• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Usahatani

Menurut Mosher dalam Shinta (2011:1), usahatani merupakan pertanian rakyat dari perkataan farm dalam bahasa Inggris. Dr. Mosher memberikan definisi farm sebagai suatu tempat atau sebagian dari permukaan bumi di mana pertanian diselenggarakan oleh seorang petani tertentu, apakah ia seorang pemilik, penyakap atau manajer yang digaji, atau usahatani adalah himpunan dari sumber-sumber alam yang terdapat pada tempat itu yang diperlukan untuk produksi pertanian seperti tanah dan air, perbaikan- perbaikan yang dilakukan atas tanah itu, sinar matahari, bangunan-bangunan yang didirikan di atas tanah itu dan sebagainya .

Menurut Suratiyah (2015:8), usahatani adalah suatu tempat dimana seseorang atau sekumpulan orang mengusahakan dan mengkoordinir faktor-faktor produksi berupa lahan dan alam sekitarnya sebagai modal sehingga dapat memberikan manfaat sebaik-baiknya. Menurut Firdaus (2009:6), usahatani (farm) adalah organisasi dari alam (lahan), tenaga kerja, dan modal yang ditujukan kepada produksi di lapangan pertanian, yang ketatalaksanaannya berdiri sendiri oleh seseorang atau sekumpulan orang sebagai pengelolanya. Dapat disimpulkan bahwa usahatani adalah sesesorang atau sekumpulan orang yang menggunakan sumberdaya secara efisien dan efektif pada suatu usaha pertanian agar diperoleh hasil maksimal. Sumber daya itu adalah alam, tenaga kerja, modal dan manajemen.

9 1. Alam

Alam merupakan faktor yang sangat menentukan usahatani. Faktor alam dapat dibedakan menjadi dua yaitu :

a. Faktor Iklim

Iklim sangat menentukan komoditas yang akan diusahakan, baik tanaman maupun ternak. Komoditas yang diusahakan harus cocok dengan iklim setempat agar produktivitasnya tinggi dan memberikan manfaat yang lebih baik bagi manusia. Iklim juga mempengaruhi dalam penentuan teknologi mana yang cocok untuk digunakan pada saat usahatani itu berlangsung (Suratiyah.2015:19).

Menurut Nurdin (2011:7), Sektor pertanian sangat rentan terhadap perubahan iklim karena berpengaruh pada pola tanam, waktu tanam, produksi, dan kualitas hasil. Dampak perubahan iklim terhadap pertanian bersifat langsung dan tidak langsung dan mencakup aspek biofisik maupun social ekonomi. Dampak biofisik antara lain mencakup: (a) efek fisiologis pada tanaman maupun ternak/ikan, (b) perubahan sumberdaya lahan dan air, (c) meningkatnya gangguan OPT, dan (d) peningkatan permukaan laut dan salinitas, dan sebagainya. Dampak sosial ekonomi lain meliputi: (i) turunnya produktivitas dan produksi, (ii) fluktuasi harga komoditas pangan, (iii) meningkatnya jumlah penduduk rawan pangan, dan sebagainya (Sumaryanto.

2012 : 74)

10 b. Faktor Tanah

Tanah merupakan faktor yang penting dalam usahatani karena tanah merupakan tempat tumbuhnya tanaman, ternak, dan usahatani keseluruhannya. Tanah juga mempunyai sifat istimewa antara lain bukan merupakan barang produksi, tidak dapat diperbanyak, dan tidak dapat dipindah-pindah. Oleh karena itu, tanah dalam usahatani mempunyai nilai terbesar.

2. Tenaga Kerja

Menurut Shinta (2011:40), tenaga kerja adalah energi yang dicurahkan dalam suatu proses kegiatan untuk menghasilkan suatu produk. Tenaga kerja manusia (laki-laki, perempuan, dan anak-anak) bisa berasal dari dalam maupun luar keluarga.

Tenaga kerja merupakan salah satu unsur penentu terutama bagi usahatani yang sangat tergantung pada musim. Kelangkaan tenaga kerja mengakibatkan mundurnya waktu penanaman sehingga berpengaruh pada pertumbuhan tanaman, produktivitas, dan kualitas produk. Kebutuhan tenaga kerja dapat diketahui dengan cara menghitung setiap kegiatan masing-masing komoditas yang diusahakan, kemudian dijumlah untuk seluruh usahatani. Satuan yang sering dipakai dalam perhitungan kebutuhan tenaga kerja adalah HKO (hari kerja orang) dan JKO (jam kerja orang) (Suratiyah, 2015:24).

3. Modal

Menurut Shinta (2011:42), yang termasuk modal dalam usahatani yaitu seperti tanah, bangunan, alat-alat pertanian, tanaman, ternak, saprodi, piutang

11 dari bank, dan uang tunai. Sumber pembentukan modal dapat berasal dari milik sendiri, pinjaman (kredit dari bank, dari tetangga, atau keluarga), warisan, dari usaha lain dan kontrak sewa.

4. Pengelolaan (Manajemen)

Pengelolaan usahatani adalah kemampuan petani dalam merencanakan, mengorganisir, mengarahkan, mengkoordinasikan, dan mengawasi faktor produksi yang dikuasai/dimiliknya sehingga mampu memberikan produksi seperti yang diharapkan. (Shinta, 2011:49).

2.2 Cabai (Capsicum annuum L)

Cabai merupakan tanaman terna tahunan yang tegak dengan batang berkayu, banyak cabang serta ukuran yang mencapai tinggi 120 cm dan lebar tajuk tanaman hingga 90 cm. Umumnya, daun cabai berwarna hijau muda sampai hijau gelap, tergantung varietasnya. Daun cabai yang ditopang oleh tangkai daun mempunyai tulang menyirip.Daun cabai berbentuk bulat telur, lonjong, ataupun oval dengan ujung yang meruncing, tergantung spesies dan varietasnya.Bentuk buah cabai berbeda-beda, dari cabai keriting, cabai besar yang lurus dan biasa mencapai ukuran sebesar ibu jari, cabai rawit yang kecil-kecil tapi pedas, dan cabai paprika berbentuk seperti buah apel (Redaksi Agromedia, 2008:23).

Menurut Zulkarnain (2013:46), kedudukan tanaman cabai didalam sistem klasifikasi botani sebagai berikut:

Divisi : Spermatofita Subdivisi : Angiospermae Kelas : Dikotiledon

12 Ordo : Solanales

Famili : Solanaceae Genus : Capsicum Spesies : capsicum sp.

Cabai (Capsicum annuum) merupakan sumber vitamin dan mineral yang luar biasa, pada 100 gram buah cabai mengandung 143,7 mg vitamin C, 0,5 mg vitamin B-6 (piridoksin), 952 IU vitamin A, 1,03 mg besi, 0,129 mg tembaga, dan 322 mg kalium. Buah cabai juga dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan manusia, selain dimanfaatkan sebagai sayur, cabai yang memiliki kandungan Capsaicin yang tinggi merupakan bahan baku pembuatan koyo dalam industri

obat-obatan (Zulkarnain, 2013:57).

Cabai merupakan tanaman asli daerah Amerika Tengah. Tepatnya berasal dari daerah Bolivia.Awalnya cabai tumbuh liar dan penyebaran bijinya dibantu oleh bangsa burung (aves). Orang yang paling berjasa dalam penyebaran cabai ke seluruh dunia adalah Christophorus Colombus (1451-1506), dan diperkirakan tanaman cabai datang ke Indonesia pertama kali dibawa oleh seorang pelaut Portugis bernama Ferdinand Magellan (1480-1521) (Redaksi Agromedia, 2008:15). Bangsa Portugis menyebarkan cabai ke wilayah jajahannya atau wilayah-wilayah yang dikunjungi untuk melakukan perdagangan rempah-rempah, seperti India, China, Korea, Jepang, Filipina, Malaka, dan Indonesia (Zulkarnain, 2013:43).

Budidaya tanaman cabai memiliki beberapa tahapan yaitu (Redaksi Agromedia, 2008:42) :

13 1) Pengolahan Lahan

Lahan yang bisa digunakan dalam budidaya tanaman cabai yaitu lahan sawah berpengairan teknis, lahan sawah tadah hujan, dan lahan tegalan. Dalam pengolahan lahan tanaman cabai terdiri dari lima tahapan yaitu :

a. Pencangkulan

Pencangkulan bertujuan untuk menggemburkan tanah, mengusir beberapa jenis hama dan penyakit, serta memberi kesempatan tanah untuk beroksidasi.

Kedalaman cangkulan biasanya sedalam mata cangkul atau kira-kira 20 cm, sehingga sisa-sisa gulma yang masih ada akan terkubur ke dalam tanah bersamaan dengan pencangkulan ini.

b. Pembuatan Bedengan

Pembuatan bedengan dilakukan dengan cara mencangkul, menggali selokan disekeliling bedengan dan buang tanah galiannya keatas bedengan, lalu meratakan tanah yang ada di atas bedengan. Biasanya ukuran bedengan dengan lebar 100 cm – 120 cm dengan panjang 10 - 12 meter, sedangkan lebar antar selokannya 30 – 50 cm.

c. Pengapuran

Pengapuran dilakukan bila tanah terlalu asam atau PH-nya rendah. Tanah asam akan menghambat penyerapan beberapa unsur hara oleh tanaman. Selain itu beberapa penyakit tanaman cabai juga senang berada ditanah yang asam.

Berikut tabel kebutuhan kapur per hektare pada berbagai tingkat ph tanah.

14 Tabel 1. Kebutuhan kapur per hektare pada berbagai tingkat pH tanah.\

PH Tanah Kebutuhan Kapur (Ton/Ha)

4,0 10,24 d. Pemupukan Pertama (Pupuk Dasar)

Pupuk dasar yang disebarkan di permukaan bedengan adalah pupuk organik dan pupuk anorganik.Pupuk organik yang digunakan adalah pupuk kandang seperti kotoran sapi, kotoran kambing, dan kotoran ayam. Dosis yang digunakan kira-kira 4 kg untuk setiap satu meter panjang bedengan. Sedangkan pupuk anorganik yang digunakan adalah pupuk buatan seperti ZA, Urea, TSP, KCL, dan Borat.

e. Pemasangan Mulsa

Pemasangan mulsa bertujuan untuk mengurangi pertumbuhan gulma, menjaga kelembapan, menjaga suhu, menjaga kegemburan tanah, dan mengoptimalkan sinar matahari untuk proses fotosintesis. Mulsa memiliki dua jenis yaitu mulsa jerami, dan mulsa plastik hitam perak. Lebar mulsa yang digunakan tergantung lebar bedengan yang dipakai. Pemasangan mulsa sebaiknya dipasang pada siang hari, sewaktu matahari sedang terik-teriknya, sehingga mulsa plastik dapat ditarik dan bedengan tertutup dengan baik. Cara memasang mulsa plastik yaitu bedengan ditutup dengan plastik mulsa lalu sekeliling mulsa di jepit engan cutik. Pelubangan mulsa untuk lubang tanam bibit cabai bisa menggunakan pisau, kaleng bekas susu, atau pelat pemanas berbentuk tabung.

15 2) Penanaman Cabai

Langkah pertama dalam menanam cabai yaitu memilih benih unggul.Langkah selanjutnya melakukan penyemaian yaitu menyiapkan media tanam yang terdiri dari tanah dan pupuk kandang dengan perbandingan 2:1.

Tambahkan ke media tanam 100 gram pupuk NPK dan 70 gram insektisida bubuk, lalu aduk hingga rata. Isi tray dengan media tanam lalu masukan benih cabai ke masing-masing lubang di dalam tray. Tutup bedengan penyemaian dengan plastik dengan tinggi atap plastik sekitar 0,5 meter. Penyiraman bibit cabai dilakukan bila dirasa kelembapan berkurang dan tanah di tray kering.

Setelah bibit berumur 30 hari atau berdaun 6-8 helai, bibit siap ditanam dilahan permanen .Penanaman dilakukan minimal dua minggu setelah lahan dipasangi mulsa plastik. Waktu penanaman yang baik adalah pada sore hari, karena bibit tidak akan terkena sinar matahari yang terik dan masih bisa beradaptasi dengan keadaan lahan hingga esok hari.

3) Pemeliharaan Tanaman Cabai

Dalam pemeliharaan tanaman cabai terdiri dari lima tahapan yaitu : a. Penyulaman Tanaman Cabai

Penyulaman sangat perlu dilakukan dalam budidaya cabai karena tidak semua bibit cabai yang ditanam di lahan akan hidup dengan baik. Bibit yang mati, terserang penyakit, atau lambat pertumbuhannya akan disulam atau diganti dengan bibit yang tersedia. Penyulaman diawali dengan membongkar bibit yang mati, terserang penyakit, ataut lambat pertumbuhannya, lalu ambil bibit tersebut dan musnakan, terutama tanaman yang terserang hama dan

16 penyakit. Sebagai bahan sulam pilih bibit yang pertumbuhannya yang bagus dan seragam.Sebelum ditanam celupkan bibit ke dalam larutan pestisida.

b. Pemasangan Ajir (Turus)

Pemasangan ajir bertujuan untuk menopang tanaman cabai agar tanaman menjadi tegak dan terhindar dari angin kencang yang bisa merobohkan tanaman cabai. Ajir dibuat dari bambu yang dibelah-belah kecil dengan panjang 1-1,5 m dan diameter sekitar 5 cm. Pemasangan ajir dilakukan dengan cara ditancapkan tegak lurus di samping tanaman cabai dengan kedalaman 25 – 30 cm, pada proses ini harus berhati-hati jangan sampai melukai perakaran tanaman.

c. Perompesan

Perompesan bertujuan untuk membuang bagian tanaman yang keberadaannya kurang bermanfaat seperti tunas air dan bunga yang pertama muncul. Tunas air tidak produktif dan terus berkembang secara vegetatif sehingga menghabiskan energi, dan ketika bunga yang pertama muncul, sebenarnya tanaman masih perlu berkembang baik secara vegetatif dan belum siap untuk berproduksi, maka dari itu tunas air dan bunga yang pertama muncul harus di buang.

d. Pemupukan

Hasil panen cabai agar mendapatkan yang maksimal yaitu salah satunya dengan cara melakukan pemupukan yang lengkap dan seimbang. Sebab bila tanaman kekurangan salah satu jenis pupuk maka proses pertumbuhannya baik vegetatif maupun generatif akan terganggu. Dalam mengaplikasikan pupuk

17 terdapat tiga jenis yaitu memupuk dengan pupuk NPK dan KNO3, memupuk dengan pupuk daun dan penggunaan zat perangsang tumbuh (ZPT).

e. Pengendalian Hama Tanaman Cabai

Pengendalian hama tanaman cabai harus diarahkan secara bijaksana dengan menerapkan pengendalian hama terpadu (HPT) yang aman terhadap lingkungan dan ekonomis. Bentuk-bentuk pengendalian hama pada cabai diantaranya pengendalian kultur teknik, penggunaan varietas toleran, pengendalian hayati, pengendalian mekanik, dan pengendalian secara kimiawi.

f. Panen Cabai

Di Indonesia, pemanenan buah cabai biasanya menggunakan tangan. Panen pertama dilakukan pada umur 100 hari setelah tanam, dan umumnya panen dilakukan 3 -4 hari sekali atau paling lambat seminggu sekali. Normalnya, panen biasa dilakukan 12 -20 kali hingga tanaman berumur 6 -7 bulan.

Keadaan ini sangat tergantung pada keadaan pertanaman dan perlakuan yang diberikan. Masa panen cabai rawit lebih lama bila dibandingkan dengan cabai jenis lainnya

Dokumen terkait