelasan (explication), orientasi bebas (free orientation), dan integrasi (integration).
3. Pendekatan Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) merupakan pola pikir
dalam menumbuh kembangkan pribadi siswa menjadi pribadi
kemanusiaan. Terdapat 5 tahapan dalam Paradigma Pedagogi Reflektif
(PPR) adalah konteks, pengalaman, refleksi, aksi dan evaluasi.
4. Model pembelajaran kooperatif Jigsaw Tipe II adalah salah satu model pembelajran kooperatif, dimana dalam proses pembelajrannya,
siswa dikelompokkan menjadi beberapa kelompok heterogen yang
terdiri dari empat sampai lima orang dan setiap kelompok harus
membaca maeri secara menyeluruh terlebih dahulu serta diberikan
tanggungjawab secara mandiri untuk berperan atif selama proses
pembelajaran sehingga diharapkan mampu memahami materi dengan
baik. Semua kelompok dalam model pembelajaran kooperatif jigsaw tipe II berkompetisi untuk memperoleh penghargaan kelompok. 5. Bangun ruang sisi datar adalah suatu bangun ruang dimana sisi yang
membatasi bangun tersebut berupa bangun datar. Bangun ruang sisi
datar yang dipelajari siswa kelas VIII SMP meliputi kubus, balok,
prisma, dan limas. Namun, peneliti hanya meneliti bangun ruang sisi
D. Pembatasan Masalah
Telah diungkapkan di atas, bahwa geometri merupakan materi yang
dianggap sulit oleh para siswa, khususnya bagi siswa menengah pertama.
Materi yang diajarkan pada kelas VIII disemester genap ini adalah bangun
ruang sisi datar yang meliputi kubus, balok, prisma dan limas. Disini
peneliti hanya berfokus pada subbab bangun prisma.
Peneliti akan mengimplementasikan perangkat pembelajaran sesuai
dengan kebutuhan dari guru dan siswa kelas VIII D SMP Pangudi Luhur 1
Yogyakarta. Perangkat pembelajaran yang akan dikembangkan dengan
mengakomodasi teori Van Hiele pada subbab prisma dengan pendekatan
paradigma pedagogi reflektif dan model pembelajaran Jigsaw Tipe II Perangkat pembelajaran yang dikembangkan meliputi Silabus, RPP,
Penilaian, Bahan Ajar, LKS dan Soal Ulangan.
E. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian yang ingin dicapai dalam pembuatan tugas
akhir ini adalah sebagai berikut.
1. Menerapkan pendekatan PPR perangkat pada pembelajaran dengan
topik prisma yang mengakomodasi teori Van Hiele untuk siswa
kelas VIII SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta.
2. Mendeskripsikan pencapaian kompetensi dalam implementasi
pendekatan PPR pada pembelajaran dengan topik prisma dengan
F. Manfaat Penelitian
Setelah penelitian dilaksanakan , maka hasil penelitian ini diharapkan
dapat bermanfaat.
1. Bagi Penulis, hasil penelitian dapat memberikan pengalaman terutama
dalam perannya sebagai seorang guru saat memasuki dunia kerja untuk
merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran matematika.
2. Bagi Pendidik, sebagai sarana penggunaan salah satu model
pembelajaran yang dapat diterapkan di kelas.
3. Bagi Siswa, melatih untuk mengembangkan keterampilan sosial siswa
dan membantu siswa memahami materi pelajaran.
4. Bagi peneliti lain, Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi
refrensi ilmiah dan pendorong motivasi unntuk meneliti dan
mengembangkan pada masalah yang lain atau mata pelajaran yang lain
9 BAB II
LANDASAN TEORI
A. Penjelasan Teori
1. Pembelajaran Matematika
Ilmu matematika adalah ilmu tentang pola keteraturan yang
berkenaan dengan gagasan berstruktur yang hubungan-hubungan diatur
secara logis. Ini berarti matematika bersifat sangat abstrak yaitu berkenaan
dengan konsep-konsep abstrak. Sasaran atau obyek penelaahan
matematika adalah fakta, konsep, operasi dan prinsip
(Hudojo, 2001).
Pembelajaran matematika adalah proses aktif individu siswa
yang bersosialisasi dengan guru, sumber atau bahan belajar, teman dalam
memperoleh pengetahuan baru. Proses aktif tersebut menyebabkan
perubahan tingkah laku, misalnya setelah belajar matematika siswa itu
mampu mendemonstrasikan pengetahuan dan keterampilan matematika
dimana sebelumnya ia tidak dapat melakukannya (Hudojo, 2001). Dalam
pembelajaran peserta didik tidak melakukan kegiatan belajar seorang diri
melainkan belajar bersama orang lain dengan berfikir dan bertindak
(Sudjana, 2005).
Tujuan pembelajaran matematika agar siswa berhasil menguasai
pikirannya sehingga adanya konsep ini dapat digunakan untuk
menyelesaikan masalah yang dihadapi (Hudojo, 2001).
Menurut (Marpaung, 2003) pembelajaran matematika juga
diharapkan memenuhi prinsip-prinsip 4 pilar pendidikan yaitu.
a) Learning to know yaitu siswa mampu memahami konsep-konsep dasar pelajaran matematika mengapa dan bagaimana konsep-konsep
itu dikembangkan, serta memahami kaitan konsep yang satu dengan
yang lainnya.
b) Learning to do yaitu siswa belajar mengerjakan soal-soal yang ada. Dengan mengerjakan soal-soal tersebut mempertajam penalaran siswa
atas dasar konsep-konsep yang ada serta membentuk watak kerja etos
yang handal.
c) Learning to be yaitu siswa memahami konsep-konsep dasar pelajaran matematika dan mengerjakan soal-soal, siswa mampu dan berani
mengungkapkan pendapat atau pandangan dengan alasan-alasan yang
logis, kritis, dan sistematis.
d) Learning to live together yaitu siswa diskusi tentang konsep-konsep matematika dan mengungkapkan pendapat dalam menyelesaikan
soal-soal matematika, siswa dapat memahami pendapat orang lain.
Berdasarkan uraian di atas, pembelajaran matematika adalah proses
aktif individu siswa yang bersosialisasi dengan guru, sumber atau
bahan belajar, teman dalam memperoleh pengetahuan baru agar siswa
terorganisasikan didalam pikirannya sehingga adanya konsep ini dapat
digunakan untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi.
2. Paradigma Pedagogi Reflektif
a. Pengertian Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR)
Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia kata paradigma berarti
suatu kerangka berpikir/model dari teori ilmu pengetahuan/perubahan
model. Dalam hal ini paradigma yang dimaksud adalah suatu
pendekatan atau model pembelajaran. Pedagogi merupakan suatu cara
seorang pendidik menemani peserta didik untuk tumbuh dan
berkembang sesuai dengan kepribadiannya (Subagya, 2010). Adapun
reflektif adalah proses kegiatan untuk mencermati/menangkap makna
dan nilai-nilai yang esensial dari apa yang dipelajari/dialami (proses
pembatinan) untuk dapat menemukan kaitan antara apa yang
dipelajari (aspek pengetahuan) dengan nilai-nilai kemanusiaan yang
pada akhirnya (implikasinya) adalah menghargai proses pencarian
terus menerus untuk memperjuangkan kebenaran dan kebebasan.
Berdasarkan pengertian dari masing-masing point maka dapat
disimpulkan bahwa pendekatan PPR merupakan suatu pendekatan
atau model pembelajaran yang menekankan kegiatan refleksi dalam
rangka menemukan nilai-nilai hidup dalam proses pendidikan dimana
atau tindakan (Tim PPR SD Kanisius, 2009). Kekhasan dari PPR ini
adalah meningkatkan competence, conscience, dan compassion (3C). Adapun pengertian dari competence, conscience, dan compassion akan dijabarkan sebagai berikut. Competence merupakan penguasaan kompetensi secara utuh yang disebut juga dengan kemampuan kognitif
(Subagya, 2010) dalam hal ini kemampuan untuk menyelesaikan soal
cerita dalam pelajaran matematika. Conscience merupakan kemampuan afektif yang secara khusus mengasah kepekaan dan
ketajaman hari nurani (Subagya, 2010). Kemampuan afektif ini untuk
menentukan pilihan-pilihan yang dapat dipertanggungjawabkan secara
moral. Misalnya, ketelitian dalam mengerjakan soal-soal dalam
pelajaran matematika. Compassion merupakan aspek psikomotorik berupa tindakan konkret maupun batin disertai bela rasa bagi sesama
(Subagya, 2010). Misalnya, kesediaan bekerja sama dalam kelompok
dengan senang hati.
b. Langkah-langkah Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR)
Berikut ini adalah langkah-langkah PPR (Subagya, 2010) meliputi
konteks, pengalaman, refleksi dan aksi dan evaluasi.
a. Konteks
Secara sederhana konteks dapat dikatakan sebagai
kesiapan peserta didik dalam belajar. Konteks meliputi keadaan
atau situasi yang mempengaruhi baik buruknya peserta didik dalam
b. Pengalaman
Menurut Ignatius, pengalaman berarti menganyam sesuatu
hal dalam batin. Istilah pengalaman ini dipakai untuk menunjuk
pada suatu kegiatan baik itu secara langsung maupun tidak
langsung. Dalam langkah ini peserta didik mengalami suatu
kegiatan pembelajaran kemudian diminta untuk melakukan
penyelidikan dan analisis. Pengalaman ini tidak berhenti pada hal
yang bersifat intelektual akan tetapi juga pada kognitif, afektif, dan
psikomotorik. Adanya ketiga ranah ini sangat penting dalam proses
perkembangan peserta didik.
c. Refleksi
Kegiatan refleksi ini didasarkan pada pengalaman
pembelajaran yang diperoleh. Dari berbagai pengalaman
pembelajaran tersebut, peserta didik diharapkan dapat meninjau
kembali apa yang telah diperolehnya. Hal ini sama halnya dengan
menemukan sesuatu yang bermakna dari kegiatan atau pengalaman
pembelajaran yang telah dilakukan.
d. Aksi
Aksi merupakan tekad atau niat atau hal yang akan dan
dapat segera dilakukan setelah merefleksikan diri. Adanya aksi ini
e. Evaluasi
Kegiatan evaluasi merupakan kegiatan untuk mengukur
sejauh mana tujuan pembelajaran tercapai. Caranya adalah dengan
memperhitungkan umur, bakat, kemampuan, dan tingkat
perkembangan pribadi peserta didik. Hal ini akan membuat
hubungan pendidik dan peserta didik semakin akrab karena harus
melakukan pendekatan untuk melakukan evaluasi tersebut. Selain
itu dapat peserta didik pun dapat mengetahui secara menyeluruh
perkembangan kepribadiannya.
3. Teori Van Hiele
1. Pengertian Teori Van Hiele
Teori Van Hiele merupakan salah satu teori yang dapat mengukur
tingkat kemampuan berpikir geometri siswa. Seperti nama teori ini,
maka teori dikemukakan oleh Din dan Pierre Van Hiele pada tahun
1986. Sementara itu menurut Keyes & Anne (Abdussakir, 2010)
setiap level pada teori van hiele harus dilalui dengan berurutan.
Menurut (Husnaeni, 2006) menyatakan bahwa penerapan
pembelajaran van hiele efektif untuk peningkatan kualitas berpikir
siswa. Ketika siswa berapa level yang lebih tinggi maka level
dibawahnya pasti sudah dikuasai. Menurut (Mason & Wilder, 2004)
Level 0 (Visualisasi)
Pada level ini siswa hanya memperhatikan bangun secara visual
saja tanpa mengetahui sifat-sifat bangun tersebut. Misalnya,
dengan melihat saja diketahui bahwa dua bangun prisma segitiga
adalah yang bentuknya sama, tanpa mengetahui alasannya.
Tingkat ini sering disebut tahap pengenalan. Namun bentuk-bentuk
geometri yang dikenal anak semata-mata didasarkan pada
karakteristik visual atau penampakan bentuknya secara
keseluruhan, bukan perbagian. Sebagai contoh, mereka
mengatakan bahwa bangun yang diketahui adalah balok, karena
seperti kotak. Anak belum menyadari adanya sifat-sifat dari
bangun geometri.
Level 1 (Analisis)
Pada level ini kemampuan berpikir siswa bekembang dengan
mendeskripsikan suatu bangun menggunakan bahasa sendiri sesuai
level sebelumnya. Konsep geometri mulai tertanam dalam benak
siswa dengan mulai memperhatikan bagian-bagian dan sifat-sifat
suatu bangun. Sebagai contoh, dua buah prisma segiempat dapat
dikatakan sama dengan mengenali sifat-sifatnya. Melalui
pengamatan, eksperimen, mengukur, menggambar, dan memodel,
siswa dapat mengenali dan membedakan karakteristik suatu
bangun. Anak-anak melihat bahwa suatu bangun mempunyai
anak-anak belum sepenuhnya dapat menjelaskan hubungan antara sifat
yang satu dengan sifat yang lain, anak-anak sama sekali belum bisa
melihat hubungan antara beberapa bangun, dan definisi abstrak
belum atau tidak dapat mengerti.
Level 2 (Abstraksi)
Pada level ini siswa menggunakan bahasa untuk mengetahui
perbedaan dari setiap bangun sesuai dengan level sebelumnya.
Siswa secara logis menggolongkan sifat-sifat berdasarkan konsep,
membentuk definisi abstrak, dan dapat membedakan antara
keperluan dan kecukupan dari kumpulan sifat-sifat untuk
menentukan konsep. Pada tahap ini anak sudah mulai mampu
untuk melakukan penarikan kesimpulan secara deduktif, tetapi
masih pada tahap awal artinya belum berkembang baik.
Level 3 (Deduksi Informal)
Pada tingkat ini siswa mempresepsi diantara sifat-sifat dan diantara
gambar-gambar. Pada tahap ini siswa dapat menciptakan definisi
yang bermakna dan memberi argument informal untuk
membenarkan penalaran mereka. Implikasi logis, inklusi kelas,
seperti persegi merupakan bagian dari persegi panjang dapat
Level 4 (Deduksi Formal)
Pada tingkat ini, siswa dapat mengkonstruksi bukti, memahami
peran aksioma dan definisi, mengetahui makna dari
kondisi-kondisi yang perlu dan yang cukup. Dengan menerapkan fase
menurut teori van hiele, siswa akan lebih mampu mengembangkan
kemampuan berpikir dalam memahami konsep geometri.
Model Van Hiele tidak hanya memuat tingkat-tingkat
pemikiran geometri. Menurut Van Hiele (Ismail, 1998) kenaikan
dari tingkat satu ke tingkat berikutnya tergantung sedikit pada
kedewasaan biologis atau perkembangannya, dan tergantung lebih
banyak kepada akibat pembelajarannya. Guru memegang peran
penting dan istimewa untuk memperlancar kemajuan, terutama
untuk memberi bimbingan mengenai pengharapan.
Walaupun demikian, teori Van Hiele tidak mendukung
model dari absorbsi tentang bealajar mengajar. Van Hiele
menuntut bahwa tingkat yang lebih tinggi tidak langsung menurut
pendapat guru, tetapi melalui pilihan-pilihan yang tepat. Lagi pula,
anak-anak sendiri akan menentukan kapan saatnya untuk naik ke
tingkat yang lebih tinggi. Meskipun demikian, siswa tidak akan
mencapai kemajuan tanpa bantuan guru. Oleh karena itu, maka
belajar dari peran guru dalam pembelajaran dalam mencapai tujuan
tersebut adalah.
Fase-fase pembelajaran tersebut adalah :
1) Fase informasi
2) Fase orientasi
3) Fase eksplitasi
4) Fase orientasi bebas
5) Fase integrasi
Berikut ini akan dibahas tentang fase-fase pembelajaran dalam teori
Van Hiele:
1. Fase 1: Informasi
Pada awal tingkat ini, guru dan siswa menggunakan
tanya-jawab dan kegiatan tentang objek-objek yang dipelajari pada
tahap berpikir siswa. Dalam hal ini objek yang dipelajari adalah
sifat komponen dan hubungan antar komponen bangun-bangun
segi empat. Guru mengajukan pertanyaan kepada siswa sambil
melakukan observasi. Tujuan kegiatan ini adalah: (1) guru
mempelajari pengalaman awal yang dimiliki siswa tentang topik
yang dibahas. (2) guru mempelajari petunjuk yang muncul dalam
rangka menentukan pembelajaran selanjutnya yang akan diambil.
2. Fase 2: Orientasi
Siswa menggali topik yang dipelajari melalui alat-alat yang
berangsur-angsur menampakkan kepada siswa stuktur yang
memberi ciri-ciri sifat komponen dan hubungan antar komponen
suatu bangun segiempat. Alat atau punbahanbahan dirancang
menjadi tugas pendek sehingga dapat mendatangkan respon
khusus.
3. Fase 3: Penjelasan
Berdasarkan pengalaman sebelumnya, siswa menyatakan
pandangan yang muncul mengenai struktur yang diobservasi.
Selain itu, untuk membantu siswa menggunakan bahasa yang tepat
dan akurat, guru memberi bantuan sesedikit mungkin. Hal tersebut
berlangsung sampai sistem hubungan pada tahap berpikir mulai
tampak nyata.
4. Fase 4: Orientasi Bebas
Siswa menghadapi tugas-tugas yang lebih kompleks berupa
tugas yang memerlukan banyak langkah, tugas yang dilengkapi
dengan banyak cara, dan tugas yang open-ended. Mereka memperoleh pengalaman dalam menemukan cara mereka sendiri,
maupun dalam menyelesaikan tugas-tugas. Melalui orientasi di
antara para siswa dalam bidang investigasi, banyak hubungan antar
objek menjadi jelas.
5. Fase 5: Integrasi
Siswa meninjau kembali dan meringkas apa yang telah
dengan melengkapi survey secara global terhadap apa yang telah
dipelajari. Hal ini penting, tetapi kesimpulan ini tidak
menunjukkan sesuatu yang baru. Siswa siap untuk mengulangi
fase-fase belajar pada taha sebelumya.
4. Pembelajaran Kooperatif
a. Pengertian Pembelajaran Kooperatif
Penelitian akan membahas beberapa hal mengenai model
pembelajaran kooperatif antara lain pengertian, karakter, unsur-unsur
dan model-model kooperatif. (Rusnan, 2014) menyebutkan bahwa
‗Cooperative Learning’ merupakan kegiatan belajar siswa yang
dilakukan dengan cara berkelompok. Model pembelajarn kelompok
adalah rangkaian kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa dalam
kelompok-kelompok tertentu untuk mencapai tujuan pembelajaran
yang telah dirumuskan. Menurut (Hosnan, 2014) menyebutkan
pengertian pembelajaran siswa belajar dan bekerja dalam kelompok
kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri atas 4 sampai 6 orang
dengan struktur kelompoknya yang bersifat heterogen. Sedangkan menurut (Rusnan, 2014) juga mengemukakan mengenai pengertian
pembelajaran kooperatif adalah ‗suatu aktivitas pembelajaran yang
menggunakan pola belajar berkelompok untuk menjalin kerja sama
Berdasarkan pengertian beberapa ahli diatas, peneliti menarik
kesimpulan mengenai pembelajaran kooperatif adalah model
pembelajaran siswa belajar dan bekerja dalam kelompok yang terdiri
atas minimal empat orang yang masing-masing anggotanya bersifat
heterogen untuk menjalin kerja sama dan saling bergantung untuk
mencapai tujuan pembelajaran yang ingin dicapai dalam proses
pembelajaran.
b. Model-model Pembelajaran Kooperatif
Model pembelajaran kooperatif terdiri dari beberapa variasi, yaitu
student teams-achiement (STAD), jigsaw, group investigation dan
model struktural.
Dalam hal ini peneliti hanya akan membahas model-model
pembelajaran kooperatif jigsaw dan jigsaw tipe II. Menurut (Slavin,2008) dalam pembelajaran kooperatif terdapat
bermacam-macam tipe yaitu:
1) Jigsaw
Tipe jigsaw adalah salah satu model pembelajaran kooperatif dimana pembelajaran melalui penggunaan kelompok kecil siswa
yang bekerja sama dalam memaksimalkan konsdisi belajar untuk
mencapai tujuan pembelajaran dan mendapatkan pengalaman
belajar yang maksimal, baik pengalaman individu maupun
siswa menjadi anggota dari kelompok yaitu kelompok ahli dan
kelompok asal.
2) Jigaw Tipe II
Menurut (Fatirul, 2008) mengemukakan bahwa
pembelajaran kooperatif yang setiap anggota bertanggung jawab
atas penguasaan bagian materi belajar dan mampu mengajarkan
bagian tersebut kepada anggota kelompoknya.
5. Prisma
Menurut (Hudoyo, 2008) mengatakan prisma adalah
bangun ruang yang dibatasi oleh dua bidang sejajar. Dua bidang itu
dinamakan bidang alas dan bidang atas. Menurut (Slavin &
Crisoniso, 2005) , dua bidang yang saling sejajar satu sama lain
disebut bidang alas dan bidang atas prisma. Bidang alas dan bidang
atas pada prisma kongruen satu sama lain. Menurut (Marsigit,
2009) prisma adalah bangun ruang yang dibatasi oleh dua bidang
sejajar yang saling kongruen dan beberapa bidang lain saling
memotong kedua bidang tersebut menurut garis-garis yang sejajar.
Dudeja & Madhavi (2014:169) mengemukakan, prisma adalah
bangun ruang yang sisi alas dan sisi atasnya merupakan segi
banyak, yang dihubungkan dengan sisi tegak dengan sisi tegak.
Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa prisma adalah
yaitu bidang alas dan atas, serta bidang lain yang memotong kedua
bidang tersebut menurut garis-garis yang sejajar.
Adapun sifat prisma secara umum adalah:
1. Prisma memiliki bentuk alas dan atap yang kongruen
2. Setiap sisi bagian samping prisma berbentuk persegi panjang
3. Setiap diagonal bidang pada sisi yang sama memiliki ukuran yang
sama.
Gambar 2.3 Prisma Segitiga ABC.DEF
Prisma tegak segitiga adalah prisma yang bentuk alas dan atapnya
berbentuk segitiga.
Sifat-sifat prisma tegak segitiga adalah:
Memiliki 2 sisi berbentuk segitiga dan 3 sisi berbentuk
persegipanjang
Memiliki 6 titik sudut
Luas Permukaan Prisma
Lp prisma = luas alas + luas total sisi tegak
Volume Prisma
Vprisma = luas alas x tinggi
B. Penelitian yang Relevan
Penelitian Implementasi Pengembangan Perangkat Pembelajaran
yang mengakomodasi teori Van Hiele dengan pendekatan PPR
merupakan hal yang baru, sehingga sumber penelitian yang relevan yang
diperoleh masih sedikit. Berikut ini penelitian relevan yang sesuai dengan
penelitian implementasi pengembangan perangkat pembelajaran yang
mengakomodasi teori Van Hiele dengan Pendekatan PPR. Pertama,
penelitian Pengembangan perangkat pembelajaran berupa skripsi yang
berjudul ―Pengembangan Perangkat pembelajaran Geometri materi
vaolume kubus dan balok berdasarkan teori van hiele untuk kelas V SD‖
yang dilakukan oleh (Astuti, 2016). Perangkat pembelajaran yang
dikembangkan adalah Silabus , RPP, LKS, Bahan Ajar, dan Penilaian.
Perangkat Pembelajaran yang dikembangkan ini dapat memberikan
pemahaman siswa dalam berpikir geometri, kualitas produk yang
dihasilkan sangat baik, hasil validasi oleh ahli dengan skor 3,44. Hasil
berdasarkan perangkat pembelajaran materi voluume kubus dan balok
berdasarkan fase-fase pembelajaran Van Hiele inimendukung suasana
pembelajaaran sehingga sisa menjadi aktif meskipun tidak terlihat secara
maksimal.
Kedua, penelitian Penerapan PPR berupa skripsi yang berjudul
―Penerapan Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) dalam pembelajaran
tematik untuk meningkatkan Competence, Concience, dan Compassion
(3C) peserta didk kelas III A SD Kaniisus Demangan Baru 1 Tahun
Ajaran, oleh (Irsanti, 2011). Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa
competence, conscience, dan compassion peserta didik kelas III A SD Kanisius Demangan Baru I mengalami peningkatan setelah merapkan
Paradigma Pedagogi Reflektif dalam pembelajaran tematik. Skor
competence pesera didik pada mata pelajaran matematika sebesar 78,97.
Kedua penelitian tersebut mendasari peneliti untuk
mengimplementasikan sebuah perangkat pembelajaran yang
mengakomodasi teori Van Hiele dengan pendekatan Paradigma Pedagogi
Reflektif pada materi prisma untuk siswa kelas VIII SMP. Pada penelitian
pertama teori Van Hiele digunakan sebagai dasar pengembangan
perangkat pembelajaran pada materi bangun datar pada siswa SMP. Pada
penelitian kedua pendekatan Paradigma Pedagogi Reflektif sebagai dasar
model pendekatan pembelajaran yang dapat digunakan pada siswa SMP .
mengimplementasikan perangkat pembelajaran yang mengakomodasi teori
Van Hiele dengan pendekatan Paradigma Pedagogi Reflektif.
C. Kerangka Berpikir
Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) merupakan suatu pendekatan
yang dikembangkan oleh lembaga pendidikan Jesuit. PPR dimaknai
sebagai suatu pendekatan atau model pembelajaran yang menekankan
refleksi dalam rangka menemukan nilai-nilai hidup dalam proses
pendidikan dimana nilai-nilai tersebut digunaan sebagai pijakan dalam
menentukan sikap atau tindakan.
Kasus yang paling sering dialami siswa adalah ketidakpahaman
siswa dalam menentukan dan menjelaskan sifat-sifat dan unsur-unsur dari
bangun prisma tetapi dengan adanya teori Van Hiele dapat menjelaska
siswa tentang proses berpikir dalam pembelajaran geometri karena teori
Van Hiele merupakan salah satu model pembelajaran yang berkaitan
dnegan geomteri.
Dalam hal peneliti akan mengimplementasikan perangkat
pembelajaran yang mengakomodasikan teori Van Hiele dengan
Pendekatan Paradigma Pedagogi Reflektif untuk pokok bahasan bangun
27 BAB III
METODE PENELITIAN
Bab ini akan membahas mengenai metodologi penelitian yang meliputi jenis
penelitian, setting penelitian, teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini, instrumen penelitian yang digunakan, dan teknik analisis data yaitu
kualitatif dan kuantitatif.
A. Jenis Peneltian
Penelitian ini merupakan jenis penelitian Deskriptif Kualitatif. Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk mengimplementasikan perangkat pembelajaran
yang mengakomodasi tahapan pemikiran geometri Van Hiele pada materi
bangun ruang sisi datar dengan pendekatan PPR pada siswa kelas VIII D
SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta. Perangkat pembelajaran tesebut sudah
dikembangkan oleh peneliti sebelumnya yaitu (Astuti, 2016).
B. Setting Penelitian
Setting penelitian berisi tentang empat bagian yaitu tempat, waktu, subjek,
dan objek penelitian.
1. Subyek Penelitian
Subyek dalam penelitian adalah siswa kelas VIII D SMP Pangudi
Luhur 1 Yogyakarta yang terdiri 34 siswa yaitu 17 siswa laki-laki dan
17 siswa perempuan yang dengan tingkat kecerdasan yang relatif
2. Obyek Penelitian
Objek penelitian adalah proses pembelajaran menggunakan perangkat
pembelajaran.
3. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta yang
beralamatkan di Jl.Timoho, Muja Maju, Yogyakarta.
4. Waktu Penelitian
Peneliti melakukan kegiatan penelitian pada tanggal 8 Maret 2016
sampai dengan 15 Juli 2016.
C. Teknik Pengumpulan Data
Peneliti menggunakan teknik pengumpulan data yaitu, wawancara,
observasi, dan dokumentasi.
1. Wawancara
Peneliti menggunakan teknik wawancara untuk memperoleh data
kebutuhan siswa. Menurut (Sugiyono, 2011) wawancara didefinisikan
sebagai pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui
tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik
tertentu. Wawancara dilakukan kepada guru matematika kelas VIII D SMP
Adapun pedoman wawancara sebagai berikut.
1) Pedoman Wawancara
Pedoman wawancara digunakan sebagai pedoman wawancara ketika
melakukan wawancara dengan guru kelas VIII D. Pedoman wawancara
berisi mengenai pertanyaan-pertanyaan yang ingin ditanyakan kepada
narasumber untuk melihat potensi dan masalah. Pertanyaan-pertanyaan
yang diajukan terkait proses-proses pembelajaran, teori Van Hiele dan
pendekatan PPR. Pedoman wawancara tersebut telah divalidasai oleh
ahli dengan katagori baik. Adapun kriteria penilaian produk
pengembangan sebagai berikut.
Tabel 3.1 Kriteria Penilaian Produk Pengembangan
Interval tingkat pencapaian Kategori
3 Sangat Baik
2, Baik
1 Kurang Baik
0 Tidak Baik
Keterangan :
M = rata-rata skor
Hasil data kuantitatif kemudian diubah menjadi data kualitatif
berdasarkan kategori pada skala penilaian yaitu sangat baik (4), baik
Dibawah ini merupakan tabel kisi-kisi lembar wawancara.
Tabel 3.2 Kisi-kisi Lembar Wawancara
No Indikator No Item
1. Metode pembelajaran 1
2. Penggunaan media dalam pembelajaran 2
3. Pembelajaran di kelas 3
4. Pendekatan Paradigma Pedagogi dalam pembelajaran
4
2. Observasi
Observasi dalam penelitian bertujuan untuk mengamati proses
pembelajaran di kelas. Sugiyono (2011:145) mengungkapkan
bahwa observasi digunakan jika penelitian manusia, proses kerja,
atau gejala alam. Observasi dapat dibantu dengan menggunakan
lembar observasi. Hasil dari observasi kemudian peneliti simpulkan
dan memperoleh hasil berupa informasi konteks siswa.
1) Lembar Observasi
Lembar observasi digunakan sebagai panduan potensi dan masalah
di dalam kelas melalui proses pembelajaran di kelas. Tujuannya adalah
untuk melihat potensi dan masalah secara umum serta keterlaksanaan
pendekatan PPR dalam pembelajaran. Pada lembar observasi
Ratting scale yaitu data mentah yang diperoleh berupa angka kemudian ditafsirkan dalam pengertian kualitatif. Pedoman penskoran
observasi menurut (Mustafa, 2009) sebagai berikut:
Tabel 3.3 Penskoran Observasi Keterlaksanaan pendekatan PPR
dalam pembelajaran
Skor Kriteria
136-160 Sangat Bagus
112-135 Bagus
88-111 Netral
64-87 Jelek
40-63 Sangat Jelek
Selanjutnya data dianalisis dan kemudian data dianalisis dengan
menggunakan kriteria keterlaksanaan pembelajaran dengan pendekatan
PPR. Cara menentukan batas jumlah adalah sebagai berikut:
Skor minimum = 1 x banyak butir pernyataan
Skor maksimum = 5 x banyaknya butir pernyataan
Adapun 46 butir pernyataan dalam lembar observasi. Cara
memberi skor 1 sampai 5. Skor tertinggi yang mungkin dicapai adalah 230
dan skor terendah yang mungkin dicapai adalah 46. Skor yang diperoleh
siswa dalam bentuk persentase dikriteriakan dengan menggunakan tabel
keterlaksanaan pembelajaran dengan pendekatan PPR adalah sebagai
berikut.
Jumlah total skor = total skor observasi 1 + total skor observasi 2
Tabel 3.4 Kisi-kisi Lembar Observasi
No Aspek yang diamati
I PRA PEMBELAJARAN
1. Guru memeriksa kesiapan ruang,alat,dan media.
2. Guru memeriksa kesiapan siswa.
II MEMBUKA PEMBELAJARAN
1. Kegiatan apersepsi.
2. Penyampaian kompetensi yang akan tercapai dan rencana kegiatannya
III KEGIATAN INTI/PEMBELAJARAN
A Penguasaan materi pembelajaran
1. Guru menunjukkan penguasaan materi pembelajaran
2. Penyampaian materi sesuai dengan hierarki belajar
3. Guru mengkaitan materi dengan realitas kehidupan
B Pendekatan/strategi pembelajara
1. Pembelajaran sesuai dengan kompetensi yang akan dicapai
2. Pembelajaran sesuai dengan tingkat perkembangan dan kebutuhan siswa
3. Pembelajaran secara runtut
4. Guru melaksanakan pembelajaran yang terkoordinasi
6. Pembelajaran yang memungkinkan tumbuhnya kebiasaan positif
7. Pembelajaran sesuai dengan waktu yang telah dialokasikan
8. Penerapan pendekatan Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) dalam
pembelajaran
C Teori Van Hiele (Fase Pembelajaran Van Hiele)
1. Fase informasi terlihat dalam kegiatan pembelajaran
2. Fase orientasi terpadu terlihat dalam kegiatan pembelajaran
3. Fase eksplitasi terlihat dalam kegiatan pembelajaran
4. Fase orientasi bebas terlihat dalam kegiatan pembelajaran
D Pemanfaatan media pembelajaran/sumber belajar
1. Guru menunjukan keterampilan dalam penggunaan media
2. Media yang digunakan menghasilkan pesan yang menarik
3. Penggunaan media secara efektif dan efisien
4. Siswa terlibat dalam penggunaan media
E Pembelajaran yang memicu dan memelihara keterlibatan siswa
1. Tumbuhnya partisipasi aktif siswa dalam pembelajaran
2. Guru merespon positif partisipasi siswa
3. Terjadinya interaksi guru-siswa dan siswa-siswa
4. Guru menunjukkan sikap terbuka terhadap siswa
5. Guru menunjukkan hubungan antarpribadi yang kondusif
6. Tumbuhnya keceriaan dan antusiasme siswa dalam belajar
F Penilaian proses dan hasil belajar
1. Guru memantau kemajuan belajar
2. Pemberian tuagas sesuai dengan kompetensi
G Penggunaan Bahasa
2. Penggunaan bahasa tulis yang baik dan benar
3. Penyampaian tugas sesuai dengan gaya yang sesuai
III PENUTUP
1. Refleksi pembelajaran dengan melibatan siswa
2. Guru memberikan arahan, kegiatan, atau tugas
2) Dokumentasi
Dokumentasi adalah catatan penting dimana kegiatan-kegiatan
yang berlangsung di dalam kelas dapat didokumentasikan secara
nyata. Pada penelitian ini peneliti mengambil dokumen hasil
belajar siswa.
3) Tes Tertulis
Untuk mengetahui hasil belajar matematika pada materi prisma
pada siswa digunakan tes tertulis. Tes yang digunakan dalam
penelitian ini adalah tes prestasi belajar yaitu tes yang digunakan
untuk mengukur pencapaian seseorang setelah mempelajari suatu
pelajaran.
D. Jenis Data
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian
kuantitatif-kualitatif. Data kuantitatif berupa hasil tes siswa, sedangkan data
kualitatif berupa hasil respon siswa terhadap pembelajaran, wawancara.
Observasi atau pengamatan merupakan alat yang digunakan untuk
mengukur tingkah laku individu atau proses terjadinya suatu kegiatan
yang diamati.
2. Data hasil wawancara siswa dan guru
Wawancara adalah percakapan yang dilakukan dengan maksud
tertentu. Percakapan dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara yang
mengajukan pertanyaan dan terwawancara yang memberikan jawaban atas
pertanyaan itu. Dalam penelitian ini jenis wawancara yang dilakukan
adalah baku terbuka. Jenis wawancara ini adalah wawancara yang
menggunakan seperangkat pertanyaan baku.
3. Data Hasil Belajar Siswa
Untuk mengetahui hasil belajar siswa, maka peneliti melakukan tes
akhir. Tes merupakan cara atau prosedur yang dilakukan dengan tujuan
memperoleh data tentang hasil belajar siswa secara individu maupun
kelompok. Tes dapat berbentuk Lembar Keja Siswa (LKS 1 dan LKS 2)
dan Ulangan.
4. Data hasil Respon Siswa
Kuesioner merupakan suatu daftar pertanyaan atau pernyataan
terkait topik tertentu yang diberikan kepada subyek. Kuesioner ini
digunakan untuk mendapatkan beberapa informasi tertentu seperti respon
siswa terhadap pembelajaran menggunakan pendekatan Paradigma
Pedagogi Reflektif (PPR). Dalam penelitian ini menggunakan kuesioner
peneliti dalam kuesioner tersebut sehingga responden tinggal memilih.
Dalam kuesioner ini responden menjawab secacara individu.
E. Teknik Analisis Data
Analisis data merupakan langkag yang sangat penting dalam kegiatan
penelitian, terutama bila diinginkan kesimpulan dari maslah yang diteliti.
Dalam penelitian ini, data yang didapatkan dari berbagai instrumen
pengumpulan data yang berupa kuantitatif dan kualitatif masing-masing akan
dianalisis.
Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut :
1. Analisis Data Hasil Pengamatan Aktivitas Guru di Kelas
Kriteria tingkat aktivuas siswa dihitung berdasarkan hasil pengamatan
yang dilakukan di lapangan selama proses pembelajaran berlangsung.
Untuk menentukan kriteria tersebut, peneliti menghitung jumlah
persentase aktivitas yang dilakukan siswa. Setiap pernyataan aktivitas
yang dilakukan.
2. Analaisis Data Hasil Wawancara dengan Guru dan Siswa
Hasil wawancara yang telah ditulis kemudian ditranskip untuk dianalisa
secara kualitatif. Dalam menganalisa data hasil wawancara,
langkah-langkah yang dilakukan peneliti adalah sebagai berikut :
Transkip jawaban hasil wawancara dengan guru diringkas dan
dikategorikan sesuai dengan aspek yang ingin dinilai.
b. Penyajian Data
Data hasil reduksi kemudian disajikan dalam bentuk teks naratif.
Penyajian data dalam bentuk ini dimaksudkan untuk memperoleh
makna dari dari data yang telah terkumpul.
c. Penarikan kesimpulan
Apabila semua data telah disajikan dalam bentuk teks-naratif,
selanjutnya peneliti melakukan penarikan kesimpulan mengenai
tingkat pemahaman.
3. Analisis data angket respon siswa
Pengolahan data kuesioner melalui pemberian skor pada setiap jawaban
yang diberikan siswa. Skor pilihan jawaban skala Likert tergantung pada
sifat pernyataan, dimana jumlah pernyataan positif dan negatif haruslah
sama. Tabel berikut adalah pedoman pemberian skor kuesioner bagi
jawaban siswa untuk setiap pernyataan. Pemberian skor kuesioner yang
diperoleh kemudian dikategorkikan berdasarkan pedoman berikut:
Tabel 3.5 Panduan Pemberian Skor Kuesioner Respon Siswa
Sangat Setuju
Selanjutnya data dianalisis dan kemudian data dianalisis dengan
menggunakan kriteria respon siswa terhadap pembelajaran dengan PPR.
Cara menentukan batas jumlah adalah sebagai berikut:
Skor minimum = 1 x banyak butir pernyataan
Skor maksimum = 4 x banyaknya butir pernyataan
Tabel 3.6 Penskoran Kuesioner Respon Siswa
Skor Kriteria
Menurut (Mustafa, 2009) cara menganalisis n butir pernyataan pada
4. Analisis data Hasil Belajar Siswa
Data hasil belajar siswa meliputi data hasil tes akhir. Hasil tes ditentukan
berdasarkan pedoman penilaian yang telah dibuat peneliti. Nilai yang
diperoleh dari tes hasil belajar siswa dimasukkan ke dalam daftar nilai,
kemudian diklasifikasikan berdasarkan tabel berikut:
Langkah-langkah yang dilakukan dalam analisis hasil tes meliputi:
a. Pemberian skor
Skor yang diberikan untuk setiap soal tes sesuai dengan bobot
jawaban siswa yang dibandingkan dengan bobot jawaban dalam
kisi-kisi yang telah disusun.
b. Penilaian
Nilai yang diberikan dalam rentang 0-10. Perhitungan nilai dapat
dilihat pada pedoman penilaian masing-masing tes.
c. Analisis Ketuntasan
Nilai yang diperoleh siswa dari tes dibandingkan dengan kriteria
ketuntasan minimal (KKM). KKM yang diharapkan dari siswa adalah
memperoleh nilai 77. Jika nilai siswa kurang dari 77 maka siswa
dikatakan tidak tuntas. Sebaliknya, apabila nilai siswa lebih dari atau
40 BAB IV
HASIL PENELITIAN, ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
Bab ini membahas mengenai hasil penelitian, analisis data selama proses
pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif
Jigsaw Tipe II dengan menggunakan pendekatan PPR pada materi bangun prisma. Kegiatan penelitian dapat dijabarkan sebagai berikut.
A. Pelaksanaan Pengumpulan Data atau Kegiatan Di Lapangan
1. Pelaksanaan Implementasi Pendekatan PPR dalam Pembelajaran
Prisma Dengan Menggunakan teori Van Hiele.
Kegiatan awal yang dilakukan sebelum melaksanakan penelitian adalah
melakukan observasi dan wawancara. Observasi dan wawancara kepada
guru dilaksanakan pada 8 Maret 2016 di SMP Pangudi Luhur 1
Yogyakarta yang bertujuan untuk mengetahui keadaan lingkungan sekolah
khususnya kelas yang akan digunakan dalam penelitian, baik dari segi
gambaran aktivitas siswa dan situasi kelas selama proses pembelajaran
berlangsung. Sebelum melakukan pengambilan data peneliti harus
merancang instrumen pembelajaran dengan sebaik mungkin yang sudah
divalidasi oleh pakar. Instrumen pembelajaran yang akan digunakan
adalah : 1) RPP dengan menggunakan model pembelajaran Kooperatif
pengumpulan data pada aspek conscience yaitu LKS I, LKS II dan Soal Ulangan, dan 3) Instrumen pengumpulan data berupa kuesioner respon
siswa terhadap pembelajaran dengan menggunakan pendekatan PPR.
2. Kegiatan Pembelajaran
Implementasi mulai dilaksanakan pada tanggal 27 April 2016 di kelas
VIII D SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta dengan jumlah pertemuan
sebanyak 3 kali. Dua kali pertemuan untuk proses pembelajaran dengan
menerapkan metode kooperatif Jigsaw Tipe II dan 1 kali pertemuan untuk melaksanakan ulangan.
Alokasi waktu pembelajaran setiap pertemuan adalah 2 jam pelajaran.
Rincian kegiatan pembelajaran pada setiap pertemuan sebagai berikut.
a. Pertemuan Pertama
Pertemuan pertama dilaksanakan pada hari Rabu tanggal
27 April 2016 pada pukul 07.15-08.35 WIB. Awalnya siswa akan
dibagi dalam kelompok asal kemudian dari kelompok asal akan
dilakukan pengelompokkan lagi menjadi kelompok ahli. Jumlah
siswa yang hadir pada pertemuan pertama sebanyak 34 siswa dari
total 34 orang. Dalam hal ini guru sebagai pengajar. Uraian
mengenai proses pembelajaran yang dilakukan dalam penelitian
1) Pendahuluan
Kegiatan awal pembelajaran dilaksanakan dengan alokasi waktu
selama 10 menit, dengan rincian kegiatan pembelajaran sebagai
berikut.
- Guru memasuki kelas kemudian memberikan salam dan
mengecek kehadiran siswa.
- Guru menginformasikan tujuan pembelajaran yang akan
dipelajari, yaitu mengenai unsur-unsur prisma dan jaring-jaring
prisma.
- Guru memperlihatkan video yang berisi tentang contoh
kehidupan nyata bangun prisma yang dapat ditemui.
2) Kegiatan Inti
- Guru membagi 34 siswa ke dalam 8 kelompok asal dimana
setiap anggota kelompok asal terdiri dari 4 sampai 5 anggota.
Setiap kelompok asal masing-masing anggota memiliki tugas
untuk membahas 4 materi yaitu prisma segitiga, prisma
segiempat, prisma segilima dan prisma segienam sehingga
terdapat 4 kelompok ahli.
- Rencana awalnya pembagian kelompok asal berdasarkan hasil
nilai Ulangan Tengah Semester (UTS).
- Daftar pembagian anggota kelompok asal saat proses
Tabel 4.1 Daftar Pembagian Kelompok Asal
S34 : Siswa nomor absen 34 anggota kelompok asal 4
- Setiap siswa dalam kelompok asal kemudian dibagikan lembar
kerja siswa (LKS) dengan bentuk soal dan penyajian data yang
berbeda.
- Semua siswa mencermati dan menyimak mengenai unsur-unsur
yang terdapat dalam bangun prisma dan cara menggambar
jaring-jaring prisma yang ada dalam LKS.
- Anggota kelompok yang mempelajari bagian yang sama
bertemu dengan kelompok baru yang disebut sebagai kelompok
- Daftar pembagian anggota kelompok ahli saat proses
pembelajaran pada pertemuan pertama
Tabel 4.2 Daftar Pembagian Kelompok Ahli
Keterangan :
S34 : Siswa nomor absen 34 anggota kelompok ahli 1
- Adanya pembagian kelompok asal dan kelompok ahli membuat
siswa merasa bingung, mengenai pembagian tugas disetiap
kelompok. Oleh karena itu, siswa menanyakan kembali aturan
mainnya kepada Guru.
- Diskusi kelompok ahli berlangsung kurang lebih 20 menit.
Siswa mencermati soal yang menjadi tugas kelompoknya