• Tidak ada hasil yang ditemukan

Implementasi pendekatan Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) dalam Pembelajaran Prisma dengan menggunakan teori Van Hiele pada siswa kelas VIII D SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Implementasi pendekatan Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) dalam Pembelajaran Prisma dengan menggunakan teori Van Hiele pada siswa kelas VIII D SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta."

Copied!
240
0
0

Teks penuh

(1)

Reflektif (PPR) Dalam Pembelajaran Prisma Dengan Menggunakan Teori Van Hiele Pada Siswa Kelas VIII D SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta. Skripsi. Yogyakarta: Program Studi Pendidikan Matematika, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma.

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengimplementasikan perangkat pembelajaran yang dapat mengakomodasi tahapan pemikiran Geometri Van Hiele pada materi bangun ruang sisi datar dengan pendekatan PPR pada siswa kelas VIII D SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta.

Peneliti mengimplementasikan perangkat pembelajaran yang sudah dikembangkan peneliti sebelumnya. Perangkat pembelajaran yang dikembangkan adalah silabus, RPP, LKS, bahan ajar, dan penilaian. Perangkat Pembelajaran divalidasi oleh para ahli. Hasil implementasi pendekatan PPR dalam pembelajaran prisma dengan menggunakan teori Van Hiele pada siswa kelas VIII D SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta adalah sebagai berikut. Keterlaksanaan Implementasi dengan pendekatan PPR pada pokok bahasan bangun ruang sisi datar yakni prisma. Berdasarkan hasil yang diperoleh yakni 191,95 dikatakan bahwa penerapan model pembelajaran dengan pendekatan PPR dikategorikan baik di kelas VIII D SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta. Pencapaian kompetensi dalam Implementasi pendekatan PPR pada pembelajaran prisma dengan Teori Van Hiele untuk siswa kelas VIII SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta untuk pencapaian competence sekurang-kurangnya mencapai kategori cukup sedangkan pencapaian conscience sikap percaya diri, sikap teliti, sikap bertanggungjawab, dan sikap bekerjasama sekurang-kurangnya mencapai kategori cukup. pencapaian compassion sikap saling menghargai dan saling membantu sekurang-kurangnya mencapai kategori baik. Berdasarkan data perhitungan kuesioner yang telah diisi oleh siswa, hasil yang diperoleh yakni 127,41 dikatakan bahwa respon siswa terhadap pembelajaran menggunakan pendekatan PPR dikategorikan baik di kelas VIII D SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta.

(2)

Bernadeta Raisa Dwi Kalistyani. 2016. The Implementation of Reflective Pedagogy Paradigm Approach in Learning Prism Using Van Hiele Theory for Students of VIII D SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta. Undergraduate Thesis. Yogyakarta: Mathematics Education Study Program, Faculty of Teachers Training and Education. Sanata Dharma University.

This research is a qualitative descriptive research. The objective of this research is to implement learning instruments which accommodate Van Hiele levels of geometric understanding in two dimensional flat shapes topic with reflective pedagogy paradigm approach for students of VIII D Pangudi Luhur 1 Yogyakarta junior high school.

In the present study, the researcher implemented learning instruments which had been designed by another researcher and validated by several experts. The learning instruments consisted of a syllabus, lesson plans, students' worksheets, teaching materials and assessment instruments. The topic of the lesson was two dimensional flat shapes focusing on prism.

The result of the study was 191.95. It indicated that the implementation reflective pedagogy approach in learning prism using Van Hiele theory for students of VIII D SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta was considered good. Moreover, the results of the study showed that the students' achievements on competence category as well as on conscience category, including confidence, carefulness, responsibility and team work, were enough. Meanwhile, the students' achievement on compassion category, including respecting and helping each other, was good. In addition, according to the questionnaires filled out by the students, the result of the calculation of the questionnaires was 127.41. It showed that the students of VIII D SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta gave good response to the learning process.

(3)

i

IMPLEMENTASI PENDEKATAN PARADIGMA PEDAGOGI REFLEKTIF (PPR) DALAM PEMBELAJARAN PRISMA DENGAN MENGGUNAKAN TEORI VAN HIELE PADA SISWA KELAS VIII D

SMP PANGUDI LUHUR 1 YOGYAKARTA SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika

Disusun oleh:

Bernadeta Raisa Dwi Kalistyani NIM : 121414036

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN YOGYAKARTA

(4)
(5)
(6)

iv

PERSEMBAHAN

Skripsi ini aku persembahkan untuk :

Tuhan Yesus Kristus

Pak Indar Maryono dan Ibu Mira Kakakku Renat Hascaryo Adi Adikku Rigen Wicakso Sakti Joshua Gugur Prayugo

(7)

v

(8)
(9)
(10)

viii ABSTRAK

Bernadeta Raisa Dwi Kalistyani. 2016. Implementasi Pendekatan Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) Dalam Pembelajaran Prisma Dengan Menggunakan Teori Van Hiele Pada Siswa Kelas VIII D SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta. Skripsi. Yogyakarta: Program Studi Pendidikan Matematika, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma.

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengimplementasikan perangkat pembelajaran yang dapat mengakomodasi tahapan pemikiran Geometri Van Hiele pada materi bangun ruang sisi datar dengan pendekatan PPR pada siswa kelas VIII D SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta.

Peneliti mengimplementasikan perangkat pembelajaran yang sudah dikembangkan peneliti sebelumnya. Perangkat pembelajaran yang dikembangkan adalah silabus, RPP, LKS, bahan ajar, dan penilaian. Perangkat Pembelajaran divalidasi oleh para ahli. Hasil implementasi pendekatan PPR dalam pembelajaran prisma dengan menggunakan teori Van Hiele pada siswa kelas VIII D SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta adalah sebagai berikut. Keterlaksanaan Implementasi dengan pendekatan PPR pada pokok bahasan bangun ruang sisi

datar yakni prisma. Berdasarkan hasil yang diperoleh yakni 191,95 dikatakan bahwa penerapan model pembelajaran dengan pendekatan PPR

dikategorikan baik di kelas VIII D SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta. Pencapaian kompetensi dalam Implementasi pendekatan PPR pada pembelajaran prisma dengan Teori Van Hiele untuk siswa kelas VIII SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta untuk pencapaian competence sekurang-kurangnya mencapai kategori cukup sedangkan pencapaian conscience sikap percaya diri, sikap teliti, sikap bertanggungjawab, dan sikap bekerjasama sekurang-kurangnya mencapai kategori cukup. pencapaian compassion sikap saling menghargai dan saling membantu sekurang-kurangnya mencapai kategori baik. Berdasarkan data perhitungan kuesioner yang telah diisi oleh siswa, hasil yang diperoleh yakni 127,41 dikatakan bahwa respon siswa terhadap pembelajaran menggunakan pendekatan PPR dikategorikan baik di kelas VIII D SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta.

(11)

ix ABSTRACT

Bernadeta Raisa Dwi Kalistyani. 2016. The Implementation of Reflective Pedagogy Paradigm Approach in Learning Prism Using Van Hiele Theory for Students of VIII D SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta. Undergraduate Thesis. Yogyakarta: Mathematics Education Study Program, Faculty of Teachers Training and Education. Sanata Dharma University.

This research is a qualitative descriptive research. The objective of this research is to implement learning instruments which accommodate Van Hiele levels of geometric understanding in two dimensional flat shapes topic with reflective pedagogy paradigm approach for students of VIII D Pangudi Luhur 1 Yogyakarta junior high school.

In the present study, the researcher implemented learning instruments which had been designed by another researcher and validated by several experts. The learning instruments consisted of a syllabus, lesson plans, students' worksheets, teaching materials and assessment instruments. The topic of the lesson was two dimensional flat shapes focusing on prism.

The result of the study was 191.95. It indicated that the implementation reflective pedagogy approach in learning prism using Van Hiele theory for students of VIII D SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta was considered good. Moreover, the results of the study showed that the students' achievements on competence category as well as on conscience category, including confidence, carefulness, responsibility and team work, were enough. Meanwhile, the students' achievement on compassion category, including respecting and helping each other, was good. In addition, according to the questionnaires filled out by the students, the result of the calculation of the questionnaires was 127.41. It showed that the students of VIII D SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta gave good response to the learning process.

(12)

x

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur yang terhingga kepada Tuhan Yang Maha Esa atas kesempatan,

karunia dan berkat yang dilimpahkan kepada peneliti dalam penyusunan skripsi

yang berjudul IMPLEMENTASI PENDEKATAN PARADIGMA PEDAGOGI

REFLEKTIF (PPR) DALAM PEMBELAJARAN PRISMA DENGAN

MENGGUNAKAN TEORI VAN HIELE PADA SISWA KELAS VIII D SMP

PANGUDI LUHUR 1 YOGYAKARTA dari awal hinggga akhir. Sungguh

anugrah yang luar biasa bagi penulis dan semua ini tak lepas dari bantuan

beberapa pihak baik materi, dukungan, masukan, dan doa. Oleh karena itu peneliti

dengan tulus berterima kasih kepada:

1. Bapak Rohandi, Ph.D., selaku dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

2. Bapak Dr. Hongki Julie,M.Si,. selaku Ketua Program Studi Pendidikan

Matematika.

3. Bapak Beni Utomo, M.Sc., selaku Wakil Ketua Program Studi Pendidikan

Matematika.

4. Ibu Dra.Haniek Sri Pratini,M.Pd. selaku dosen pembimbing yang telah

memberikan dukungan dan bimbingan dengan baik dari awal penulisan

skripsi hingga selesai.

5. Ibu Veronika Fitri Rianasari,M.Sc., dan Ibu Niluh selaku dosen ahli yang

telah validator perangkat pembelajaran dan instrumen penelitian.

6. Kedua orang tua tercinta, Bapak Indar Maryono dan Ibu Mira yang tak

(13)

xi

7. Kakakku Renat Hascaryo Adi serta Adikku Rigen Wicakso Sakti yang

selalu memberikan dukungan dan semangat bagi penulis.

8. Kekasihku tercinta, Joshua Gugur Prayugo yang selalu memberi perhatian,

dukungan dan doa bagi penulis.

9. Sahabat sejatiku, Irma Zevrina, Shahnaz Hazbiyah, Rosi Andriani,

Melyani Lestari, Vivi Ova, Rhenny Widjaya, Lusia Devi Astuti, Lorensia

Wuri Pratiwi yang selalu memberikan dukungan dan semangat bagi

penulis dan selalu mengingatkan penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

10.Teman-teman satu bimbingan skripsi : Agnes, Vita, Galuh, Ela, Asih,

Bebi, Pepe, dan Dian.

11.Br. Yosep Anton Utmiyadi FIC,S.S. selaku Kepala Sekolah SMP Pangudi

Luhur 1 Yogyakarta yang telah bersedia memberikan ijin untuk

mengadakan penelitian.

12.Ibu C.Peni Suryaningtyas,S.Pd. selaku guru matematika kelas VIII SMP

Pangudi Luhur 1 Yogyakarta yang telah bersedia membantu penelitian

dari awal hingga akhir.

13.Teman-teman Pendidikan Matematika angkatan 2012 yang telah

memberikan bantuan dan dukungan bagi peneliti.

14.Semua pihak yang telah membantu dalam melancarkan penulisan skripsi

ini.

Peneliti menyadari bahwa skripsi ini masih terdapat kekurangan. Oleh karena

itu, peneliti menerima saran dan kritikan yang bersifat membangun. Akhir kata,

peneliti berharap semoga skripsi yang jauh dari sempurna ini bermanfaat bagi

(14)

xii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL... ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

PERSEMBAHAN... ... iv

MOTTO... ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA... ... vi

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI... ... vii

ABSTRAK... ... viii

ABSTRACT... ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTRAR ISI... ... xi

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... .. xiii

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH... ... 1

B. RUMUSAN MASALAH ... 4

(15)

xiii

D. PEMBATASAN MASALAH... 6

E. TUJUAN PENELITIAN ... ... 7

F. MANFAAT PENELITIAN ... 7

BAB II LANDASAN TEORI A. PENJELASAN TEORI... ... 9

B. PENELITIAN YANG RELEVAN ... 24

C. KERANGKA BERPIKIR ... . 26

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. JENIS PENELITIAN... ... 27

B. LANGKAH-LANGKAH PENELITIAN ... 30

C. TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN ... ... 30

D. SUBJEK PENELITIAN... ... 30

E. OBJEK PENELITIAN ... 30

F. PENGELOMPOKAN DATA ... ... 31

G. METDE PENGUMPULAN DATA... ... 31

H. TEKNIK ANALISIS DATA ... 48

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. PELAKSANAAN PENGUMPULAN DATA... 42

a. ANALISIS DATA PEMBELAJARAN DENGAN PPR... . 51

(16)

xiv

c. ANALISIS DATA RESPON SISWA... ... 54

d. DATA PENILAIAN CONSCIENCE... ... 59

e. DATA PENILAIAN COMPASSION... ... 62

B. PEMBAHASAN 1. IMPLEMENTASI PARADIGMA PEDAGOGI REFLEKTIF... ... 61

2. PENCAPAIAN KOMPETENSI DALAM PPR... ... 71

3. RESPON SISWA DALAM PEMBELAJARAN PPR... ... 74

BAB V PENUTUP A. KESIMPULAN... ... 280

B. SARAN ... 283

DAFTAR PUSTAKA ... 284

(17)

xv DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1 Kriteria Penilaian Produk Pengembangan ... 31

Tabel 3.2 Kisi-kisi Lembar Wawancara ... 32

Tabel 3.3 Penskoran Observasi Keterlaksanaan pendekatan PPR ... 33

Tabel 3.4 Kisi-kisi Lembar Observasi... ... 34

Tabel 3.5 Panduan Pemberian Skor Kuesioner Respon Siswa ... 39

Tabel 3.6 Penskoran Kuesioner Respon Siswa ... 40

Tabel 4.1 Daftar Pembagian Kelompok Asal ... 45

Tabel 4.2 Daftar Pembagian Kelompok Ahli ... 46

Tabel 4.3 Data Keterlaksanaan Pembelajaran dengan pendekatan PPR... ... 52

Tabel 4.4 Kriteria Skor Keterlaksanaan Pembelajaran dengan pendekatan PPR... .... 52

Tabel 4.5 Hasil Perhitungan Skor Respon Siswa... ... 54

Tabel 4.6 Kriteria Skor Respon Siswa terhadap pembelajaran... ... . 54

Tabel 4.7 Daftar Nilai Ulangan Siswa... ... 56

Tabel 4.8 Hasil Nilai Analisis Ulangan Prisma... ... 57

(18)

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Keterangan dari Sekolahan... 79

Lampiran 2 Lembar Observasi ... 80

Lampiran 3 Pedoman Wawancara... 92

Lampiran 4 Nilai Tugas Siswa... 97

Lampiran 5 Nilai Ulangan Siswa... 99

Lampiran 6 Transkrip Pertemuan 1,2,dan 3... 101

Lampiran 7 Transkrip Wawancara Siswa ... 114

Lampiran 8 Silabus... 132

Lampiran 9 Bahan Ajar... 135

Lampiran 10 Kisi-kisi Ulangan dan Soal Ulangan... 145

Lampiran 11 Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran... 155

Lampiran 12 Lembar Kerja Siswa 1 dan 2... 172

Lampiran 13 Lembar Respon Siswa...193

Lampiran 14 Kertas Refleksi Siswa... ...204

Lampiran 15 Lampiran Penilaian 2C...206

Lampiran 16 Lembar Jawaban Ulangan Siswa... 215

(19)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Ilmu matematika memiliki peran penting dalam memajukan daya

pikir manusia. Begitu pentingnya membangun kemampuan berpikir

matematika, maka matematika diberikan kepada semua siswa mulai dari

sekolah dasar untuk membekali siswa dengan kemampuan berpikir logis,

sistematis dan kreatif. Menurut hasil wawancara dengan siswa SMP

Pangudi Luhur 1 Yogyakarta beranggapan bahwa matematika terkadang

sulit dipahami dikarenakan oleh beberapa faktor sebagai contoh metode

pembelajaran yang monoton dan tidak tersedianya alat peraga. Padahal

kehidupan manusia tidak terlepas dari matematika sebagai contoh ketika

kita ingin membeli sesuatu secara tidak langsung kita melakukan transaksi.

Kegiatan transaksi tersebut termasuk dalam ilmu matematika yaitu aljabar.

Dapat disimpulkan bahwa matematika berkaitan dengan berbagai aspek

kehidupan manusia dan ada disekitar kehidupan sehari-hari. Dari

permasalahan metode yang monoton dan tidak tersedianya alat peraga

menjadi suatu tantangan tersendiri bagi tenaga pengajar, yaitu guru

(20)

matematika dapat tersampaikan dengan baik dan dipahami oleh para

siswa.

Matematika memiliki berbagai cabang ilmu salah satunya adalah

Geometri. Geometri dapat membantu siswa memahami cabang lain

dalam matematika sebagai contoh pada zaman pertengahan, ahli

matematik muslis banyak menyumbangkan mengenai perkembangan

geometri aljabar dan aljabar geometri. Al-Mahani (1853) mendapat ide

menguraikan masalah geometri seperti menyalin kubus kepada

masalah dalam aljabar . Konsep-konsep dalam matematika, meskipun

tampak abstrak, banyak yang dapat ditunjukkan atau diterangkan

dengan reprenstasi geometris (Suwarsono, 1982). Ide-ide dari konsep

juga sudah dikenal oleh siswa sebelum masuk sekolah melalui hal-hal

yang ada dikehidupan sekitarnya. Geometri telah diajarkan mulai dari

sekolah dasar hingga sekolah menengah atas di dalam pendidikan

formal di sekolah. Menurut (Suwarsono, 1990) geometri perlu

diajarkan kepada siswa sekolah karena alasan-alasan sebagai berikut.

1. Geometri mempunyai kegunaan-kegunaan praktis yang dapat

diterapakan dalam kehidupan sehari-hari, dalam berbagai kegiatan

profesi, dan dalam berbagai ilmu yang lain termasuk cabang-cabang

yang lain dari ilmu matematika.

2. Geometri mempunyai potensi untuk melatih daya tanggap keruangan

(21)

agar siswa memiliki pemahaman yang memadai mengenai lingkungan

tempat mereka hidup.

3. Geometri mempunyai potensi untuk melatih kemampuan menalar

secara logis pada diri siswa dan memberikan penyadaran mengenai

keterbatasan pengamatan dan daya tanggap keruangan pada manusia.

Pada Sekolah Menengah Pertama (SMP) khususnya kelas VIII,

terdapat materi yang membahas materi geometri yaitu bangun ruang

sisi datar. Menurut hasil wawancara dengan siswa SMP Pangudi Luhur

1 Yogyakarta ditemukan beberapa permasalahan yang sering dialami

dalam proses pembelajaran khususnya dalam pembelajaran geometri

yaitu mengenai pelaksanaan pembelajaran yang menggunakan metode

ceramah dan memperbanyak latihan soal.

Untuk meningkatkan kualitas pembelajaran khususnya pada materi

geometri peneliti menggunakan cara dengan mengembangkan

perangkat pembelajaran matematika. Perangkat pembelajaran yang

dikembangkan meliputi Silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

(RPP), Materi yang akan disampaikan, Lembar Kerja Siswa (LKS)

dan Soal Ulangan. Peneliti mengimplementasikan produk hasil

pengembangan yang sudah dilakukan oleh (Astuti, 2016) yaitu

perangkat pembelajaran prisma yang mengakomodasi teori Van Hiele

dengan menggunakan pembelajaran kooperatif Jigsaw tipe II. Pembelajaran dilaksanakan menggunakan Teori Van Hiele biasanya

(22)

geometri. Dalam pembelajaran menggunakan teori Van Hiele terdapat

5 tahap belajar anak dalam geometri, yaitu tahap 0 (visualisasi), tahap 1 (analisis), tahap 2 (deduksi informal), tahap 3 (deduksi), dan tahap 4 (rigor). Dengan menggunakan teori pembelajaran Van Hiele dalam pembelajaran geometri seorang guru dapat melihat tahap

perkembangan berpikir siswa. Tahap perkembangan berpikir siswa itu

yang menjadikan acuan bagi guru untuk dapat melanjutkan

pembelajaran ketahap selanjutnya sesuai dengan tahap perkembangan

berikir siswa dalam belajar geometri menurut teori Van Hiele.

Berdasarkan fakta permasalahan penulis tertarik untuk melakukan

penelitian mengenai pengembangan perangkat pembelajaran

matematika pada pokok bahasan bangun ruang sisi datar khususnya

bangun prisma dengan menggunakan model pembelajaran Kooperatif

Jigsaw Tipe II dan pendekatan PPR. Oleh karena itu, peneliti mengajukan judul penelitian yang akan dilakukan adalah

Implementasi Pendekatan Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) Dalam Pembelajaran Prisma Dengan Menggunakan Teori Van Hiele Pada Siswa Kelas VIII D SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka peneliti mencoba

(23)

1. Bagaimanakah Implementasi Pendekatan PPR dalam pembelajaran

prisma dengan menggunakan teori Van Hiele pada siswa kelas VIII D

SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta?

2. Bagaimanakah Pencapaian Kompetensi dalam Implementasi

Pendekatan PPR pada pembelajaran prisma dengan Teori Van Hiele

untuk siswa kelas VIII SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta?

3. Bagaimanakah respon siswa terhadap pembelajaran prisma dengan

Teori Van Hiele untuk siswa kelas VIII SMP Pangudi Luhur 1

Yogyakarta.

C. Batasan Istilah

Berdasarkan latar belakang diatas, untuk menghindari kesalahpahaman dalam

memahami hasil penelitian ini, maka diperlukan batasan istilah sebagai

berikut.

1. Teori Van Hiele adalah teori yang mengenai tingkat kualitas berpikir

siswa dalam mempelajari geometri, dimana siswa dapat naik ke tingkat

yang lebih tinggi dengan melewati tingkat yang lebih rendah terlebih

dahulu. Dalam geometri, menurut Van Hiele terdapat lima tingkat

berpikir siswa yang utama yaitu: tahap 1 (visualisasi), tahap 2 (analisis), tahap 3 (abtraksi), tahap 4 (deduksi formal) dan tahap 5 (rigor atau keakuratan).

2. Fase pembelajaran Van Hiele adalah fase dalam pembelajaran

(24)

berpikir yang lebih tinggi melibatkan 5 fase, yaitu: informasi

(information), orientasi terpadu (directed orientation), penjelasan (explication), orientasi bebas (free orientation), dan integrasi (integration).

3. Pendekatan Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) merupakan pola pikir

dalam menumbuh kembangkan pribadi siswa menjadi pribadi

kemanusiaan. Terdapat 5 tahapan dalam Paradigma Pedagogi Reflektif

(PPR) adalah konteks, pengalaman, refleksi, aksi dan evaluasi.

4. Model pembelajaran kooperatif Jigsaw Tipe II adalah salah satu model pembelajran kooperatif, dimana dalam proses pembelajrannya,

siswa dikelompokkan menjadi beberapa kelompok heterogen yang

terdiri dari empat sampai lima orang dan setiap kelompok harus

membaca maeri secara menyeluruh terlebih dahulu serta diberikan

tanggungjawab secara mandiri untuk berperan atif selama proses

pembelajaran sehingga diharapkan mampu memahami materi dengan

baik. Semua kelompok dalam model pembelajaran kooperatif jigsaw tipe II berkompetisi untuk memperoleh penghargaan kelompok. 5. Bangun ruang sisi datar adalah suatu bangun ruang dimana sisi yang

membatasi bangun tersebut berupa bangun datar. Bangun ruang sisi

datar yang dipelajari siswa kelas VIII SMP meliputi kubus, balok,

prisma, dan limas. Namun, peneliti hanya meneliti bangun ruang sisi

(25)

D. Pembatasan Masalah

Telah diungkapkan di atas, bahwa geometri merupakan materi yang

dianggap sulit oleh para siswa, khususnya bagi siswa menengah pertama.

Materi yang diajarkan pada kelas VIII disemester genap ini adalah bangun

ruang sisi datar yang meliputi kubus, balok, prisma dan limas. Disini

peneliti hanya berfokus pada subbab bangun prisma.

Peneliti akan mengimplementasikan perangkat pembelajaran sesuai

dengan kebutuhan dari guru dan siswa kelas VIII D SMP Pangudi Luhur 1

Yogyakarta. Perangkat pembelajaran yang akan dikembangkan dengan

mengakomodasi teori Van Hiele pada subbab prisma dengan pendekatan

paradigma pedagogi reflektif dan model pembelajaran Jigsaw Tipe II Perangkat pembelajaran yang dikembangkan meliputi Silabus, RPP,

Penilaian, Bahan Ajar, LKS dan Soal Ulangan.

E. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian yang ingin dicapai dalam pembuatan tugas

akhir ini adalah sebagai berikut.

1. Menerapkan pendekatan PPR perangkat pada pembelajaran dengan

topik prisma yang mengakomodasi teori Van Hiele untuk siswa

kelas VIII SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta.

2. Mendeskripsikan pencapaian kompetensi dalam implementasi

pendekatan PPR pada pembelajaran dengan topik prisma dengan

(26)

F. Manfaat Penelitian

Setelah penelitian dilaksanakan , maka hasil penelitian ini diharapkan

dapat bermanfaat.

1. Bagi Penulis, hasil penelitian dapat memberikan pengalaman terutama

dalam perannya sebagai seorang guru saat memasuki dunia kerja untuk

merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran matematika.

2. Bagi Pendidik, sebagai sarana penggunaan salah satu model

pembelajaran yang dapat diterapkan di kelas.

3. Bagi Siswa, melatih untuk mengembangkan keterampilan sosial siswa

dan membantu siswa memahami materi pelajaran.

4. Bagi peneliti lain, Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi

refrensi ilmiah dan pendorong motivasi unntuk meneliti dan

mengembangkan pada masalah yang lain atau mata pelajaran yang lain

(27)

9 BAB II

LANDASAN TEORI

A. Penjelasan Teori

1. Pembelajaran Matematika

Ilmu matematika adalah ilmu tentang pola keteraturan yang

berkenaan dengan gagasan berstruktur yang hubungan-hubungan diatur

secara logis. Ini berarti matematika bersifat sangat abstrak yaitu berkenaan

dengan konsep-konsep abstrak. Sasaran atau obyek penelaahan

matematika adalah fakta, konsep, operasi dan prinsip

(Hudojo, 2001).

Pembelajaran matematika adalah proses aktif individu siswa

yang bersosialisasi dengan guru, sumber atau bahan belajar, teman dalam

memperoleh pengetahuan baru. Proses aktif tersebut menyebabkan

perubahan tingkah laku, misalnya setelah belajar matematika siswa itu

mampu mendemonstrasikan pengetahuan dan keterampilan matematika

dimana sebelumnya ia tidak dapat melakukannya (Hudojo, 2001). Dalam

pembelajaran peserta didik tidak melakukan kegiatan belajar seorang diri

melainkan belajar bersama orang lain dengan berfikir dan bertindak

(Sudjana, 2005).

Tujuan pembelajaran matematika agar siswa berhasil menguasai

(28)

pikirannya sehingga adanya konsep ini dapat digunakan untuk

menyelesaikan masalah yang dihadapi (Hudojo, 2001).

Menurut (Marpaung, 2003) pembelajaran matematika juga

diharapkan memenuhi prinsip-prinsip 4 pilar pendidikan yaitu.

a) Learning to know yaitu siswa mampu memahami konsep-konsep dasar pelajaran matematika mengapa dan bagaimana konsep-konsep

itu dikembangkan, serta memahami kaitan konsep yang satu dengan

yang lainnya.

b) Learning to do yaitu siswa belajar mengerjakan soal-soal yang ada. Dengan mengerjakan soal-soal tersebut mempertajam penalaran siswa

atas dasar konsep-konsep yang ada serta membentuk watak kerja etos

yang handal.

c) Learning to be yaitu siswa memahami konsep-konsep dasar pelajaran matematika dan mengerjakan soal-soal, siswa mampu dan berani

mengungkapkan pendapat atau pandangan dengan alasan-alasan yang

logis, kritis, dan sistematis.

d) Learning to live together yaitu siswa diskusi tentang konsep-konsep matematika dan mengungkapkan pendapat dalam menyelesaikan

soal-soal matematika, siswa dapat memahami pendapat orang lain.

Berdasarkan uraian di atas, pembelajaran matematika adalah proses

aktif individu siswa yang bersosialisasi dengan guru, sumber atau

bahan belajar, teman dalam memperoleh pengetahuan baru agar siswa

(29)

terorganisasikan didalam pikirannya sehingga adanya konsep ini dapat

digunakan untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi.

2. Paradigma Pedagogi Reflektif

a. Pengertian Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR)

Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia kata paradigma berarti

suatu kerangka berpikir/model dari teori ilmu pengetahuan/perubahan

model. Dalam hal ini paradigma yang dimaksud adalah suatu

pendekatan atau model pembelajaran. Pedagogi merupakan suatu cara

seorang pendidik menemani peserta didik untuk tumbuh dan

berkembang sesuai dengan kepribadiannya (Subagya, 2010). Adapun

reflektif adalah proses kegiatan untuk mencermati/menangkap makna

dan nilai-nilai yang esensial dari apa yang dipelajari/dialami (proses

pembatinan) untuk dapat menemukan kaitan antara apa yang

dipelajari (aspek pengetahuan) dengan nilai-nilai kemanusiaan yang

pada akhirnya (implikasinya) adalah menghargai proses pencarian

terus menerus untuk memperjuangkan kebenaran dan kebebasan.

Berdasarkan pengertian dari masing-masing point maka dapat

disimpulkan bahwa pendekatan PPR merupakan suatu pendekatan

atau model pembelajaran yang menekankan kegiatan refleksi dalam

rangka menemukan nilai-nilai hidup dalam proses pendidikan dimana

(30)

atau tindakan (Tim PPR SD Kanisius, 2009). Kekhasan dari PPR ini

adalah meningkatkan competence, conscience, dan compassion (3C). Adapun pengertian dari competence, conscience, dan compassion akan dijabarkan sebagai berikut. Competence merupakan penguasaan kompetensi secara utuh yang disebut juga dengan kemampuan kognitif

(Subagya, 2010) dalam hal ini kemampuan untuk menyelesaikan soal

cerita dalam pelajaran matematika. Conscience merupakan kemampuan afektif yang secara khusus mengasah kepekaan dan

ketajaman hari nurani (Subagya, 2010). Kemampuan afektif ini untuk

menentukan pilihan-pilihan yang dapat dipertanggungjawabkan secara

moral. Misalnya, ketelitian dalam mengerjakan soal-soal dalam

pelajaran matematika. Compassion merupakan aspek psikomotorik berupa tindakan konkret maupun batin disertai bela rasa bagi sesama

(Subagya, 2010). Misalnya, kesediaan bekerja sama dalam kelompok

dengan senang hati.

b. Langkah-langkah Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR)

Berikut ini adalah langkah-langkah PPR (Subagya, 2010) meliputi

konteks, pengalaman, refleksi dan aksi dan evaluasi.

a. Konteks

Secara sederhana konteks dapat dikatakan sebagai

kesiapan peserta didik dalam belajar. Konteks meliputi keadaan

atau situasi yang mempengaruhi baik buruknya peserta didik dalam

(31)

b. Pengalaman

Menurut Ignatius, pengalaman berarti menganyam sesuatu

hal dalam batin. Istilah pengalaman ini dipakai untuk menunjuk

pada suatu kegiatan baik itu secara langsung maupun tidak

langsung. Dalam langkah ini peserta didik mengalami suatu

kegiatan pembelajaran kemudian diminta untuk melakukan

penyelidikan dan analisis. Pengalaman ini tidak berhenti pada hal

yang bersifat intelektual akan tetapi juga pada kognitif, afektif, dan

psikomotorik. Adanya ketiga ranah ini sangat penting dalam proses

perkembangan peserta didik.

c. Refleksi

Kegiatan refleksi ini didasarkan pada pengalaman

pembelajaran yang diperoleh. Dari berbagai pengalaman

pembelajaran tersebut, peserta didik diharapkan dapat meninjau

kembali apa yang telah diperolehnya. Hal ini sama halnya dengan

menemukan sesuatu yang bermakna dari kegiatan atau pengalaman

pembelajaran yang telah dilakukan.

d. Aksi

Aksi merupakan tekad atau niat atau hal yang akan dan

dapat segera dilakukan setelah merefleksikan diri. Adanya aksi ini

(32)

e. Evaluasi

Kegiatan evaluasi merupakan kegiatan untuk mengukur

sejauh mana tujuan pembelajaran tercapai. Caranya adalah dengan

memperhitungkan umur, bakat, kemampuan, dan tingkat

perkembangan pribadi peserta didik. Hal ini akan membuat

hubungan pendidik dan peserta didik semakin akrab karena harus

melakukan pendekatan untuk melakukan evaluasi tersebut. Selain

itu dapat peserta didik pun dapat mengetahui secara menyeluruh

perkembangan kepribadiannya.

3. Teori Van Hiele

1. Pengertian Teori Van Hiele

Teori Van Hiele merupakan salah satu teori yang dapat mengukur

tingkat kemampuan berpikir geometri siswa. Seperti nama teori ini,

maka teori dikemukakan oleh Din dan Pierre Van Hiele pada tahun

1986. Sementara itu menurut Keyes & Anne (Abdussakir, 2010)

setiap level pada teori van hiele harus dilalui dengan berurutan.

Menurut (Husnaeni, 2006) menyatakan bahwa penerapan

pembelajaran van hiele efektif untuk peningkatan kualitas berpikir

siswa. Ketika siswa berapa level yang lebih tinggi maka level

dibawahnya pasti sudah dikuasai. Menurut (Mason & Wilder, 2004)

(33)

Level 0 (Visualisasi)

Pada level ini siswa hanya memperhatikan bangun secara visual

saja tanpa mengetahui sifat-sifat bangun tersebut. Misalnya,

dengan melihat saja diketahui bahwa dua bangun prisma segitiga

adalah yang bentuknya sama, tanpa mengetahui alasannya.

Tingkat ini sering disebut tahap pengenalan. Namun bentuk-bentuk

geometri yang dikenal anak semata-mata didasarkan pada

karakteristik visual atau penampakan bentuknya secara

keseluruhan, bukan perbagian. Sebagai contoh, mereka

mengatakan bahwa bangun yang diketahui adalah balok, karena

seperti kotak. Anak belum menyadari adanya sifat-sifat dari

bangun geometri.

Level 1 (Analisis)

Pada level ini kemampuan berpikir siswa bekembang dengan

mendeskripsikan suatu bangun menggunakan bahasa sendiri sesuai

level sebelumnya. Konsep geometri mulai tertanam dalam benak

siswa dengan mulai memperhatikan bagian-bagian dan sifat-sifat

suatu bangun. Sebagai contoh, dua buah prisma segiempat dapat

dikatakan sama dengan mengenali sifat-sifatnya. Melalui

pengamatan, eksperimen, mengukur, menggambar, dan memodel,

siswa dapat mengenali dan membedakan karakteristik suatu

bangun. Anak-anak melihat bahwa suatu bangun mempunyai

(34)

anak-anak belum sepenuhnya dapat menjelaskan hubungan antara sifat

yang satu dengan sifat yang lain, anak-anak sama sekali belum bisa

melihat hubungan antara beberapa bangun, dan definisi abstrak

belum atau tidak dapat mengerti.

Level 2 (Abstraksi)

Pada level ini siswa menggunakan bahasa untuk mengetahui

perbedaan dari setiap bangun sesuai dengan level sebelumnya.

Siswa secara logis menggolongkan sifat-sifat berdasarkan konsep,

membentuk definisi abstrak, dan dapat membedakan antara

keperluan dan kecukupan dari kumpulan sifat-sifat untuk

menentukan konsep. Pada tahap ini anak sudah mulai mampu

untuk melakukan penarikan kesimpulan secara deduktif, tetapi

masih pada tahap awal artinya belum berkembang baik.

Level 3 (Deduksi Informal)

Pada tingkat ini siswa mempresepsi diantara sifat-sifat dan diantara

gambar-gambar. Pada tahap ini siswa dapat menciptakan definisi

yang bermakna dan memberi argument informal untuk

membenarkan penalaran mereka. Implikasi logis, inklusi kelas,

seperti persegi merupakan bagian dari persegi panjang dapat

(35)

Level 4 (Deduksi Formal)

Pada tingkat ini, siswa dapat mengkonstruksi bukti, memahami

peran aksioma dan definisi, mengetahui makna dari

kondisi-kondisi yang perlu dan yang cukup. Dengan menerapkan fase

menurut teori van hiele, siswa akan lebih mampu mengembangkan

kemampuan berpikir dalam memahami konsep geometri.

Model Van Hiele tidak hanya memuat tingkat-tingkat

pemikiran geometri. Menurut Van Hiele (Ismail, 1998) kenaikan

dari tingkat satu ke tingkat berikutnya tergantung sedikit pada

kedewasaan biologis atau perkembangannya, dan tergantung lebih

banyak kepada akibat pembelajarannya. Guru memegang peran

penting dan istimewa untuk memperlancar kemajuan, terutama

untuk memberi bimbingan mengenai pengharapan.

Walaupun demikian, teori Van Hiele tidak mendukung

model dari absorbsi tentang bealajar mengajar. Van Hiele

menuntut bahwa tingkat yang lebih tinggi tidak langsung menurut

pendapat guru, tetapi melalui pilihan-pilihan yang tepat. Lagi pula,

anak-anak sendiri akan menentukan kapan saatnya untuk naik ke

tingkat yang lebih tinggi. Meskipun demikian, siswa tidak akan

mencapai kemajuan tanpa bantuan guru. Oleh karena itu, maka

(36)

belajar dari peran guru dalam pembelajaran dalam mencapai tujuan

tersebut adalah.

Fase-fase pembelajaran tersebut adalah :

1) Fase informasi

2) Fase orientasi

3) Fase eksplitasi

4) Fase orientasi bebas

5) Fase integrasi

Berikut ini akan dibahas tentang fase-fase pembelajaran dalam teori

Van Hiele:

1. Fase 1: Informasi

Pada awal tingkat ini, guru dan siswa menggunakan

tanya-jawab dan kegiatan tentang objek-objek yang dipelajari pada

tahap berpikir siswa. Dalam hal ini objek yang dipelajari adalah

sifat komponen dan hubungan antar komponen bangun-bangun

segi empat. Guru mengajukan pertanyaan kepada siswa sambil

melakukan observasi. Tujuan kegiatan ini adalah: (1) guru

mempelajari pengalaman awal yang dimiliki siswa tentang topik

yang dibahas. (2) guru mempelajari petunjuk yang muncul dalam

rangka menentukan pembelajaran selanjutnya yang akan diambil.

2. Fase 2: Orientasi

Siswa menggali topik yang dipelajari melalui alat-alat yang

(37)

berangsur-angsur menampakkan kepada siswa stuktur yang

memberi ciri-ciri sifat komponen dan hubungan antar komponen

suatu bangun segiempat. Alat atau punbahanbahan dirancang

menjadi tugas pendek sehingga dapat mendatangkan respon

khusus.

3. Fase 3: Penjelasan

Berdasarkan pengalaman sebelumnya, siswa menyatakan

pandangan yang muncul mengenai struktur yang diobservasi.

Selain itu, untuk membantu siswa menggunakan bahasa yang tepat

dan akurat, guru memberi bantuan sesedikit mungkin. Hal tersebut

berlangsung sampai sistem hubungan pada tahap berpikir mulai

tampak nyata.

4. Fase 4: Orientasi Bebas

Siswa menghadapi tugas-tugas yang lebih kompleks berupa

tugas yang memerlukan banyak langkah, tugas yang dilengkapi

dengan banyak cara, dan tugas yang open-ended. Mereka memperoleh pengalaman dalam menemukan cara mereka sendiri,

maupun dalam menyelesaikan tugas-tugas. Melalui orientasi di

antara para siswa dalam bidang investigasi, banyak hubungan antar

objek menjadi jelas.

5. Fase 5: Integrasi

Siswa meninjau kembali dan meringkas apa yang telah

(38)

dengan melengkapi survey secara global terhadap apa yang telah

dipelajari. Hal ini penting, tetapi kesimpulan ini tidak

menunjukkan sesuatu yang baru. Siswa siap untuk mengulangi

fase-fase belajar pada taha sebelumya.

4. Pembelajaran Kooperatif

a. Pengertian Pembelajaran Kooperatif

Penelitian akan membahas beberapa hal mengenai model

pembelajaran kooperatif antara lain pengertian, karakter, unsur-unsur

dan model-model kooperatif. (Rusnan, 2014) menyebutkan bahwa

Cooperative Learning’ merupakan kegiatan belajar siswa yang

dilakukan dengan cara berkelompok. Model pembelajarn kelompok

adalah rangkaian kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa dalam

kelompok-kelompok tertentu untuk mencapai tujuan pembelajaran

yang telah dirumuskan. Menurut (Hosnan, 2014) menyebutkan

pengertian pembelajaran siswa belajar dan bekerja dalam kelompok

kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri atas 4 sampai 6 orang

dengan struktur kelompoknya yang bersifat heterogen. Sedangkan menurut (Rusnan, 2014) juga mengemukakan mengenai pengertian

pembelajaran kooperatif adalah ‗suatu aktivitas pembelajaran yang

menggunakan pola belajar berkelompok untuk menjalin kerja sama

(39)

Berdasarkan pengertian beberapa ahli diatas, peneliti menarik

kesimpulan mengenai pembelajaran kooperatif adalah model

pembelajaran siswa belajar dan bekerja dalam kelompok yang terdiri

atas minimal empat orang yang masing-masing anggotanya bersifat

heterogen untuk menjalin kerja sama dan saling bergantung untuk

mencapai tujuan pembelajaran yang ingin dicapai dalam proses

pembelajaran.

b. Model-model Pembelajaran Kooperatif

Model pembelajaran kooperatif terdiri dari beberapa variasi, yaitu

student teams-achiement (STAD), jigsaw, group investigation dan

model struktural.

Dalam hal ini peneliti hanya akan membahas model-model

pembelajaran kooperatif jigsaw dan jigsaw tipe II. Menurut (Slavin,2008) dalam pembelajaran kooperatif terdapat

bermacam-macam tipe yaitu:

1) Jigsaw

Tipe jigsaw adalah salah satu model pembelajaran kooperatif dimana pembelajaran melalui penggunaan kelompok kecil siswa

yang bekerja sama dalam memaksimalkan konsdisi belajar untuk

mencapai tujuan pembelajaran dan mendapatkan pengalaman

belajar yang maksimal, baik pengalaman individu maupun

(40)

siswa menjadi anggota dari kelompok yaitu kelompok ahli dan

kelompok asal.

2) Jigaw Tipe II

Menurut (Fatirul, 2008) mengemukakan bahwa

pembelajaran kooperatif yang setiap anggota bertanggung jawab

atas penguasaan bagian materi belajar dan mampu mengajarkan

bagian tersebut kepada anggota kelompoknya.

5. Prisma

Menurut (Hudoyo, 2008) mengatakan prisma adalah

bangun ruang yang dibatasi oleh dua bidang sejajar. Dua bidang itu

dinamakan bidang alas dan bidang atas. Menurut (Slavin &

Crisoniso, 2005) , dua bidang yang saling sejajar satu sama lain

disebut bidang alas dan bidang atas prisma. Bidang alas dan bidang

atas pada prisma kongruen satu sama lain. Menurut (Marsigit,

2009) prisma adalah bangun ruang yang dibatasi oleh dua bidang

sejajar yang saling kongruen dan beberapa bidang lain saling

memotong kedua bidang tersebut menurut garis-garis yang sejajar.

Dudeja & Madhavi (2014:169) mengemukakan, prisma adalah

bangun ruang yang sisi alas dan sisi atasnya merupakan segi

banyak, yang dihubungkan dengan sisi tegak dengan sisi tegak.

Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa prisma adalah

(41)

yaitu bidang alas dan atas, serta bidang lain yang memotong kedua

bidang tersebut menurut garis-garis yang sejajar.

Adapun sifat prisma secara umum adalah:

1. Prisma memiliki bentuk alas dan atap yang kongruen

2. Setiap sisi bagian samping prisma berbentuk persegi panjang

3. Setiap diagonal bidang pada sisi yang sama memiliki ukuran yang

sama.

Gambar 2.3 Prisma Segitiga ABC.DEF

Prisma tegak segitiga adalah prisma yang bentuk alas dan atapnya

berbentuk segitiga.

Sifat-sifat prisma tegak segitiga adalah:

Memiliki 2 sisi berbentuk segitiga dan 3 sisi berbentuk

persegipanjang

(42)

Memiliki 6 titik sudut

Luas Permukaan Prisma

Lp prisma = luas alas + luas total sisi tegak

Volume Prisma

Vprisma = luas alas x tinggi

B. Penelitian yang Relevan

Penelitian Implementasi Pengembangan Perangkat Pembelajaran

yang mengakomodasi teori Van Hiele dengan pendekatan PPR

merupakan hal yang baru, sehingga sumber penelitian yang relevan yang

diperoleh masih sedikit. Berikut ini penelitian relevan yang sesuai dengan

penelitian implementasi pengembangan perangkat pembelajaran yang

mengakomodasi teori Van Hiele dengan Pendekatan PPR. Pertama,

penelitian Pengembangan perangkat pembelajaran berupa skripsi yang

berjudul ―Pengembangan Perangkat pembelajaran Geometri materi

vaolume kubus dan balok berdasarkan teori van hiele untuk kelas V SD‖

yang dilakukan oleh (Astuti, 2016). Perangkat pembelajaran yang

dikembangkan adalah Silabus , RPP, LKS, Bahan Ajar, dan Penilaian.

Perangkat Pembelajaran yang dikembangkan ini dapat memberikan

pemahaman siswa dalam berpikir geometri, kualitas produk yang

dihasilkan sangat baik, hasil validasi oleh ahli dengan skor 3,44. Hasil

(43)

berdasarkan perangkat pembelajaran materi voluume kubus dan balok

berdasarkan fase-fase pembelajaran Van Hiele inimendukung suasana

pembelajaaran sehingga sisa menjadi aktif meskipun tidak terlihat secara

maksimal.

Kedua, penelitian Penerapan PPR berupa skripsi yang berjudul

―Penerapan Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) dalam pembelajaran

tematik untuk meningkatkan Competence, Concience, dan Compassion

(3C) peserta didk kelas III A SD Kaniisus Demangan Baru 1 Tahun

Ajaran, oleh (Irsanti, 2011). Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa

competence, conscience, dan compassion peserta didik kelas III A SD Kanisius Demangan Baru I mengalami peningkatan setelah merapkan

Paradigma Pedagogi Reflektif dalam pembelajaran tematik. Skor

competence pesera didik pada mata pelajaran matematika sebesar 78,97.

Kedua penelitian tersebut mendasari peneliti untuk

mengimplementasikan sebuah perangkat pembelajaran yang

mengakomodasi teori Van Hiele dengan pendekatan Paradigma Pedagogi

Reflektif pada materi prisma untuk siswa kelas VIII SMP. Pada penelitian

pertama teori Van Hiele digunakan sebagai dasar pengembangan

perangkat pembelajaran pada materi bangun datar pada siswa SMP. Pada

penelitian kedua pendekatan Paradigma Pedagogi Reflektif sebagai dasar

model pendekatan pembelajaran yang dapat digunakan pada siswa SMP .

(44)

mengimplementasikan perangkat pembelajaran yang mengakomodasi teori

Van Hiele dengan pendekatan Paradigma Pedagogi Reflektif.

C. Kerangka Berpikir

Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) merupakan suatu pendekatan

yang dikembangkan oleh lembaga pendidikan Jesuit. PPR dimaknai

sebagai suatu pendekatan atau model pembelajaran yang menekankan

refleksi dalam rangka menemukan nilai-nilai hidup dalam proses

pendidikan dimana nilai-nilai tersebut digunaan sebagai pijakan dalam

menentukan sikap atau tindakan.

Kasus yang paling sering dialami siswa adalah ketidakpahaman

siswa dalam menentukan dan menjelaskan sifat-sifat dan unsur-unsur dari

bangun prisma tetapi dengan adanya teori Van Hiele dapat menjelaska

siswa tentang proses berpikir dalam pembelajaran geometri karena teori

Van Hiele merupakan salah satu model pembelajaran yang berkaitan

dnegan geomteri.

Dalam hal peneliti akan mengimplementasikan perangkat

pembelajaran yang mengakomodasikan teori Van Hiele dengan

Pendekatan Paradigma Pedagogi Reflektif untuk pokok bahasan bangun

(45)

27 BAB III

METODE PENELITIAN

Bab ini akan membahas mengenai metodologi penelitian yang meliputi jenis

penelitian, setting penelitian, teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini, instrumen penelitian yang digunakan, dan teknik analisis data yaitu

kualitatif dan kuantitatif.

A. Jenis Peneltian

Penelitian ini merupakan jenis penelitian Deskriptif Kualitatif. Tujuan dari

penelitian ini adalah untuk mengimplementasikan perangkat pembelajaran

yang mengakomodasi tahapan pemikiran geometri Van Hiele pada materi

bangun ruang sisi datar dengan pendekatan PPR pada siswa kelas VIII D

SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta. Perangkat pembelajaran tesebut sudah

dikembangkan oleh peneliti sebelumnya yaitu (Astuti, 2016).

B. Setting Penelitian

Setting penelitian berisi tentang empat bagian yaitu tempat, waktu, subjek,

dan objek penelitian.

1. Subyek Penelitian

Subyek dalam penelitian adalah siswa kelas VIII D SMP Pangudi

Luhur 1 Yogyakarta yang terdiri 34 siswa yaitu 17 siswa laki-laki dan

17 siswa perempuan yang dengan tingkat kecerdasan yang relatif

(46)

2. Obyek Penelitian

Objek penelitian adalah proses pembelajaran menggunakan perangkat

pembelajaran.

3. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta yang

beralamatkan di Jl.Timoho, Muja Maju, Yogyakarta.

4. Waktu Penelitian

Peneliti melakukan kegiatan penelitian pada tanggal 8 Maret 2016

sampai dengan 15 Juli 2016.

C. Teknik Pengumpulan Data

Peneliti menggunakan teknik pengumpulan data yaitu, wawancara,

observasi, dan dokumentasi.

1. Wawancara

Peneliti menggunakan teknik wawancara untuk memperoleh data

kebutuhan siswa. Menurut (Sugiyono, 2011) wawancara didefinisikan

sebagai pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui

tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik

tertentu. Wawancara dilakukan kepada guru matematika kelas VIII D SMP

(47)

Adapun pedoman wawancara sebagai berikut.

1) Pedoman Wawancara

Pedoman wawancara digunakan sebagai pedoman wawancara ketika

melakukan wawancara dengan guru kelas VIII D. Pedoman wawancara

berisi mengenai pertanyaan-pertanyaan yang ingin ditanyakan kepada

narasumber untuk melihat potensi dan masalah. Pertanyaan-pertanyaan

yang diajukan terkait proses-proses pembelajaran, teori Van Hiele dan

pendekatan PPR. Pedoman wawancara tersebut telah divalidasai oleh

ahli dengan katagori baik. Adapun kriteria penilaian produk

pengembangan sebagai berikut.

Tabel 3.1 Kriteria Penilaian Produk Pengembangan

Interval tingkat pencapaian Kategori

3 Sangat Baik

2, Baik

1 Kurang Baik

0 Tidak Baik

Keterangan :

M = rata-rata skor

Hasil data kuantitatif kemudian diubah menjadi data kualitatif

berdasarkan kategori pada skala penilaian yaitu sangat baik (4), baik

(48)

Dibawah ini merupakan tabel kisi-kisi lembar wawancara.

Tabel 3.2 Kisi-kisi Lembar Wawancara

No Indikator No Item

1. Metode pembelajaran 1

2. Penggunaan media dalam pembelajaran 2

3. Pembelajaran di kelas 3

4. Pendekatan Paradigma Pedagogi dalam pembelajaran

4

2. Observasi

Observasi dalam penelitian bertujuan untuk mengamati proses

pembelajaran di kelas. Sugiyono (2011:145) mengungkapkan

bahwa observasi digunakan jika penelitian manusia, proses kerja,

atau gejala alam. Observasi dapat dibantu dengan menggunakan

lembar observasi. Hasil dari observasi kemudian peneliti simpulkan

dan memperoleh hasil berupa informasi konteks siswa.

1) Lembar Observasi

Lembar observasi digunakan sebagai panduan potensi dan masalah

di dalam kelas melalui proses pembelajaran di kelas. Tujuannya adalah

untuk melihat potensi dan masalah secara umum serta keterlaksanaan

pendekatan PPR dalam pembelajaran. Pada lembar observasi

(49)

Ratting scale yaitu data mentah yang diperoleh berupa angka kemudian ditafsirkan dalam pengertian kualitatif. Pedoman penskoran

observasi menurut (Mustafa, 2009) sebagai berikut:

Tabel 3.3 Penskoran Observasi Keterlaksanaan pendekatan PPR

dalam pembelajaran

Skor Kriteria

136-160 Sangat Bagus

112-135 Bagus

88-111 Netral

64-87 Jelek

40-63 Sangat Jelek

Selanjutnya data dianalisis dan kemudian data dianalisis dengan

menggunakan kriteria keterlaksanaan pembelajaran dengan pendekatan

PPR. Cara menentukan batas jumlah adalah sebagai berikut:

Skor minimum = 1 x banyak butir pernyataan

Skor maksimum = 5 x banyaknya butir pernyataan

Adapun 46 butir pernyataan dalam lembar observasi. Cara

memberi skor 1 sampai 5. Skor tertinggi yang mungkin dicapai adalah 230

dan skor terendah yang mungkin dicapai adalah 46. Skor yang diperoleh

siswa dalam bentuk persentase dikriteriakan dengan menggunakan tabel

(50)

keterlaksanaan pembelajaran dengan pendekatan PPR adalah sebagai

berikut.

Jumlah total skor = total skor observasi 1 + total skor observasi 2

Tabel 3.4 Kisi-kisi Lembar Observasi

No Aspek yang diamati

I PRA PEMBELAJARAN

1. Guru memeriksa kesiapan ruang,alat,dan media.

2. Guru memeriksa kesiapan siswa.

II MEMBUKA PEMBELAJARAN

1. Kegiatan apersepsi.

2. Penyampaian kompetensi yang akan tercapai dan rencana kegiatannya

III KEGIATAN INTI/PEMBELAJARAN

A Penguasaan materi pembelajaran

1. Guru menunjukkan penguasaan materi pembelajaran

2. Penyampaian materi sesuai dengan hierarki belajar

3. Guru mengkaitan materi dengan realitas kehidupan

B Pendekatan/strategi pembelajara

1. Pembelajaran sesuai dengan kompetensi yang akan dicapai

2. Pembelajaran sesuai dengan tingkat perkembangan dan kebutuhan siswa

3. Pembelajaran secara runtut

4. Guru melaksanakan pembelajaran yang terkoordinasi

(51)

6. Pembelajaran yang memungkinkan tumbuhnya kebiasaan positif

7. Pembelajaran sesuai dengan waktu yang telah dialokasikan

8. Penerapan pendekatan Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) dalam

pembelajaran

C Teori Van Hiele (Fase Pembelajaran Van Hiele)

1. Fase informasi terlihat dalam kegiatan pembelajaran

2. Fase orientasi terpadu terlihat dalam kegiatan pembelajaran

3. Fase eksplitasi terlihat dalam kegiatan pembelajaran

4. Fase orientasi bebas terlihat dalam kegiatan pembelajaran

D Pemanfaatan media pembelajaran/sumber belajar

1. Guru menunjukan keterampilan dalam penggunaan media

2. Media yang digunakan menghasilkan pesan yang menarik

3. Penggunaan media secara efektif dan efisien

4. Siswa terlibat dalam penggunaan media

E Pembelajaran yang memicu dan memelihara keterlibatan siswa

1. Tumbuhnya partisipasi aktif siswa dalam pembelajaran

2. Guru merespon positif partisipasi siswa

3. Terjadinya interaksi guru-siswa dan siswa-siswa

4. Guru menunjukkan sikap terbuka terhadap siswa

5. Guru menunjukkan hubungan antarpribadi yang kondusif

6. Tumbuhnya keceriaan dan antusiasme siswa dalam belajar

F Penilaian proses dan hasil belajar

1. Guru memantau kemajuan belajar

2. Pemberian tuagas sesuai dengan kompetensi

G Penggunaan Bahasa

(52)

2. Penggunaan bahasa tulis yang baik dan benar

3. Penyampaian tugas sesuai dengan gaya yang sesuai

III PENUTUP

1. Refleksi pembelajaran dengan melibatan siswa

2. Guru memberikan arahan, kegiatan, atau tugas

2) Dokumentasi

Dokumentasi adalah catatan penting dimana kegiatan-kegiatan

yang berlangsung di dalam kelas dapat didokumentasikan secara

nyata. Pada penelitian ini peneliti mengambil dokumen hasil

belajar siswa.

3) Tes Tertulis

Untuk mengetahui hasil belajar matematika pada materi prisma

pada siswa digunakan tes tertulis. Tes yang digunakan dalam

penelitian ini adalah tes prestasi belajar yaitu tes yang digunakan

untuk mengukur pencapaian seseorang setelah mempelajari suatu

pelajaran.

D. Jenis Data

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

kuantitatif-kualitatif. Data kuantitatif berupa hasil tes siswa, sedangkan data

kualitatif berupa hasil respon siswa terhadap pembelajaran, wawancara.

(53)

Observasi atau pengamatan merupakan alat yang digunakan untuk

mengukur tingkah laku individu atau proses terjadinya suatu kegiatan

yang diamati.

2. Data hasil wawancara siswa dan guru

Wawancara adalah percakapan yang dilakukan dengan maksud

tertentu. Percakapan dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara yang

mengajukan pertanyaan dan terwawancara yang memberikan jawaban atas

pertanyaan itu. Dalam penelitian ini jenis wawancara yang dilakukan

adalah baku terbuka. Jenis wawancara ini adalah wawancara yang

menggunakan seperangkat pertanyaan baku.

3. Data Hasil Belajar Siswa

Untuk mengetahui hasil belajar siswa, maka peneliti melakukan tes

akhir. Tes merupakan cara atau prosedur yang dilakukan dengan tujuan

memperoleh data tentang hasil belajar siswa secara individu maupun

kelompok. Tes dapat berbentuk Lembar Keja Siswa (LKS 1 dan LKS 2)

dan Ulangan.

4. Data hasil Respon Siswa

Kuesioner merupakan suatu daftar pertanyaan atau pernyataan

terkait topik tertentu yang diberikan kepada subyek. Kuesioner ini

digunakan untuk mendapatkan beberapa informasi tertentu seperti respon

siswa terhadap pembelajaran menggunakan pendekatan Paradigma

Pedagogi Reflektif (PPR). Dalam penelitian ini menggunakan kuesioner

(54)

peneliti dalam kuesioner tersebut sehingga responden tinggal memilih.

Dalam kuesioner ini responden menjawab secacara individu.

E. Teknik Analisis Data

Analisis data merupakan langkag yang sangat penting dalam kegiatan

penelitian, terutama bila diinginkan kesimpulan dari maslah yang diteliti.

Dalam penelitian ini, data yang didapatkan dari berbagai instrumen

pengumpulan data yang berupa kuantitatif dan kualitatif masing-masing akan

dianalisis.

Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut :

1. Analisis Data Hasil Pengamatan Aktivitas Guru di Kelas

Kriteria tingkat aktivuas siswa dihitung berdasarkan hasil pengamatan

yang dilakukan di lapangan selama proses pembelajaran berlangsung.

Untuk menentukan kriteria tersebut, peneliti menghitung jumlah

persentase aktivitas yang dilakukan siswa. Setiap pernyataan aktivitas

yang dilakukan.

2. Analaisis Data Hasil Wawancara dengan Guru dan Siswa

Hasil wawancara yang telah ditulis kemudian ditranskip untuk dianalisa

secara kualitatif. Dalam menganalisa data hasil wawancara,

langkah-langkah yang dilakukan peneliti adalah sebagai berikut :

(55)

Transkip jawaban hasil wawancara dengan guru diringkas dan

dikategorikan sesuai dengan aspek yang ingin dinilai.

b. Penyajian Data

Data hasil reduksi kemudian disajikan dalam bentuk teks naratif.

Penyajian data dalam bentuk ini dimaksudkan untuk memperoleh

makna dari dari data yang telah terkumpul.

c. Penarikan kesimpulan

Apabila semua data telah disajikan dalam bentuk teks-naratif,

selanjutnya peneliti melakukan penarikan kesimpulan mengenai

tingkat pemahaman.

3. Analisis data angket respon siswa

Pengolahan data kuesioner melalui pemberian skor pada setiap jawaban

yang diberikan siswa. Skor pilihan jawaban skala Likert tergantung pada

sifat pernyataan, dimana jumlah pernyataan positif dan negatif haruslah

sama. Tabel berikut adalah pedoman pemberian skor kuesioner bagi

jawaban siswa untuk setiap pernyataan. Pemberian skor kuesioner yang

diperoleh kemudian dikategorkikan berdasarkan pedoman berikut:

Tabel 3.5 Panduan Pemberian Skor Kuesioner Respon Siswa

(56)

Sangat Setuju

Selanjutnya data dianalisis dan kemudian data dianalisis dengan

menggunakan kriteria respon siswa terhadap pembelajaran dengan PPR.

Cara menentukan batas jumlah adalah sebagai berikut:

Skor minimum = 1 x banyak butir pernyataan

Skor maksimum = 4 x banyaknya butir pernyataan

Tabel 3.6 Penskoran Kuesioner Respon Siswa

Skor Kriteria

Menurut (Mustafa, 2009) cara menganalisis n butir pernyataan pada

(57)

4. Analisis data Hasil Belajar Siswa

Data hasil belajar siswa meliputi data hasil tes akhir. Hasil tes ditentukan

berdasarkan pedoman penilaian yang telah dibuat peneliti. Nilai yang

diperoleh dari tes hasil belajar siswa dimasukkan ke dalam daftar nilai,

kemudian diklasifikasikan berdasarkan tabel berikut:

Langkah-langkah yang dilakukan dalam analisis hasil tes meliputi:

a. Pemberian skor

Skor yang diberikan untuk setiap soal tes sesuai dengan bobot

jawaban siswa yang dibandingkan dengan bobot jawaban dalam

kisi-kisi yang telah disusun.

b. Penilaian

Nilai yang diberikan dalam rentang 0-10. Perhitungan nilai dapat

dilihat pada pedoman penilaian masing-masing tes.

c. Analisis Ketuntasan

Nilai yang diperoleh siswa dari tes dibandingkan dengan kriteria

ketuntasan minimal (KKM). KKM yang diharapkan dari siswa adalah

memperoleh nilai 77. Jika nilai siswa kurang dari 77 maka siswa

dikatakan tidak tuntas. Sebaliknya, apabila nilai siswa lebih dari atau

(58)

40 BAB IV

HASIL PENELITIAN, ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

Bab ini membahas mengenai hasil penelitian, analisis data selama proses

pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif

Jigsaw Tipe II dengan menggunakan pendekatan PPR pada materi bangun prisma. Kegiatan penelitian dapat dijabarkan sebagai berikut.

A. Pelaksanaan Pengumpulan Data atau Kegiatan Di Lapangan

1. Pelaksanaan Implementasi Pendekatan PPR dalam Pembelajaran

Prisma Dengan Menggunakan teori Van Hiele.

Kegiatan awal yang dilakukan sebelum melaksanakan penelitian adalah

melakukan observasi dan wawancara. Observasi dan wawancara kepada

guru dilaksanakan pada 8 Maret 2016 di SMP Pangudi Luhur 1

Yogyakarta yang bertujuan untuk mengetahui keadaan lingkungan sekolah

khususnya kelas yang akan digunakan dalam penelitian, baik dari segi

gambaran aktivitas siswa dan situasi kelas selama proses pembelajaran

berlangsung. Sebelum melakukan pengambilan data peneliti harus

merancang instrumen pembelajaran dengan sebaik mungkin yang sudah

divalidasi oleh pakar. Instrumen pembelajaran yang akan digunakan

adalah : 1) RPP dengan menggunakan model pembelajaran Kooperatif

(59)

pengumpulan data pada aspek conscience yaitu LKS I, LKS II dan Soal Ulangan, dan 3) Instrumen pengumpulan data berupa kuesioner respon

siswa terhadap pembelajaran dengan menggunakan pendekatan PPR.

2. Kegiatan Pembelajaran

Implementasi mulai dilaksanakan pada tanggal 27 April 2016 di kelas

VIII D SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta dengan jumlah pertemuan

sebanyak 3 kali. Dua kali pertemuan untuk proses pembelajaran dengan

menerapkan metode kooperatif Jigsaw Tipe II dan 1 kali pertemuan untuk melaksanakan ulangan.

Alokasi waktu pembelajaran setiap pertemuan adalah 2 jam pelajaran.

Rincian kegiatan pembelajaran pada setiap pertemuan sebagai berikut.

a. Pertemuan Pertama

Pertemuan pertama dilaksanakan pada hari Rabu tanggal

27 April 2016 pada pukul 07.15-08.35 WIB. Awalnya siswa akan

dibagi dalam kelompok asal kemudian dari kelompok asal akan

dilakukan pengelompokkan lagi menjadi kelompok ahli. Jumlah

siswa yang hadir pada pertemuan pertama sebanyak 34 siswa dari

total 34 orang. Dalam hal ini guru sebagai pengajar. Uraian

mengenai proses pembelajaran yang dilakukan dalam penelitian

(60)

1) Pendahuluan

Kegiatan awal pembelajaran dilaksanakan dengan alokasi waktu

selama 10 menit, dengan rincian kegiatan pembelajaran sebagai

berikut.

- Guru memasuki kelas kemudian memberikan salam dan

mengecek kehadiran siswa.

- Guru menginformasikan tujuan pembelajaran yang akan

dipelajari, yaitu mengenai unsur-unsur prisma dan jaring-jaring

prisma.

- Guru memperlihatkan video yang berisi tentang contoh

kehidupan nyata bangun prisma yang dapat ditemui.

2) Kegiatan Inti

- Guru membagi 34 siswa ke dalam 8 kelompok asal dimana

setiap anggota kelompok asal terdiri dari 4 sampai 5 anggota.

Setiap kelompok asal masing-masing anggota memiliki tugas

untuk membahas 4 materi yaitu prisma segitiga, prisma

segiempat, prisma segilima dan prisma segienam sehingga

terdapat 4 kelompok ahli.

- Rencana awalnya pembagian kelompok asal berdasarkan hasil

nilai Ulangan Tengah Semester (UTS).

- Daftar pembagian anggota kelompok asal saat proses

(61)

Tabel 4.1 Daftar Pembagian Kelompok Asal

S34 : Siswa nomor absen 34 anggota kelompok asal 4

- Setiap siswa dalam kelompok asal kemudian dibagikan lembar

kerja siswa (LKS) dengan bentuk soal dan penyajian data yang

berbeda.

- Semua siswa mencermati dan menyimak mengenai unsur-unsur

yang terdapat dalam bangun prisma dan cara menggambar

jaring-jaring prisma yang ada dalam LKS.

- Anggota kelompok yang mempelajari bagian yang sama

bertemu dengan kelompok baru yang disebut sebagai kelompok

(62)

- Daftar pembagian anggota kelompok ahli saat proses

pembelajaran pada pertemuan pertama

Tabel 4.2 Daftar Pembagian Kelompok Ahli

Keterangan :

S34 : Siswa nomor absen 34 anggota kelompok ahli 1

- Adanya pembagian kelompok asal dan kelompok ahli membuat

siswa merasa bingung, mengenai pembagian tugas disetiap

kelompok. Oleh karena itu, siswa menanyakan kembali aturan

mainnya kepada Guru.

- Diskusi kelompok ahli berlangsung kurang lebih 20 menit.

Siswa mencermati soal yang menjadi tugas kelompoknya

Gambar

Gambar 2.3 Prisma Segitiga ABC.DEF
Tabel 3.1 Kriteria Penilaian Produk Pengembangan
Tabel 3.2  Kisi-kisi Lembar Wawancara
Tabel 3.3 Penskoran Observasi Keterlaksanaan pendekatan PPR
+7

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hak dan kewajiban maskapai penerbangan menurut ketentuan hukum internasional, serta mengkaji bentuk tanggung jawab

Hal serupa juga terjadi pada penelitian Luthans, Avolio, Norman (2006) yang menyimpulkan bahwa terdapat hubungan yang positif antara modal psikologi secara keseluruhan

tingkat margin sebagai variabel paling dominan mempengaruhi Alokasi Dana pihak ketiga pada UKM adalah benar adanya, dengan asumsi bahwa dari kedua variabel independen (

Paulus menyediakan sebuah konstruksi (iman, pengharapan dan kasih) untuk penerapan kebenaran ke dalam kehidupan yang bisa digunakan dengan percaya diri sebagai fondasi

Thesis with the title “The Effect Of Model Learning C ollaboration Think Pair Share (TPS) and Talking Stick on Student's Mathematics Result of seventh Grade Students at

Jika seorang pekerja dipilih secara rawak daripada kumpulan itu, nyatakan kebarangkalian.. bahawa pekerja yang dipilih itu

type tcpConnect dest-ipaddr <ip tujuan> dest-port 21 control disable. timeout 1000

JENIS BELANJA JENIS PENGADAAN SUMBER DANA METODE PEMILIHAN PENYEDIA PELAKSANAAN PEMILIHAN PENYEDIA PELAKSANAAN PEKERJAAN.. Sekretariat Daerah Pematangan