• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN TEORITIS

C. Wakaf Produktif

1. Pengertian Wakaf Produktif

Kata “Wakaf” atau”Wact” berasal dari bahasa Arab “Waqafa”. Asal kata “Wakafa” berarti “menahan” atau “berhenti” atau “diam” di tempat” atau tetap berdiri”. Kata “Wakafa-Yaqufu-Waqfan” sama artinya “Habas-Yahbisu-Tahbisan”. 1 Kata al-Waqf dalam bahasa Arab mengandung beberapa pengertian.Artinya : Menahan, menahan harta untuk diwakafkan, tidak dipindahmilikkan.

36

Wakaf produktif, yaitu wakaf harta yang digunakan untuk kepentingan produksi, baik di bidang pertanian, perindustrian, perdagangan dan jasa yang manfaatnya bukan pada benda wakaf secara langsung, tetapi dari keuntungan bersih hasil pengembangan wakaf yang diberikan kepada orang-orang yang berhak sesuai dengan tujuan wakaf. Dalam hal ini, wakaf produktif diolah untuk dapat menghasilkan barang atau jasa kemudian dijual dan hasilnya dipergunakan sesuai dengan tujuan wakaf.

Menurut Istilah Ahli Fiqih, Para ahli fiqih berbeda dalam mendefinisikan wakaf menurut istilah, sehingga mereka berbeda dalam memandang hakikat wakaf itu sendiri. Berbagai pandangan tentang wakaf menurut istilah sebagai berikut :

a. Mazhab Maliki

Mazhab Maliki berpendapat bahwa wakaf itu tidak melepaskan harta yang diwakafkan dari kepemilikan wakif, namun wakaf tersebut mencegah wakif

melakukan tindakan yang dapat melepaskan

kepemilikannya atas harta tersebut kepada yang lain dan wakif berkewajiban menyedekahkan manfaatnya serta tidak boleh menarik kembali wakafnya. Dengan kata lain, pemilik harta menahan benda itu dari penggunaan secara pemelikan, tetapi membolehkan pemanfaatan hasilnya untuk tujuan kebaikan, yaitu memberikan manfaat benda secara wajar sedang itu tetap menjadi milik si wakif. Perwakafan itu berlaku

37

untuk suatu masa tertentu, dan karenanya tidak boleh disyaratkan sebagai wakaf kekal (selamanya).

b. Mazhab Syafi’I dan Ahmad bin Hambal Syafi’I dan Ahmad

Berpendapat bahwa wakaf adalah melepaskan harta yang diwakafkan dari kepemilikan wakif, setelah sempurna prosedur perwakafan. Wakif tidak boleh melakukan apa saja terhadap harta yang diwakafkan, seperti : perlakuan pemilik dengan cara pemilikannya kepada yang lain, baik dengan tukaran atau tidak. Jika wakif wakaf, harta yang diwakafkan tersebut tidak dapat diwarisi oleh warisnya.Wakif menyalurkan

menfaat harta yang diwakafkannnya kepada

mauquf’alaih (yang diberi wakaf) sebagai sedekah yang mengikat, dimana wakif tidak dapat melarang penyaluran sumbangannya tersebut.Apabila wakif melarangnya, maka Qadli berhak memaksa agar memberikannya kepada mauquf’alaih. Karena itu mazhab Syafi’i mendefinisikan wakaf adalah : “tidak melakukan suatu tindakan atas suatu benda, yang

berstatus sebagai milik Allah SWT, dengan

menyedekahkan manfaatnya kepada suatu kebajikan (sosial)”.

Secara terminologis dalam hukum Islam, menurut definisi yang paling banyak diikuti, wakaf didefinisikan sebagai “melembagakan suatu benda yang dapat diambil manfaatnya dengan menghentikan

38

hak bertindak hukum pelaku wakaf atau lainnya terhadap benda tersebut dan menyalurkan hasilnya kepada saluran yang mubah yang ada atau untuk kepentingan sosial dan kebaikan”. Adapula yang mendefinisikan wakaf sebagai “menahan suatu benda untuk tidak pindahmilikkan buat selama-lamanya dan mendonasikan manfaat (hasil)-nya.Kaitannya dengan kata “produktif” bahwa dalam ilmu manajemen terdapat satu mata kuliah yang disebut dengan manajemen produksi/operasi. Operasi atau produksi berarti proses pengubahan/transformasi input menjadi output untuk menambah nilai atau manfaat lebih. Proses produksi berarti proses kegiatan yang berupa; pengubahanfisik, memindahkan, meminjamkan, dan menyimpan.(Jaih Mubarok, 2008:15)

Dengan demikian, dapat dikatakan wakaf produktif secara terminologi adalah transformasi dari

pengelolaan wakaf yang profesional untuk

meningkatkan atau menambah manfaat wakaf. Sedangkan Muhammad Syafi’i Antonio mengatakan bahwa wakaf produktif adalah pemberdayaan wakaf yang ditandai dengan ciri utama, yaitu: pola

manajemen wakaf harus ter integrasi, asas

kesejahteraan nazir, dan asas transformasi dan tanggungjawab. (Jaih Mubarok, 2008:35-36)

39 2. Sejarah Perkembangan Wakaf

a. Sejarah Lahirnya Wakaf

Dalam sejarah Islam, Wakaf dikenal sejak masa Rasulullah SAW karena wakaf disyariatkan setelah nabi SAW Madinah, pada tahun kedua Hijriyah.Ada dua pendapat yang berkembang di kalangan ahli yurisprudensi Islam (fuqaha’) tentang siapa yang pertama kali melaksanakan syariat wakaf.Menurut sebagian pendapat ulama mengatakan bahwa yang pertama kali melaksanakan wakaf adalah Rasulullah SAW ialah wakaf tanah milik Nabi SAW untuk dibangun masjid.

Pendapat ini berdasarkan hadits yang diriwayatkan oleh Umar bin Syabah dari ‘Amr bin Sa’ad bin Mu’ad, ia berkata: Dan diriwayatkan dari Umar bin Syabah, dari Umar bin Sa’ad bin Muad berkata: “Kami bertanya tentang

mula-mula wakaf dalam Islam? Orang Muhajirin

mengatakan adalah wakaf Umar, sedangkan orang-orang Ansor mengatakan adalah wakaf Rasulullah SAW.” (Asy-Syaukani: 129).

Rasulullah SAW pada tahun ketiga Hijriyah pernah mewakafkan ketujuh kebun kurma di Madinah; diantaranya ialah kebon A’raf, Shafiyah, Dalal, Barqah dan kebon lainnya. Menurut pendapat sebagian ulama mengatakan bahwa yang pertama kali melaksanakan Syariat Wakaf adalah Umar bin Khatab. Pendapat ini berdasarkan hadits yang diriwayatkan Ibnu Umar ra, ia berkata:

40

Dari Ibnu Umar ra, berkata : “Bahwa sahabat Umar ra, memperoleh sebidang tanah di Khaibar, kemudian Umar ra, menghadap Rasulullah SAW untuk meminta petunjuk, Umar berkata : “Hai Rasulullah SAW., saya mendapat sebidang tanah di Khaibar, saya belum mendapat harta sebaik itu, maka apakah yang engkau perintahkan kepadaku?” Rasulullah SAW. bersabda: “Bila engkau suka, kau tahan (pokoknya) tanah itu, dan engkau sedekahkan (hasilnya), tidak dijual, tidak dihibahkan dan tidak diwariskan. Ibnu Umar berkata: “Umar menyedekahkannya (hasil pengelolaan tanah) kepada orang-rang fakir, kaum kerabat, hamba sahaya, sabilillah, Ibnu sabil dan tamu. Dan tidak dilarang bagi yang mengelola (nazhir) wakaf makan dari hasilnya dengan cara yang baik (sepantasnya) atau memberi makan orang lain dengan tidak bermaksud menumpuk harta” (HR.Muslim).

Wakaf pada mulanya hanyalah keinginan seseorang yang ingin berbuat baik dengan kekayaan yang dimilikinya dan dikelola secara individu tanpa ada aturan yang pasti. Namun setelah masyarakat Islam merasakan betapa manfaatnya lembaga wakaf, maka timbullah keinginan untuk mengatur perwakafan dengan baik. Kemudian dibentuk lembaga yang mengatur wakaf untuk mengelola, memelihara dan menggunakan harta wakaf, baik secara umum seperti masjid atau secara individu atau keluarga.

Praktek wakaf menjadi lebih luas pada masa dinasti Umayah dengan lembaga wakaf yang bertempat dibasrah

41

dan dinasti Abbasiyah dengan sebutan “Shadr Al Wuquuf” yang mengurus administrasi dan memilih staf pengelola lembaga wakaf. Semua orang berduyun-duyun untuk melaksanakan wakaf yang tidak hanya untuk orang-orang fakir dan miskin saja, tetapi wakaf menjadi modal untuk membangun lembaga pendidikan, perpustakaan dan membayar gaji para stafnya, gaji para guru dan beasiswa untuk siswa dan mahasiswa. Antusiasme masyarakat kepada pelaksanaan wakaf telah menarik perhatian negara untuk mengatur pengelolaan wakaf sebagai sektor untuk membangun solidaritas sosial dan ekonomi masyarakat.

Di antara undang-undang yang dikeluarkan pada dinasti Utsmani ialah peraturan tentang pembukuan pelaksanaan wakaf, yang dikeluarkan pada tanggal 19 Jumadil Akhir tahun 1280 Hijriyah. Undang-undang tersebut mengatur

tentang pencatatan wakaf, sertifikasi wakaf, cara

pengelolaan wakaf, upaya mencapai tujuan wakaf dan melembagakan wakaf dalam upaya realisasi wakaf dari sisi administrasi dan perundang-udangan.

Pada tahun 1287 Hijriyah dikeluarkan undang-undang

yang menjelaskan tentang kedudukan tanah-tanah

kekuasaan Turki Utsmani dan tanah-tanah produktif yang berstatus wakaf.Dari implementasi undang-undang tersebut di negara-negara Arab masih banyak tanah yang berstatus wakaf dan diperaktekkan sampai saat sekarang. Sejak masa Rasulullah, masa kekhalifahan dan masa dinasti-dinasti Islam sampai sekarang wakaf masih dilaksanakan dari

42

waktu ke waktu di seluruh negeri muslim, termasuk di Indonesia.

1) Rukun Wakaf

Dalam hukum Islam untuk terwujudnya wakaf harus dipenuhi rukun dan syaratnya. Rukun wakaf menurut jumhur ulama ada empat, yaitu: (1) wakif, (2) benda yang diwakafkan, (3) mauquf ‘alaih (penerima wakaf/Nazir), (4) ikrar (pernyataan) wakaf. Dalam UU No. 41/2004 tentang Perwakafan (pasal 6), selain empat unsur di atas dimasukkan juga sebagai rukun wakaf: peruntukan harta benda wakaf dan jangka waktu wakaf. Untuk orang yang berwakaf disyaratkan: (a) orang merdeka, (b) harta itu milik sempurna dari orang yang berwakaf, (c) baligh dan berakal, (d) cerdas. Wakif ialah orang, atau badan hukum yang mewakafkan benda miliknya. Adapun organisasi dan badan hukum diwakili oleh pengurusnya yang sah menurut hukum dan memenuhi ketentuan organisasi atau badan hukum untuk mewakafkan harta benda miliknya sesuai dengan ketentuan anggaran dasarnya.(KHI pasal 215 ayat (2) dan 217 ayat (1).

2) Macam-macam Wakaf a) Wakaf uang

Wakaf uang dalam bentuknya, dipandang sebagai salah satu solusi yang dapat membuat wakaf menjadi lebih produktif, Karena uang disini tidak lagi dijadikan alat tukar menukar saja.Berdasarkan fatwa yang

43

dikeluarkan MUI tentang wakaf tunai sebagai berikut. Wakaf uang (cash wakaf / waqf al-Nuqut) Adalah wakaf yang dilakukan oleh sekelompok atau seseorang

maupun badan hukum yang berbentuk wakaf

tunai.Termasuk dalam pengertian uang adalah surat-surat berharga.Wakaf yang hukumnya jawaz ( boleh ) Wakaf yang hanya boleh disalurkan dan digunakan untuk hal-hal yang dibolehkan secara syar‘i

b) Wakaf Uang Tunai

Secara umum definisi wakaf tunai adalah

penyerahan asset wakaf berupa uang tunai yang tidak dapat dipindah tangankan dan dibekukan untuk selain kepentingan umum yang tidak mengurangi ataupun jumlah pokoknya. Manfaat wakaf uang tunai antara lain:

i. Seseorang yang memiliki dana terbatas sudah

bisa mulai memberikan dana wakafnya tanpa harus menunggu menjadi tuan tanah terlebih dahulu.

ii. Melalui wakaf uang, asset-asset berupa

tanah-tanah kosong bisa mulai dimanfaatkan dengan sarana yang lebih produktif untuk kepentingan umat.

iii. Dana wakaf tunai juga bias membantu

sebahagian lembaga-lembaga pendidikan

44

c) Sertifikat wakaf tunai

Sertifikat wakaf tunai merupakan semacam dana abadi yang diberikan oleh individu maupun lembaga muslim yang mana keuntungan dari dana tersebut akan digunakan untuk kesejahteraan masyarakat. Sertifikat wakaf tunai ini dapat dikelola oleh suatu badan investasi sosial tersendiri atau dapat juga menjadi salah satu produk dari institusi perbankkan syariah. Tujuan dari sertifikat wakaf tunai adalah sebagai berikut:

i. Membantu dalam pemberdayaan tabungan

sosial

ii. Melengkapi jasa perbankkan sebagai fasilitator

yang menciptakan wakaf tunai serta membantu pengelolaan wakaf

iii. Wakaf Saham

Saham sebagai barang yang bergerak juga dipandang mampu menstimulus hasilhasil yang dapat didedikasikan untuk umat, Bahkan dengan modal yang besar, Saham malah justru akan memberi kontribusi yang cukup besar dibandingkan jenis perdagangan yang lain.

b. Wakaf Produktif di Indonesia

Di Indonesia, kegiatan wakaf dikenal seiring dengan perkembangan dakwah Islam di Indonesia. Di samping melakukan dakwah Islam, para ulama juga sekaligus memperkenalkan ajaran wakaf.Hal ini terbukti dari banyaknya masjid-masjid yang bersejarah dibangun di atas

45

tanah wakaf.Ajaran wakaf ini terus berkembang

diIndonesia, baik pada masa dakwah pra kolonial, masa kolonial, maupun pasca kolonial pada masa Indonesia merdeka.

Terlihat dari kenyataan bahwa lembaga wakaf yang berasal dari agama Islam ini telah diterima (diresepsi) menjadi hukum adat bangsa Indonesia sendiri. Disamping itu suatu kenyataan pula bahwa di Indonesia terdapat banyak benda wakaf, baik wakaf benda bergerak maupun tidak. Kalau kita perhatikan di negara-negara muslim lain, wakaf mendapat perhatian yang cukup sehingga wakaf menjadi amal sosial yang mampu memberikan manfaat

masyarakat banyak. (https://www.bwi.go.id)

Wakaf Uang dan Wakaf Melalui Uang adalah wakaf yang dilakukan seseorang, suatu kelompok, lembaga atau badan hukum dalam bentuk uang. Termasuk dalam pengertian uang adalah surat-surat berharga seperti saham. Wakaf Uang dan Wakaf Melalui Uang dikelola dan diinvestasikan untuk usaha produktif yang hasilnya akan dipergunakan untuk kemaslahatan umat.

Dalam Wakaf Uang yang merupakan objek wakaf adalah nominal uang itu sendiri. Nilai uangnya tetap dan dijadikan sebagai modal usaha produktif. Wakaf Melalui Uang adalah wakaf yang dialokasikan sesuai keinginan wakif. Wakaf Melalui Uang dialokasikan nadzir untuk usaha produktif yang hasilnya akan disalurkan sesuai kebutuhan penerima manfaat.

46

Di Indonesia sendiri sudah terdapat beberapa lembaga

filantropi yang mengurusi tentang pemberdayaan

masyarakat menggunakan instrumen wakaf produktif, sehingga dalam pengaplikasiannya mengembangkan dana wakaf kedalam suatu program pemberdayaan yang bertujuan untuk mendayagunakan sumberdaya masyarakat agar dapat menumbuhkan kemampuan, kreatifitas, inisitif dan partisipasi untuk mensejahterakan masyarakat. Seperti yang dilakukan oleh Global Wakaf ACT bekerjasama dengan PT Hydro Retailindo sebagai pusat pengelolaan wakaf produktif mengembangkan wakaf produktif kedalam beberapa program diantaranya :

1) Wakaf Pangan

Wakaf Air solusi atas kebutuhan air bersih masyarakat yang kesulitan. Mengaktivasi sumber air baru di wilayah kekeringan dengan mencari titik potensi sumber mata air, melalui pembangunan sumur, irigasi, bendungan, dan infrastruktur air bersih. Wakaf Sawah merupakan konsep jaminan pangan masyarakat melalui pengelolaan wakaf dalam bentuk lahan pertanian untuk produksi pangan dengan sistem multi-manfaat, sehingga dapat menghasilkan pangan berkualitas.

2) Wakaf Pendidikan

Ilmu yang bermanfaat mengalir bagi anak-anak bangsa dari keluarga tidak mampu. Wakaf akan diwujudkan dalam berbagai sarana pendidikan melalui perbaikan dan pembangunan sekolah, serta prasarana

47

lainnya di lokasi-lokasi yang membutuhkan. 3) Wakaf Kesehatan

Wakaf Alat Kesehatan memiliki implementasi berupa sarana mobil ambulance beserta obat-obatan untuk mendukung rumah sakit dan klinik dalam pelayanan medis bagi korban konflik kemanusiaan Suriah.

4) Wakaf Ekonomi

a) Wakaf Ternak menggerakkan perekonomian lewat Lumbung Ternak Masyarakat. Indukan ternak qurban yang diwakafkan akan dipelihara dan dikembangbiakkan serta terus dimanfaatkan demi kemaslahatan umat.

b) Wakaf Infrastruktur didedikasikan untuk

memenuhi kebutuhan infrastuktur yang sangat dibutuhkan masyarakat.

c) Wakaf Ritel merupakan hasil dari optimalisasi dana wakaf melalui pengelolaan bisnis, sehingga lebih produktif berkelanjutan dan member manfaat berlipat bagi umat.

d) Wakaf Properti ditujukan untuk meningkatkan

manfaat dari aset wakaf agar mampu

berkontribusi di bidang sosial ekonomi serta menopang kemajuan pembangunan suatu daerah. e) Wakaf Surat Berharga adalah wakaf yg diambil dari persentase perolehan dividen selama surat berharga tersebut dimiliki oleh wakif. Dividen

48

dari jumlah saham yang diwakafkan akan dioptimalkan manfaatnya melalui Global Wakaf dengan berbagai program kemanusiaan (sesuai peruntukannya : pangan, pendidikan, kesehatan, ekonomi, dll). Dalam hal ini, saham tetap dikelola oleh pemilik saham atau perusahaan yang bersangkutan.

Dalam konteks negara Indonesia, amalan wakaf

sudah dilaksanakan oleh masyarakat Muslim

Indonesia sejak sebelum merdeka.Berkembang

bersamaan dengan laju perubahan jaman dengan berbagai inovasi-inovasi yang relevan, seperti bentuk wakaf uang, wakaf HakKekayaan Intelektual (Haki), dan lain-lain.Oleh karena itu pihak pemerintah telah menetapkan Undang-undang khusus yang mengatur tentang perwakafan di Indonesia, yaitu Undang-undang nomor 41 tahun 2004 tentang Wakaf. Untuk melengkapi Undang-undang tersebut, pemerintah juga telah menetapkan Peraturan Pemerintah nomor 42 tahun 2006 tentang Pelaksanaan Undang-undang nomor 41 tahun 2004.